(1994) mendiagnosis
ketidaksepadanan antara 6 dan 11 mmggu pada luna gestas. kembarkan semua kembar yang lebih kecil
mengalami malformasi berat.
PATOLOGI. Penyebab ketidaksamaan berat lahir pada janin kembar sering tidak jelas, tetapi bukti-
bukti menunjukkan bahwa etiologi ketidaksepadanan ini berbeda pada kembar monokorionik dan
dikorionik. Pada kembar monokorionik, ketidaksepadanan biasanya disebabkan oleh adanya
komunikasi vaskular plasenta yang menyebabkan ketidakseimbangan hemodinamik antara
kembar. Penurunan tekanan dan perfusi kembar donor kemudian dapat menyebabkan bagian
palsentanya mengalami gangguan pertumbuhan (Benirschke, 1993). Walaupun jarang, ukuran
kembar monokorionik mungkin tidak sepadan karena mereka mengalami anomali struktural yang
tidak setara sewaktu berlangsungnya proses pembentukan kembar.
Eberle dkk. (1993) melakukan evaluasi patologi patologi plasenta terhadap 147 gestasi
kembar yang membuahkan pemahaman tentang etiologi ketidaksepadanan pada janin kembar.
Mereka mengkuantifikasi lesi-lesi plasenta yang biasanya menyertai hambatan pertumbuhan pada
janin tunggal. Plasenta janin yang lebih kecil pada pasangan kember dikorionik yang tidak
sepadan memperlihatkan lesi-lesi khas untuk hambatan pertumbuhan janin tunggal, sedangkan
lesi-lesi ini tidak ditemukan pada pasangan kembar monokorionik yang tidak sepadan.
Kafe;,
kedokteran Maternal
perkiraan berat masing-masing kembar, kemudian membandingkah berat janin yang lebih kecil
dengan berat janin yang lebih besar (berat ajanin yang lebih besar dikurang berat janin yang lebih
kecil, dibagi oleh berat janin yang lebih besar). Mengingat hambatan pertumbuhan merupakan
133
kekhawatiran utama dan lingkar abdomen mencerminkan gizi janin, sebagian penulis menegakkan
diagnosis ketidaksepadanan apabila terdapat perbedaan lingkar abdomen lebih dari 20 mm. Hill dkk.
(1994) mengevaluasi pengukuran sonografik pada kembar yang tidak sepadan dan mendapatkan
bahwa lingkar abdomen lebih baik dari lingkar kepala, panjang femur, atau diameter lintang
serebelum sebagai indeks paling bermanfaat pada janin yang ukurannya tidak sepadan.
Beberapa perbedaan berat antarkembar pernah digunakan untuk mendefinisikan
ketidaksepadanan. Data yang terkumpul mengisyaratkan bahwa ketidaksesuaian berat yang > 25
30 % - biasanya disertai hambatan pertumbuhan pada salah satu atau kedua janin merupakan
patokan paling akurat untuk memperkirakan gangguan perinatal. Hollier dkk. (1999) secara
retrospektif mengevaluasi 1370 pasangan kembar yang lahir di Parkland Hospital dan membagi- bagi
ketidaksepadanan kembar dalam kelompok-kelompok yang berbeda dengan selang 5 % dari 15
40 %. Mereka mendapatkan bahwa insiden gawat napas, perdarahan intraventrikel, kejang,
leukomalasia periventrikel, sepsis, dan enterokolitis nekrotikans meningkat setara dengan derajat
ketidaksepadanan, dengan peningkatan resiko nyata dimulai pada ketidaksepadanan sebesar 25
persen. Resiko relatif kematian janin menigkat secara bermakna hanya apabila terdapat
ketidaksepadanan yang melebihi 30 %, yang disertai resiko relatif 5,6 dan meningkat menjadi 18,9
pada ketidaksepadanan sebesar 41 %.
PENATALAKSANAAN. Penatalaksanaan utama pada gestasi kembar adalah pemantauan
sonografik pertumbuhan pasangan kembar, yang merupakan cara untuk mendeteksi gangguan dan
ketidaksepadanan pertumbuhan. Temuan sonografik lain, misalnya oligohidramnion pada janin
yang lebih kecil, mungkin bermanfaat untuk menaksir resiko janin. Selain itu, ketidaksepadanan
disertai hambatan pertumbuhan seyogyanya segera mendorong kita melakukan evaluasi frekuensi
denyut jantung janin atau profil biofisik untuk menilai kesejahteraan janin Kelahiran janin tidak
diindikasikan apabila hanya terdapat ketidaksepadanan ukuran, tetapi diindikasika pabila terjadi
stres janin yang kecil kemungkinannya berespons terhadap intervensi serta usia gestasinya
diperkirakan mencukupi untuk kelangsungan hidup janin. Banyak otoritas menganjurkan
pemeriksaan tingkat kematangan paru sebelum melahirkan janin kembar yang tidak sepadan dengan
ukuran janin sebagai satu-satunya perbedaan dalam evaluasi sonografi.
KEMATIAN SATU JANIN. Kadang-kadang salah satu janin meninggal dalam pada usia yang
masih jauh dari aterm, tetapi kehamilan belanjut dengan satu janin hidup. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kematian janin pada kehamilan kembar pernah diuraikan oleh Rydhstrdm (1994),
yang menggunakan The Medical Birth Registry di Stockholm untuk mengulas kematian janin pada
15.066 pasangan kembar dengan berat 500 gr atau lebih. Kematian salah satu atau kedua janin teijadi
pada 1,1 persen kembar yang jenis kelaminnya berbeda dan 2,6 persen kembar yang jenis
kelaminnya sama. Ketidaksepadanan ukuran juga meningkatkan resiko kematian. Namuft pada
kembar yang jenis kelaminnya berbeda resiko kematian tetap konstan 1,2 persen atau kju sampai
ketidaksepadanan melebihi 40 sampai 50 persen atau 1000 gr, sedangkan pada ke dengan enis
kelamin sama ketidaksepadanan lebih dari 20 persen atau 250 gr n^ningkau^ resiko kematian.
Setelah kematian salah satu janin, resiko kematian janin yang lainnya _ .
lebih besar pada kembar yang jenis kelaminnya sama. Walaupun tipe korion tidak dike
1 Timnineham F G, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wentrom KD:
Yang lebih jarang, kematian dapat terjadi akibat penyulit pada ibu, misalnya ketoasid0
diabetes atau preeklamsia berat disertai solusio, dan penatalaksanaan kehamilan didasarkan
n !iS diagnosis dan status ibu serta janinnya yang selamat. Apabila kematian salah satu kemb*
dikorionik disebabkan oleh anomali kongenital yang tidak sepadan, kausa kematian seyogy^^
tidak mempengaruhi kembarannya. Santema dkk. (1995b) menilai kausa dan prognosis 29
kehamilan kembar yang salah satu janinnya meninggal setelah 20 minggu. Kausa kematian
janin tidak jelas pada semua kasus; keterkaitan yang paling sering dikemukakan adalah
plasentasi monokorionik dan preeklamsia berat. Para peneliti ini menyimpulkan bahwa pada
sebagian besar kasus maanfaat berlanjutnya preterm kehamilan multipel melebihi risiko
pelahiran preterm setelah diagnosis kematian janin, dan menganjurkan penatalaksanaan
konservatif terhadap yang masih hidup.
KEMATIAN KEDUA JANIN KEMBAR. Walaupun jarang, kedua janin kembar dapat
meninggal selama periode antepartum. Ryghstr6m (1996) melaporkan bahwa kedua janin
meninggal pada 0,5 persen kehamilan kembar. Kausa yang diperkirakan berperan dalam
kematian ini adalah plasentasi monokorionik dan ketidakseimbangan pertumbuhan janin.
I
William Obstterics. 21 edition. New York. McGraw-Hill