Anda di halaman 1dari 5

PENERAPAN STRATEGI MIND MAPPING DALAM MENJAWAB

SOAL URAIAN

C. Murni Wahyanti
Semarang State University

Abstrak
Makalah ini membahas tentang upaya menemukan cara yang tepat dalam penerapan strategi mind
mapping untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menjawab soal uraian. Upaya ini
dilakukan melalui penelitian tindakan kelas dengan dua siklus. Siklus pertama berfokus pada
pembuatan mind map secara kelompok, dan siklus kedua secara berpasangan dan individual.
Uraian jawaban dilakukan secara mandiri. Penilaian jawaban dilakukan dengan menggunakan
rubrik. Penjajagan sikap mahasiswa terhadap penerapan strategi ini dilakukan dengan kuesioner,
dan seberapa efektif strategi ini juga dijajagi melalui observasi. Hasil penelitian menunjukkan
adanya peningkatan kualitas jawaban mahasiswa, sikap positif terhadap soal uraian dan
peningkatan ketrampilan dalam menyelesaian soal.

PENDAHULUAN
Tes uraian adalah suatu alat penilaian hasil belajar yang menuntut mahasiswa menjawab
pertanyaan dengan cara menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan,
menghubungkan pengertian-pengertian atupun memberikan argumentasi. Untuk mengerjakan tes ini
mahasiswa dituntut untuk berpikir tingkat tinggi dan mentransformasikan buah pikiran mereka ke
dalam bahasa. Untuk menjawab soal tes uraian dengan baik, mahasiswa perlu memiliki kemampuan
untuk mengekspresikan gagasan mereka dengan kreatif. Dalam hal ini, tes uraian memiliki kelebihan
dari alat penilain lainnya.
Sejak beberapa tahun silam bentuk tes ini banyak ditinggalkan orang karena munculnya bentuk
tes obyektif. Sampai sekarang, tes obyektif ini tetap populer. Walaupun dibutuhkan waktu yang lebih
lama untuk menyusunnya, tes ini mudah dan relatif cepat untuk mengoreksinya. Bagi mahasiswa,
bentuk tes ini kadang dianggap lebih menguntungkan karena apabila persiapan mereka kurang
matang, mereka dapat menebak-nebak jawaban atau mencoba bertanya kepada teman.
Sekarang, ada semacam kecenderungan di kalangan para pendidik untuk kembali
menggunakan tes uraian sebagai alat penilaian hasil belajar, terutama di perguruan tinggi. Tes ini
dianggap dapat lebih mencerminkan kemampuan otentik mahasiswa. Membiasakan mahasiswa untuk
menjawab soal tes uraian dianggap perlu karena beberapa hal. Pertama, adanya gejala menurunnya
hasil belajar atau kualitas pendidikan di perguruan tinggi yang salah satu diantaranya disebabkan
penggunaan tes objektif. Kedua, lemahnya para mahasiswa dalam menggunakan bahasa tulisan
sebagai akibat lebih seringnya digunakan tes objektif. Dan ketiga, kurangnya daya analisis dan
kreativitas para mahasiswa karena terbiasa dengan tes objektif yang memungkinkan mereka untuk
tinggal memilih jawaban.
Kondisi seperti ini menegaskan perlunya banyak diterapkan penggunaan tes uraian di
perguruan tinggi. Diharapkan, dengan membiasakan mahasiswa berpikir tingkat tinggi, kemampuan
kognitif lulusan perguruan tinggi dapat lebih baik, dan pada gilirannya kualitas pendidikan secara
umum dapat meningkat. Banyaknya hal positif dari tes uraian ini tidak dengan sendirinya disambut
positif oleh mahasiswa. Banyak dari mereka yang lebih suka diberi tes obyektif daripada subyektif,
seperti halnya mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Unnes.
Dalam salah satu perkuliahan yang sebagian dari materinya adalah penyajian teori, yaitu
perkuliahan English Language Teaching (ELT) for Young Learners pemahaman mahasiswa tentang
teori tersebut dievaluasi melalui tes, di samping melalui praktek. Dari pengalaman, mahasiswa
biasanya menawar agar tes berbentuk obyektif saja. Ketika diberi tes uraian tertulis, pada umumnya

151
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN

jawaban mereka kurang maksimal. Ada yang hanya mengulang-ulang pertanyaan, ada yang
jawabannya tidak sesuai dengan pertanyaan, ada yang hanya mengemukakan sedikit sekali gagasan,
dan hanya sebagian kecil yang dapat menjawab dengan mendalam. Hal ini hampir selalu terjadi dari
tahun ke tahun. Rupanya, kemampuan mahasiswa dalam menjawab soal uraian masih perlu
ditingkatkan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, dicobakan suatu strategi yang diasumsikan dapat
membantu mahasiswa dalam menyusun gagasan untuk menjawab soal uraian dengan benar, runtut,
mendalam dan kreatif. Strategi yang akan dicobakan ini adalah strategi mind mapping. Dengan mind
mapping buah pemikiran akan dipetakan secara kasat mata, dengan gambar atau kata-kata sehingga
dapat terlihat keterkaitan hubungan antara satu gagasan dengan gagasan lain. Strategi ini diterapkan
dalam bentuk penelitian tindakan kelas (PTK).

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui cara penerapan strategi mind
mapping yangdapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menjawab soal uraian.

Tinjuan Pustaka
Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas tentang konsep dan manfaat mind map, penelitian
terdahulu yang berhubungan dengan penerapan strategi mind mapping serta tes uraian.

Konsep Mind Mapping


Mind map adalah sebuah diagram yang digunakan untuk merepresentasikan kata-kata, ide-ide,
dan lain sebagainya yang dihubungkan dengan kata kunci atau ide utama. Mind map biasanya
digunakan untuk menciptakan, memvisualisasi, dan mengklasifikasikan ide-ide
(http://en.wikipedia.org wiki/Mind_map). Sedangkan mind mapping adalah cara berpikir dengan
menggunakan diagram tersebut, atau dengan lain kata, tehnik untuk mengorganisasikan buah pikiran
secara visual (Rustler, 2012: 1). Mind mapping ini merupakan salah satu strategi belajar yang
didasarkan pada cara kerja otak dan strategi ini dapat mamacu berfikir kreatif (Buzan, 2004: 10). Otak
mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, bentuk, suara, dan perasaan. Otak menyimpan
informasi dengan pola dan asosiasi seperti pohon dengan cabang dan rantingnya. Dengan demikian,
proses mengolah informasi dengan peta konsep ini meniru proses berpikir alamiah. (Rustler, 2012:
47).

Manfaat mind mapping


Ada beberapa manfaat dari peta pikiran menurut (Buzan,1993:53 dan Krasnic, 2011: 18).
Diantaranya adalah: 1) Waktu untuk menulis menjadi lebih efektif dan produktif, 2) Informasi
menjadi lebih bertahan lama dalam ingatan, 3) Logika dan daya khayal lebih terintegrasi, 4)
Hubungan antar gagasan terlihat lebih jelas, 5) Penambahan informasi baru akan lebih mudah. 6)
Pengkajian ulang gagasan akan lebih cepat, 7) Gagasan lebih kreatif, dan 8) Pembelajaran menjadi
lebih menarik dan menyenangkan.

Penelitian terdahulu
Ada beberapa penelitian tentang mind mapping, diantaranya adalah penelitian experimental
tentang penerapan mind mapping untuk meningkatkan kemampuan writing mahasiswa baru. Hasilnya
menunjukkan bahwa kualitas writing dari mahasiswa yang menerapkan strategi mind mapping lebih
bagus (Al-Jarf, R., 2009). Penelitian lain tentang pemanfaatan mind mapping dalam merencanakan
pembelajaran. Hasilnya menunjukkan bahwa mind mapping membantu guru menyusun RPP yang
rasional, menfasilitasi guru dalam mengingat materi pembelajaran serta membuat guru lebih percaya

152
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN

diri dalam mengajar (Boyson, G., 2009). Penelitian lain lagi adalah tentang penerapan mind mapping
sebagai pre-writing activities. Hasilnya menunjukkan bahwa pelatihan melakukan mind mapping
tersebut dapat meningkatkan kualitas karangan siswa ( Ling, C. Wai, 2004).
Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa mind mapping
mempunyai kontribusi yang positif terhadap proses dan hasil pembelajaran. Penelitian tersebut
diterapkan pada subyek yang mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa pertama atau kedua. Dalam
penelitian ini mind mapping akan diterapkan pada kelompok mahasiswa yang mempelajari bahasa
Inggris sebagai bahasa asing.

Tes Uraian
Tes uraian adalah suatu tes yang menuntut mahasiswa menjawab pertanyaan dalam bentuk
menguraikan, menjelaskan, membandingkan, mengintegrasikan gagasan dan memecahkan masalah.
Jenis tes ini menuntut kemampuan mahasiswa untuk mengekspresikan gagasannya melalui bahasa
tulis. Menurut Christensen (2015), dibandingkan dengan tes pilihan ganda atau tes obyektif, tes uraian
memiliki beberapa kelebihan.1) Tes uraian dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang
kompleks, 2) Tes uraian menekankan kepada pengukuran kemampuan dan keterampilan
mengintegrasikan berbagai buah pikiran, 3) Tes uraian lebih meningkatkan motivasi peserta tes untuk
belajar dibandingkan bentuk tes yang lain. 4) Tes uraian menekankan kemampuan menulis dan
berpikir tingkat tinggi. 5) Kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis merupakan hal yang dapat
membedakan prestasi belajar antar mahasiswa dengan lebih jelas.

Metoda Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Tahapan dalam penelitian ini mengadopsi
konsep PTK dari Kemmis dan McTaggart (1988 dalam Burns 2010) yaitu a) Perencanaan, b)
Pelaksanaan tindakan, c) Observasi, dan d) Refleksi. PTK ini terdiri dari dua siklus. Subyek penelitian
adalah adalah mahasiswa semester VI, rombel 3 Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Unnes yang
berjumlah 25 orang. Kelompok ini dipilih karena dari pengamatan, mereka memiliki banyak
kelemahan dalam menjawab pertanyaan uraian secara tertulis. Di samping itu, kelompok ini belum
mengenal strategi mind mapping.

Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga, yaitu tes, angket untuk mahasiswa dan
lembar observasi dosen. Tes tertulis ini digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
mahasiswa dalam menjawab pertanyaan uraian setelah mereka menerapkan strategi mind mapping.
Mahasiswa diberi tiga jenis tes, yaitu tes awal penelitian, tes akhir siklus I, dan tes akhir siklus II
(siklus akhir). Tingkat kesulitan materi tes akan sama, namun materi tes akan disesuaikan dengan
materi perkuliahan/ kurikulum. Evalusi hasil tes menggunakan rubrik penilaian yang terdiri dari 4
komponen: 1) Ketepatan menginterpretasi soal, 2) Isi jawaban, 3) Kreativias dalam menjawab soal,
dan 4) Pengorganisasian gagasan. Penghitungan nilai menggunakan skala 1 -4.
Angket dengan model Likert dengan skala 1 4 digunakan untuk mengetahui pendapat
mahasiswa tentang efektif tidaknya tindakan-tindakan yang dilakukan. Aspek yang dijajagi meliputi
pendapat mahasiswa tentang 1) Kontribusi strategi mind mapping dalam mencurahkan gagasan, 2)
Manfaat strategi mind mapping dalam menjawab soal uraian, 3) Kemenarikan strategi yang
diterapkan, dan 4) Rasa percaya diri pada waktu menjawab soal.

153
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN

Obsevasi dilakukan untuk mengetahui keadaan kelas secara umum pada saat proses belajar-
mengajar berlangsung. Data ini diperlukan untuk melengkapi data tes dan kuesioner. Aspek yang
diamati dalam observasi ini adalah: a) Partisipasi aktif mahasiswa, b) Jumlah mahasiswa yang dapat
membuat mind map, dan c) Kecepatan mahasiswa dalam membuat mind map.

Deskripsi siklus I
Secara garis besar, tindakan yang ditempuh dalam siklus ini adalah sebagai berikut: 1)
Pemahaman tentang konsep mind mapping. 2) Pemberian model pembuatan mind map, 3) Latihan
membuat mind map dalam kelompok kecil, 3 atau 4 orang, 4) Membuat peta konsep tentang topik
yang diberikan dan menguraikan jawaban inti dengan dibimbing dosen, 5) Membuat peta konsep
tentang suatu soal dalam kelompok dan kemudian menguraikan jawabannya secara mandiri, 6) Tes
akhir siklus 1, mahasiswa menjawab soal uraian dengan membuat mind map terlebih dahulu.
Dari hasil evaluasi tindakan di siklus 1, yang dilakukan melalui observasi dan tes terlihat bahwa
ada peningkatan kemampuan, motivasi dan keefektifan mahasiswa dalam menjawab soal uraian
dengan bantuan peta konsep. Gagasan yang dikemukakan lebih runtut; keterkaitan antar kalimat
mudah dipahami. Nilai yang dicapai mahasiswa meningkat dari 63 pada tes awal, menjadi 69 pada tes
akhir siklus 1. Waktu yang dibutuhkan untuk menjawab soal juga lebih pendek, yaitu 40 menit untuk
satu soal pada tes awal, menjadi 35 menit pada tes akhir siklus 1.
Nilai yang dicapai mahasiswa pada tes akhir tersebut belum memenuhi kriteria yang ditetapkan,
yaitu 71. Keterlibatan aktif mahasiswa belum maksimal dan waktu yang dibutuhkan untuk menjawab
pertanyaan masih terlalu panjang, belum sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, atau melampaui 30
menit. Sebagai kesimpulan, tindakan yang dilakukan pada siklus 1 belum sepenuhnya dapat
membantu mahasiswa meningkatkan kemampuannya untuk menjawab soal uraian. Oleh sebab itu,
perlu dicobakan strategi lain dalam penerapan mind map. Strategi ini akan diterapkan pada siklus 2.

Deskripsi Siklus II
Ada tiga tindakan dalam siklus ini. Secara umum meliputi: 1) Penyampaian materi oleh dosen,
2) Pembuatan mind map untuk menjawab suatu soal oleh mahasiswa secara berpasangan, 3) Penulisan
jawaban soal uraian secara mandiri, 4) Pembuatan peta konsep secara mandiri tentang suatu
pertanyaan, 5) Penulisan jawaban tentang pertanyaan tersebut secara mandiri, 6) Pemantapan
pembuatan mind map untuk suatu pertanyaan tingkat tinggi dan model deskripsi jawaban olen dosen ,
6) Tres akhir siklus II, mahasiswa menjawab soal uraian dengan membuat mind map terlebih dahulu.
Dari tindakan yang dilakukan di siklus 2, terlihat bahwa semua tindakan mendukung
berkembangnya ketrampilan mahasiswa dalam menjawab soal uraian. Tindakan meminta mahasiswa
untuk bekerja secara berpasangan dalam merancang peta konsep membantu mereka untuk saling
mengatasi kekurangan masing-masing dan mereka menjadi lebih memahami cara menghubungkan
buah pikiran melalui peta konsep. Mahasiswa juga semakin kreatif dalam menjawab soal. Nilai
mereka meningkat dari dari 69 pada akhir siklus 1 menjadi 81 pada akhir siklus 2 atau pada tes akhir.
Kecepatan mereka dalam mengerjakan soal juga meningkat, dari 35 menit untuk satu soal menjadi 30
menit. Hasil angket menunjukkan bahwa mahasiswa menganggap stratergi mind mapping bermanfaat,
dan sangat membantu mereka dalam menjawab soal uraian. Strategi yang diterapkan juga menarik
dan memotivasi mereka sehingga mereka menjadi lebih percaya diiri pada waktu menjawab soal.

Kesimpulan dan Saran


Secara umum dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi mind mapping dapat membantu
mahasiswa dalam menjawab soal uraian. Strategi yang diterapkan perlu bervariasi, mulai dari bekerja
dalam kelompok kecil, bekerja secara berpasangan dan kemudian baru secara mandiri. Dengan
tahapan ini, rasa percaya diri mahasiswa bahwa mereka dapat menjawab soal uraian dengan baik

154
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN

semakin tumbuh dan hal ini membuat mereka mampu menjawab soal dengan baik. Hasil penelitian ini
juga menunjukkan bahwa mahasiswa ternyata perlu dilatih secara intensif untuk membuat peta
konsep, dan juga mengemukakan buah pikiran. Pemberian model atau contoh cara menjawab
pertanyaan uraian ternyata sangat membantu mereka untuk dapat mengorganisasikan gagasan mereka
dengan baik. Dari segi waktu, hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak berlatih, waktu
yang dibutuhkan mahasiswa untuk membuat peta konsep dan mendiskripsikan jawaban untuk suatu
pertanyaan semakin sedikit. Hasil tes akhir juga menunjukkan bahwa nilai rata-rata mereka mencapai
81. Nilai ini sudah melebihi indikator minimal yang ditetapkan. Gagasan yang mereka uraikan lebih
mendalam, runtut dan kreatif. Hasil angket yang diberikan setelah tes akhir juga menunjukkan bahwa
sikap mereka terhadap penerapan strategi ini positif.
Disarankan agar mahasiswa diberi latihan dengan intensif tentang penggunaan strategi mind
mapping untuk menjawab soal uraian dengan bermakna dan runtut. Penguasaan strategi ini nantinya
akan dapat membantu mereka dalam penulisan tugas ilmiah lainnya, misalnya penulisan tugas akhir.
Mereka juga perlu dilatih cara berpikir kreatif agar jawaban atau argumentasi mereka dalam
menjawab soal uraian lebih mendalam dan kreatif.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Jarf, R. (2009). Enhancing freshman students writing skills with a mind mappingsoftware. Paper
presented at the 5th International Scientific Conference, eLearning and Software for
Education, Bucharest, April 2009. http://conciselearning.com/mindmappingresearch.html.
Diunduh Februari 2012
Boyson, G. (2009). The use of mind mapping in teaching and learning. The Learning
Institute, Assignment 3. http://conciselearning.com/mindmappingresearch.html. Diakses 23 Februari
2012.
Burns, Ann. 2010. Doing Action Research in English Language Teaching. New York: Routledge.
Buzan, Tony. 2004. Mind Maps at Work. Great Britain: Harper Collins Publisher Limited.
Christensen, Mark G. 2005. Essay vs. Multiple Choice Exams - the Ups and Downs ofEach Format.
Paper presented in the CLEAR annual conference. www.clearhq. org /resources/2005
presentations/MCQ.pdf. Diakses 20 Februari 2015.
Krasnic, Tony. 2011. How to study with Mind Maps. USA: Concise Books Publishing LLC.Mind
map. http://en.wikipedia.org/wiki/Mind_map. Diakses pada tanggal 15 Januari 2012.
Wai Ling, C. (2004). The effectiveness of using mind mapping skills in enhancing secondary one and
secondary four students writing in a CMI school. University of Hong Kong, Masters
dissertation.

155

Anda mungkin juga menyukai