DISUSUN OLEH :
Kelompok II
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan epidemi HIV-AIDS di dunia menjadi masalah global
dan juga menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia . Acquired immune
deficiency syndrome (AIDS) yang oleh virus Human Immunodeficiency Virus
(HIV), dimana virus ini menyerang sel-sel darah putih atau sistem kekebalan
tubuh manusia, sehingga orang yang terserang penyakit ini tidak dapat melawan
berbagai jenis penyakit yang menyerang tubuhnya. AIDS dapat didefinisikan
sebagai suatu sindrom atau kumpulan gejala penyakit dengan karakteristik
defisiensi imun yang berat, dan merupakan manifestasi stadium stadium akhir
infeksi HIV. Antibodi HIV positif tidak identik dengan AIDS, karena AIDS harus
menunjukan adanya satu atau lebih gejala penyakit akibat defisiensi sistem imun
seluler.
Estimasi dan proyeksi jumlah orang dengan HIV/AIDS di Indonesia
tahun 2016 adalah sebanyak 7.491 orang dengan jumlah infeksi baru sebanyak
41.250 orang. Presentase HI tertinggi yang dilaporkan pada kelompok umur 25-
49 tahun 69,6%, kelompok umur 20-24 tahun 17.6 % dan kelompok umur 50
tahun 6.7 % , sedangkan pada kelompok umur < 4 tahun sebanyak 2 %, 5 - 14
tahun sebanyak 1.0 % dan 5-19 tahun sebanyak 3.2% berdasarkan pada data
bulan Januari-Maret 2017 ( Kemenkes RI, 2017).
Di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, resiko terjadinya
penularan HIV dari Ibu ke anak di perkirakan sekitar 21%-43% dimana angka ini
lebih tinggi dibandingkan resiko penularan di negara maju yang sudah bisa di
tekan hingga sekitar 14%-26%. Penularan dapat saja terjadi saat masa kehamilan
maupun setelah masa persalinan. Resiko penularan terbanyak terjadi saat
persalinan sebasar 18%, di dalam masa kandungan 6%, dan pasca persalinan
sebesar 4%. Selama persalinan, bayi dapat tertular darah atau cairan vagina yang
mengandung HIV melalui paparan virus yang tertelan pada jalan lahir. Penularan
HIV melalui ASI juga merupakan faktor penting penularan pasca persalinan dan
meningkatkan resiko trasmisi dua kali lipat karena ASI banyak mengandung
HIV. Beberapa faktor yang mempengaruhi resiko transmisi HIV melalui ASI
antara lain mastitis atau luka pada puting, luka di mulut bayi, prematuritis dan
fungsi kekebalan tubuh bayi.
Pada penelitian yang dilakukan Nurhayati dari Stikes Bukit Tinggi
Padang terhadap 46 responden dari 637 populasi ibu hamil pada tahun 2016
dengan judul penelitian Faktor-faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan
Ibu Hamil Dalam Pemeriksaan VCT di Puskesmas di dapatkan hasil bahwa
banyak di temukan ibu dengan pengetahuan rendah mengenai pemeriksaan VCT
sebanyak 58,7%, dukungan suami yang kurang baik sebanyak 54,3% dan baru
56,5% ibu hamil yang sudah melakukan pemeriksaan VCT dan ditemukan ada
hubungan antara tingkat pengetahuan, dukungan suami dan peran petugas
kesehatan berpengaruh terhadap keikutsertaan Ibu hamil dalam pemeriksaan
VCT.
Melihat fenomena masih kurangnya pengetahuan ibu tentang resiko HIV
pada Bayi dan anak, maka kelompok 2 memutuskan untuk mengadakan
penyuluhan tentang resiko HIV pada bayi dan anak.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan ibu-ibu pengunjung CMCC diharapkan
mampu memahami dan meningkat pengetahuannya mengenai mengenai
cara pencegahan dan perawatan terhadap Bayi atau anak dengan
HIV/AIDS. Commented [s2]: rewrite kalimat
2. Tujuan khusus
a. Peserta penyuluhan dapat menyebutkan 2 cara pencegahan HIV
/AIDS pada anak
b. Mengerti permasalahan dan tantangan dalam pemberian edukasi
pencegahan dan perawatan bayi atau anak dengan HIV/AIDS
c. Mampu memberikan edukasi dan perawatan bayi atau anak dengan
HIV/AIDS. Commented [s3]: what kind of this?
BAB II
METODE PELAKSANAAN
A. Topik:
Anak dengan HIV-AIDS Commented [s4]: Title yg lbh attractive
B. Jenis Kegiatan:
Penyuluhan kepada pengunjung CMCC Commented [s5]: Promosi kesehatan : penyeluhan dan diskusi
Meja
Keterangan:
= Observer = Dokumentasi
J. Pengorganisasian Kelompok
1. Leader: Jerni Veronika
Co-Leader: Riris Tiurma
Tugas:
a. Menyampaiakan salam pembukaan dan perkenalan
b. Menyampaiakan alasan kegiatan dan tujuan
c. Menyampaikan materi penyuluhan
d. Memandu jalannya diskusi
e. Mengevaluasi pemahaman peserta akan materi penyuluhan
f. Menyampaikan salam penutup dan terima kasih atas keterlibatan peserta
2. Fasilitator: Yosep Murlistyo, Tri Novita Sari, Meryana Ambun Allolongi
Tugas:
a. Membantu memotivasi peserta untuk aktif dalam kegiatan
b. Membantu peserta mengikuti jalannya kegiatan
c. Membantu menjawab pertanyaan peserta
3. Observer: Fransiska Mery, Patricia Koedji
Tugas:
a. Membantu jalannya kegiatan
b. Membantu mengingatkan waktu kepada leader dan co-leader
c. Mencatat kesesuaian kegiatan dengan rencana dan respon verbal serta non
verbal yang diberikan peserta
4. Dokumentasi: Hellen Tryani Mone Ke
Tugas: mendokumentasikan kelangsungan kegiatan dari awal hingga akhir
5. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
-
b. Evaluasi proses
c.
d. Evaluasi hasil Commented [s6]: ??
DAFTAR PUSTAKA
Desmon Katiandagho, S. M. (2015). Epidemiologi HIV-AIDS. Bogor: In Media.
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Pedoman Penerapan terapi HIV pada Anak.
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Rencana Aksi Nasional Pencegahan Penularan HIV dari
Ibu ke Anak (PPIA) Indonesia 2013-2017.
WHO (2010). Priority Interventions: HIV-AIDS prevention Treatment and Care in the
health sector
Direktorat jendral pengendalian penyaki dan penyehatan lingkungan (2015). Rencana Aksi
Nasionl Kolaborasi TB-HIV 2015-2019
Perpres no 124 tahun 2016 tentang perubahan atas peaturan presiden no 75 tahun 2006
tentang komisis penanggulangan AIDS Nasional
http://rumahcemara.or.id/anak-dan-hiv-aids/
Nurhayati, (2016)., Faktor-faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan ibu hamil dalam
pemeriksaan VCT di Puskesmas, Stikes Fort Kock, Bukit Tinggi Padang, Sumatra Barat
LAMPIRAN MATERI
A. Definisi HIV/AIDS
HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh (Kemenkes RI, 2016). Infeksi tersebut menyebabkan penderita
mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk
terinfeksi berbagai macam penyakit lain.
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang disebabkan
oleh virus human immunodeficiency virus (HIV), dimana virus ini
menyerang sel-sel darah putih atau sistem kekebalan tubuh manusia,
sehingga orang yang terserang penyakit ini tidak dapat melawan berbagai
jenis penyakit yang menyerang tubuhnya. (Katiandagho, 2015)
AIDS dapat di definisikan sebagai suatu sindrom atau kumpulan
gejala penyakit dengan karakteristik defisiensi imun yang berat, dan
merupakan manifestasi stadium akhir infeksi HIV. (Katiandagho, 2015)
B. Penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak
Beberapa anak sudah menderita HIV/AIDS, biasanya hal ini terjadi
karena mereka terinfeksi dari ibunya yang menderita HIV dan menularkan
virus selama kehamilan atau saat masa menyusui. Ini disebut penularan dari
ibu ke anak, akrena anak-anak biasanya terinfeksi karena perilaku orang
tuanya.banyak penderita HIV tidak sadar dengan kondisinya karena tidak ada
gejala penyakit yang jelas selama beberapa tahun. Mereka akan menyadari
kemudian pada saat mereka jatuh sakit, pada saat itu anak-anak mereka sudah
tertular virus HIV. Wanita dan pria sama-sama memiliki tanggung jawab
untuk mencegah penularan HIV kepada keturunannya
C. Penanganan Bayi Baru Lahir dari Ibu Terinfeksi HIV
Sebagian besar infeksi HIv pada anak (90%) didapatkan dari transmisi
ventrikel yaitu penularan dari ibu ke bayi yang dikandungnya mother to child
transmission (MTCT). Proses transmisi dapat terjadi pada saat persalinan (5-
10%), proses persalinan 10-20%, dan sesudah kelahiran melalui ASI 5-20%.
Angka transmisi ini akan menurun sampai kurang dari 2% bila pasangan ibu
dan anak menjalani program pencegahan / Prevention of Mother to child
transmission (PMTCT) sejak saat kehamilan dengan penggunaan obat anti
retrovial untuk ibu sampai dengan penanganan setelah kelahiran. Faktor
risiko terjadinya transmisi adalah jumlah virus, kadar CD4, adanya infeksi
lain (hepatitis, sitomegalo virus), ketuban pecah dini, kelahiran spontan
D. Stigma Dan Deskriminasi
Orang cenderung takut kepada hal yang belum diketahuinya. Stigma
ini juga hasil dari ketakutan yang tidak masuk akal tentang HIV. Oleh karena
itu pendidikan tentang HIV dan AIDS dapat membantu mengurangi stigma
tersebut dan guru memegang peran penting dalam hal ini.
Sektor pendidikan merupakan wilayah lain bagi diskriminasi yang
berhubungan dengan HIV dan AIDS. Anak-anak yang terkena dampak HIV
dan AIDS kemungkinan ditolak masuk ke sekolah. Mereka dianiaya dan
dicemooh oleh teman sekolahnya. Guru penderita HIV dan AIDS juga harus
meninggalkan sekolah.
Keluarga dapat hancur atau bersatu bersama untuk menghadapi HIV
dan AIDS. Anak-anak penderita HIV dan AIDS secara emosional menjadi
tertekan ketika menyaksikan penderitaan orang tuanya atau mengalami
kematian orang tuanya. Mereka kehilangan sumber kasih sayang,
perlindungan dan rasa kepedulian yang paling berharga. Anak-anak ini
kemudian akan diasuh oleh keluarganya (seperti kakek neneknya) atau
dimasukkan ke dalam panti asuhan milik negara, ke pondok pesantren atau
berada di jalanan. Tidak ada yang di butuhkan oleh anak-anak itu selain
perhatian saat mereka tumbuh dan berkembang. Kakek dan nenek atau
kerabat lainnya harus bertanggung jawab sepenuhnya biaya anak-anak
penderita HIV dan AIDS yang telah yatim piatu tersebut, sehingga
kemungkinan akan menyebabkan jatuh dalam kemiskinan. Mereka juga harus
berhadapan dengan masalah psiko-sosial anak-anak tersebut akibat
kehilangan orang tua mereka. Bagaimanapun juga, anak-anak hampir selalu
lebih memilih untuk tinggal bersama keluarga dekatnya dan kerabatnya.
Memasukkan mereka ke panti asuhan merupakan pilihan akhir dalam upaya
perlindungan mereka.
Anak-anak pengidap HIV sangat menderita dalam banyak hal. Tanpa
akses ke pengobatan, perkembangan HIV pada anak-anak lebih cepat
dibandingkan pada orang dewasa. Di samping rasa sakit yang timbul pada
fisik dengan munculnya gejala AIDS, anak-anak dengan HIV sering menjadi
sasaran stigma dan diskriminasi. Jika kepedulian, pengobatan dan dukungan
tidak tersedia bagi mereka, maka perasaan ditolak ditambah dengan rasa sakit
pada fisik akan menimbulkan depresi dan problem perilaku lainnya.
E. Respon Sektor Pendidikan terhadap HIV/AIDS
Respons sektor pendidikan terhadap HIv/AIDS merupakan komponen yang
sangat penting dari rencana dan program muti sektoral HIV secara nasional.
Elemen-elemen kunci dari respon pendidikan meliputi:
1. Kebijakan sektor pendidikan terhadap HIV/AIDS yang mengarah kepada
pencegahan HIV dan isu-isu yang timbul di sekolah sebagai dampak
AIDS.
2. Pelatihan HIV/AIDS untuk seluruh staf diseluruh Kementrian
Pendidikan, pengembangan kurikulum pendidikan pencegahan HIV dan
persiapan bahan ajar yang sesuai perkembangan usia.
3. Pelatihan pre servis dan in servis bagi para guru untuk persiapan
pelaksanaan pendidikan pencegahan HIV sesuai dengan kurikulum.
4. Kegiatan ekstra kulikuler seperti pendidikan sebaya.
5. Pelaksanaan monitoring untuk memastikan keefektifan program yang
telah dilaksanakan
6. Mengajak seluruh elemen masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam
penyuluhan HIV/AIDS
Kriteria Imunologis:
Berdasarkan CD4+
Klasifikasi WHO tentang imunodefisiensi HIV menggunakan CD4+
Imunodefisiensi
<11 bulan 12-35bulan 36-59bulan 5tahun(sel/mm3)
(%) (%) (%)
Tidak ada >35 >30 >25 >500
Ringan 30-35 25-30 20-25 350-499
Sedang 25-30 20-25 15-20 200-349
Berat <25 <20 <15 <200 atau <15%