Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ASKEP HEMOTORAKS

DISUSUN OLEH: ARIF SURYA PRATAMA


NPM: 1380200066

FALKUTAS KESEHATAN ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
TAHUN AJARAN 2014
Asuhan Keperawatan Hemotoraks

BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh darah interkostal atau arteri
mamaria internal yang disebabkan oleh trauma tajam atau trauma tumpul. Dislokasi fraktur dari
vertebra torakal juga dapat menyebabkan terjadinya hemotoraks. Biasanya perdarahan berhenti
spontan dan tidak memerlukan intervensi operasi. Hemotoraks akut yang cukup banyak sehingga
terlihat pada foto toraks, sebaiknya diterapi dengan selang dada kaliber besar. Selang dada
tersebut akan mengeluarkan darah dari rongga pleura, mengurangi resiko terbentuknya bekuan
darah di dalam rongga pleura, dan dapat dipakai dalam memonitor kehilangan darah selanjutnya.
Evakuasi darah atau cairan juga memungkinkan dilakukannya penilaian terhadap kemungkinan
terjadinya ruptur diafragma traumatik. Walaupun banyak faktor yang berperan dalam
memutuskan perlunya indikasi operasi pada penderita hemotoraks, status fisiologi dan volume
darah yang kelura dari selang dada merupakan faktor utama. Sebagai patokan bila darah yang
dikeluarkan secara cepat dari selang dada sebanyak 1.500 ml, atau bila darah yang keluar lebih
dari 200 ml tiap jamuntuk 2 sampai 4 jam, atau jika membutuhkan transfusi darah terus menerus,
eksplorasi bedah herus dipertimbangkan.
BAB II
PEMBAHASAN

1 DEFINISI
Hemothorax adalah kumpulan darah di dalam ruang antara dinding dada dan paru-paru (rongga
pleura). Penyebab paling umum dari hemothorax adalah trauma dada. Trauma misalnya :

Luka tembus paru-paru, jantung, pembuluh darah besar, atau dinding dada
Trauma tumpul dada kadang-kadang dapat mengakibatkan lecet hemothorax oleh
pembuluh internal.

Diathesis perdarahan seperti penyakit hemoragik bayi baru lahir atau purpura Henoch-Schnlein
dapat menyebabkan spontan hemotoraks. Adenomatoid malformasi kongenital kistik:
malformasi ini kadang-kadang mengalami komplikasi, seperti hemothorax.

2. ETIOLOGI
Penyebab dari hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh darah
intercostal atau arteri mammaria internal yang disebabkan oleh cedera tajam atau cedera tumpul.
Dislokasi fraktur dari vertebrata torakal juga dapat menyebabkan hemotoraks. Biasanya
perdarahan berhenti spontan dan tidak memerlukan intervensi operasi.
Penyebab paling umum dari hemothorax adalah trauma dada. Dapat juga terjadi pada pasien
yang memiliki:
Sebuah cacat pembekuan darah
Trauma tumpul dada
Kematian jaringan paru-paru (paru-paru infark )
Kanker paru-paru atau pleura
Menusuk dada ( ketika senjata seperti pisau atau memotong peluru paru-paru )
Penempatan dari kateter vena sentral
Operasi jantung
Tuberkulosis
Hematoraks masif adalah terkumpulnya darah dengan cepat lebih dari 1500 cc dalam rongga
pleura. Penyebabnya adalah luka tembus yang merusak pembuluh darah sistemik atau pembuluh
darah pada hilus paru. Selain itu juga dapat disebabkan cedera benda tumpul. Kehilangan darah
dapat menyebabkan hipoksia.

3. PATOFISIOLOGI
Pada trauma tumpul dada, tulang rusuk dapat menyayat jaringan paru-paru atau arteri,
menyebabkan darah berkumpul di ruang pleura. Benda tajam seperti pisau atau peluru
menembus paru-paru. mengakibatkan pecahnya membran serosa yang melapisi atau menutupi
thorax dan paru-paru. Pecahnya membran ini memungkinkan masuknya darah ke dalam rongga
pleura. Setiap sisi toraks dapat menahan 30-40% dari volume darah seseorang.
Perdarahan jaringan interstitium, Pecahnya usus sehingga perdarahan Intra Alveoler, kolaps
terjadi pendarahan. arteri dan kapiler, kapiler kecil , sehingga takanan perifer pembuluh darah
paru naik, aliran darah menurun. Vs :T ,S , N. Hb menurun, anemia, syok hipovalemik, sesak
napas, tahipnea,sianosis, tahikardia. Gejala / tanda klinis
Hemothorak tidak menimbulkan nyeri selain dari luka yang berdarah didinding dada. Luka di
pleura viseralis umumnya juga tidak menimbulkan nyeri. Kadang-kadang anemia dan syok
hipovalemik merupakan keluhan dan gejala yang pertama muncul.
Secara klinis pasien menunjukan distress pernapasan berat, agitasi, sianosis, tahipnea berat,
tahikardia dan peningkatan awal tekanan darah, di ikuti dengan hipotensi sesuai dengan
penurunan curah jantung.
Pemeriksaan diagnostik
a. Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleura, dapat menunjukan
penyimpangan struktur mediastinal (jantung)
b. GDA : Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengeruhi, gangguan mekanik
pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. PaCO2 kadang-kadang meningkat. PaO2
mungkin normal atau menurun, saturasi oksigen biasanya menurun.
c. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa (hemothorak).
d. Hb : mungkin menurun, menunjukan kehilangan darah.

4. DIAGNOSIS
Dari pemeriksaan fisik didapatkan
Inspeksi : ketinggalan gerak
Perkusi : redup di bagian basal karena darah mencapai tempat yang paling rendah
Auskultasi : vesikuler
Sumber lain menyebutkan tanda pemariksaan yang bisa ditemukan adalah :

Tachypnea
Pada perkusi redup
Jika kehilangan darah sistemik substansial akan terjadi hipotensi dan takikardia.
Gangguan pernafasan dan tanda awal syok hemoragic

Selain dari pemeriksaan fisik hemotoraks dapat ditegakkan dengan rontgen toraks akan
didapatkan gambaran sudut costophrenicus menghilang, bahkan pada hemotoraks masif akan
didapatkan gambaran pulmo hilang.

5. PENANGANAN
Tujuan pengobatan adalah untuk menstabilkan pasien, menghentikan pendarahan, dan
menghilangkan darah dan udara dalam rongga pleura. Penanganan pada hemotoraks adalah
1. Resusitasi cairan. Terapi awal hemotoraks adalah dengan penggantian volume darah yang
dilakukan bersamaan dengan dekompresi rongga pleura. Dimulai dengan infus cairan kristaloid
secara cepat dengan jarum besar dan kemudian pemnberian darah dengan golongan spesifik
secepatnya. Darah dari rongga pleura dapat dikumpulkan dalam penampungan yang cocok untuk
autotranfusi bersamaan dengan pemberian infus dipasang pula chest tube ( WSD ).
2. Pemasangan chest tube ( WSD ) ukuran besar agar darah pada toraks tersebut dapat cepat
keluar sehingga tidak membeku didalam pleura. Hemotoraks akut yang cukup banyak sehingga
terlihat pada foto toraks sebaiknya di terapi dengan chest tube kaliber besar. Chest tube tersebut
akan mengeluarkan darah dari rongga pleura mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah di
dalam rongga pleura, dan dapat dipakai dalam memonitor kehilangan darah selanjutnya.
Evakuasi darah / cairan juga memungkinkan dilakukannya penilaian terhadap kemungkinan
terjadinya ruptur diafragma traumatik. WSD adalah suatu sistem drainase yang menggunakan
air. Fungsi WSD sendiri adalah untuk mempertahankan tekanan negatif intrapleural / cavum
pleura.
Macam WSD adalah :
WSD aktif : continous suction, gelembung berasal dari udara sistem.
WSD pasif : gelembung udara berasal dari cavum toraks pasien.
Pemasangan WSD :
Setinggi SIC 5 6 sejajar dengan linea axillaris anterior pada sisi yang sakit .
1. Persiapkan kulit dengan antiseptik
2. Lakukan infiltratif kulit, otot dan pleura dengan lidokain 1 % diruang sela iga yang sesuai,
biasanya di sela iga ke 5 atau ke 6 pada garis mid axillaris.
3. Perhatikan bahwa ujung jarum harus mencapai rongga pleura
4. Hisap cairan dari rongga dada untuk memastikan diagnosis
5. Buat incisi kecil dengan arah transversal tepat diatas iga, untuk menghindari melukai
pembuluh darah di bagian bawah iga
6. Dengan menggunan forceps arteri bengkok panjang, lakukan penetrasi pleura dan perlebar
lubangnya
7. Gunakan forceps yang sama untuk menjepit ujung selang dan dimasukkan ke dalam kulit
8. Tutup kulit luka dengan jahitan terputus, dan selang tersebut di fiksasi dengan satu jahitan.
9. Tinggalkan 1 jahitan tambahan berdekatan dengan selang tersebut tanpa dijahit, yang
berguna untuk menutup luka setelah selang dicabut nanti. Tutup dengan selembar kasa
hubungkan selang tersebut dengan sistem drainage tertutup air
10. Tandai tinggi awal cairan dalam botol drainage.
3. Thoracotomy
Torakotomi dilakukan bila dalam keadaan`:
1. Jika pada awal hematotoraks sudah keluar 1500ml, kemungkinan besar penderita tersebut
membutuhkan torakotomi segera.
2. Pada beberapa penderita pada awalnya darah yang keluar < 1500ml, tetapi perdarahan tetap
berlangsung terus.
3. Bila didapatkan kehilangan darah terus menerus sebanyak 200cc / jam dalam waktu 2 4
jam.
4. Luka tembus toraks di daerah anterior, medial dari garis puting susu atau luka di daerah
posterior, medial dari scapula harus dipertimbangkan kemungkinan diperlukannya torakotomi,
oleh karena kemungkinan melukai pembuluh darah besar, struktur hilus atau jantung yang
potensial menjadi tamponade jantung.
Tranfusi darah diperlukan selam aada indikasi untuk torakotomi. Selama penderita dilakukan
resusitasi, volume darah awal yang dikeluarkan dengan chest tube dan kehilangan darah
selanjutnya harus ditambahkan ke dalam cairan pengganti yang akan diberikan. Warna darah (
artery / vena ) bukan merupakan indikator yang baik untuk di pakai sebagai dasar dilakukannya
torakotomi.
Torakotomi sayatan yang dapat dilakukan di samping, di bawah lengan (aksilaris torakotomi); di
bagian depan, melalui dada (rata-rata sternotomy); miring dari belakang ke samping
(posterolateral torakotomi); atau di bawah payudara (anterolateral torakotomi) . Dalam beberapa
kasus, dokter dapat membuat sayatan antara tulang rusuk (interkostal disebut pendekatan) untuk
meminimalkan memotong tulang, saraf, dan otot. Sayatan dapat berkisar dari hanya di bawah
12.7 cm hingga 25 cm.

6. KOMPLIKASI
Komplikasi dapat berupa :
1. Kegagalan pernafasan
2. Kematian
3. Fibrosis atau parut dari membran pleura
4. Syok
Perbedaan tekanan yang didirikan di rongga dada oleh gerakan diafragma (otot besar di dasar
toraks) memungkinkan paru-paru untuk memperluas dan kontak. Jika tekanan dalam rongga
dada berubah tiba-tiba, paru-paru bisa kolaps. Setiap cairan yang mengumpul di rongga
menempatkan pasien pada risiko infeksi dan mengurangi fungsi paru-paru, atau bahkan
kehancuran (disebut pneumotoraks ).

7. ASUHAN KEPERAWATAN PADA HEMOTHORAK


PENGKAJIAN
IDENTITAS PASIEN :
Nama Bp. I W
Umur 50 th
Agama Islam
Suku/Bangsa Sasak / Indonesia
Alamat Mataram

I.1. ANAMNESIS ( pada tanggal 1Oktober 2010)


1. Keluhan Utama
Nyeri dada setelah kecelakaan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanggal 28 september 2010 siang, pasien mengalami kecelakaan lalu lintas, pasien pengendara
sepeda motor. Pasien jatuh sendiri karena pepetan. Saat jatuh pasien mengeluh nyeri di tangan
kiri dan terasa sulit digerakkan. Setelah kecelakaan pasien langsung dibawa keRSI Mataram. Di
RSI pasien di pasang rangsel verband. Pasien merasa sesak dan kesakitan di dada sebelah kiri
sehingga pasien dirujuk ke RSU mataram.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Asma : Disangkal
Hipertensi : Disangkal
Jantung : Disangkal
DM : Disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Asma : Disangkal
Hipertensi : Disangkal
Jantung : Disangkal
DM : Disangkal

I.2. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum : Tampak lemah
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign : TD : 100/70 mmhg S : 370 C
N : 80 X / mnt P : 24 X / mnt
Kulit : Dbn
Kepala : mesosephal
Mata :Conjunctiva anemis ( - ), sclera tidak ikterik
Telinga : Secret ( - )
Hidung : Secret ( - )
Thorax
Pulmo : Inspeksi : Retraksi ( - ), ketinggalan gerak ( + )
Palpasi : Krepitasi ( + ), ketinggalan gerak ( + )
Perkusi : Redup pada bagian basal paru kiri
Auskultasi : Vesikuler, ronkhi ( + ), Wheezing (-/-)
Jantung : Inspeksi : Ictus Cordis tak tampak
Palpasi : Ictus Cordis teraba di SIC IV
Perkusi : Redup
Auskultasi : Regular, bising ( - )
Abdomen : Inspeksi : Perut sejajar dada.
Palpasi : Hepar / lien tidak teraba, NT ( - )
Perkusi : Pekak alih ( - )
Auskultasi : Peristaltik baik
Ekstremitas : Akral hangat, Nadi kuat.

I.3. DIAGNOSIS SEMENTARA


Bp.IW, 50 th, fraktur costa

I.4. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium :

Darah Rutin : WBC : 11,34


HGB : 13,9
PLT : 229
Kimia Darah : GDS : 119,1
GD puasa : 104,2
Ureum : 52,6
Creatinin : 0,91
SGOT : 40,0
SGPT : 26,3

Pemeriksaan Radiologi

Fraktur Clavicula sinistra


Fraktur scapula sinistra
Fraktur costa 2,3,4,5,6 sinistra
Hematothorax sinistra

I.5. DIAGNOSIS
Bp. IW, 50th dengan hematothorax ec fraktur clavicula sinistra, fr. Scapula sinistra, fr costa
2,3,4,5,6 sinistra.

I.6. PENANGANAN
Infus RL 20 tpm
Lapicef 3x1
Lapixim 3x1
Bonesco 3x1
Fetanin
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pasien Bp. I W, 50 thn, pasien korban kecelakaan sepeda motor, dengan keluhan nyeri tangan
kiri dan nyeri dada sebelah kiri, pada pemeriksaan fsik didapatkan terlihat adanya ketinggalan
gerak dan pada palpasi terdapat tanda krepitasi pada clavicula dan costa, dan juga didapatkan
redup pada perkusi bagian basal paru kiri. Pada pemeriksaan penun jang dengan foto rontgen
didapatkan gambaran fraktur clavicula sin, fr scapula sin, fr costa 2,3,4,5,6 sin, dan hematothorax
sinistra.
Sehingga pasien dapat di diagnosa, seorang laki laki usia 50th dengan hematothorax ec fr
clavicula sin, fr scapula sin, dan fr costa 2,3,4,5,6.
Maka penanganan untuk pasien ini adalah resusitasi cairan, hentikan perdarahan dengan
mengatasi frakturnya, mengeluarkan darah pada basal paru dengan pemasangan WSD, serta
diberi obat antibiotika untuk mencegah terjadinya infeksi dan diberikan analgetik untuk
mengatasi rasa nyeri.

Anda mungkin juga menyukai