Anda di halaman 1dari 8

PEMBERDAYAAN KELUARGA DAN KADER KESEHATAN JIWA

DALAM PENANGANAN PASIEN HARGA DIRI RENDAH


KRONIK DENGAN PENDEKATAN MODEL PRECEDE L. GREEN
DI RW 06, 07 DAN 10 TANAH BARU BOGOR UTARA

Desi Pramujiwati, Budi Anna Keliat, dan Ice Yulia Wardani

Keperawatan Jiwa, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Kota Depok,
Indonesia
E-mail: deasy.pram@gmail.com

ABSTRAK

Harga diri rendah kronik adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi diri negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Harga diri rendah
kronik yang dibiarkan menyebabkan isolasi sosial, halusinasi dan bunuh diri. Latihan melawan pikiran
negatif cognitive behaviour therapy (CBT), dukungan sosial melalui family psychoeducation (FPE) dan
terapi suportif diharapkan memperbaiki harga diri rendah kronik. Karya ilmiah akhir ini bertujuan
menjelaskan hasil asuhan keperawatan spesialis jiwa pada pasien harga diri rendah kronik yang diberikan
CBT, FPE dan terapi suportif. Metode yang digunakan adalah serial studi kasus pada 16 pasien yang
terdiri dari 11 pasien skizofrenia, 4 pasien retardasi mental dan 1 pasien epilepsy. Hasil asuhan
keperawatan menunjukkan penurunan tanda dan gejala harga diri rendah kronik disertai peningkatan
kemampuan pasien lebih tinggi pada kelompok pasien yang mendapatkan CBT, FPE dan terapi suportif
daripada kelompok yang mendapatkan CBT dan FPE maupun yang mendapatkan CBT. Dukungan sosial
di komunitas terutama memberdayakan keluarga dan kader dalam merawat pasien harga diri rendah
kronik disarankan.

Kata kunci : harga diri rendah kronik, dukungan sosial, Cognitif Behaviour Therapy, Psychoedukasi
Keluarga, Terapi Suportif

Abstract

Chronic low self-esteem is a feeling of worthlessness, not mean and low self esteem due to negative self
evaluation to self and self efficacy.. Prolonged chronic low self-esteem can caused social isolation,
hallucination and suicide. Trained against negative thoughts with cognitive behavior therapy (CBT),
giving social support with family psychoeducation (FPE) and supportive therapy is addresses to improve
chronic self-esteem. This paper is aimed to explain the result of psychiatric nursing care specialist
management for chronic low self -esteem patient whose given the CBT, FPE and supportive therapy. The
method used is case serial with 16 patient, contains of 16 schizophrenic patient, 4 mental retardation
patient and 1 patient with epilepsy. The result shows a higher decrease of chronic low self-esteem sign
and symptoms with an increase of patient ability more on the group that given CBT, FPE and supportive
therapy than the CBT and FPE group or the CBT group only. Community social support, especially to
empower family and cadre to caring chronic low self-esteem patient is recommended.

Keyword: low self esteem, social support, cognitif behaviour therapy, family psychoeducation, supportif
theraphy

170 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 1, No. 2, November 2013; 170-177


PENDAHULUAN melibatkan multidisiplin, termasuk terapi
farmaka dan berbagai bentuk perawatan
Skizofrenia adalah gangguan otak yang psikososial, seperti kemampuan untuk
mempengaruhi seseorang dalam berfikir, menjalani hidup sehari-hari dan
bahasa, emosi, perilaku sosial, dan keterampilan sosial, rehabilitasi dan terapi
kemampuan untuk menerima realita dengan keluarga (Townsend, 2009). Karena itu,
benar (Varcarolis, dkk, 2006). Skizofrenia penanganan schizophrenia memerlukan
merupakan suatu sindrom klinis atau proses kombinasi antara terapi farmaka dan terapi
penyakit yang mempengaruhi kognisi, lain seperti psikoterapi, rehabilitasi dan
persepsi, emosi, perilaku, dan fungsi sosial, sebagainya.
tetapi skizofrenia mempengaruhi setiap
individu dengan cara yang berbeda Perilaku yang sering muncul pada
(Videbeck, 2008). Dari pernyataan tersebut skizofrenia adalah motivasi kurang, isolasi
dapat dilihat bahwa selain berbahaya, social, perilaku makan dan tidur yang
penyakit ini juga berdampak buruk pada buruk, sukar menyelesaikan tugas, sukar
keluarga dan menjadi beban bagi mengatur keuangan, penampilan tidak rapi,
masyarakat. lupa melakukan sesuatu, kurang perhatian,
sering bertengkar, bicara pada diri sendiri
Orang dengan schizophrenia akan dan tidak teratur minum obat. Berdsarakan
mengalami gangguan dalam tanda dan gejala ini skizofrenia banyak
kemandiriannya menjalankan fungsi dan ditemkan masalah resiko perilaku
peran dalam kehidupan sehari hari, seperti kekerasan, halusinasi, harga diri rendah dan
merawat diri sendiri, sekolah atau bekerja waham.
dan fungsi lainnya. Oleh karena itu, pasien
dengan schizophrenia memerlukan bantuan Harga diri rendah kronik merupakan salah
dari pihak lain untuk tetap bertahan hidup, satu respon maladaptif dalam rentang
atau dengan kata lain bergantung pada respon neurobiologi. Proses terjadinya
bantuan orang lain (NIMH, 2012). harga diri rendah kronik pada pasien
skizofrenia dapat dijelaskan dengan
Penatalaksanaan terapi pasien dengan menganalisa stressor predisposisi dan
skizofrenia perlu dikelola secara integrasi, presipitasi yang bersifat biologis,
baik dari aspek psikofarmakologis (terapi psikologis, dan sosial budaya sehingga
somatik) dan aspek psikologis. menghasilkan respon bersifat maladaptif
Penatalaksanaan yang diberikan secara yaitu perilaku harga diri rendah
komprehensif pada pasien skizofrenia kronik.Respon terhadap stressor pada
menghasilkan perbaikan yang lebih optimal pasien harga diri rendah memunculkan
dibandingkan tunggal. Menurut Sulinger respon secara kognitif, afektif, fisiologis,
(1998) dikutip dari Keliat (2003) pasien perilaku dan sosial. Respon-respon tersebut
skizofrenia akan mengalami kekambuhan akan dianalisis lebih lanjut, sehingga
50% pada tahun pertama dan 70% pada memunculkan rentang respon (Stuart,
tahun kedua. Dr Tun Kurniasih Bastaman, 2009). Kemampuan pasien dalam
SpKJ (Departemen Psikiatri Fakultas mengatasi harga diri rendah merupakan
Kedokteran UI) 75-80% pasien gangguan koping yang dimiliki pasien dalam
jiwa bisa sembuh, sedangkan sisanya berespon terhadap setiap stressor. Sumber
kemungkinan kambuh. Penyebab koping terdiri dari empat hal yaitu
kekambuhan adalah putus obat. Dari kemampuan individu (personal abilities),
pernyataan di atas dapat dilihat bahwa dukungan sosial (social support),
keteraturan pengobatan dan perawatan ketersediaan materi (material assets) dan
sangat penting proses penyembuhan. kepercayaan (positif belief) (Stuart, 2009).

Oleh karena itu, penanganan yang efektif Tindakan keperawatan diberikan kepada
memerlukan usaha yang komprehensif, pasien dengan tujuan supaya pasien

Pemberdayaan Keluarga Dan Kader Kesehatan Jiwa Dalam Penanganan Pasien Harga Diri Rendah 171
Kronik Dengan Pendekatan Model Precede L. Green DI RW 06, 07 Dan 10 Tanah Baru Bogor Utara
Desi Pramujiwati, Budi Anna Keliat, dan Ice Yulia Wardani
memiliki kemampuan -kemampuan yang Departemen Kesehatan untuk penyakit
dapat digunakan untuk hidup mandiri dan tuberculosis. PMO bertugas untuk
produktif (Keliat, Akemat, Susanti, 2011). menjamin keteraturan pengobatan pasien.
Tindakan keperawatan yang dilakukan Kader juga mampu memberikan motivasi
tersebut terdiri dari tindakan generalis dan perawatan dan pengobatan untuk
spesialis. Tindakan keperawatan diberikan menurunkan tanda dan gejala harga diri
baik kepada pasien sebagai individu, rendah serta meningkatkan kemampuan
keluarga sebagai care giver dan kelompok positif pasien.
atau masyarakat yang dapat meningkatkan
kesehatan. Tindakan keperawatan spesialis METODE
untuk pasien yaitu Cognitif Behaviour
Therapy (CBT), untuk keluarga Family Metode yang digunakan adalah serial studi
Psichoeducation (FPE) dan kelompok kasus yang mengambil total pasien harga
diberikan terapi suportif. diri rendah kronik sebanyak 16. Responden
dalam penulisan karya ilmiah ini adalah
Pemberdayaan masyarakat dalam pasien dengan schizophrenia, retardasi
keperawatan kesehatan jiwa diwujudkan mental dan epilepsy yang mengalami harga
dengan dikembangkannya model diri rendah kronik dan tinggal dengan
Community Mental Health Nursing keluarganya sebagai caregiver. Karya
(CMHN). CMHN / Keperawatan Kesehatan ilmiah ini melibatkan keluarga dan kader
Jiwa Komunitas (KKJK) yang merupakan dalam satu paket tindakan keperawatan,
salah satu upaya yang digunakan untuk berdasarkan jumlah pasien. Keluarga yang
membantu masyarakat menyelesaikan mengikuti selama tindakan keperawatan
masalah-masalah kesehatan jiwa akibat berjumlah 8 dan jumlah kader yang
dampak konflik, tsunami, gempa maupun berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan
bencana lainnya (Keliat dkk, 2011). tindakan keperawatan berjumlah 22 kader.

Penelitian terkait penerapan model CMHN Asuhan keperawatan yang diberikan secara
yang dilakukan Keliat, Helena dan Riasmini paket tindakan keperawatan spesialis yang
(2011) yang mengujicobakan model CMHN terdiri dari 3 paket yang berbeda. Paket
pada 237 keluarga di DKI Jakarta. Pada pertama pasien diberikan tiga tindakan
penelitian ini perawat CMHN melakukan keperawatan spesialis yaitu cognitif
kunjungan rumah dilakukan sebanyak 12 behavior therapy (CBT), family
kali kunjungan. Penelitian dilakukan psychoeducation (FPE) dan terapi suportif
dengan memberikan asuhan keperawatan dimana kader melakukan kunjungan rumah
kepada pasien dan memberikan health kepada pasien. Paket kedua pasien
education kepada diberikan tindakan keperawatan spesialis
keluarga pasien. Hasil analisis CBT dan FPE, dimana keluarga dan kader
menunjukkan peningkatan kemandirian dan diberdayakan dalam perawatan pasien.
rata-rata waktu produktif pasien. Dari Paket ketiga pasien diberikan tindakan
penelitian ini dapat dilihat bahwa penerapan keperawatan spesialis CBT dimana kader
model CMHN berdampak positif terhadap dan keluarga tidak berpartisipasi dalam
pasien dan keluarga. perawatan pasien.

Peran kader dalam model CMHN salah HASIL PENELITIAN


satunya adalah melakukan kunjungan
rumah ke keluarga pasien gangguan jiwa Hasil penelitian ini dilihat dari penurunan
yang telah mandiri (Keliat, 2010). Kegiatan tanda dan gejala serta peningkatan
yang dapat dilakukan saat kader melakukan kemampuan pasien setelah diberikan paket
kunjungan rumah adalah menjalankan peran tindakan keperawatan spesialis. Paket
PMO (Pengawas Minum Obat) seperti yang pertama diberikan kepada 8 pasien dimana
telah dikembangkan oleh keluarga dan kader berpartisipasi dalam

172 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 1, No. 2, November 2013; 170-177


perawatan pasien. Penurunan tanda dan Jenis kelamin yang ditemukan terbanyak
gejala secara kognitif, afektif, fisiologis, adalah perempuan. Jenis kelamin
perilaku dan sosial menunjukkan perubahan mempengaruhi respon terhadap stressor
yang bermakna, yaitu pasien menjadi diantaranya perselisihan keluarga,
mampu berpikir secara rasional, lebih perceraian dan masalah pengasuhan anak.
percaya diri, mampu melakukan kegiatan Anak perempuan lebih berat mengalami
sehari-hari tanpa bantuan baik di dalam gangguan jiwa dan berkepanjangan
maupun diluar rumah dan berkomunikasi dibandingkan dengan laki-laki (Luthar &
dengan masyarakat. Zigler, 1991 dalam WHO, 2002).

Paket kedua diberikan pada 6 pasien Pendidikan terbanyak adalah pendidikan


dimana keluarga dan kader melakukan rendah. Menurut Stuart (2009) bahwa aspek
perawatan. Hasil penurunan tanda dan intelektual merupakan salah satu faktor
gejala serta peningkatan kemampuan penyebab terjadinya gangguan jiwa karena
berupa pasien mampu berpikir rasional, berhubungan dengan kemampuan seseorang
mampu melakukan kegiatan sehari-hari di dalam menyampaikan idea tau
dalam rumah dan mampu berkomunikasi pendapatnya, berpengaruh pada
dengan orang lain dengan motivasi. Paket kemampuan seseorang untuk memenuhi
ketiga diberikan kepada 2 pasien dimana harapan dan keinginan yang ingin dicapai
keluarga dan kader tidak berpartisipasi dalam hidupnya.
dalam perawatan pasien. Hasil Tidak bekerja banyak ditemukan pada
menunjukkan perubahan hanya secara pasien harga diri rendah kronik. Faktor
kognitif an afektif sedangkan respon status sosial ekonomi lebih banyak
fisiologis, perilaku dan sosial kurang mengalami gangguan jiwa yang
bermakna. Pasien masih menunjukkan menyebabkan kurangnya motivasi untuk
perilaku curiga kepada orang lain, kurang melakukan kegiatan sehari-hari
mampu berkomunikasi dengan orang lain, dibandingkan pada tingkat social ekonomi
tidak mau berinteraksi dengan lingkungan tinggi (Towsend, 2005).
dan kurang motivasi.
Belum menikah banyak ditemukan pada
PEMBAHASAN pasien harga diri rendah. Menurut Stuart
(2009) bahwa ketidakmampuan
Hasil pelaksanaan asuhan keperawatan mengungkapkan keinginan, termasuk
meliputi karakteristik pasien, stressor keinginan berumah tangga merupakan salah
predisposisi, presipitasi, renpon terhadap satu faktor predisposisi harga diri rendah.
stressor dam kemampuan pasien.
Karakteristik terdiri dari usia, jenis kelamin, Predisposisi pasien harga diri rendah kronik
pendidikan, status perkawinan dan status adalah faktor genetik, ketidakmampuan
pekerjaan. mengungkapkan keinginan dengan baik,
kepribadian tertutup dan maslah ekonomi.
Rentang usia terbanyak antara 21 -40 tahun Resiko 15% jika salah satu orang tua
mengalami harga diri rendah kronik. menderita skizofrenia, agka ini dapat
Rentang ini merupakan usia dewasa dimana meningkat 40-50% jika kedua orang tua
kematuran individu harus dicapai, semakin biologis menderita skizofrenia (Cancro &
dewasa seseorang maka semakin lebih baik Lehman; Videbeck, 2008; Stuart, 2009;
cara berpikirnya. Usia dewasa adalah usia Towsend, 2008; Fontaine, 2009).
dimana individu dapat mengaktualisasikan Kepribadian introvert, gangguan
dirinya di masyarakat, apabila terjadi kemampuan komunikasi verbal, menutup
kegagalan maka menunjukkan penurunan diri sangat berhubungan sehingga individu
motivasi untuk melakukan aktivitas dan tidak memiliki orang terdekat atau orang
merasa kurang mampu atau tidak percaya yang berarti dalam hidupnya. Pengalaman
diri. masa lalu yang negative menjadi bottom

Pemberdayaan Keluarga Dan Kader Kesehatan Jiwa Dalam Penanganan Pasien Harga Diri Rendah 173
Kronik Dengan Pendekatan Model Precede L. Green DI RW 06, 07 Dan 10 Tanah Baru Bogor Utara
Desi Pramujiwati, Budi Anna Keliat, dan Ice Yulia Wardani
line bagi individu berespon dengan peningkatan kemampuan setelah diberikan
lingkungan sehingga individu menjadi terapi, yaitu berupa asuhan keperawatan
rendah diri (Tillman & Kelly, 2008). pada pasien dengan CBT, FPE pada
keluarga, terapi suportif bagi kelompok
Presipitasi yang banyak ditemukan pada dengan harga diri rendah kronik serta peran
pasien harga diri rendah kronik yang dilakukan oleh kader pada pasien
dianataranya putus obat, keinginan yang harga diri rendah kronik. Terdapat
tidak terpenuhi dan stigma negatif dari perbedaan pada perubahan tanda gejala
masyarakat. Putus obat menyebabkan masa serta peningkatan kemampuan pada pasien
pengobtan menjadi lebih panjang sehingga harga diri rendah yang diberikan kombinasi
pasien merasa bosan dan tidak ada motivasi tindakan keperawatan dibandingkan yang
untuk melakukan perubahan. Dungan baik mendapatkan salah satu tindakan
internal maupun eksternal sangat keperawatan. Perbedaan tersebut
mempengaruhi peningkatan harga diri menunjukkan bahwa pemberian kombinasi
sehingga perkembangan mental menjadi tindakan keperawatan spesialis dan
lebih baik dan sehat. Sebaliknya apabila kunjungan secara rutin dan terstruktur dapat
tidak ada dukungan maka individu menjadi meningkatkan kemandirian pasien.
merasa diasingkan, tidak diterima dan harga
diri rendah. Salah satu penelitian dalam The British
Journal of Psychology menunjukkan efek
Hasil analisa data menunjukkan bahwa rata- pemberian FPE pada keluarga yang
rata kemandirian keseluruhan pasien harga merawat pasien dengan depresi mayor.
diri rendah kronik sebelum dilakukan terapi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
berada dalam rentang kemandirian kelompok pada kelompok yang diberikan
menengah. Kebanyakan orang dengan harga FPE, waktu kekambuhan pasien secara
diri rendah kronik memiliki kesulitan dalam statistik lebih panjang dibandingkan dengan
menjalankan pekerjaannya atau bahkan kelompok keluarga yang tidak diberikan
untuk menungkapkan keinginan sehingga FPE (Kaplan-Meier survival analysis,
pasien tidak bersosialisasi dengan P=0,002) (Shimazu, et.al, 2008). Dalam
lingkungannya. Ini menunjukkan bahwa penelitian ini FPE diasumsikan dapat
kemandirian pasien terganggu karena berpengaruh terhadap perawatan keluarga
kondisi harga diri rendah kronik. sebagai caregiver kepada pasien dengan
schizophrenia.
Masalah kemandirian pasien harga diri
rendah kronik perlu mendapat perhatian Peningkatan tersebut dapat terjadi karena
karena akan banyak masalah lain yang tindakan keperawatan yang diberikan
ditimbulkan seperti masalah stress pada kepada pasien dan keluarga serta peran
caregiver dan menambah beban keluarga. PMO oleh kader. Seperti dinyatakan dalam
Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh penelitian Wardhani (2009) bahwa
Safier (1997, dalam Townsend, 2009) kepatuhan berobat dapat disebabkan oleh
bahwa keluarga yang memiliki anggota berbagai faktor yaitu diantaranya adalah
keluarga dengan harga diri rendah kronik aspek yang berkaitan dengan pasien, aspek
akan mengalami pergolakan yang besar yang berkaitan dengan keluarga dan aspek
dalam dirinya. Hal ini menunjukkan bahwa yang berkaitan dengan tenaga kesehatan.
kondisi harga diri rendah kronik dapat
berdampak pada kondisi keluarga, karena Peningkatan kemampuan yang dicapai pada
itu keluarga pun memerlukan tindakan pasien harga diri rendah kronik dalam karya
keperawatan agar tidak menimbulkan ilmiah ini setelah dilakukan kombinasi
masalah baru. tindakan keperawatan dalah sebesar 81%.
Penurunan tanda dan gejala pada respon
Penelitian ini menunjukkan adanya kognitif sesudah kombinasi tindakan
penurunan tanda dan gejala serta keperawatan adalah 3%1. Respon afektif

174 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 1, No. 2, November 2013; 170-177


menurun sampai 25%, berupa respon malu, membuktikan hubungan searah antara
sedih, takut, perasaan tidak mampu dan pengetahuan dan perilaku seseorang,
ketidakmampuan mencari kesenangan / dengan arti bahwa semakin baik
kebanggaan. Respon fisiologis menurun pengetahuan seseorang maka dapat
menjado 18% berupa respon diasumsikan semakin baik pula
lelah/letih/lesu, nafsu makan menurun dan perilakunya.
penurunan berat badan. Respon perilaku
menurun menjadi 19% berupa respon Peran kader yang dijalankan dalam karya
kurang spontasnitas, diam dan tidak adanya ilmiah ini adalah kader memotivasi pasien
motivasi. Respon sosial menurun menjadi untuk teratur berobat, memberikan
19% berupa ketidakmampuan penjelasan kepada keluarga untuk
berkomunikasi, sulit berinteraksi dan mengawasi pengobatan pasien, memotivasi
menarik diri. Hal ini berarti adanya pasien dan keluarga untuk mengikuti
penurunan tanda dan gejala serta adanya kegiatna kelompok maupun penyuluhan
peningkatan kemampuan pada pasien harga kesehatan serta menganjurkan pasien untuk
diri rendah setelah dilakukan kombinasi teratur melakukan pemeriksaan ke
tindakan keperawatan spesialis serta adanya puskesmas. Dengan dikunjungi oleh kader,
pemberdayaan keluarga dan kader dalam pasien dan keluarga mendapatkan informasi
merawat pasien. bahwa pengobatan mudah dan murah
didapat. Selain itu dengan mendapatkan
Tindakan keperawatan yang dilakukan penjelasan dari kader, pasien dan keluarga
dalam karya ilmiah ini adalah asuhan dapat lebih memahami manfaat dari
keperawatan kepada pasien harga diri pengobatan dan perawatan, sehingga
rendah kronik sesuai SAK Jiwa, CBT pada termotivasi untuk teratur menjalani
pasien, FPE kepada keluarga sebagai pengobatan dan perawatan. Dalam karya
caregiver, terapi suprotif pada kelompok ilmiah ini kader juga memotivasi pasien
serta peran PMO oleh kader untuk untuk berobat dengan cara menceritakan
menjamin keteraturan berobat pasien. keberhasilan pengobatan dan perawatan
Intervensi yang diberikan kepada pasien pada pasien lain.
berupa asuhan keperawatan sesuai SAK
dapat membantu meningkatkan kepatuhan KESIMPULAN
berobat pasien karena dalam salah satu
strategi pelaksanaan asuhan keperawatan 1. Karakteristik usia pasien adalah rata-rata
tersebut, terdapat satu strategi pelaksanaan 20-40 tahun, lebih dari setengah pasien
mengenai pengobatan pasien. berjenis kelamin perempuan, sebagian
besar belum menikah dan tidak
Intervensi tersebut pasien diberikan mempunyai pekerjaan, sebagian besar
penjelasan mengenai obat -obatan yang memiliki keyakinan positif terhadap
diminum pasien, fungsi obat-obatan pelayanan kesehatan.
tersebut, berapa lama pasien harus berobat 2. Pemberian asuhan keperawatan berupa
dan apa alasannya, pasien juga diajarkan kombinasi tindakan keperawatan
mengenai pengobatan yang benar, jadwal spesialis jiwa yaitu CBT pada pasien,
kontrol dan akibat yang ditimbulkan jika FPE pada keluarga, terapi suportif untuk
pasien tidak teratur berobat. Penjelasan- kelompok dan pelaksanaan perawatan
penjelasan ini dapat meningkatkan oleh kader meningkatkan kemandirian
kepatuhan berobat pasien karena pasien harga diri rendah kronik
pengetahuan yang baik menjadi dasar untuk memberikan perubahan secara
perilaku yang sesuai. Sesuai dengan teori bermakna.
perilaku yang dikemukakan oleh Bloom 3. Perubahan tanda dan gejala serta
(dalam Notoatmodjo, 2002), bahwa peningkatan kemampuan pasien harga
perilaku seseorang dipengaruhi oleh diri rendah kronik yang tidak
pengetahuannya. Berbagai penelitian mendapatkan kombinasi tindakan

Pemberdayaan Keluarga Dan Kader Kesehatan Jiwa Dalam Penanganan Pasien Harga Diri Rendah 175
Kronik Dengan Pendekatan Model Precede L. Green DI RW 06, 07 Dan 10 Tanah Baru Bogor Utara
Desi Pramujiwati, Budi Anna Keliat, dan Ice Yulia Wardani
keperawatan spesialis jiwa mengalami Masyarakat diharapkan menambah
perubahan yang tidak bermakna. wawasan dan kepedulian terhadap
kesehatan jiwa untuk masalah harga diri
Perubahan tanda dan gejala serta rendah.
peningkatan kemampuan dengan pemberian
kombinasi tindakan keperawatan dan Tindakan keperawatan untuk kelompok
pemberdayaan kader memiliki hubungan gangguan jiwa dilakukan secara rutin
yang erat. Peningkatan bersama dengan kader kesehatan jiwa dan
kemampuan akan menyebabkan perawat CMHN
peningkatan kemandirian pasien harga diri
rendah kronik. Memfasilitasi sarana dan prasarana untuk
pelaksanaan pelayanan kesehatan jiwa
SARAN termasuk tersedianya sumber daya manusia
(SDM) dan ketersediaan obat-obatan yang
Perawat dapat memodifikasi dalam dibutuhkan oleh pasien gangguan jiwa
pelaksanaan pemberian tindakan
keperawatan baik bagi pasien, keluarga dan Perlu disediakan piliklinik kesehatan jiwa
kelompok . di semua puskesmas yang berada di wilayah
dinas kesehatan
Perawat jiwa lebih aktif menerapkan asuhan
keperawatan dengan memodifikasi tindakan Dapat memfasilitasi pelaksanaan program
keperawatan baik generalis maupun Community Mental Health Nursing
spesialis serta meningkatkan kemampuan (CMHN) dengan instansi lain seperti Dinas
manajemen pelayanan keperawatan jiwa. Sosial, Dinas Pertanian maupun Dinas
Tenaga Kerja
Meningkatkan peran perawat CMHN
dengan cara monitoring dan evaluasi Memfasilitasi dalam pelayanan kesehatan
kemampuan melalui kader kesehatan jiwa, jiwa termasuk SDM terkait perawat
perawat CMHN memberikan tindakan spesialis jiwa komunitas dan pengadaan
keperawatan kelompok agar kemampuan obat-obatan
pasien dapat ditingkatkan, perawat CMHN
dapat berkolaborasi dalam pemberian terapi Pengembangan pos pelayanan kesehatan
psikofarmaka dengan tenaga medis dan jiwa di tiap wilayah agar pelaksanaan
rujukan terkait kondisi pasien. deteksi dini terhadap gangguan jiwa dapat
dilakukan
Hasil pelaksanaan asuhan keperawatan jiwa
ini dapat dijadikan evidence based dalam Perlu penempatan perawat spesialis jiwa
penyelesaian masalah gangguan jiwa yang akan memberikan asuhan keperawatan
dengan pendekatan dual atau triple jiwa spesialis maupun menjadi konsultan di
diagnosis keperawatan. setiap puskesmas

Pasien diharapkan menerapkan latihan yang Referensi


sudah diberikan oleh perawat CMHN agar
pasien menjadi mandiri dan produktif 1. Fontaine, K.L. (2009). Mental health
nursing(6thed). New Jersey: Pearson
Keluarga senantiasa memberikan dukungan Prentice Hall.
selama perawatan agar kemampuan dan 2. Keliat, B.A. (2007). Keperawatan
kemandirian pasien meningkat Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN
(Basic Course). Jakarta : EGC.
Kader kesehatan selalu berkoordinasi 3. __________. (2010). Manajemen
dengan perawat CMHN dalam pemantauan Keperawatan Jiwa Komunitas Desa
kondisi kesehatn pasien gangguan jiwa

176 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 1, No. 2, November 2013; 170-177


Siaga : CMHN (Intermediate Course). 11. Lelono. S. K. (2011). Efektfitas
Jakarta : EGC. Cognitif Behaviour Therapy dan
4. Keliat, B.A., Helena, N. & Riasmini, Rational Emotive Behaviour Therapy
N.M. (2011).Efektifitas penerapan terhadap Klien Perilaku Kekerasan,
model community mental health Halusinasi dan Harga Diri Rendah di
nursingterhadap kemampuan hidup RSMM Bogor. Tesis. Depok_FIK UI.
pasiengangguanjiwadan Tidak dipublikasikan
keluarganyadi wilayah DKI 12. Mohr, W.K. (2006). Psychiatric Mental
Jakarta.Hibah riset unggulan UI. Health Nursing. Philadelphia:
5. Chien, W.T., Chan, S.W.C & Lippincott Williams & Wilkins.
Thompson, D.R. (2006). Effects of a 13. NANDA International. (2010).
manual support group for families of Diagnosis Keperawatan: Definisi dan
Chinese people with schizophrenia: 18- Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: EGC.
Months follow up. Januari 2, 2011. 14. Notoatmodjo, S., (2007). Pendidikan
6. Fortinash & Worret. (2007). Psychatric dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka
Nursing Care Plans (5th ed). St. Louis: Cipta
Mosby Elsevier. 15. Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005).
7. Hidayat. E. (2011). Pengaruh Cognitif Principles and Practice of Psychiatric
Behaviour Therapy (CBT) dan Rational Nursing (7thed). St.Louis, Missouri:
Emotive Behaviour Therapy (REBT) Mosby Elsevier.
terhadap Klien Perilaku Kekerasan dan 16. Stuart, G.W. (2009). Principles and
Harga Diri Rendah di RSMM Bogor. Practice of Psychiatric Nursing (9thed).
Tesis. Depok_FIK UI. Tidak St.Louis, Missouri: Mosby Elsevier.
dipublikasikan 17. Townsend, M.C. (2009). Psychiatric
8. Keliat, B.A. & Akemat, Susanti, H. Mental Health Nursing (6thed).
(2011). Manajemen Kasus Gangguan Philadelphia: F.A. Davis Company.
Jiwa CMHN (Intermediate Course). 18. Undang-Undang Republik Indonesia
Jakarta: EGC. No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
9. __________. (2011). Manajemen 19. Videbeck, S.L. (2006). Psychiatric
Keperawatan Jiwa Komunitas Desa Mental Health Nursing (3thed).
Siaga: CMHN (Intermediate Course). Philadelphia: Lippincott Williams &
Jakarta: EGC. Wilkins.
10. __________. (2011). Keperawatan
Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC.

Pemberdayaan Keluarga Dan Kader Kesehatan Jiwa Dalam Penanganan Pasien Harga Diri Rendah 177
Kronik Dengan Pendekatan Model Precede L. Green DI RW 06, 07 Dan 10 Tanah Baru Bogor Utara
Desi Pramujiwati, Budi Anna Keliat, dan Ice Yulia Wardani

Anda mungkin juga menyukai