Anda di halaman 1dari 5

Nama : Putri Ratna Sari Dikumpulkan tanggal : 21 Maret 2017

NPM : 1506675831 Paraf asisten :


Kelompok :7
Topik pemicu : Aspek Penting Penentu Keberhasilan Kultur in vitro pada Tanaman Industri
dan Pangan
I. OUTLINE
1. Pengenalan Metabolit Sekunder
2. Cara Memproduksi Metabolit Sekunder dengan Kultur in vitro
3. Contoh Produk Metabolit Sekunder
II. PEMBAHASAN
1. Pengenalan Metabolit Sekunder
Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi pertumbuhan
organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbeda-beda antara spesies yang
satu dan lainnya. Metabolit sekunder pada tanaman biasanya hanya diproduksi pada saat-
saat tertentu, misal untuk melindungi tanaman dari gangguan hama dan penyakit.
Sebagian besar metabolit sekunder adalah turunan lemak. Senyawa ini diproduksi hanya
dalam jumlah sedikit tidak terus-menerus untuk mempertahankan diri dari habitatnya dan
tidak berperan penting dalam proses metabolism utama (primer). Pada tanaman, senyawa
metabolit sekunder memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai atraktan (menarik
serangga penyerbuk), melindungi dari stress lingkungan, pelindung dari serangan
hama/penyakit (phytoaleksin), pelindung terhadap sinar ultra violet, sebagai zat pengatur
tumbuh dan untuk bersaing dengan tanaman lain (alelopati).
Berikut ini adalah metabolit sekunder yang terkandung dalam tanaman.
Tabel 1. Metabolit sekunder yang penting bagi tanaman menurut Schlee, 1986; Levin,
1976; Savein, 1977; Wink, 1987, yang dihimpun oleh Wink (1988)
Fungsi Biologis Golongan Persenyawaan
Antraktan Betaalanin, asthosianin, karotenoid,
flavonoid, asam amino, amine, gula.
Alleopati Fenol, phloridzin, juglone, quercelin,
polyacexylon, sesquiterpene lactone.
Antifungal Asam protocatichuic, asam klorogenik,
tannin, solanin, limonene, geraniol, citrol,
juglon, lupanin.
Antibakteri Citroneal, canavanine, terterin, azetidine-
2-carboxilic acid.
Antiviral Lycorine, sparteine
Insect repellence Tannin, asam caffeat, asam ferulat,
citropine, colchicine, nicotine, piperine,
glycoside cyanogenic, cucurbitacin,
inhibitor protease, saponin.
Toksik untuk vertebrata Iso flavon, coumarin, juglone,
cardenolide, glycoside cyanogenic,
saponin, hypercin, grossypol, tannin,
alkaloid pada umumnya, asam amino non
protein.
Sumber: Wink (1988)
2. Cara Memproduksi Metabolit Sekunder dengan Kultur in vitro
Dalam memproduksi senyawa metabolit sekunder, tanaman memiliki tiga jalur
produksi di luar biosintesis karbohidrat dan protein. Pertama jalur asam malonat, pada
jalur ini senyawa metabolit yang dihasilkan adalah laurat, miristat, palmitat, stearate,
oleat, linoleat, linolenic, gliserida, poliaetilen, fosfolipida, glikolipida. Kedua jalur asam
mevalonat, senyawa yang dihasilkan adalah essential oil, squalent, monoterpenoid,
menthol, korosonoid, steroid, terpenoid, sapogenin, geraniol, ABA, dan GA3. Terakhir
adalah jalur asam sikhimat, metabolit sekunder yang disintesis melalui jalur asam sikhimat
diantaranya dalah asam sinamat, asam benzoic, lignin, koumarin, tanin, asam amino
benzoic dan quinon.
Dalam dunia industri, metabolit sekunder diproduksi dengan cara kultur jaringan
tumbuhan yang sering digunakan dalam produksi metabolit sekunder adalah kultur kalus
dan kultur suspense sel (Staba,1980). Fowler (1983), juga menyatakan bahwa kultur kalus
dan kultur sel tumbuhan secara in vitro adalah sumber yang potensial untuk produksi
metabolit sekunder. Dengan cara ini metabolit sekunder yang dihasilkan akan lebih
banyak dibandingkan produksi secara konvensional karena pada kultur in vitro
ditambahakan faktor pemicu.
Usaha-usaha untuk meningkatkan produksi metabolit sekunder sebagai berikut
a. Seleksi sel. Seleksi klon pada kultur jaringan untuk mendapatkan lini sel dengan
produksi metabolit sekunder yang tinggi. Seleksi dapat dilakukan secara visual,
berdasarkan analisis kimia atau berdasarkan ukuran agregat sel. Kemudia lini sel
tersebut dikembangkan sebagai kultur metabolit baru.
b. Menggunakan fusi sel, seperti kultur protoplas. Fusi sel ini dikembangkan dari
kultur potoplas yang memiliki lini sel yang menghasilkan metabolit sekunder
tinggi. Protoplas tersebut difusikan sehingga hasilnya hibrida somatik dengan
produk metabolit sekunder yang tinggi.
c. Penggunaan elicitor untuk memproduksi metabolit sekunder. Pada kultur ini,
dimanfaatkan alterasi metabolisme sel melalui faktor-faktor eksternal, misal stress.
Enzim-enzim untuk memproduksi metabolit sekunder banyak diinduksi oleh
pathogen, infeksi pathogen menginduksi pembentukan produk (fitoaleksin).
Elicitor berperan dalam menginduksi enzim yang terlibat dalam siklus
metabolisme ini. elicitor yang digunakan umumnya karbohidrat.
d. Penggunaan kultur akar berambut. Kultur jaringan diinfeksi dengan
Agrobacterium rhyzogenes yang kemudian menginfeksi DNA nya ke kultur akar,
sehingga dihasilkan kultur akar berambut dalam jumlah banyak. Untuk skala
komersial, teknik ini sangat banyak dipakai dikombinasikan dengan penggunaan
bioreaktor. Pemanfaatan akar berambut untuk menghasilkan senyawa metabolit
sekunder telah banyak dilakukan anatara lain lobelin, katarantin, dan ajmalin dari
Cataranthus roseus (Mukarlina, 2005), dari saponin dari Solanum aculeatissum,
glukotropaolin dari Tropaelum majus, hiosiamin dan skopolamin dari Atropa
belladonna dan Datura innoxia.
e. Penambhaan inducer (pemacu). Penambahan pemacu dapat merangsang aktivitas
enzim tertentu yang terlibat dalam jalur biosintesis sehingga dapat meningkatkan
produksi metabolit sekunder. Inducer yang digunakan untuk meningkatkan
kandungan senyawa triterpene linier tak jenuh dan inducer untuk semua triterpene.
Penambahan skualen pada kultur sel Asadirachta indica akan dapat meningkatkan
kandungan azadirachtin secara in vitro (Zakiah dkk, 2003).
Tahapan yang dilakukan untuk memproduksi metabolit sekunder pada kultur in vitro
adalah sebagai berikut. Pertama melakukan isolasi, peneleitian yang dilakukan meliputi
pemilihan koleksi tanaman obat dan determinasi tanaman Nicotiana tabacum L. dan
Artemisia annua L. Bagian dari kedua tanaman yang digunakan dalam penelitian ini
adalah daun. Dilakukan optimasi terhadap pertumbuhan bakteri Agrobacterium
rhisogenes dengan menggunakan dua komposisi media yang berbeda. Selanjutnya,
melakukan persiapan, hal yang dilakukan adalah sterilisasi tanaman, pemilihan medium
pertumbuhan tanaman, optimasi komposisi hormone pertumbuhan tanaman. Proses
optimasi ini juga dilakukan pada tanaman Artemisa annua L. dengan menggunakan
Nicotiana tabacum L. sebagai acuan.
Setelah diperoleh hasil yang optimal, masing-masing daun tanaman diinduksi hingga
berbentuk kalus. Dari kalus yang terbentuk inilah kemudian diberi 3 perlakuan yang
berbeda. Pertama disubkuktur dalam media tanpa hormone, kedua dengan hormone, dan
yang ketiga diinduksi dengan merendam kalus di dalam suspense bakteri Agrobacterium
rhisogenes.
Evaluasi dilakukan dengan membandingkan kadar alkaloid pada Nicotiana tabacum
dan artemisinin pada Artemisia annua L. dengan melakukan ekstraksi terlebih dahulu.
Ekstraksi untuk kedua senyawa ini dilakukan dengan cara maserasi dengan menggunakan
pelarut yang sesuai. Dari hasil ekstraksi kemudia dipantau dengan menggunakan
kromatografi lapis tipis lalu kadarnya diukur dengan menggunakan spektrofotometer.
Hasil optimasi menunjukkan bahwa baik Nicotiana tabacum dan Artemisia annua L.
tumbuh optimal pada media Murashige-Skoog (MS). Untuk komposisi hormone pada
tanaman tembakau adalah NAA 2 mg/L dan BAP 1 mg/L sedangkan untuk Artemisia
annua L. digunakan komposisi hormone NAA 2 mg/L dan BAP 0,5 mg/L.
Akar hasil transformasi, akar transformasi, dan tanaan asli kemudian diekstraksi
dengan cara maserasi menggunakan pelarut yang sesuai. Lalu ekstrak yang diperoleh
dipantau dengan menggunakan kromatografi lapis tipis dan dibandingkan kadar metabolit
sekundernya dengan menggunakan spektrofotometer.
Diperoleh kadar alkaloid pada kalus yang berbentuk akar relative lebih tinggi
dibandingkan dengan kadar pada kalus. Sedangkan pada Artemisia annua L. hasil
transformasi genetic diperoleh kadar artemisin yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kadar Artemisia annua L. tanpa transformasi dari tanaman aslinya. Oleh karena itu bentuk
akar yang terbentuk berbeda dan kadar artemisinin yang meningkat dapat disimpulkan
bahwa telah terjadi transformasi genetic pada tanaman yang telah diinduksi dengan
menggunakan Agrobacterium rhisogenes.

3. Contoh Produk Metabolit Sekunder dari Kultur in vitro


a. Shikonin
Senyawa ini dihasilkan dari kultur sel Lithospermum erithorhizon. Kegunaan atau
manfaat senyawa ini adalah sebagai anti bakteri, zat pewarna, kosmetik, untuk luka,
dll. Secara alami, Sikonin dapat diisolasi dari akar pada saat tanaman umur 5 7 tahun,
namun kandungannya hanya sekitar 1-2 %. Sedangkan produksi Sikonin melalui
Kultur akar rambut menggunakan alat bioreaktor kapasitas 20.000 liter dapat
menghasilkan sekitar 12 15%. Sikonin komersial telah diproduksi oleh PT. Mitsui
Petrochemical IND.
b. Ginsenoida
Senyawa metabolit sekunder ini diproduksi dari akar tanaman Ginseng. Senyawa ini
berguna untuk menambah vitalitas dan banyak digunakan sebagai campuran obat dan
minuman. Senyawa ini telah diproduksi secara komersial (skala industry) melalui
kultur akar menggunakan alat bioreactor dengan kapasitas 20.000 liter oleh PT. Nitro
Denco sejak tahun 1991.
c. Vinblastin dan Vincristine
Senyawa metabolit sekunder ini diproduksi dari bunga Tapak Dara (Catharanthus
roseus). Senyawa ini merupakan Alkaloid untuk obat penyakit leukemia. Berikut ini
adalah lintasan biosintesis senyawa metabolit Vinblastin dan Vincristine.

Gambar 2. Lintasan Biosintesis Senyawa Metabolit Vinblastin dan Vincristine


(Sumber: http://biogen.litbang.pertanian.go.id/wp/wp-
content/uploads/2013/08/image009-400x253.gif)
d. Ajmalicine
Senyawa metabolit sekunder ini diproduksi dari Rauvolvia sp. Kegunaan senyawa
Ajmalicine adalah untuk obat anti hipertensi (obat darah tinggi).
III. REFERENSI
Admin, 2013. Metabolit Sekunder: Jalur pembentukan dan kegunaannya.
[Online] Available at: http://biogen.litbang.pertanian.go.id/2013/08/metabolit-
sekunder-jalur-pembentukan-dan-kegunaannya/ [Accessed 20 3 2017].
Azis Saifudin Ph.d., A., 2014. Senyawa Alam Metabolit Sekunder
(Teori, Konsep dan Teknik Pemurnian). 1 ed. Yogyakarta: deepublish.
Hendaryono, D. d. A. W., 1994. Teknik Kultur Jaringan. Jogyakarta: Kanisius.
Jha, N., 2016. Secondary Metabolites in Plant Cultures:
Applications and Production. [Online] Available at:
http://www.biologydiscussion.com/biotechnology/plant-biotechnology/secondary-
metabolites-in-plant-cultures-applications-and-production/10646
[Accessed 19 3 2017].
Laila, F. N., 2014. Produksi Metabolit Sekunder Steviosida pada Kultur Kalus Stevia (Stevia
rebaudiana Bert. M.) DENGAN PENAMBAHAN ZPT 2,4-D DAN PEG
(Polyethylene Glykol) 6000 PADA MEDIA MS (Murashige & Skoog). Journal of
Biology el-Hayah, Volume 4, p. 2.
Tampubolon, S. P., 2015. BAB VII PRODUKSI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER.
[Online] Available at: digilib.unimed.ac.id/1640/6/Bab%20VII.pdf
[Accessed 19 3 2017].

Anda mungkin juga menyukai