Anda di halaman 1dari 35

BAB IV

DATA

4.1 Lokasi

Proyek Pembangunan Hunian dan Fasilitasnya terletak di Jl. Raya Adicipta 08,
RT.11/RW.3, Rawa Buaya, Cengkareng, Kota Jakarta Barat, DKI Jakarta 11740.
Lokasi tersebut disajikan pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Peta Lokasi Puri Orchard Apartment

4.1.1 Batas Wilayah Studi

Penentuan batas silayah studi ditentukan oleh pertimbangan terhadap batas


proyek, ekologis, sosial dan administratif. Sebagai acuan dalam penentuan batas
wilayah studi mengacu kepada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.

4.1.1.1 Batas Proyek

Batas proyek adalah batas-batas dimana lokasi dan sarana pendukungnya


berada. Batas-batas tersebut disajikan dalam Gambar 4.2, berikut keterangannya:

a. Sebelah Utara : Pemukiman penduduk dan SDN 05/07 Rawabuaya


b. Sebelah Selatan : Lahan kosong (Hijau Taman)
c. Sebelah Timur : Taman kota dan kolam resapan air hujan milik
Pemda DKI Jakarta

33
d. Sebelah Barat : Gedung Perkantoran OT dan Jl. Tol Lingkar Luar
Barat

Gambar 4.2 Batas Proyek Puri Orchard Apartment

4.1.1.2 Batas Ekologis

Batas ekologis ditetapkan berdasarkan luas persebaran dampak melalui media


udara aliran air permukaan dan pergerakan transportasi.

a. Udara : Paparan parameter debu terutama mengenai pemukiman dan usaha


dengan jarak radius 200 meter dari median jalan/akses pada saat kendaraan
lewat. Sedangkan bising memapar pada jarak yang lebih pendek, sekitar 100
m. Paparan emisi, debu dan bising akibat konstruksi, operasi dan kegiatan lalu
lintas dipengaruhi oleh arah dan kecepatan angin.
b. Air : Penurunan kualitas air permukaan disebabkan oleh adanya buangan
air limbah domestik menuju drainase dan badan air terdekat. Badan air tersebut
adalah Kali Angke (Gol D : Usaha Perkotaan) yang berada di sebelah Timur
lokasi kegiatan.
c. Lalu Lintas : Ruas jalan di sekitar lokasi proyek yang akan mengalami
penningkatan beban lalu lintas adalah Jl. Lingkar Luar Barat yang berada di
sisi Barat lokasi proyek.

34
4.1.1.3 Batas Sosial

Batas sosial adalah ruang di sekitar lokasi rencana kegiatan yang merupakan
tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang diperkirakan akan mengalami
perubahan mendasar akibat rencana kegiatan. Batas sosial dimaksud yang perlu
mendapat perhatian adalah pemukiman penduduk terdekat yang berada di Kelurahan
Rawa Buaya (Rt 02, 03, 08; RW 03).

4.1.1.4 Batas Administrasif

Batas administratif adalah batas ruang dimana masyarakat dapat secara leluasa
melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dalam ruang tersebut. Berdasarkan pelingkupan
maka batas administratif kegiatan Pembangunan Hunian dan Faslititasnya adalah
sebagian wilayah Kelurahan Rawa Buaya, Kecamatan Cengkareng, Kota Administrasi
Jakarta Barat.

4.1.2 Batas Waktu Kajian

Batas waktu kajian studi amdal ini terutama untuk prakiraan dampak adalah
pada tahap konstruksi sampai dengan tahun 2017. Disajikan pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Batas Waktu Kajian Dampak Penting Hipotetik Tahap Konstruksi

Deskripsi Rencana Kegiatan yang


Dampak Penting Hipotetik
No. Berpotensi Menimbulkan Batas Waktu Kajian
(DPH)
Dampak Lingkungan
Pada tahap konstruksi yaitu kegiatan
Peningkatan Kesempatan
1 Rekrutmen Tenaga Kerja rekrutmen tenaga kerja selama 30
kerja
bulan.
Pembersihan Lahan dan
2 - -
Pematangan Tanah
Pada tahap konstruksi yaitu kegiatan
Perubahan kualitas udara rekrutmen tenaga kerja selama 30
bulan.
Pada tahap konstruksi yaitu kegiatan
Peningkatan kebisingan rekrutmen tenaga kerja selama 30
Mobilisasi Alat Berat dan Bahan bulan.
3
Material Pada tahap konstruksi yaitu kegiatan
Gangguan lalu lintas rekrutmen tenaga kerja selama 30
bulan.
Pada tahap konstruksi yaitu kegiatan
Gangguan kamtibnas rekrutmen tenaga kerja selama 30
bulan.
Pada tahap konstruksi yaitu pekerjaan
4 Pekerjaan Pondasi Peningkatan kebisingan
pondasi selama 9 bulan.

35
Pada tahap konstruksi yaitu pekerjaan
Gangguan kamtibnas
pondasi selama 9 bulan.
Pada tahap konstruksi yaitu pekerjaan
Perubahan kualitas udara
basemen selama 12 bulan.
5 Pekerjaan Basemen
Pada tahap konstruksi yaitu pekerjaan
Peningkatan kebisingan
basemen selama 12 bulan.
Penurunan kuantitas air Pada tahap konstruksi yaitu pekerjaan
tanah dewatering selama 14 bulan.
6 Pekerjaan Dewatering
Perubahan sikap dan Pada tahap konstruksi yaitu pekerjaan
persepsi masyarakat dewatering selama 14 bulan.
Pada tahap konstruksi yaitu pekerjaan
Perubahan kualitas udara
struktur selama 15 bulan.
Pada tahap konstruksi yaitu pekerjaan
7 Pekerjaan Struktur Bangunan Peningkatan kebisingan
struktur selama 15 bulan.
Perubahan sikap dan Pada tahap konstruksi yaitu pekerjaan
persepsi masyarakat struktur selama 15 bulan.
Perubahan
Pada tahap konstruksi yaitu pekerjaan
8 Penghijauan (RTH) Keanekaragaman Flora
penghijauan selama 2 bulan.
Darat

4.2 Uraian Rencana Kegiatan pada Tahap Konstruksi

4.2.1 Dewatering

Berdasarkan hasil penyelidikan tanah yang telah dilakukan tercatat bahwa


Muka Air tanah (MAT) di lokasi kegiatan rata-rata 0,8 dan -0,7 meter, pada areal
proyek telah ada galian tanah untuk kebutuhan urugan jalan proyek dan sebagai
ketinggian lantai dasar akan diseragamkan dan disesuaikan dengan pile banjir yang
diperkirakan lebih tinggi dari bahu jalan sekitar proyek, sedangkan penggalian lantai
basemen 2 lapis mencapai -7 m, sehingga perlu dilakukan kegiatan dewatering, izin
dewatering akan diurus ke BPTSP Provinsi DKI Jakarta.

a. Sistem dewatering
Dari data penelitian tanah yang ada, maka dapat dibuatkan rangkaian sistem
dewatering pada Tabel 4.3 sebagai berikut:
Tabel 4.3 Spesifikasi Dewatering
Item Keterangan
Jumlah Sumur Dewatering 9 titik
Kedalaman 18 meter
Elevasi Screen -1 s/d -18 meter
Diameter Sumur Dewatering 7 inchi
Diameter Cassing PVC 6 inchi
Filter/Saringan Streaming
Kapasitas Pompa 100 120 liter/menit

36
Dengan sistem pemompaan tersebut diatas akan dapat menurunkan muka air tanah
di sekitar 12,9 meter dan dapat mengeringkan galian basemen.
b. Konstruksi Sumur Dewatering
Pekerjaan ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1) Penentuan titik dewatering
2) Pengeboran dengan alat mesin bor tanah dengan sistem wash boring sampai
sampai kedalaman minus 18 meter diameter 7 inchi
3) Pemasangan casing PVC dengan diameter 6 inchi
4) Pemasangan streaming antara casing dengan dinding bor yang berfungsi
sebagai filter air yang menuju kedalam sumur.
5) Instalasi pompa submersible berikut dengan perlengkapan elektroda, pipa
penghantar air dan instalasi kabel listrik.
6) Instalasi listrik dari genset/PLN ke panel induk dan menuju panel otomatis
pompa submersible.
7) Instalasi selang dan pemipaan, dan pemompaan dewatering siap difungsikan.
c. Konstruksi Sumur Piezometer
Tahapan pekerjaan pembuatan sumur piezometer sama dengan pembuatan sumur
dewatering berbeda dengan diameter menggunakan pipa PVC diameter 2 inchi
dengan pengeboran 4 inchi. Adapun fungsinya untuk mengetahui penurunan muka
air tanah disekitar rencana galian.
d. Konstruksi Sumur Recharging
Tahapan pekerjaan pembuatan sumur recharging sama dengan pembuatan sumur
dewatering berbeda dengan diameter menggunakkan pipa PVC diameter 4 inchi
dengan pengeboran diameter 6 inchi. Adapun fungsinya untuk menstabilkan muka
air tanah agar pemompaan dewateringnya tidak terbuang semua.
e. Metode Peresapan/Recharging
Metode peresapan sumurnya dibuat seperti sumur dewatering pada umumnya
yaitu melakukan pengeboran dengan sistem wash boring dengan casing 6 inchi
yang dilubangi casing nya dengan kedalaman -14.00 m dan diatas casing diberi
dengan input dan output yang berfungsi untuk memasukkan air ke dalam sumur
tersebut dan sebagian keluar kembali. Adapun jumlahnya adalah 9 titik.
f. Volume Dewatering
Jumlah sumur (dewatering well) yang diperlukan dihitung sebagai berikut:

37
1) Menentukan jumlah air yang harus dipompa untuk luas galian 11.000 m2
dengan equivalent well dan radius equivalent untuk multiple well (Metode
Hasumann, 1990). Daerah galian akan dianggap sebagai equivalent well,
dengan radius equivalent untuk multiplle well sebagai berikut:
A = (A/)
Dimana A = luas galian = 11.000 m2
a = Radius Equivalent
a = 59,18 ~ 59 m
Equivalent radius influence Ro = 3000 (H he) k1/2
Dimana k = 10-4 m/det (Estimasi)
H = 15 5,6 = 9,4 m
he = 15 12,9 = 2,1 m
Ro = 3000 (H he) k1/2
Ro = 3000 (9,4 2,1) (10-4)
Ro = 219 m
Jumlah air yang harus dipompa dari seluruh area galian:
Q = 0.019 m3/detik
Q = 1.140 lt/menit
2) Menetukan kapasitas pemompaan dari setiap well yang dibuat dengan radius
minimum (rw) = 15 cm:
Q = 2.rw.ho. (k1/2/15)
Ho = tinggi well screen dari dasar sumur = El.-15 El.-12,9 = 2.1 m
Q = 2x3.14x0.15x2.1 (10-4()/15) = 0,0019782 m3/dt 0.00131
Q = 118.69 liter/menit (pakai pompa berkapasitas 3 PK) = 119 L/menit
3) Menentukan jumlah pompa yang diperlukan:
Jumlah pompa = 1140/119 = 9.5 ~ 9 buah
Dipakai 9 dewatering well, dengan pompa berkapasitas 120 L/menit (kapasitas
pompa 3 PK) untuk menurunkan muka air tanah 1 m di bawah dasar galian.
Perhitungan volume air dewatering:
1) Volume air dewatering = 1.555,2 m3/hari (9 titik x 120 l/menit x 24 jam)
2) Sumur recharge = 1.296 m3/hari (9 titik x 100 l/menit x 24 jam)
3) Dimanfaatkan untuk kegiatan konstruksi dan MCK = 48,2 m3/hari
4) Dibuang ke saluran = 183 m3/hari (12%)
5) Pompa dewatering bekerja selama 24 jam/hari

38
6) 9 titik dewatering x 120 l/menit x 24 jam = 1.555,2 m3/hari

4.2.2 Pekerjaan Struktur Bangunan

Pekerjaan struktur bangunan dibagi menjadi dua bagian, yaitu pekerjaan


struktur bawah (sub structure) dan struktur atas (upper structure). Pekerjaan struktur
bawah meliputi konstruksi pembesian dan pengecoran beton Lantai Basemen
sedangkan untuk pekerjaan struktur atas menggunakan sistem vertical frame dengan
bahan beton bertulang. Pengadaan adonan beton untuk kebutuhan pengecoran akan
disuplai dari luar proyek, yaitu Supplier Ready Mix, Karya Beton, Jaya Mix dan
Trumix yang telah memiliki dokumen lingkungan. Struktur bangunan yang akan
dibangun terdiri dari 3 Ttower yakni Tower A, B dan C masing-masing 35 lantai.
Struktur bangunan akan dilengkapi dengan jaring pengaman utnuk menghindari
tebaran debu dan potongan material lainnya, dan selama kegiatan konstruksi para
pekerja diwajibkan menggunakan perlengkapan kerja dan mematuhi tata tertib k3
(SOP)

Pembangunan gedung ini mengacu pada konsep green building sesuai dengan
PerGub, DKI Jakarta No. 38 Tahun 2012 tentang bangunan gedung hijau, yang
memnuhi standar sistem Green Building Council Indonesai (GBCI). Hal ini jika
dikaitkan dengan pemenuhan standar untuk bidang konstruksi dan bangunan
cakupannya cukup luas, misalnya untuk menjamin kemanan konstruksi dan bangunan
telah ada SNI-nya. SNI tersebut perlu diadopsi dalam regulasi teknis dan unsur
penilaian kesesuaian mutlak diperlukan untuk membuktikan dan menjamin bahwa
persyaratan SNI dan ketentuan lain dalam regulasi teknis tersebut dapat dipenuhi.
Selain itu, produk-produk konstruksi yang digunakan berstandar Internasional dengan
penerapan malalui sistem manajemen mutu sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam
UU No.18/1999 tetang Jasa Konstruksi. Upaya-upaya penghematan energi juga akan
diterapkan dalam konsep bangunan ini mengacu pada peraturan Instruksi Gubernur
Prov. DKI Jakarta No. 73 tahun 2008 tentang penghematan energi dan air, misalnya
penghematan energi dan air menggunakan perlatan-peralatan yang bersifat otomatis
dan perambuan/stiker hemat energi dan air di setiap lantai gedung. Pada pekerjaan
struktur bangunan ini juga dilakukan pemasangan intslasi mekanikal elektrikal (M/E),
meliputi:

39
a. Kebutuhan Air Bersih Konstruksi
Kebutuhan air bersih tahap konstruksi sebesar 48,2 m3/hari disuplai dari air tanah
dengan perhitungan seperti Tabel 4.4. Ijin Penggunaan Air Tanah selama
konstruksi proyek akan diurus ke Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP)
Prov. DKI Jakarta.
Tabel 4.4 Perhitungan Air Bersih Tahap Konstruksi
No. Kegiatan Jumlah Satuan Faktor Satuan Jumlah
(m3/hari)
1 Mandi/Cuci Buruh 300 Orang 50 L/orang/hari 15
Konstruksi
2 Pegawai/Staf Perencana 50 Orang 50 L/orang/hari 2,5
2
3 Kegiatan Konstruksi 7.183 m ( lantai 1 L/m2/hari 7,2
dasar)
4 Kebutuhan Car Wash 75 Rit 200 L/m2/hari 15
2
5 Siram lingkungan dan jalan 7.415 m (lahan 1 L/m2/hari 7,4
diluar tapak
basemen)
6 Mushola 70 Orang 15 L/orang/hari 1,1
Total Air Bersih 48,2

b. Kebutuhan Energi Listrik


Kebutuhan energi listrik disuplai dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan
kapasitas sebesar 8.300 KVA. Untuk menghindari terjadinya arus padam (black
out) akan disediakan 4 unit genset emergency dengan kapasitas @ 2.000 KVA.
Izin penggunaan genset akan diurus ke Dinas Perindustrian dan Energi Provinsi
DKI Jakarta.
c. Instalasi Air Bersih
Sumber air bersih disuplai dari jaringan PAM serta pemanfaatan recycling,
sedangkan air tanah dalam (deep well) digunakan sebagai cadangan. Air dari PAM
ditampung di dalam ground tank (GWT) dengan kapasitas 2 kali kebutuhan air.
Dari ground tank air akan dialirkan dengan menggunakan pompa filter dan
ditampung dalam clean water tank (CWT). Dari clean water tank air akan
ditransfer ke tangki reservoir atas masing-masing tower dengan menggunakan
pompa transfer. Air dari tangki reservoir atas didistribusikan ke masing-masing
unit kegiatan dan tempat-tempat yang membutuhkan secara gravitasi, kecuali
untuk 3 lantai teratas akan dibantu dengan menggunakan booster pump. Izin
pemanfaatan air tanah dalam (deep water) tahap operasi akan diurus ke Badan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP) Prov. DKI Jakarta. Sedangkan

40
permohonan penyambungan instalasi air bersih akakn dilakukan berkoordinasi
dengan PAM.
d. Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)
Pembuatan instalasi pengelolaan air limbah dimaksudkan untuk mengolah seluruh
air limbah yang berasal dari air bangunan unit-unit kegiatan, kemudian dialirkan
ke unit IPAL yang dibangun di lantai basemen dengan menggunakan sistem
Extended Aeration dan dilengkapi dengan sistem daur ulang (recycling). Zonasi
unit IPAL yang akan dibangun sebanyak 2 unit, yakni 1 unit IPAL kap. 1.600
m3/hari untuk zonasi air limbah hunian Tower A dan B, dan 1 unit IPAL kap. 700
m3/hari untuk zonasi air limbah hunian Tower C. Limbah cair berasal dari tiolet
dan kamar mandi dialirkan melalui sistem perpipaan ke dalam unit IPAL hingga
memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan (Per. Gub. Provinsi DKI Jakarta No.
122 Tahun 2005), sedangkan limbah cair yang berasal dari dapur, kantin/restoran
terlebih dahulu disalurkan melalui pengolahan pendahuluan (grease trap) agar
minyak dan lemak tidak menggangu proses biologis pada instalasi pengolahan.
e. Sistem Air Hujan
Besaran dalam sistem penyaluran air hujan ditentukan berdasarkan curah hujan
maksimum per jam periode ulangan 10 tahun sebesar 400 mm/jam. Air hujan dari
atap gedung dan tempat-tempat yang lain disalurkan melalui pipa vertikal turun
air hujan ke saluran luar gedung dan dialirkan ke zona sumur resapan dan kolam
resapan di lingkungan gedung dan sisanya over flow secara gravitasi ke saluran
drainase kota.
f. Pembuatan Sarana Perparkiran
Sarana perparkiran untuk Tower A, B dan C akan ddibangun pada basemen-1,
basemen-2 dan lantai dasar P-1 dan P-2 dengan luas lantai = 34,162 m2 dengan
kapasitas parkir = 666 mobil dan 150 motor.
g. Pembuatan TPS Sampah dan TPS Limbah B3
Untuk menampung sampah dari kegiatan hunian dan fasilitasnya akan dibangun
TPS untuk gedung (A, B dan C) dengan dimensi = 5 m x 3 m x 2,5 m dan TPS
Limbah B3 dengan dimensi = 2,5 m x 2,5 m x 2,5 m.
h. Pekerjaan Lapis Perkerasan Halaman dan Jalan Lingkungan
Perkerasan halaman dan jalan lingkungan akan dilakukan dengan menggunakan
bahan grass block yang dapat menyerap air hujan, dan pembuatan jalan lingkungan
akses menuju Jl. Lingkar Luar Barat telah dilakukan dengan perkerasan beton cor.

41
i. Pembuatan Sumur Resapan dan Kolam Resapan
Pembuatan sumur resapan akan dilakukan di sekeliling areal lokasi proyek dengan
mengacu kepada Per. Gub. DKI Jakarta No.20 Tahun 2013 tentang Pembuatan
Sumur Resapan dan Kolam Resapan. Perhitungan jumlah sumur resapan adalah
sebagai berikut:
1) Luas tutupan = Luas Daerah Perencanaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
= 16.000 m2 4.820 m2
= 11.180 m2
2) Kebutuhan sumur resapan = (11.180/50) x 2 = 447,2 m3
3) Dimensi 2 m, kedalaman 3 m
4) Volume 1 sumur resapan = 9,42 m3
5) Jumlah sumur resapan yang dibutuhkan = 447,2/9,42 = 47.47 ~ 48 buah.

Pembuatan kolam resapan juga akan dilakukan di areal lokasi proyek sebagai
daerah resapan/penampungan air hujan. Kolam resapan yang akan dibangun sesuai
dengan desain perencanaan adalah 1% dari luas daerah perencanaan (efektif)
yakni 1% x 16.000 m2 = 160 m2 sebanyak 1 titik, lantai dasar kegiatan dan titik
sumur resapan dan kolam resapan akan mengacu pile banjir dimana areal proyek
akan diseragamkan dengan sekelilingnya.

Pembuatan lubang resapan biopori (LRB) juga akan dilakukan di areal lokasi
proyek. Desain lubang resapan biopori yang akan dibangun mengacu kepada
Permen LH 12/2009 dengan jumlah lubang biopori sebanyak 100 titik.

Pembuatan sumur resapan, kolam resapan dan lubang biopori akan dilakukan
secara bertahap sebelum kegiatan beroperasi.

j. Pengelolaan Sampah Tahap Konstruksi


Pengelolaan sampah padat pada kegiatan konstruksi dikelola dengan
mengumpulkan sisa-sisa bahan material, potongan-potongan besi, kayu, kantong
semen dan sampah lainnya pada lokasi yang telah disediakan di areal proyek,
sedangkan sampah yang dihasilkna dari para pekerja/buruh konstruksi seperti
bungkusan sisa-sisa makanan/minuman dilakukan dengan menyediakan tempat
sampah terpisah untuk sampah kering, basah dan limbah B3 dengan warna yang
berbeda dengan dimensi = 2,5 m x 2,5 m x 1,5 m (kuning, hijau dan merah).
Pengangkutan sampah ke lokasi tempat pemrosesan akhir (TPA) samaph akan

42
dlakukan berkoordinasi dengan pihak swasta yang telah memiliki izin usaha dari
Dinas Kebersihan DKI Jakarta. Sampah padat domestik diperkirakan dari 350
orang tenaga kerja konstruksi sebesar 1,1 m3/hari, sedangkan sampah konstruksi
besarnya 2,937 ton/hari (11.748 m3) selama konstruksi. Rincian estimasi sampah
tahap konstruksi dapat dilihatt pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Rincian Estimasi Sampah Tahap Konstruksi
Kegiatan Besaran Kegiatan Faktor Timbulan Jumlah
Aktivitas Tenaga 350 orang 3 L/orang/hari 1,1 m3/hari
Kerja Konstruksi
Konstruksi 154.570 m2 Luas Total 19 kg/m2/hari (US 2.937 ton (11.748
lantai bangunan dengan EPA, 1998) m3 )
lama konsruksi 30 bulan
Total 11,749,1 m3/hari

k. Sistem Pemadam Kebakaran


Sistem pemadam kebakaran direncanakan menggunakan sistem pengaman panel-
panel listrik serta penyediaan alat pencegahan bahaya kebakaran di dalam dan di
luar bangunan, seperti fire extinguisher, fire alarm, fire sprinkler, hose real dan
penyediaan fire hydrant secara merata sesuai dengan kebutuhan pada masing-
masing unit bangunan dan akan mengacu kepada rekomendasi Dinas Kebakaran
Provinsi DKI Jakarta (TPIB).

4.3 Rona Lingkungan Hidup Awal pada Komponen Fisik dan Kimia

4.3.1 Kualitas Udara

Pengukuran terhadap kualitas udara di tapak proyek dan di permukaan


penduduk terdekat juga telah dilakukan untuk mengetahui kondisi udara sebelum
kegiatan konstruksi berlangsung. Hasil pengukuran kualitas udara di dalam tapak
proyek terlihat bahwa secara keseluruhan parameter kualitas udara yang diukur di 3
titik lokasi bervariasi dan berada dibawah baku mutu yang ditetapkan (Kep. Gub. DKI
Jakarta No.551 Tahun 2001). Pada tapak proyek kualitas udara cenderung mengalami
peningkatan dan kondisi ini diperkirakan bersumber dari kegiatan proyek seperti
pekerjaan pondasi sedang berjalan.

4.3.2 Kebisingan

Dari hasil pengujian sesaat intensitas kebisingan lingkungan kerja di 6 titik


pengujian diindikasikan seluruh titik pengujian melebihi NAB. Namun untuk dapat

43
dibandingkan dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.
13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di
Tempat kerja, dilakukan pengujian tertimbang waktu (8 jam kerja).

Hasil pengukuran tingkat kebisingan (Tabel 4.6) di tapak proyek dan di


permukaan penduduk intensitasnya cukup tinggi. Pada lingkungan penduduk 57-61
dBA. Berdasarkan hasil pengukuran tingkat kebisingan pada tapak proyek, lingkungan
sekitar dan pemukiman penduduk terdekat intensitas kebisingan bervariasi dan
melebihi baku mutu lingkungan. Kondisi ini diperkirakan bersumber dari kegiatan
proyek dan kendaraan yang melintas di sekitar kegiatan (Jl. Lingkar Luar Barat).

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Kebisingan Lingkungan Kerja

No. Lokasi/Titik Waktu Hasil (dBA)


1 Tower B, brown plour 13.15 77
2 Tower A, L = lantai GF 13.21 75
3 Tower perbatasan A dan B 13.29 78
4 Perbatasan Tower B dan C, brown plour 13.35 74
5 Fabrikasi besi Tower A 13.42 72
6 Fabrikasi besi Tower B 13.49 74
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.
13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Kimia di
85 dBA
Tempat Kerja Untuk 8 jam kerja

44
Tabel 4.7 Kualitas Udara dan Kebisingan di Tapak Proyek dan Sekitarnya

Baku U1 (Tapak Proyek) U2 (Barat Proyek) U3 (Utara Proyek)


No. Parameter Satuan
Mutu *) I II III I II III I II III
Nitrogen Dioksida
1. g/Nm3 400 33,5 22,1 20,3 31,2 30,3 38,2 36,8 19,8 25,1
(NO2)
Sulfur Dioksida
2. g/Nm3 900 33,9 37,2 32,1 32,8 41,7 31,2 30,4 37,7 32,3
(SO2)
3. Oksidan (O2) g/Nm3 235 43,4 37,6 21,3 45,1 47,2 38,5 43,1 53,2 36,2
Karbon Monoksida
4. g/Nm3 26000 3437 3551 3609 3322 3380 3357 3357 3380 3414
(CO)
5. Hydrocarbon (CH4) g/Nm3 160 112 - - 98 - - 83 - -
3
6. Debu g/Nm 230 164 150 170
7. Kebisingan dBA 65 69-71 57-61 64-66
Keterangan: *) Keputusan Gubernur Propinsi Khusus Ibukota Jakarta Nomor 551/2001 (Lampiran I untuk kualitas udara, Lampiran III untuk
kebisingan) (Sampling Lapangan: 10 Februari 2015)
I: Pengukuran pada pagi hari
II: Pengukuran pada siang hari
III: Pengukuran pada sore hari
Area tapak proyek pada koordinat 060957,90 LS 1064345,43 BT
Area penduduk (sebelah Barat) pada koordinat 060957,46 LS 1064342,34 BT
Area penduduk (sebelah Utara) pada koordinat 060954,43 LS 1064344,41 BT

45
4.3.3 Kuantitas Air Tanah

Pengukuran kuantitas air tanah yang tersaji pada Tabel 4.8 telah dilakukan
untuk mengetahui kondisi air tanah sebelum proyek beroprasi. Berdasarkan hasil
analisis air tanah penduduk dan air tanah tapak proyek memperlihatkan seluruh
parameter fisik yang dianalisis pada tapak proyek di bawah baku mutu kualitas air
bersih (Permenkes RI no. 416/MENKES/PES/IX/1990), sedangkan air pada
permukiman penduduk terdekat memperlihatkan parameter Kesadahan total (CaCO3)
dan nilai permanganate diatas baku mutu sebagai air bersih.

4.4 Kajian Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas

4.4.1 Kondisi Lalu Lintas

Kondisi lalu lintas berdasarkan pengamatan langusng pada wilayah kajian


disajikan pada Tabel 4.9, berikut keterangannya:

Tabel 4.9 Kondisi Lalu Lintas Pada Ruas Jalan di Wilayah Kajian

Kondisi Pergerakan Lalu Lintas


Ruas Jalan Arah Pagi Siang Sore
(07.00-08.00) (11.30-12.30) (18.00-19.00)
Lingkar Luar Segmen 1 1 arah Lancar Lancar Lancar
Lingkar Luar Segmen 2 1 arah Lancar Lancar Lancar
Lingkar Luar Segmen 3 1 arah Lancar Lancar Lancar
Lingkar Luar Segmen 4 1 arah Lancar Lancar Lancar
Sumber: Hasil Survei Inventarisasi Jaringan Jalan 2014

4.5 Pengelolaan Lingkungan Terhadap Dokumen Rencana Pengelolaan


Lingkungan (RKL) pada Tahap Konstruksi.

1. Rencana Pelaksanaan Pengelolaan Kuantitas Air Tanah Pada Tahap


Konstruksi

a. Sumber Dampak
Kegiatan pekerjaan Dewatering
b. Indikator Keberhasilan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tidak terjadi penurunan muka air tanah di dalam dan di sekitar lokasi
proyek.
c. Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup

46
1) Pembuatan sumur recharge sebanyak 9 titik serta membuat sumur
pantau (piezometer) sebanyak 4 unit untuk memonitor pengaruh
penurunan muka air tanah terhadap daerah sekitar
2) Melakukan pembuatan sumur resapan di lokasi 48 buah dengan
kapasitas @ 9,42 m3 dan membangun lubang resapan biopori 100 titik
(tahap finishing).
d. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Di dalam lokasi proyek.
e. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup
Selama pekerjaan dewatering berlangsung (14 bulan).
f. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
1) Pelaksana: Pemrakarsa Kegiatan (PT. Adicipta Graha Kencana)
2) Pengawas: Sudin Penataan Kota, Kota Administrasi Jakarta Barat,
KPLH Kota Administrasi Jakarta Barat, Suku Dinas Pekerjaan Umum
Tata Air Kota Administrasi Jakarta Barat, Dinas Tata Air Jakarta Barat,
Camat Cengkareng dan Lurah Rawa Buaya.
3) Pelaporan: Kepada Gubernur Up. BPTSP Prov. DKI Jakarta, BPLHD
Prov. DKI Jakarta, Dinas Penataan KotaProv. DKI Jakarta, Dinas Tata
Air Prov. DKI Jakarta, Walikota Administrasi Jakarta Barat dan KPLH
Kota Administrasi Jakarta Barat, tiga bulan sekali pada tahap
konstruksi.

2. Rencana Pelaksanaan Pengelolaan Kualitas Udara Pada Tahap


Konstruksi

a. Sumber Dampak
1) Mobilisasi alat berat dan bahan material
2) Pekerjaan basemen
3) Pekerjaan struktur bangunan

Perawatan Tanaman

b. Indikator Keberhasilan Pengelolaan Lingkungan Hidup


Kualitas udara ambien sesuai baku mutu SK. Gubernur DKI Jakarta Nomor
551 Tahun 2001 tentang Penetapan Baku Mutu Kualitas Udara Ambien
dan Tingkat Kebisingan Dalam Wilayah DKI Jakarta.

47
c. Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pengelolaan mobilisasi alat berat dan bahan material:
1) Pengangkutan tanah galian basemen dilakukan dengan kecepatan
terbatas (25 40 km/jam), tidak melebihi kapasitas angkut dan ditutupi
dengan plastik/terpal agar tidak mengotori badan jalan sekitarnya.
2) Menjaga kebersihan kendaraan angkutan proyek agar tidak mengotori
badan jalan di sekitarnya dengan menyediakan tempat cuci kendaraan
(car wash) di dalam lokasi proyek untuk mencuci ban truk pengangkut
bahan material dan tanah galian sebelum keluar lokasi proyek dan
menutup truk dengan terpal.

Pengelolaan pekerjaan basemen:

1) Pengangkutan tanah galian basement dilakukan dengan kecepatan


terbatas (25 40 km/jam), tidak melebihi kapasitas angkut dan ditutupi
dengan plastik/terpal agar tidak mengotori badan jalan sekitarnya.
2) Menjaga kebersihan kendaraan angkutan proyek agar tidak mengotori
badan jalan di sekitarnya dengan menyediakan tempat cuci kendaraan
(car wash) di dalam lokasi proyek untuk mencuci ban truk pengangkut
bahan material dan tanah galian sebelum keluar lokasi proyek.

Pengelolaan pekerjaan struktur bangunan:

1) Memasang jaring pengaman/pelindung dengan safety net pada struktur


bangunan untuk mengantisipasi penyebaran debu dan potongan puing
selama pekerjaan konstruksi berlangsung.
d. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Di dalam dan di pemukiman penduduk sebelah utara.

e. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup


Pengelolaan mobilisasi alat berat dan bahan material:
Selama mobilisasi alat berat dan bahan material berlangsung (30 bulan).

Pengelolaan pekerjaan basemen:

Selama pekerjaan basemen berlangsung (12 bulan).

Pengelolaan pekerjaan struktur bangunan:

48
Selama pekerjaan struktur bangunan berlangsung (15 bulan).

f. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup


1) Pelaksana: Pemrakarsa Kegiatan (PT. Adicipta Graha Kencana)
2) Pengawas: Sudin Penataan Kota, Kota Administrasi Jakarta Barat,
KPLH Kota Administrasi Jakarta Barat, Sudin Perhubungan dan
Transportasi Jakarta Barat, Camat Cengkareng dan Lurah Rawa Buaya.
3) Pelaporan: Kepada Gubernur Up. BPTSP Prov. DKI Jakarta, BPLHD
Prov. DKI Jakarta, Dinas Penataan Kota Prov. DKI Jakarta, Dinas
Kebersihan Prov Administrasi Jakarta Barat dan Walikota
Administrasi Jakarta Barat, tiga bulan sekali pada tahap konstruksi.

3. Rencana Pelaksanaan Pengelolaan Kebisingan Pada Tahap Konstruksi

a. Sumber Dampak
1) Mobilisasi alat berat dan bahan material
2) Pekerjaan basemen
3) Pekerjaan pondasi
4) Pekerjaan struktur bangunan
b. Indikator Keberhasilan Pengelolaan Lingkungan Hidup
1) Tingkat kebisingan sesuai baku mutu SK. Gub DKI Jakarta No. 551
Tahun 2001.
2) Tidak meningkatnya tingkat kebisingan pada rona lingkungan.
c. Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pengelolaan mobilisasi alat berat dan bahan material:
1) Menggunakan peralatan dan kendaraan angkutan proyek yang layak
operasi dimana kondisi mesinnya baik untuk mengurangi intensitas
bising.

Pengelolaan pekerjaan basemen:

1) Pekerjaan pengangkutan tanah galian basemen akan menggunakan truk


sebanyak 15 truk yang akan menimbulkan kebisingan.
2) Mengatur waktu pekerjaan basemen tidak pada malam hari untuk
pekerjaan pembesian basemen.

49
Pengelolaan pekerjaan pondasi:

1) Pekerjaan pondasi dilakukan dengan sistem bore pile untuk


mencegah/mengurangi tingkat kebisingan.
2) Berkoordinasi dengan masyarakat sekitar pada saat pekerjaan pondasi.

Pengelolaan pekerjaan struktur bangunan:

1) Mengatur jam kerja konstruksi utamanya dari pukul 08.00 s/d pukul
17.00 WIB, kecuali untuk pekerjaan tertentu yang memerlukan waktu
lembur pada malam hari, maka akan berkoordinasi dengan RT/RW dan
warga sekitar proyek.
2) Mengatur frekuensi pekerjaan konstruksi dan tidak dilakukan pada
waktu malam hari, serta melokalisir sumber bising dari kegiatan
peralatan tiang pancang, genset dan kendaraan berat yang
menimbulkan dampak kebisingan terhadap kegiatan di sekitar lokasi
proyek.
d. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Di dalam dan di pemukiman penduduk sebelah utara.

e. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup


Pengelolaan mobilisasi alat berat dan bahan material:
Selama mobilisasi alat berat dan bahan material berlangsung (30 bulan).

Pengelolaan pekerjaan basemen:

Selama pekerjaan basemen berlangsung (12 bulan).

Pengelolaan pekerjaan pondasi:

Selama pekerjaan pondasi berlangsung (9 bulan).

Pengelolaan pekerjaan struktur bangunan:

Selama pekerjaan struktur bangunan berlangsung (15 bulan).

f. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup


1) Pelaksana: Pemrakarsa Kegiatan (PT. Adicipta Graha Kencana)

50
2) Pengawas: Sudin Penataan Kota, Kota Administrasi Jakarta Barat,
KPLH Kota Administrasi Jakarta Barat, Sudin Perhubungan dan
Transportasi Jakarta Barat, Camat Cengkareng dan Lurah Rawa Buaya.
3) Pelaporan: Kepada Gubernur Up. BPTSP Prov. DKI Jakarta, BPLHD
Prov. DKI Jakarta, Dinas Penataan Kota Prov. DKI Jakarta, Dinas
Kebersihan Prov Administrasi Jakarta Barat dan Walikota
Administrasi Jakarta Barat, tiga bulan sekali pada tahap konstruksi.

4. Rencana Pelaksanaan Pengelolaan Gangguan Lalu Lintas Pada Tahap


Konstruksi

a. Sumber Dampak
Mobilisasi alat berat dan bahan material.
b. Indikator Keberhasilan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Tidak terjadi kemacetan lalu lintas di sekitar lokasi proyek akses Jl.
Lingkar Luar Barat terutama pada saat jam-jam sibuk, pagi dan sore hari.
c. Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup
1) Untuk menghindari kemacetan lalu lintas di sekitar lokasiproyek, maka
pengangkutan alat-alat berat dan bahan material, tanah galian basemen
serta sampah sisa konstruksi dilakukan pada malam hari mulai pukul
21.00 05.00 WIB berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan DKI
Jakarta.
2) Menempatkan petugas pengatur lalu lintas di pintu keluar masuk lokasi
proyek dan Jl. Lingkar Luar Barat untuk mengatur kelancaran lalu
lintas.
3) Menyediakan areal bongkar muat material di dalam lokasi proyek
sehingga tidak ada kendaraan proyek yang parkir di badan jalan.
4) Melarang kendaraan proyek parkir di badan jalan.
5) Memasang rambu-rambu lalu lintas (tanda peringatan) di sekitar lokasi
proyek.
6) Membuat dan melaksanakan rekomendasi hasil Kajian Manajemen dan
Rekayasa Lalu Lintas yang telah disetujui oleh Dinas Perhubugan
Prov. DKI Jakarta.

51
d. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Di pintu masuk dan keluar akses lokasi proyek (Jl. Lingakr Luar Barat).

e. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Selama mobilisasi alat berat dan bahan material berlangsung (30 bulan).

f. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup


1) Pelaksana: Pemrakarsa Kegiatan (PT. Adicipta Graha Kencana)
2) Pengawas: Sudin Penataan Kota, Kota Administrasi Jakarta Barat,
KPLH Kota Administrasi Jakarta Barat dan Sudin Perhubungan dan
Transportasi Kota Adm Jakarta Barat, Camat Cengkareng dan Lurah
Rawa Buaya.
3) Pelaporan: Kepada Gubernur Up. BPTSP Prov. DKI Jakarta, BPLHD
Prov. DKI Jakarta, KPLH Kota Adm. Jakarta Barat, Dinas Penataan
Kota Prov. DKI Jakarta, Walikota Kota Adm. Jakarta Barat dan Dinas
Perhubungan dan Transportasi Prov. DKI Jakarta, tiga bulan sekali
pada tahap konstruksi.

4.6 Pemantauan Lingkungan Terhadap Dokumen Rencana Pemantauan


Lingkungan Hidup (RPL) pada Tahap Konstruksi

1. Rencana Pelaksanaan Pemantauan Kuantitas Air Tanah Pada Tahap


Konstruksi
a. Dampak Lingkungan Yang Dipantau
1) Indikator/Parameter
Tidak terjadi penurunan muka air tanah di dalam dan di sekitar lokasi
proyek.
2) Sumber Dampak
Kegiatan pekerjaan dewatering
b. Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup
1) Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Membuat sumur pantau (piezometer) untuk memonitoring pengaruh
penurunan muka air tanah terhadap daerah sekitar dan wawancara
dengan masyarakat. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.
2) Lokasi Pemantauan

52
Di dalam lokasi proyek
3) Waktu dan Frekuensi
Sebulan sekali selama pekerjaan basemen dan dewatering berlangsung
(14 bulan).
c. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup
1) Pelaksana
Pemrakarsa Kegiatan (PT. Adicipta Graha Kencana)
2) Pengawas
Sudin Penataan Kota, Kota Administrasi Jakarta Barat, KPLH Kota
Administrasi Jakarta Barat, Suku Dinas Pekerjaan Umum, Tata Air
Kota Administrasi Jakarta Barat, Dinas Tata Air Jakarta Barat, Camat
Cengkareng dan Lurah Rawa Buaya.
3) Penerima Laporan
Gubernur Up. BPTSP Prov. DKI Jakarta, BPLHD Prov. DKI Jakarta,
Dinas Penataan Kota Prov. DKI Jakarta, Walikota Kota Administrasi
Jakarta Barat dan KPLH Kota Administrasi Jakarta Barat, tiga bulan
sekali pada tahap konstruksi
2. Rencana Pelaksanaan Pemantauan Kualitas Udara Pada Tahap
Konstruksi
a. Dampak Lingkungan Yang Dipantau
1) Indikator/Parameter
Kualitas udara ambien sesuai baku mutu SK. Gubernur DKI Jakarta
No.551 Tahun 2001 tentang Penetapan Baku Mutu Kualitas Udara
Ambien dan Tingkat Kebisingan Dalam Wilayah DKI Jakarta.
2) Sumber Dampak
a) Mobilisasi alat berat dan bahan material
b) Pekerjaan basemen
c) Pekerjaan Struktur Bangunan
b. Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup
1) Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Pengambilan sampel udara dengan gas sampler dan kertas saring untuk
dianalisis dilaboratorium sesuai dengan Standar Nasional Indonesia
(SNI) Data yang diperoleh dibandingkan dengan baku mutu udara
ambien SK. Gubernur DKI Jakarta No. 551 Tahun 2001.
53
2) Lokasi Pemantauan
Di dalam dan di permukiman penduduk sebelah utara
3) Waktu dan Frekuensi
Tiga bulan sekali selama mobilisasi alat berat dan bahan material (30
bulan), pekerjaan struktur bangunan berlangsung (15 bulan).
c. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup
1) Pelaksana
Pemrakarsa Kegiatan (PT. Adicipta Graha Kencana)
2) Pengawas
Sudin Penataan Kota, Kota Administrasi Jakarta Barat, KPLH Kota
Administrasi Jakarta Barat, Sudin Pehubungan dan Transportasi
Jakarta Barat, Camat Cengkareng dan Lurah Rawa Buaya.
3) Penerima Laporan
Gubernur Up. BPTSP Prov. DKI Jakarta, BPLHD Prov. DKI Jakarta,
Dinas Penataan Kota Prov. DKI Jakarta, Dinas Kebersihan Prov. DKI
Jakarta, KPLH Kota Administrasi Jakarta Barat dan Walikota
Administrasi Jakarta Barat,tiga bulan sekali pada tahap konstruksi.
3. Rencana Pelaksanaan Pemantauan Kebisingan Pada Tahap Konstruksi
a. Dampak Lingkungan Yang Dipantau
1) Indikator/Parameter
Tingkat Kebisingan sesuai baku mutu SK. Gub. DKI Jakarta No. 551
Tahun 2001.
2) Sumber Dampak
a) Mobilisasi alat berat dan bahan material
b) Pekerjaan Pondasi
c) Pekerjaan basemen
d) Pekerjaan Struktur Bangunan
b. Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup
1) Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Pengukuran langsung di lapangan dengan alat Sound Level Meter. Data
yang diperoleh dibandingkan dengan baku mutu kebisingan sesuai SK.
Gubernur DKI Jakarta No. 551 Tahun 2001.
2) Lokasi Pemantauan
Di dalam dan di permukiman penduduk sebelah utara
54
3) Waktu dan Frekuensi
Tiga bulan sekali selama mobilisasi alat berat dan bahan material (30
bulan), pekerjaan basemen (12 bulan), pekerjaan pondasi (9 bulan),
Pekerjaan struktur bangunan berlangsung (15 bulan).
c. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup
1) Pelaksana
Pemrakarsa Kegiatan (PT. Adicipta Graha Kencana)
2) Pengawas
Sudin Penataan Kota, Kota Administrasi Jakarta Barat, KPLH Kota
Administrasi Jakarta Barat, Sudin Pehubungan dan Transportasi
Jakarta Barat, Camat Cengkareng dan Lurah Rawa Buaya.
3) Penerima Laporan
Gubernur Up. BPTSP Prov. DKI Jakarta, BPLHD Prov. DKI Jakarta,
Dinas Penataan Kota Prov. DKI Jakarta, Dinas Kebersihan Prov. DKI
Jakarta, Dina Perhubungan dan Transportasi Prov. DKI Jakarta, KPLH
Kota Administrasi Jakarta Barat dan Walikota Administrasi Jakarta
Barat, tiga bulan sekali pada tahap konstruksi.
4. Rencana Pelaksanaan Pemantauan Gangguan Lalu Lintas Pada Tahap
Konstruksi
a. Dampak Lingkungan Yang Dipantau
1) Indikator/Parameter
Kelancaran lalu lintas di pintu masuk dan keluar serta pada badan jalan
sekitar terutama pada waktu jam-jam sibuk pagi dan sore hari.
2) Sumber Dampak
Pengoprasian dan pengelolaan gedung
b. Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup
1) Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Pengamatan berlangsung dilapangan dan pencatatan/trafficcounting
dengan bantuan counter. Data yang ada dianalisis secara deskriptif.
2) Lokasi Pemantauan
Di areal parker lokasi kegiatan dan pintu masuk keluar lokasi kegiatan
akses Jl. Lingkar Luar Barat.
3) Waktu dan Frekuensi

55
Pada waktu jam-jam sibuk pagi dan sore hari selama tahap operasi
berlangsung (mulai 2017).
c. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup
1) Pelaksana
Pemrakarsa Kegiatan (PT. Adicipta Graha Kencana)
2) Pengawas
Sudin Penataan Kota, Kota Administrasi Jakarta Barat, KPLH Kota
Administrasi Jakarta Barat dan Suku Dinas Perhubungan dan
Transportasi Jakarta Barat, Dinas Perindustrian dan Energi Jakarta
Barat.
3) Penerima Laporan
Gubernur Up. BPTSP Prov. DKI Jakarta, BPLHD Prov. DKI Jakarta,
Dinas Penataan Kota Prov. DKI Jakarta, Dinas Kebersihan Prov. DKI
Jakarta, Dina Perhubungan dan Transportasi Prov. DKI Jakarta, KPLH
Kota Administrasi Jakarta Barat dan Walikota Administrasi Jakarta
Barat, enam bulan sekali pada tahap operasi.

4.7 Arahan Pengelolaan Dampak Lingkungan


Pengelolaan lingkungan hidup disusun untuk menangani dampak penting yang
telah diprediksi dari kajian ANDAL dengan menggunakan pendekatan-pendekatan
rasional yang akan diterapkan melalui pendekatan teknologi, sosial ekonomi dan
institusi. Pendekatan teknologi adalah cara-cara pengelolaan lingkungan hidup yang
berorientasi pada teknologi yang dapat digunakan untuk mengelola dampak penting
lingkungan hidup dari suati kegiatan. Pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan melalui aplikasi teknologi yang dapat diterapkan oleh pemrakarsa dengan
mempertimbangkan biaya dan kemampuan. Pendekatan sosial ekomoni dilakukan
dalam rangka menganggulangi dampak besar dan penting melalui tindakan-tindakan
yang bermotif sosial ekonomi, penyediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial untuk
masyarakat sarta bantuan sosial kemasyarakatan lainnya sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki pemrakarsa. Pendekatan institusi adalah mekanisme kelembagaan yang
akan ditempuh pemrakarsa dalam rangka menganggulangi dampak besar dan penting
lingkungan hidup. Pendekatan ini mencakup pengelolaan lingkungan melalui

56
koordinasi dengan instansi yang berwenang dalam pengawasan dampak lingkungan
dan kerjasama dengan instansi terkait dalam pengendalian dampak lingkungan hidup.

4.7.1 Tahap Konstruksi

1. Penurunan Kuantitas Air Tanah

Dampak yang akan terjadi terhadap penurunan kuantitas air tanah tergolong
kecil, intensitasnya cukup tinggi, luas persebaran dampak terbatas hanya pada tapak
proyek, komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak, bersifat kumulatif
dangan kegiatan lain disekitarnya, bersifat sementara selama konstruksi berlangsung
dan dapat berbalik bila pekerjaan tahap konstruksi telah selesai dilakukan.

Arahan pengelolaan lingkungan adalah:

a. Pembuatan sumur injeksi saat kegiatan dewatering berlangsung untuk


mengembalikan (recharge) air ke dalam tanah dan menjaga water table di sekitar
galian tidak turun berlebihan yang mengganggu sumur-sumur dangkal
masyarakat, serta membuat sumur pantau (piezometer) untuk memonitor pengaruh
penurunan muka air tanah terhadap daerah sekitar.
b. Mengantisipasi kelongsoran tanah saat penggalian basemen dan dewatering
dengan menggunakan sistem bore pile, dan pekerjaan pondasi dilakukan dengan
tiang bor terhadap dasar bangunan.
c. Pembuatan sumur resapan dan kolam resapan yang berfungsi sebagai areal resapan
air hujan sesuai kewajiban dalam Per. Gub. DKI Jakarta No. 20 Tahun 2013
tentang Pembuatan Sumur Resapan dan Kolam Resapan.
d. Berkoordinasi dengan aparat pemerintah setempat (kelurahan Rawa Buaya,
Kecamatan Cengkareng) dan institusi terkait Dinas Pekerjaan Umum dan BPTSP
Prov. DKI Jakarta.
Arahan pemantauan lingkungan adalah:

Pemantauan kuantitas air tanah di sekitar proyek dilakukan dengan pengkuran


langsung di lapangan melalui flow meter dan wawancara masyarakat. Data yang
diperoleh dianalisis secara deskriptif.

2. Perubahan Kualitas Udara

57
Dampak yang akan terjadai terhadap perubahan kualitas udara tergolong besar,
intensitasnya cukup tinggi, luas persebaran dampak terbatas disekitar proyek ( radius
200 m), komponen lingkungan yang terkena dampak yang cukup banyak (kesehatan
karyawan, kesehatan masyarakat, persepsi masyarakat dan kamtibnas), bersifat
kumulatif dengan kegiatan lain di sekitarnya, bersifat sementara selama konstruksi
berlangsung dan dapat berbalik bila pekerjaan tahap konstruksi telah selesai
dilakukan.

Arahan pengelolaan lingkungan adalah:

a. Melakukan uji emisi terhadap kendaraan angkutan material oleh kontraktor/sub


kontraktor pelaksana konstruksi dan menggunakan kendaraan angkutan proyek
yang kondisi mesinnya baik untuk memperkecil emisi gas buang.
b. Pengangkutan bahan material dan tanah oleh kendaraan truk dilakukan dengan
kecepatan terbatas (25-40 km/jam), tidak melebihi kapasitas angkut dan ditutup
dengan plastik/terpal agar tidak mengotori badan jalan sekitarnya.
c. Menjaga kebersihan kendaraan angkutan proyek agar tidak mengotori badan jalan
di sekitarnya dengan menyediakan tempat cuci kendaraan (car wash) di dalam
lokasi proyek untuk mencuci ban truk pengangkut bahan/material dan tanah
sebelum meninggalkan lokasi proyek.
d. Memasang jaring pengaman/pelindung dengan safety net pada struktur bangunan
untuk mengantisipasi penyebaran debu dan potongan puing selama pekerjaan
konstruksi berlangsung.
e. Mengatur waktu operasi pengangkutan alat/bahan material dan tanah pada malam
hari untuk mengantisipasi dampak gangguan kenyamanan kepada masyarakat
sekitar.
f. Berkoordinasi dengan aparat pemerintahan setempat (Kelurahan Rawa Buaya,
Kecamatan Cengkareng) dan institusi terkait bidang lingkungan hidup.
Arahan pemantauan lingkungan adalah:
Pemantauan kualitas udara tahap konstruksi di lokasi proyek dilakukan dengan
pengambilan sampel udara dengan gas sampler dan kertas saring untuk dianalisis di
laboratorium sesuai Standar Nasiona Indonesia (SNI). Parameter yang diukur adalah
CO, SO2, NO2, dan debu (TSP). Data yang diperoleh dibandingkan dengan baku mutu
udara ambient (SK. Gubernur DKI Jakarta Nomor 551 Tahun 2001) serta rona awal
pada studi ANDAL.

58
3. Peningkatan Kebisingan

Dampak yang akan terjadi terhadap peningkatan kebisingan tergolong besar,


intensitasnya cukup tinggi, luas persebaran dampak terbatas disekitar proyek ( radius
200 m), komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak, bersifat kumulatif
dangan kegiatan lain di sekitarnya, bersifat sementara selama konstruksi berlangsung
dan dapat berbalik bila pekerjaan tahap konstruksi telah selesai dilakukan.

Arahan pengelolaan lingkungan adalah:

a. Mengunakan peralatan dan kendaraan angkutan proyek yang layak operasi dimana
kondisi mesinnya baik untuk mengurangi intensitas bising.
b. Mengatur waktu operasi pengangkutan alat/bahan material dan tanah pada malam
hari (pukul 21.00 s/d 05.00 WIB), untuk mengantisipasi dampak gangguan
kenyamanan kepada masyarakat sekitar.
c. Mengatur jam kerja konstruksi utamanya dari pukul 08.00 s/d pukul 17.00 WIB,
kecuali untuk pekerjaan tertentu yang memerlukan waktu lembur pada malam hari.
d. Berkoordinasi dengan aparat pemerintahan setempat (Kelurahan Rawa Buaya,
Kecamatan Cengkareng) dan institusi terkait bidang lingkungan hidup.

Arahan pemantauan lingkungan adalah:

Pemantauan kebisingan tahap konstruksi di lokasi proyek dilakukan dengan alat


Sound Level Meter. Data yang diperoleh dibandingkan dengan baku mutu kebisingan
(SK. Gubernur DKI Jakarta Nomor 551 Tahun 2001) serta rona awal pada studi
ANDAL.

4. Gangguan Lalu Lintas

Dampak yang akan terjadi terhadap gangguan lalu lintas tergolong besar,
intensitasnya cukup tinggi, luas persebaran dampak relatif besar, komponen
lingkungan yang terkena dampak cukup banyak, bersifat kumulatif dengan kegiatan
lain di sekitarnya, bersifat hanya berlangsung selama tahap konstruksi sampai dengan
tahap operasi dan dapat berbalik bila pekerjaan tahap konstruksi telah selesai
dilakukan.

Arahan pengelolaan lingkungan adalah:

59
a. Untuk dapat mempertahankan kinerja jaringan jalan (ruas dan simpang) disekitar
wilayah kajian pihak pengembangan perlu mendukung Pemda DKI dalam upaya
penertiban kegiatan selain berlalu lintas di sekitar jaringan jalan pada wilayah
kajian.
b. Untuk kelancaran sirkulasi kendaraan pihak pengembang perlu menyediakan
perambuan dan marka jalan di dalam lokasi apartemen serta menyediakan petugas
yang mengatur kendaraan keluar-masuk.
c. Untuk mengantisipasi gangguan lalu lintas pada saat pembangunan
pengembangan perlu menempatkan petugas yang mengatur lalu lintas kendaraan
keluar-masuk lokasi proyek dan waktu yang direkomendasikan kepada
pengembang untuk operasional keluar-masuk kendaraan besar adalah jam 20.00
05.00.
d. Untuk mengantisipasi antrian panjang kendaraan yang akan masuk Apartemen
Puri Orchard pihak pengembang perlu memisahkan pelayanan untuk mobil dan
sepeda motor pada pintu masuk dan menempatkan di dalam area apartemen.
e. Menempatkan petugas pengatur lalu lintas di pintu keluar; masuk lokasi proyek
untuk memantau dan mengatur kelancaran lalu lintas.
f. Menyediakan areal bongkar muat bahan material di dalam lokasi proyek sehingga
tidak ada kendaraan proyek yang parkir di badan jalan.

Arahan pemantauan lingkungan adalah:

Pemantauan lalu lintas di sekitar proyek dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan
lapangan. Data yang dianalisis secara deskriptif.

4.8 Pelaksanaan dan Evaluasi

Matriks Pelaksanaan RKL RPL


1. Pelaksanaan dan Evaluasi Kuantitas Air Tanah Pada Tahap Konstruksi
a. Komponen Lingkugan
Penurunan Kuantitas Air Tanah akibat kegiatan pekerjaan dewatering
b. Pengelolaan Dampak
1) Pembuatan sumur recharge sebanyak 9 titik serta membuat sumur
pantau (piezometer) sebanyak 4 unit untuk memonitor pengaruh
penurunan muka air tanah terhadap daerah sekitar.

60
2) Melakukan pembuatan sumur resapan di lokasi 48 buah dengan
kapasitas @ 9,42 m dan membangun lubang rasapan biopori 100 titik
(tahap finishing).
c. Metode Pemantauan
1) Menggunakan Bangan Alir Dampak (Flow Chart)
2) Telaah secara menyeluruh dan melihat hubungan sebab akibat.
d. Pengelolaan yang telah dilakukan
1) Telah membuat sumur recharge sebanyak 9 titik serta membuat sumur
pantau (piezometer) Sebanyak 4 unit untuk memonitor pengaruh
penurunan muka air tanah terhadap daerah sekitar.
2) Belum melakukan membuatan sumur resapan dilokasi 48 buah dengan
kapasitas @ 9,42 m dan membangun lubang resapan biopori 100 titik
(tahap finishing).
e. Bukti Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
f. Evaluasi
Evaluasi Kecendrungan:
Penurunan Kuantitas air tanah akibat kegiatan pekerjaan dewatering bahwa
kuantitas air tanah cenderung menurun dari pengukuran sebelumnya.
Evaluasi Tingkat Kritis:
Hasil pemantauan atas penurunan kuantitas air tanah akibat kegiatan
pekerjaan dewatering berada dalam kondisi baik dan tidak ditemukan
parameter yang berada diatas baku mutu yang telah ditetapkan berdasarkan
KepGub. DKI Jakarta No. 582 Tahun 1995.
Evaluasi Penataan:
Tingkat kepatuhan pemrakarsa terhadap pengelolaan dan pemantauan
penurunan kuantitas air tanah akibat kegiatan dewatering.
g. Kesimpulan
Secara umum dari periode ke periode parameter kuantitas air tanah berbeda
di bawah baku mutu. Artinya pengelolaan yang telah dilakukan terhadap
kualitas udara sudah baik.
2. Pelaksanaan dan Evaluasi Kualitas Udara Pada Tahap Konstruksi
a. Komponen Lingkugan

61
Perubahan Kualitas Udara akibat mobilisasi alat berat dan bahan material,
pekerjaan basement serta pekerjaan struktur bangunan.
b. Pengelolaan Dampak
1) Mengatur waktu operasi pengangkutan alat berat dan bahan material
serta tanah galian pada malam hari untuk mengantisipasi dampak
gangguan kenyamanan kepada masyarakat sekitar.
2) Pengangkutan bahan dan material oleh kendaraan truk dilakukan
dengan kecepatan terbatas (25-40 km/jam)
3) Pangangkutan tanah galian basement dilakukan dengan kecepatan
terbatas (25 40 km/jam), tidak melebihi kapasitas angkut dan ditutupi
dengan pelastik/terpal agar tidak mengotori badan jalan sekitarnya.
4) Menjaga Kebersihan kendaraan angkutan proyek agar tidak mengotori
badan jalan di sekitarnya dengan menyediakan tempat cuci ban truk
pengangkut bahan material dan tanah galian sebelum keluar lokasi
proyek.
5) Memasang jaring pengaman/pelindung dengan safety net pada struktur
bangunan untuk mengantisipasi penyebaran debu dan potongan puing
selama pekerjaan konstruksi berlangsung.
c. Metode Pemantauan
1) Menggunakan Bagan Alir Dampak (Flow Chart).
2) Telaah secara menyeluruh den melihat hubungan sebab akibat.
d. Pengelolaan yang telah dilakukan
1) Pemrakarsa telah mengatur waktu operasi pengangkutan alat berat dan
bahan material serta tanah galian pada malam hari untuk
mengantisipasi dampak gangguan kenyamanan kepada masyarakat
sekitar.
2) Pemrakarsa telah melakukan pengangkutan bahan dan material oleh
kendaraan truk dilakukan dengan kecepatan terbatas (25 40 km/jam).
3) Pemrakarsa telah melakukan pengangkutan tanah galian basement
dilakukan dengan kecepatan terbatas (25 40 kn/jam), tidak melebihi
kapasitas angkut dan ditutup dengan plastik/terpal agar tidak mengotori
badan jalan sekitarnya.
4) Pemrakarsa telah menjaga kebersihan kendaraan angkutan Proyek agar
tidak mengotori badan jalan di sekitarnya dengan menyediakan tempat
62
cuci ban truk pengangkut bahan material dan tanah galian sebelum
keluar lokasi proyek.
5) Pemrakarsa telah memasang jaring pengaman/pelindung dengan safety
net pada struktur bangunan untuk mengantisipasi penyebaran debu dan
potongan puing selama pekerjaan konstruksi berlangsung.
e. Bukti Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
f. Evaluasi
Evaluasi Kecendrungan:
Perubahan Kualitas Udara akibat mobilisasi alat berat dan bahan material,
pekerjaan basement serta pekerjaan struktur bangunan dilihat dari trend
yang tersajikan bahwa terjadi kecendrungan penaikan untuk parameter
nitrogen dioksida dan oksidan dari pengurukan sebelumnya dan
mengalami penurunan untuk parameter karbon monoksida, sulfur,
dioksida dan fluktasi pada TSP. Namun demikian kecendrungan ini masih
berjalan dengan baik dan tidak mengakibatkan hal yang serius dari
kegiatan pembangunan Apartemen Puri Orchard ini.
Evaluasi Tingkat Kritis:
Berdasarkan hasil pemantauan dapat diketahui bahwa semua parameter
berada dalam baku muku yang telah ditetapkan menurut Pergub. Prov. DKI
Jakarta No. 551 Tahun 2001.
Evaluasi Tingkat Penataan:
Tingkat ketaatan pemrakarsa terhadap perubahan kualitas udara akibat
mobilisasi alat berat, dan bahan material, pekerjaan basement serta
pekerjaan struktur bangunan yang tercantum dalam RKL dan RPL telah
dilakukan semuanya oleh Pemrakarsa ini.
g. Kesimpulan
Perubahan kualitas udara akibat mobililasi alat dan bahan material,
pekerjaan basement serta pekerjaan struktur bangunan sudah baik sehingga
parameter berada dalam kondisi dan tidak mengganggu kualitas udara.
3. Pelaksanaan dan Evaluasi Kebisingan Pada Tahap Konstruksi
a. Komponen Lingkugan
Peningkatan Kebisingan akibat mobilisasi alat berat dan bahan material,
pekerjaan basement, pekerjaan pondasi serta pekerjaan struktur bangunan.
b. Pengelolaan Dampak
63
1) Menggunakan peralatan dan kendaraan angkutan proyek yang layak
operasi dimana kondisi mesinnya baik untuk mengurangi intensitas
bising.
2) Pekerjaan pengangkutan tanah galian basement akan menggunakan
truk sebanyak 15 truk yang akan menimbun kebisingan.
3) Mengatur waktu pekerjaan basement tidak pada malam hari untuk
pekerjaan pembesian basement
4) Pekerjaan pondasi dilakukan dengan sistem bore pile untuk
mencegah/mengurangi tingkat kebisingan.
5) Berkoordinasi dengan masyarakat sekitar pada saat pekerjaan pondasi.
6) Mengatur jam kerja konstruksi utamanya dari pukul 08.00 s/d pukul
17.00 WIB, kecuali untuk pekerjaan tertentu yang memerlukan waktu
lembur untuk malam hari, maka akan berkoordinasi dengan RT/RW
dan warga sekitar proyek.
7) Mengatur frekuensi pekerjaan konstruksi dan tidak dilakukan pada
waktu malam hari, serta melokalisir sumber bising dari kegiatan
peralatan tiang pancang, genset dan kendaraan berat yang
menimbulkan dampak kebisingan terhadap kegiatan di sekitar lokasi
proyek.
c. Metode Pemantauan
1) Menggunakan Bagan Alir Dampak (Flow Chart).
2) Telaah secara menyeluruh dan melihat hubungan sebab akibat.
d. Pengelolaan yang telah dilakukan
1) Pemrakarsa telah menggunakan peralatan dan kendaraan angkutan
proyek yang layak operasi dimana kondisi mesinnya baik untuk
mengurangi intensitas bising.
2) Pemrakarsa telah melakukan pekerjaan pengangkutan tanah galian
basement akan menggunakan truk sebanyak 15 truk yang akan
menimbulkan kebisingan.
3) Pemrakarsa telah mengatur waktu pekerjaan basementtidak malam hari
untuk pekerjaan pembesian basement.
4) Pemrakarsa telah melakukan pekerjaan pondasi dilakukan dengan
sistem bore pile untuk mencegah/mengurangi tingkat kebisingan.

64
5) Pemrakarsa telah berkoordinasi dengan masyarakat sekitar pada saat
pekerjaan pondasi.
6) Pemrakarsa telah mengatur jam kerja konstruksi utamanya dari pukul
08.00 s/d pukul 17.00 WIB, kecuali untuk pekerjaan tertentu yang
memerlukan waktu lembur pada malam hari, maka akan berkoordinasi
dengan RT/RW dan warga sekitar Proyek.
7) Pemrakarsa telah mengatur frekuensi pekerjaan konstruksi dan tidak
dilakukan pada waktu malam hari, serta melokalisir sumber bising dari
kegiatan peralatan tiang pancang, genset dan kendaraan berat yang
menimbulkan dampak kebisingan terhadap kegiatan di sekitar lokasi
proyek.
e. Bukti Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
f. Evaluasi
Evaluasi Kecendrungan:
Peningkatan Kebisingan akibat mobilisasi alat berat dan bahan material
pekerjaan basement, pekerjaan pondasi, pekerjaan struktur bangunan
memiliki kecendrungan yang baik, dilihat dari trend yang tersajikan bahwa
parameter mengalami perubahan secara fluktuaktif dari pengukuran
sebelumnya (Kuartal IV 2015)
Evaluasi Tingkat Kritis:
Hasil pemantauan atas peningkatan kebisingan akibat mobililasi alat berat
dan bahan material, pekerjaan basement, pekerjaan pondasi serta pekerjaan
struktur bangunan mengalami fluktuasi dari pengukuran sebelumnya.
Evaluasi Penataan:
Tingkat ketaatan pemrakarsa terhadap peningkatan kebisingan akibat
mobilisasi alat berat dan bahan materal, pekerjaan basement, pekerjaan
pondasi serta pekerjaan struktur bangunan yang tercantum dalam RKL dan
RPL telah dilakukan oleh pemrakarsa saat ini.
g. Kesimpulan
Peningkatan kebisingan akibat mobilisasi alat berat bahan material,
pekerjaan basement serta pekerjaan struktur bangunan dalam kondisi baik
dan tidak menimbulkan kebisingan yang tinggi.
4. Pelaksanaan dan Evaluasi Gangguan Lalu Lintas Pada Tahap Konstruksi
a. Komponen Lingkugan
65
1) Gangguan Lalu Lintas
b. Pengelolaan Dampak
1) Untuk menghindari kemacetan lalu lintas disekitar lokasi proyek, maka
pengangkutan alat-alat berat dan bahan material, tanah galian basement
serta sampah sisa konstruksi dilakukan pada malam hari mulai pukul
21.00 05.00 WIB berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan DKI
Jakarta.
2) Memenpatkan petugas pengatur lalu lintas di pintu keluar masuk lokasi
proyek dan Jl. Lingkar Luar Barat untuk mengatur kelancaran lalu
lintas.
3) Menyediakan areal bongkar muat di dalam lokasi proyek sehingga
tidak ada kendaraan proyek yang parkir di badan jalan
4) Melarang kendaraan proyek parkir di badan jalan
5) Memasang rambu-rambu lalu lintas (tanda peringatan) di sekitar lokasi
proyek.
6) Membuat dan melaksanakan rekomendasi hasil Kajian Manajemen dan
Rekayasa Lalu Lintas yang telah disetujui oleh Dinas Perhubungan
Prov. DKI Jakarta.
c. Metode Pemantauan
1) Menggunakan Bagan Alir Dampak (Flow Chart)
2) Telaah secara menyeluruh dan melihat hubungan sebab akibat.
d. Pengelolaan yang telah dilakukan
1) Untuk menghindari kemacetan lalu lintas di sekitar lokasi proyek,
pemrakarsa telah melakukan pengangkutan alat-alat berat dan bahan
material, tanah galian basement serta sampah sisa konstruksi
dilakukan dilakukan pada malam hari mulai pukul 21.00 05.00 WIB
berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan DKI Jakarta.
2) Pemrakarsa telah menempatkan petugas pengatur lalu lintas di pintu
keluar masuk lokasi proyek dan Jl. Lingkar Luar Barat untuk
mengatur kelancaran lalu lintas.
3) Pemrakarsa telah menyediakan areal bongkar muat material di dalam
lokasi proyek sehingga tidak ada kendaraan proyek yang parkir di
badan jalan.
4) Pemrakarsa telah melarang kendaraan proyek parkir di badan jalan
66
5) Pemrakarsa telah memasang rambu-rambu lalu lintas (tanda
peringatan) di lokasi proyek.
6) Pemrakarsa telah membuat dan melaksanakan rekomendasi hasil
Kajian Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas yang telah disetujui
oleh Dinas Perhubungan Prov. DKI Jakarta.
e. Bukti Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
f. Evaluasi
Evaluasi Kecendrungan:
Pengelolaan gangguan lalu lintas cukup baik, yaitu dengan menempatan,
yaitu dengan menempatkan petugas khusus mengatur lalu internal maupun
eksternal, selain itu pintu utama juga cukup jauh dari jalan utama sehingga
kendaraan yang keluar masuk area apartemen dapat terurai dan tidak
menambah bangkitan lalu lintas yang berarti.
Evaluasi Tingkat Kritis:
Kedepannya keluar-masuknya kendaraan proyek maupun kendaraan
penghuni yang telah menempati apartemen berpotensi untuk meningkatan
volume kendaraan di jalan raya. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengaturan oleh pihak pengelolaan salah satunya dengan menempatkan
juga petugas di pintu keluar yang langsung menuju ke jalan raya.
Evaluasi Penataan:
Tingkat ketaatan pemrakarsa terhadap pengelolaan gangguan lalu lintas
yang tercantum dalam RKL dan RPL telah dilakukan oleh pemrakarsa saat
ini.

67

Anda mungkin juga menyukai