Anda di halaman 1dari 3

Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang meyelidiki hakikat sesuatu atau tentang

ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika. Bidang ontologi
menyelidiki tentang makna yang ada (eksistensi dan keberadaan) manusia, benda, alam
semesta (kosmologi), metafisika. Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai filsafat
dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila
yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakan asas yang berdiri sendiri-sendiri,
malainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologism.
Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki hakikat
mutlak yaitu monopluralis, atau monodualis, karena itu juga disebut sebagai dasar
antropologis. Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah manusia. Hal tersebut
dapat dijelaskan bahwa yang Berketuhan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan
beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan sosial pada hakikatnya adalah
manusia. Sedangkan manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis
memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan
rohani. Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial serta sebagai
makhluk pribadi dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Maka secara hirarkis sila pertama
mendasari dan menjiwai sila-sila Pancasila lainnya. (lNotonagoro, 1975: 53).
Hubungan kesesuaian antara negara dan landasan sila-sila Pancasila adalah berupa
hubungan sebab-akibat:
1. Negara sebagai pendukung hubungan, sedangkan Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil
sebagai pokok pangkal hubungan.
2. Landasan sila-sila Pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil adalah sebagai
sebab, dan negara adalah sebagai akibat.
Secara ontologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Menurut Notonagoro hakikat dasar ontologis
Pancasila adalah manusia. Mengapa?, karena manusia merupakan subjek hukum pokok dari
sila-sila Pancasila. Hal ini dapat dijelaskan bahwa yang berketuhanan Yang Maha Esa,
berkemanusian yang adil dan beradab, berkesatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin
oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia pada hakikatnya adalah manusia (Kaelan, 2005).
Dengan demikian. secara ontologis hakikat dasar keberadaan dari sila-sila Pancasila adalah
manusia. Untuk hal ini. Notonagoro lebih lanjut mengemukakan bahwa manusia sebagai
pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu
terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, serta jasmani dan rohani. Selain itu, sebagai makhluk
individu dan sosial, serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, secara hierarkis sila pertama Ketuhanan
Yang Maha Esa mendasari dan menjiwai keempat sila-sila Pancasila (Kaelan, 2005).

Makna setiap nilai dari Pancasila


a. Makna Ketuhanan Yang Esa
1) Pengakuan dan keyakinan bangsa Indonesia terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa
2) Menciptakan sikap taat menjalankan menurut apa yang diperintahkan melalui ajaran-
ajarannya
3) Mengakui dan memberikan kebebasan pada orang lain untuk memeluk agama dan
mengamalkan ajaran agamanya
4) Tidak ada paksaan dan memaksakan agama kepada orang lain
5) Menciptakan pola hidup saling menghargai dan menghormati antar-umat beragama
b. Makna Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
1) Kesadaran sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral dan tuntutan hati nurani
2) Pengakuan dan penghormatan akan hal asasi manusia
3) Mewujudkan kehidupan yang berkeadilan dan berkeadaan
4) Mengembangkan sikap saling mencintai atas dasar kemanusiaan
5) Memunculkan sikap tenggang rasa dan tepo selira dalam hubungan sosial
c. Makna Persatuan Indonesia
1) Mengakui dan menghormati adanya perbedaan dalam masyarakat Indonesia
2) Menjalin kerja sama yang erat dalam wujud kebersamaan dan kegotong-royongan
3) Kebulatan tekad bersama untuk mewujudkan persatuan bangsa
4) Mengutamakan kepentingan bersama di atas pribadi dan golongan
d. Makna Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan
1) Pengakuan bahwa rakyat Indonesia adalah pemegang kedaulatan
2) Mewujudkan demokrasi dalam kehidupan politik, ekonomi, dan sosial
3) Pengambilan keputusan mengutamakan prinsip musyawarah mufakat
4) Menghormati dan menghargai keputusan yang telah dihasilkan bersama
5) Bertanggung jawab melaksanakan keputusan
e. Makna Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
1) Keadilan untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi haknya
2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama
3) Menyeimbangkan antara hak dan kewajiban
4) Saling bekerja sama untuk mendapatkan keadilan

Pancasila sebagai sumber nilai


Pancasila sebagai cita-cita bangsa merupakan cita-cita kenegaraan yang harus
diwujudkan dalam kekuasaan yang melembaga atau terstruktur. Pancasila perlu diamalkan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pengalaman pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat dilakukan dengan cara
pengalaman secara objektif dan pengalaman secara subjektif.

https://www.academia.edu/4991437/Rangkuman_Ontologis_Pancasila?auto=download

Anda mungkin juga menyukai