F
SKINNER
Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada waktu keluarnya
teori S-R. Pada waktu keluarnya teori-teori S-R. pada waktu itu model kondisian klasik dari
Pavlov telah memberikan pengaruh yang kuat pada pelaksanaan penelitian. Istilah-istilah
seperti cues (pengisyratan), purposive behavior (tingkah laku purposive) dan drive stimuli
(stimulus dorongan) dikemukakan untuk menunjukkan daya suatu stimulus untuk
memunculkan atau memicu suatu respon tertentu.
Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R dan penjelasan reflex bersyarat dimana
stimulus terus memiliki sifat-sifat kekuatan yang tidak mengendur. Menurut Skinner
penjelasan S-R tentang terjadinya perubahan tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan
bagaimana organisme berinteraksi dengan lingkungannya. Bukan begitu, banyak tingkah laku
menghasilkan perubahan atau konsekuensi pada lingkungan yang mempunyai pengaruh
terhadap organisme dan dengan begitu mengubah kemungkinan organisme itu merespon
nanti.
Asas-asas kondisioning operan adalah kelanjutan dari tradisi yang didirikan oleh John
Watson. Artinya, agar psikologi bisa menjadi suatu ilmu, maka studi tingkah laku harus
dijadikan fokus penelitian psikologi. Tidak seperti halnya teoritikus-teoritikus S-R lainnya,
Skinner menghindari kontradiksi yang ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari
Pavlov dan kondisioning instrumental dari Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma yang
mencakup kedua jenis respon itu dan berlanjut dengan mengupas kondisi-kondisi yang
bertanggung jawab atas munculnya respons atau tingkah laku operan.
Inti dari teori behaviorisme Skinner adalah Pengkondisian operan (kondisioning operan).
Pengkondisian operan adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari
prilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan diulangi. Ada 6 asumsi
yang membentuk landasan untuk kondisioning operan (Margaret E. Bell Gredler, hlm 122).
Asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:
Kupasan yang dilakukan Skinner menghasilkan suatu sistem ringkas yang dapat diterapkan
pada dinamika perubahan tingkah laku baik di laboratorium maupun di dalam kelas. Belajar,
yang digambarkan oleh makin tingginya angka keseringan respons, diberikan sebagai fungsi
urutan ketiga unsure (SD)-(R)-(R Reinsf). Skinner menyebutkan praktek khas menempatkan
binatang percobaan dalam kontigensi terminal. Maksudnya, binatang itu harus berusaha
penuh resiko, berhasil atau gagal, dalam mencari jalan lepas dari kurungan atau makanan.
Bukannya demikian itu prosedur yang mengena ialah membentuk tingkah-laku binatang itu
melalui urutan Sitimulus-respon-penguatan yang diatur secara seksama.
Dikelas, Skinner menggambarkan praktek tugas dan ujian sebagai suatu contoh
menempatkan pelajar yang manusia itu dalam kontigensi terminal juga. Skinner menyarankan
penerapan cara pemberian penguatan komponen tingkah laku seperti menunjukkan perhatian
pada stimulus dan melakukan studi yang cocok terhadap tingkah laku. Hukuman harus
dihindari karena adanya hasil sampingan yang bersifat emosional dan tidak menjamin
timbulnya tingkah laku positif yang diinginkan. Analisa yang dilakukan Skinner tersebut
diatas meliputi peran penguat berkondisi dan alami, penguat positif dan negative, dan penguat
umum.
Dengan demikian beberapa prinsip belajar yang dikembangkan oleh Skinner antara lain:
- Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar
diberi penguat.
- Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu
diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
- Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah diberikan
dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer.
Disamping itu pula dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan
selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
1. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus
penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
b. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui
proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan
menurun bahkan musnah.
Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
- Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika
benar diperkuat.
Banyak aplikasi Pengkondisian operan telah dilakukan diluar riset laboratorium, antara lain
dikelas, rumah, setting bisnis, rumah sakit, dan tempat lain di dunia nyata.
Analisis Perilaku terapan adalah penerapan prinsip pengkondisian operan untuk mengubah
perilaku manusia. Ada tiga penggunaan analisis perilaku yang penting dalam bidang
pendidikan yaitu
Lima strategi pengkondisian operan dapat dipakai untuk meningkatkan perilaku anak yang
diharapkan yaitu:
- Memilih Penguatan yang efektif: tidak semua penguatan akan sama efeknya bagi anak.
Analisis perilaku terapan menganjurkan agar guru mencari tahu penguat apa yang paling baik
untuk anak, yakni mengindividualisasikan penggunaan penguat tertentu. Untuk mencari
penguatan yang efektif bagi seorang anak, disarankan untuk meneliti apa yang memotivasi
anak dimasa lalu, apa yang dilakukan murid tapi tidak mudah diperolehnya, dan persepsi
anak terhadap manfaat dan nilai penguatan. Penguatan alamiah seperti pujian lebih
dianjurkan ketimbang penguat imbalan materi, seperti permen, mainan dan uang.
- Menjadikan penguat kontingen dan tepat waktu: agar penguatan dapat efektif, guru
harus memberikan hanya setelah murid melakukan perilaku tertentu. Analisis perilaku
terapan seringkali menganjurkan agar guru membuat pernyataan jikamaka. penguatan
akan lebih efektif jika diberikan tepat pada waktunya, sesegera mungkin setelah murid
menjalankan tindakan yang diharapkan. Ini akan membantu anak melihat hubungan
kontingensi antar-imbalan dan perilaku mereka. Jika anak menyelesaikan perilaku sasaran
(seperti mengerjakan sepuluh soal matematika) tapi guru tidak memberikan waktu bermain
pada anak, maka anak itu mungkin akan kesulitan membuat hubungan kontingensi.
b) Jadwal rasio variabel : suatu perilaku diperkuat setelah terjadi sejumlah respon, akan
tetapi tidak berdasarkan basis yang dapat diperidiksi.
c) Jadwal interval tetap : respons tepat pertama setelah beberapa waktu akan diperkuat.
d) Jadwal interval variabel : suatu respons diperkuat setelah sejumlah variabel waktu
berlalu.
Prompt (dorongan) adalah stimulus tambahan atau isyarat tambahan yang diberikan sebelum
respons dan meningkatkan kemungkinan respon tersebut akan terjadi. Shapping
(pembentukan) adalah mengajari perilaku baru dengan memperkuat perilaku sasaran.
Ketika guru ingin mengurangi perilaku yang tidak diharapkan (seperti mengejek,
mengganggu diskusi kelas, atau sok pintar) yang harus dilakukan berdasarkan analisis
perilaku terapan adalah
Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan
dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan
lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.
Kekurangan
Beberapa kelemahan dari teori ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G. 1994)
adalah bahwa: (i) teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap; analisa yang
berhasil bergantung pada keterampilan teknologis, (ii) keseringan respon sukar diterapkan
pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran peluang kejadian. Disamping itu pula, tanpa
adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang
mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan
belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin
berat.
Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai
salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah
anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami
sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun
fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.