Anda di halaman 1dari 12

INSEKTISIDA

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Kimia dalam Kehidupan Sehari hari

yang dibina oleh Bapak Eli Hendrik Sanjaya, S.Si.,M.Si

oleh

Dewi Santosiani (160332605893)

Fadilla Ika Seftiyana (160332605)

Iin Parwati (160332605)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN KIMIA

Maret 2017
1.Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Serangga merupakan hewan yang keberadaannya tak bisa lepas dari kehidupan
manusia. serangga mempunyai peranan positif terhadap manusia, namun tidak sedikit
juga serangga yang merugikan manusia.salah satu aspek yang banyak dirugikan
karena serangga adalah aspek kesehatan manusia. Serangga pertama kali terbukti
sebagai vektor penyakit pada tahun 1877. Sehingga pengendalian serangga penyebab
penyakit sudah dilakukan masyarakat sejak zaman dulu. Upaya pengendalian yang
paling efektif adalah penggunaan insektisida.

Penggunaan insektisida di lingkungan kehutanan untuk mengendalikan hama


yang menyerang tanaman saat ini masih menimbulkan dilema, karena insektisida
dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangbiakan, kesehatan, sistem hormon,
sistem pencernaan, serta aktivitas biologis lainnya hingga berujung pada kematian
serangga pengganggu tanaman. Insektisida sendiri adalah bahan yang mengandung
senyawa kimia beracun yang bisa mematikan semua jenis serangga. Insektisida
termasuk salah satu jenis pestisida. Pestisida adalah racun yang sengaja dibuat oleh
manusia untuk membunuh organisme pengganggu tanaman dan insekta penyebar
penyakit.

Penggunaan insektisida sintetik pertama dimulai di tahun 1930an dan mulai


meluas setelah berakhirnya perang dunia II. Pada tahun 1945, insektisida organoklorin
dipakai secara luas baik untuk pertanian maupun kehutanan. Salah satu produk yang
paling terkenal adalah insektisida DDT yang dikomersialkan sejak tahun 1946.
Selanjutnya mulai bermunculan golongan insektisida lainnya sepeti organofosfat,
karbamat, dan pirethroid. Penggunaan insektisida kimia di Indonesia telah
memusnahkan 55% jenis hama dan 72% agen pengendali hayati. Tetapi tidak semua
insektisida itu sintetis, ada juga penggunaan insektisida hayati yang berasal dari
tumbuhan. Insektisida hayati adalah salah satu pestisida yang bahan dasarnya berasal
dari tumbuhan. Tumbuhan mempunyai bahan aktif yang berfungsi sebagai alat
pertahanan alami terhadap terhadap pengganggunya. Bahan insektisida yang berasal
dari tumbuhan dijamin aman bagi lingkungan karena cepat terurai di tanah dan tidak
membahayakan hewan, manusia atau serangga yang bukan sasaran.

Penggunaan insektisida khususnya insektisida sintetis/kimia memberikan


keuntungan secara ekonomis, namun dapat mendatangkan kerugian diantaranya
adalah residu yang tertinggal tidak hanya pada tanaman, tapi juga air, tanah ,dan
udara. Dan jika penggunaan terus-menerus akan mengakibatkan efek resistensi dari
berbagai jenis hama. Efeknya kepada manusia pun bisa sangat berbahaya, akan bisa
merusak sistem saraf, gangguan pada pernapasan, dan keracunan yang akan berujung
pada kematian.
1.2. Rumusan Masalah?
1. Apa saja bentuk formulasi dari insektisida ?
2. Apa kegunaan dari insektisida ?
3. Bagaimana pengklasifikasian jenis insektisida menurut Djojosumarto, cara
masuk insektisida ke dalam tubuh serangga, dan menurut Wudianto ?
4. Apa bahaya dari penggunaan insektisida terhadap lingkungan, tumbuhan, dan
kesehatan manusia ?
5. Apa saja peralatan pelindung yang harus digunakan saat pengaplikasian
insektisida ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bentuk formulasi dari insektisida.
2. Untuk mengetahui kegunaan dari penggunaan insektisida.

3. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis dari insektisida menurut Djojosumarto,


cara masuk insektisida ke dalam tubuh serangga, dan menurut Wudianto.

4. Agar mengetahui bahaya dari penggunaan insektisida terhadap lingkungan,


tumbuhan, dan kesehatan manusia.
5. untuk mengetahui peralatan pelindung apa saja yang harus digunakan saat
pengaplikasian insektisida.

1.4 Manfaat
1. Sebagai sarana untuk menambah wawasan masyarakat mengenai insektisida
yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pembahasan
2.1 Pengertian dan Formula Yang Terkandung dalam Insektisida
Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bisa
mematikan semua jenis serangga. Insektisida termasuk salah satu jenis pestisida.
Pestisida sendiri adalah racun yang sengaja dibuat oleh manusia untuk membunuh
organisme pengganggu tanaman dan insekta penyebar penyakit.

Menurut Peraturan Pemerintah No.7 tahun 1973 tentang pengawasan atas


peredaran, penyimpanan dan penggunaan insektisida (pestisida), insektisida
(pestisida) aalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
dipergunakan untuk :
a. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak
tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian
b. Memberantas rerumputan
c. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan
d. Memberantas dan mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan atau
ternak
e. Memberantas atau mencegah hama-hama air
f. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia

Pemilihan formulasi insektisida penting untuk memastikan masuknya bahan


aktif di dalam tubuh serangga sasaran. Formulasi aerosol, coil, dan vaporizer tepat
digunakan untuk serangga terbang karena akan mengisi ruangan (udara) dengan bahan
aktif insektisida. Serangga merayap seperti kecoa menggunakan formulasi yang dapat
menembus celah-celah kecil/pori-pori permukaan. Oleh karenanya untuk tipe
merayap tepat jika menggunakan formulasi aerosol/liquid berbahan dasar minyak
karena lebih bertahan lama (tidak mudah menguap) dan dapat meresap baik dalam
permukaan bahan. Kapur serangga juga dapat digunakan karena aplikasinya melekat
pada permukaan bahan.
Bentuk insektisida (pestisida) yang merupakan formulasi ada berbagai macam.
Formulasi ini perlu dipertimbangkan sebelum membeli untuk disesuaikan dengan
ketersediaan alat yang ada, kemudahan aplikasi, serta efektivitasnya (Wudianto,
2001):

1. Butiran (Granula)

Insektisida ini berbentuk butiran padat yang merupakan campuran bahan aktif
berbentuk cair dengan butiran yang mudah menyerap bahan aktif. Penggunaannya
cukup ditaburkan atau dibenamkan disekitar perakaran atau dicampur dengan media
tanaman.

2. Tepung yang dapat disuspensi dalam air (wettablebpowder = WP)


Insektisida yang berbentuk tepung kering agak pekat ini belum dapat secara
langsung digunakan secara langsung untuk memberantas jasad sasaran, haus terlebih
dulu dibasahi air. Hasil campurannya dengan air disebut suspensi. Formula ini jika
terdapat pada pestisida (insektisida) sifatnya tidak dapat larut dalam air, melainkan
hanya tercampur saja. Oleh karena itu, sewaktu disemprotkan harus sering diaduk
atau tangki penyemprot digoyang-goyang.

3. Tepung yang larut dalam air (water-soluble powder = SP)


Jenis insektisida ini sepintas mirip dengan bentuk WP, penggunaannya juga
dicampur dengan air. Perbedaannya jenis ini dapat larut dalam air, jadi dalam
penggunaannya dalam penyemprotan, pengadukan hanya dilakukan sekali pada waktu
pencampuran.
4. Suspensi (flowable concentrate = F)
Formulasi ini merupakan campuran bahan aktif yang ditambahkan pelarut
serbuk yang dicampur dengan air. Hasilnya adalah seperti pasta yang disebut
campuran pasta.
5. Cairan (emulsifiable = EC)
Bentuk insektisida ini adalah cairan pekat yang terdiri dari campuran bahan
aktif dengan perantara emulsi. Dalam penggunaannya, biasanya dicampur dengan
bahan pelarut berupa air. Hasil pengencerannya atau cairan semprotnya disebut
emulsi.
6. Solution (S)

Solution merupakan formulasi yang dibuat dengan melarutkan pestisida ke


dalam pelarut organik dan dapat digunakan dalam pengendalian jasad pengganggu
secara langsung tanpa perlu dicampur dengan bahan lain.
7. Aerosol (A)

Aerosol merupakan formulasi yang terdiri dari campuran bahan aktif berkadar
rendah dengan zat pelarut yang mudah menguap (minyak) kemudian dimasukkan ke
dalam kaleng yang diberi tekanan gas propelan. Formulasi jenis ini banyak digunakan
di rumah tangga, rumah kaca, atau pekarangan.
8. Umpan beracun (Poisonous Bait = B)

Umpan beracun merupakan formulasi yang terdiri dari bahan aktif pestisida
digabungkan dengan bahan lainnya yang disukai oleh jasad pengganggu.
9. Powder concentrate (PC)

Formulasi ini berbentuk tepung, penggunannya dicampur dengan umpan dan


dipasang diluar rumah. Insektisida jenis ini biasanya tergolong Rodentisida yaitu
untuk memberantas tikus.
10. Ready Mix Bait (RMB)

Formulasi ini berbentuk segi empat besar dengan obot 300 gram dan blok
kecil dengan bobot 10-20 gram seta pellet. Formula ini berupa umpan beracun siap
pakai untuk tikus.

11. Pekatan yang dapat larut dalam air (Water Soluble Concentrate = WSC)
Merupakan formulasi berbentuk cairan yang larut dalam air. Hasil
pengenerannya dengan air disebut larutan.
12. Seed Treatment (ST)

Formulasi ini berbentuk tepung. Penggunaannya dicampurkan dengan sedikit


air sehingga terbentuk suatu pasta. Untuk perlakuan benih digunakan formulasi ini.
Insektisida yang beredar banyak sekali jenisnya. Jenis-jenis insektisida dapat
dikelompokkan dalam inorganik, nabati, organoklorin, organofosfor, karbamat, piretroid,
neonikotinoid, fenilpirasol, pirol, avermektin, microbial, organofluorin, insect growth
regulator, fumigant, repellent, sinergis atau activator (Sigit and Hadi, 2006).
2.2 Pengklasifikasian Jenis Insektisida
Menurut Djojosumarto (2008), insektisida dapat dibedakan menjadi tiga
berdasarkan cara kerja atau gerakannya pada tanaman setelah diaplikasikan, yaitu :

1. Insektisida sistemik
Insektisida sistemik diserap oleh organ-organ tanaman, baik lewat akar, batang
atau daun. Selanjutnya insektisida sistemik tersebut mengikuti gerakan cairan
tanaman dan ditransportasikan ke bagian-bagian tanaman lainnya, baik ke atas
(akropetal) atau ke bawah (basipetal), termasuk ke tunas yang baru tumbuh. Contoh
insektisida sistemik adalah furatiokarb, fosfamidon, isolan, karbofuran, dan
monokrotofos.
2. Insektisida nonsistemik

Insektisida nonsistemik setelah diaplikasikan (misalnya disemprotkan) pada


tanaman sasaran tidak diserap oleh jaringan tanaman, tetapi hanya menempel di
bagian luar tanaman. Bagian terbesar insektisida yang dijual di pasaran Indonesia
dewasa ini adalah insektisida nonsistemik. Contohnya, dioksikarb, diazinon,
diklorvos, profenofos, dan quinalvos.
3. Insektisida sistemik lokal

Insektisida sistemik lokal adalah kelompok insektisida yang dapat diserap oleh
jaringan tanaman (umumnya daun), tetapi tidak ditranslokasikan ke bagian tanaman
lainnya. Termasuk kategori ini adalah insektisida yang berdaya kerja translaminar
atau insektisida yang mempunyai daya penetrasi ke dalam jaringan tanaman.
Beberapa contoh diantaranya adalah dimetan, furatiokarb, pyrolan, dan profenovos.
Cara masuk insektisida ke dalam tubuh serangga sasaran dibedakan menjadi
tiga kelompok insektisida sebagai berikut :

1. Racun lambung (Stomach poison)


Racun lambung (stomach poison) adalah insektisida-insektisida yang
membunuh serangga sasaran bila insektisida tersebut masuk ke dalam organ
pencernaan serangga dan diserap oleh dinding saluran pencernaan. Selanjutnya,
insektisida tersebut dibawa oleh cairan tubuh serangga ke tempat sasaran yang
mematikan (misalnya ke susunan syaraf serangga). Oleh karena itu, serangga harus
terlebih dahulu memakan tanaman yang sudah disemprot dengan insektisida dalam
jumlah yang cukup untuk membunuhnya.
2. Racun kontak

Racun kontak adalah insektisida yang masuk ke dalam tubuh serangga lewat
kulit (bersinggungan langsung). Serangga hama akan mati bila bersinggungan (kontak
langsung) dengan insektisida tersebut. Kebanyakan racun kontak berperan sebagai
racun perut. Beberapa insektisida yang kuat sifat racun kontaknya antara lain
diklorfos dan pirimifos metil.
3. Racun pernapasan

Racun pernapasan adalah insektisida yang bekerja lewat saluran pernapasan.


Serangga hama akan mati bila menghirup insektisida dalam jumlah yang cukup.
Kebanyakan racun napas berupa gas, atau bila wujud asalnya padat atau cair, yang
segera berubah atau menghasilkan gas dan diaplikasikan sebagai fumigansian
misalnya metil bromida.

Menurut Wudianto (2007), insektisida dapat dibagi berdasarkan cara kerja


untuk membunuh hama serangga, yaitu :

1. Insektisida peracun fisik akan menyebabkan dehidrasi yaitu keluarnya cairan tubuh
dari dalam tubuh serangga.

2. Insektisida peracun protoplasma dapat mengendapkan protein dalam tubuh


serangga.
3. Insektisida peracun pernapasan dapat menghambat aktivitas enzim pernapasan.

Penggunaan pestisida yang paling banyak dan luas berkisar pada satu diantara
empat kelompok besar, yaitu :
1. Organoklorin (Chlorinated hydrocarbon)

Cara kerja bahan aktif racun ini dengan mempengaruhi syaraf pusat.
Gejala keracunan muncul 20 menit- 12 jam dengan gejala dan tanda keracunan
yaitu mual, muntah, gelisah, pusing, lemah, rasa geli atau menusuk pada kulit,
kejang otot, hilang kordinasi, dan tidak sadar.
2. Organofosfat (Organo posphates-Ops)

Ops umumnya adalah racun pembasmi serangga yang paling toksik secara
akut terhadap binatang bertulang belakang seperti ikan, burung, cicak dan mamalia.
Mengganggu pergerakan otot dan dapat menyebabkan kelumpuhan. Organofosfat
dapat menghambat aktivitas dari cholinesterase, suatu enzim yang mempunyai
peranan penting pada tranmisi dari signal saraf.
Gejala keracunan yang ditimbulkan oleh organoposfat berupa lelah, sakit
kepala, pusing, hilang selera makan, mual, kejang perut, diare, penglihatan kabur,
keluar air mata, keringat, air liur berlebih, tremor, pupil, mengecil, denyut jantung
lambat, kejang otot (kedutan), tidak sanggup berjalan, rasa tidak nyaman dan sesak,
buang air besar dan kecil tidak terkontrol, inkontinensi, tidak sadar dan kejang-kejang.
Gejala keracunan karbamat cepat muncul namun cepat hilang jika dibandingkan
dengan organoposfat.
3. Karbamat
Sama dengan organofosfat, insektisida jenis karbamat menghambat enzim-
enzim tertentu, terutama cholinesterase dan mungkin dapat memperkuat efek toksik
dari efek bahan racun lain. Karbamat pada dasarnya mengalami proses penguraian
yang sama pada tanaman, serangga dan mamalia. Gejala keracunan karbamat cepat
muncul namun cepat hilang jika dibandingkan dengan organoposfat.

4. Piretroid
Salah satu insektisida tertua di dunia, merupakan campuran dari beberapa ester
yang disebut pyretrin yang diektraksi dari bunga dari genus Chrysantemum. Jenis
pyretroid yang relatif stabil terhadap sinar matahari adalah : deltametrin, permetrin,
fenvlerate. Sedangkan yang tidak stabil terhadap sinar matahari dan sangat beracun
bagi serangga adalah : difetrin, sipermetrin, fluvalinate, siflutrin, fenpropatrin,
tralometrin, sihalometrin, flusitrinate. Piretrum mempunyai toksisitas rendah pada
manusia tetapi menimbulkan alergi pada orang yang peka, dan mempunyai
keunggulan diantaranya: diaplikasikan dengan takaran yang relatif sedikit, spekrum
pengendaliannya luas, tidak persisten, dan memiliki efek melumpuhkan yang sangat
baik.

2.3 Bahaya Dari Penggunaan Insektisida


a. Bahaya Pestisida Terhadap Lingkungan
Penggunaan insektisida dapat mematikan fauna tanah dan dapat juga
menurunkan kesuburan tanah. Penggunaan pupuk terus menerus dapat menyebabkan
tanah menjadi asam, sehingga dapat menurunkan kesuburan tanah. Selain itu
bahayanya adalah :

1. Menimbulkan resistensi pada hama pertanian.


2. Menurunkan populasi predator dari golongan serangga
3. Menurunkan populasi organisme yang berperan penting dalam menjaga kesuburan
tanah (cacing tanah, jamur, dan serangga tanah).
4. Menghambat aktivitas fiksasi nitrogen pada tanaman kacang-kacangan (bakteri
nitrat dan nitrit).
5. Tidak terdegradasi di lingkungan sehingga residunya akan terdistribusi melalui
rantai makanan.
6. Menimbulkan keracunan pada hewan ternak dan manusia.
7. Racun pestisida dapat terakumulasi melalui rantai makanan dan dapat
terkonsentrasi pada organisme tertentu. Cacing tanah, misalnya dapat
mengkonsentrasikan pestisida pada tubuhnya hingga mencapai 20 kali konsentrasi
pestisida pada tanah sekitarnya.

b. Bahaya Pestisida Terhadap Tumbuhan


Pestisida menghalangi proses pengikatan nitrogen yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman. Insektisida golongan orgonoklorin seperti DDT, golongan
organofosfat seperti metal parathoin dan pentaklorofenol diketahui mengganggu
simbiosis antara tanaman legum dengan bakteri rhizobium. Dengan berkurangnya
hubungan simbiotik antara keduanya menyebabkan pengikatan nitrogen menjadi
terganggu sehingga mengurangi hasil tanaman pertanian.

c. Bahaya Pestisida Terhadap Kesehatan Manusia


Selain berdampak pada kerusakan lingkungan, residu insektisida juga
berbahaya bagi kesehatan, baik dalam jangka panjang ataupun jangka pendek. Salah
satunya adalah menghambat perkembangan kognitif. Pada kehamilan bisa berisiko
terjadinya kelainan bawaan. Residu dari insektisida ini bisa terdapat dalam jenis buah
dan sayuran segar, sehingga kita memerlukan kehati-hatian dalam mengkonsumsinya.
Penggunaan pestisida jenis insektisida bisa terjadi pada saat proses produksi di lahan
atau selama pasca panen.

Insektisida yang tidak sengaja termakan oleh ibu hamil dapat menyebabkan
bayi cacat saat lahir. Cacat lahir seperti spina bifida, bibir sumbing, kaki pengkor, dan
sindrom down bisa diakibatkan paparan dari insektisida. Untuk memperkecil risiko,
ibu hamil harus selektif dalam mengkonsumsi makanan dan minuman.

Para ilmuwan dan dokter mengemukakan bahwa jika dalam penggunaan


pestisida (termasuk insektisida) terpapar selama 3 bulan sebelum dan selama
kehamilan akan meningkatkan risiko keguguran spontan pada ibu hamil. Pada anak,
paparan insektisida dapat menurunkan stamina tubuh serta perhatian dan
konsentrasinya.

Keracunan pestisida yang akut berat dapat menyebabkan penderita tidak


sadarkan diri, kejang-kejang, bahkan meninggal dunia. Keracunan kronis lebih sulit
dideteksi karena tidak segera terasa, tetapi dalam jangka panjang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan. Beberapa gangguan kesehatan yang sering dihubungkan dengan
pestisida, meskipun tidak mudah dibuktikan dengan pasti dan meyakinkan adalah
kanker, gangguan syaraf, fungsi hati dan ginjal, gangguan pernapasan dan sebagainya.

2.4 Alat Pelindung Diri Saat Pengaplikasian Insektisida


Menurut Cahyono (2004), alat pelindung diri adalah peralatan keselamatan
yang harus digunakan personil apabila berada si suatu tempat kerja yang berbahaya.
Alat pelindung diri yang standar untuk bahan kimia berbahaya adalah pelindung
kepala, pelindung mata, pelindung wajah, pelindung tangan, dan kaki. Alat pelindung
diri yang tepat bagi penyemprot pestisida, yaitu :

a. Pakaian pelindung (protective clothing) yaitu celana panjang dan baju lengan
panjang yang terbuat dari bahan yang cukup tebal dengan tenunan rapat. Pakaian
sebaiknya tidak berkantung karena dengan adanya kantung cenderung digunakan
untuk menyimpan benda-benda seperti rokok. Jas hujan (rain coat) dapat dijadikan
sebagai alat pelindung karena terbuat dari plastik yang mudah untuk dibersihkan.
b. Semacam celemek (apron) yang dibuat dari plastik atau kulit. Apron terutama
harus digunakan ketika menyemprot tanaman yang tinggi

c. Penutup kepala, misalnya berupa topi lebar (wide brimmed) atau helm khusus
menyemprot. Topi dengan pinggiran yang lebar (wide brimmed) digunakan untuk
melindungi bagian-bagian kepala dan muka. Topi harus tebuat dari bahan yang
kedap cairan (liquid proof) dan tidak terbuat dari kain atau kulit. Helm khusus
untuk menyemprot tanaman tinggi terbuat dari bahan yang keras untuk
melindungi kepala dari benda-benda yang jatuh seperti pelepah dan buah kelapa
sawit.

d. Alat pelindung pernapasan (Respiration protective devices) seperti :

1. Chemical catridge respirator, yaitu respirator/masker yang pada bagian saringan


(filter) dipasang dalam silinder dapat menyerap bahan-banan/zat-zat kimia
berbentuk gas, uap dan partikel-partikel halus. Respirator ini dipergunakan bila
bekerja dengan pestisida yang berselang seling konsentrasinya dari satu pestisida.
2. Chemical conister respirator, respirator jenis ini mempunyai kontak/romol
(conister) dan saringan penyerap (filter) yang dapat bekerja lebih lama dari pada
jenis catrdige respirator. Pada umumnya respirator ini dipergunakan bila bekerja
dengan racun secara terus menerus dalam konsentrasi tetap dari pestisida kuat.
e. Pelindung muka dan mata misalnya kaca mata, googles atau face shield yang
terbuat dari bahan anti air (water proff) sehingga muka tidak terkena partikel-
partikel pestisida.
f. Sarung tangan (gloves) yang terbuat dari bahan yang tidak tembus air, jika pestisida
mempunyai konsentrasi tinggi maka diperlukan sarung tangan neoprene. Sarung
tangan yang digunakan harus panjang sehingga menutupi bagian pergelangan
tangan. Sarung tangan tidak boleh terbuat dari kulit atau katun karena pestisida
yang melekat sukar dicuci.
g. Safety shoes atau sepatu boot yang terbuat dari bahan neoprene.

3. Kesimpulan

Bentuk formulasi dari insektisida adalah butiran, tepung yang dapat disuspensi
dalam air, tepung yang larut dalam air, suspensi, cairan, solution, aerosol, umpan
beracun, powder concentrate, ready mix bait, pekatan yang dapat larut dalam air, dan
seed treatment.
Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak
tanaman, memberantas rerumputan, mematikan daun dan mencegah pertumbuhan
yang tidak diinginkan, memberantas dan mencegah hama-hama luar pada hewan-
hewan piaraan atau ternak, memberantas atau mencegah hama-hama air, memberantas
atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia.
Jenis insektisida menurut Djojosumarto dibagi menjadi tiga yaitu, insektisida
sistemik, insektisida nonsistemik, insektisida sistemik lokal. Jenis insektisida menurut cara
masuk insektisida ke dalam tubuh serangga sasaran adalah racun lambung (Stomach poison),
racun kontak, dan racun pernapasan. Sedangkan jenis insektisida menurut Wudianto dibagi
menjadi tiga yaitu, insektisida peracun fisik akan menyebabkan dehidrasi yaitu
keluarnya cairan tubuh dari dalam tubuh serangga, insektisida peracun protoplasma
dapat mengendapkan protein dalam tubuh serangga, dan insektisida peracun
pernapasan yang dapat menghambat aktivitas enzim pernapasan.

Bahaya yang ditimbulkan akibat penggunaan insektisida dapat terjadi pada


lingkungan, tumbuhan, dan kesehatan manusia. Bahaya insektisida terhadap
lingkungan adalah akan mematikan fauna tanah dan dapat juga menurunkan
kesuburan tanah, menimbulkan resistensi pada hama pertanian, menurunkan populasi
predator dari golongan serangga, menurunkan populasi organisme yang berperan
penting dalam menjaga kesuburan tanah (cacing tanah, jamur, dan serangga tanah),
menghambat aktivitas fiksasi nitrogen pada tanaman kacang-kacangan (bakteri nitrat
dan nitrit) dan sebagainya. Kemudian bahaya insektisida terhadap tumbuhan adalah
akan menghalangi proses pengikatan nitrogen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman. Dan bahaya penggunaan insektisida terhadap kesehatan manusia adalah
dapat menyebabkan penderita tidak sadarkan diri, kejang-kejang, kanker, gangguan
syaraf, fungsi hati dan ginjal, gangguan pernapasan, keguguran janin, cacat pada bayi
dan sebagainya.

Alat pelindung yang digunakan saat pengaplikasikan insektisida adalah


pakaian pelindung yaitu celana panjang dan baju lengan panjang yang terbuat dari
bahan yang cukup tebal dengan tenunan rapat, semacam celemek (apron) yang dibuat
dari plastik atau kulit, penutup kepala misalnya berupa topi lebar (wide brimmed) atau
helm khusus menyemprot, alat pelindung pernapasan misalnya Chemical catridge
respirator, pelindung muka dan mata misalnya kaca mata, googles atau face shield,
sarung tangan (gloves) yang terbuat dari bahan yang tidak tembus air, dan sepatu boot
yang terbuat dari bahan neoprene.

Daftar Pustaka

Hernyanti.2002. Bahaya Pestisida terhadap lingkungan. (Online)

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1016/1/.pdf) diakses 27 Maret 2017

Joharina,arum.2008. Penggunaan Insektisida. (Online)

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/insektisida.pdf) diakses pada 28 Maret 2017

BPS (Badan Pusat Statistik), 2006. Pestisida Nasional. (Online)

(www.bps.go.id) diakses pada 28 Maret 2017


Gigih, 2011. Pestisida. (Online)

(http://pestisida-dalam-rumah-tangga.com/2011/07/ -bagian-2.html) diakses pada 28


Maret 2017

Anda mungkin juga menyukai