Anda di halaman 1dari 6

Hukum Menyanyikan Lagu Indonesia Raya

Assalamu alaikum wr. wb.


Redaksi Bahtsul Masail NU Online, lima tahun terakhir kampanye antihormat bendera merah
putih dan pengharaman menyanyikan lagu Indonesia Raya muncul secara terang-terangan di
media sosial. Sementara kita sudah lebih dari setengah abad melakukan penghormatan terhadap
bendera merah putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bagaimana sebenarnya agama
Islam memandang masalah ini. Mohon penjelasannya. Terima kasih. Wassalamu alaikum wr.
wb. (Nuryamin/Tasikmalaya).

Jawaban
Assalamu alaikum wr. wb.
Penanya yang budiman, semoga Allah SWT menurunkan rahmat-Nya untuk kita semua. Secara
naluriah setiap orang mencintai tanah airnya karena ia adalah manusia yang memiliki ikatan
emosional dengan tanah kelahirannya tersebut. Ia bukan robot atau mesin-mesin industri yang
tidak memiliki pengalaman sebagai manusia.

Luapan cinta tanah air itu diekspresikan dengan pelbagai macam cara. Salah satunya adalah
mengikuti upacara hormat bendera merah putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Lalu bagaimana dengan gugatan sejumlah orang dan kelompok tertentu yang mengampanyekan
pengharaman terhadap penghormatan bendera merah putih dan pengharaman menyanyikan lagu
Indonesia Raya?

Sebenarnya tidak ada dalil agama yang mengharamkan ekspresi cinta tanah air seperti hormat
bendera dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Hal ini disinggung oleh Syekh Wahbah Az-
Zuhayli berikut ini.

:


.



.
Artinya, Saya bisa mengatakan, Lagu-lagu kebangsaan, atau lagu-lagu yang memotivasi anak
bangsa pada kemuliaan atau semangat perjuangan, tidak ada larangan (dalam agama) dengan
syarat tidak campur baur laki-perempuan, dan (syarat lain) tutup tubuh perempuan selain wajah
dan telapak tangan.

Sedangkan lagu-lagu yang mendorong orang pada akhlak tercela, jelas diharamkan sekalipun
menurut ulama yang menyatakan kemubahan lagu dan nyanyian, terutama sekali (lagu-lagu yang
mengandung) kemunkaran seperti ditayangkan stasiun radio dan televisi di zaman kita sekarang
ini, (Lihat Syekh Wahbah Az-Zuhayli, Al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, cetakan kedua, 1985
M/1305, Beirut, Darul Fikr, juz III, halaman 576).

Keterangan di atas jelas membedakan nyanyian kebangsaan dan campur-baurnya laki-perempuan


dalam menyanyikannya. Menyanyikan lagu Indonesia Raya sendiri jelas tidak diharamkan.
Pengharamannya terletak pada campur-baur laki-perempuan seperti orang berdesakan di pasar
malam. Dengan kata lain, haramnya bukan karena menyanyinya, tetapi lebih pada ikhtilath-nya.
Sedangkan dalam menyanyikan lagu Indonesia Raya orang tidak bercampur-baur seperti itu.
Mereka berdiri teratur dalam barisan upacara yang rapi.

Memang kita harus mengakui bahwa negara-bangsa (nation-state) adalah fenomena zaman
modern. Ia hadir baru beberapa abad belakangan ini karena pengaruh zaman industri modern dan
juga kolonialisme. Karenanya masalah ini belum ada dan belum menjadi pembahasan di
kalangan salafus saleh.

Meskipun ini adalah masalah baru seiring dengan negara-bangsa sebagai fenomena modern, kita
tidak bisa memaksakan diri untuk menghukumi penghormatan bendera dan menyanyikan lagu
kebangsaan sebagai sesuatu yang haram karena memang tidak ada larangannya dalam agama.
Pasalnya, kewajiban dan larangan agama sudah jelas. Sedangkan masalah penghormatan bendera
dan menyanyikan lagu kebangsaan merupakan bagian dari rahmat Allah SWT yang patut
disyukuri seperti sabda Rasulullah SAW pada Hadits Ke-30 yang dikutip dari Kitab Al-Arbain
Nawawiyah berikut ini.

- :

-







Artinya, Rasulullah SAW bersabda, Sungguh, Allah telah menentukan sejumlah kewajiban.
Jangan kalian menyia-siakannya. Ia juga telah membuat sejumlah batasan. Jangan kalian
melampaui batasan-Nya. Ia juga telah melarang beberapa hal. Jangan kalian melanggarnya. Ia
mendiamkan sejumlah masalah, bukan karena lupa, tetapi karena kasih sayang-Nya kepada
kalian. Oleh karena itu kalian jangan mempermasalahkannya, HR Daruquthni.

Dari pelbagai keterangan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa penghormatan bendera merah
putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya adalah mubah sebagai rahmat Allah SWT. Kita
tidak memegang hak untuk mempersempit rahmat-Nya. Di samping itu penghormatan bendera
merah putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya bukan bentuk fanatik buta dan rasialis
radikal (sauvinisme), tetapi ekspresi cinta tanah air sebagai fenomena modern atas rumah
bersama mereka.

Demikian jawaban singkat kami. Semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka dalam
menerima kritik dan saran dari para pembaca.

Wallahul muwaffiq ila aqwathih thariq,


Wassalamu alaikum wr. wb.

Nabi Musa Ditegur Malaikat Jibril

Seorang wanita dari Bani Israil pernah datang kepada Nabi Musa alaihissalam dan berkata, Wahai Nabi
Allah, aku telah melakukan dosa yang besar, aku telah bertobat kepada Allah SWT. Maka, mohonkanlah
kepada Allah agar Dia mengampuni dosa dan menerima tobatku!

Nabi Musa penasaran dengan dosa besar apa yang telah dilakukan. Wahai perempuan, apa dosa yang
engkau maksud itu?

Perempuan menjawab, Aku berzina dan melahrkan anak. Setelah lahir anak itu langsung aku bunuh.
Nabi Musa tidak habis pikir dengan perilaku perempuan itu. Keluarlah, wahai orang yang bejat (fajirah),
supaya tidak turun api dari langit yang dapat membakar kami semua akibat perilakumu!

Mendapat respon tersebut, si perempuan pun keluar dengan hati tersayat-sayat.

Tak selang lama, Malaikat Jibril turun dan memperingatkan Nabi Musa, Wahai Musa, Tuhan Yang Maha
Luhur titip pesan. Apa gerangan engkau mengusir wanita yang bertobat tadi? Tahukah engkau
keburukan yang lebih parah dari yang dilakukan perempuan itu?

Perbuatan siapa yang lebih parah dari permpuan tadi? Tanya Nabi Musa.

Perbuatan orang meninggalkan shalat dengan sengaja, jawab Jibril.

Cerita tersebut memperingatkan dan menegaskan akan kedudukan shalat bagi umat Islam. Sudah jamak
kita dengar hadits: shalat ialah tiang agama. Barangsiapa menegakkan shalat sama dengan
meneguhkan agama, dan barangsiapa meninggalkan shalat sama dengan merobohkan agama itu
sendiri. Selain itu, tidak pantas bagi siapa pun memutus harapan seseorang yang memiliki niat berubah
menuju lebih baik. Sebab, kasih sayang dan pengampunan Allah melebihi keburukan-keburukan
manusia. (Ali Makhrus)

Cerita diolah dari kitab "Irsyadul 'Ibad" karya Syeikh Zainuddin bin Abdul Aziz bin Zainuddin Al Malibariy,
tt (Surabaya: al-Hidayah)

Kenapa Sujud Harus Dua Kali Dalam Satu


Rakaat?

Assalamu alaikum wr. wb.


Redaksi Bahtsul Masail NU Online, mohon maaf sebelumnya, karena pertanyaan kami tampak
seperti mengada-ada. Tetapi bagaimanapun pertanyaan ini tetap tersimpan di dalam hati kecil
kami. Pertanyaan kami adalah kenapa agama mengharuskan kita bersujud dua kali dalam satu
rakaat. Sementara rukun shalat lainnya hanya dikerjakan sekali, yaitu membaca Surat Al-Fatihah,
rukuk, itidal, duduk di antara dua sujud. Mohon penjelasannya. Terima kasih. Wassalamu
alaikum wr. wb. (Ali Abdul Ghafur/Ternate).

Jawaban
Assalamu alaikum wr. wb.
Penanya yang budiman, semoga Allah SWT menurunkan rahmat-Nya untuk kita semua. Kami
mencoba untuk memberikan jawaban atas pertanyaan ini. Perintah ibadah lazimnya dipahami
oleh ulama sebagai masalah taabbudi, wujud penghambaan manusia kepada Allah tanpa bisa
dinalar mengapanya, yaitu mengapa shalat subuh terdiri atas dua rakaat, kenapa kita harus
menghadap kiblat, dan seterusnya.

Lain halnya dengan masalah agama di luar ibadah seperti muamalah yang bersifat taaqquli,
suatu masalah agama yang bisa dinalar penjelasannya.

Sebagaimana diketahui bahwa rukun-rukun shalat hanya diperintahkan sekali dalam satu rakaat
kecuali sujud. Kita diperintahkan untuk bersujud dua kali dalam satu rakaat. Kalau merujuk pada
karya-karya para ulama, kita akan mendapati perbedaan pendapat di kalangan ulama untuk
masalah ini. sebagian ulama mengatakan bahwa pengulangan sujud adalah perkara taabbudi.
Menurut mayoritas ulama Hanafi, pengulangan sujud adalah masalah taabbudi sebagaimana
keterangan Syekh Wahbah Az-Zuhayli berikut ini.


)(
Artinya, Pengulangan sujud termasuk kategori taabudi, sebuah perintah agama yang
maksudnya tidak bisa dinalar menurut mayoritas ulama Madzhab Hanafi, sebuah perwujudan
ujian atau cobaan (bagi hamba-Nya). (Lihat Syekh Wahbah Az-Zuhayli, Al-Fiqhul Islami wa
Adillatuh, cetakan kedua, 1985 M/1305, Beirut, Darul Fikr, juz 1, halaman 661).

Meskipun demikian, di kalangan ulama Hanafi sendiri masalah ini masih menjadi perdebatan.
Ibnu Abidin, salah seorang pemuka ulama Hanafi belakangan, menyatakan bahwa pengulangan
sujud adalah masalah taaqquli sebagai keterangan berikut ini.

: :

.
:


Artinya, Pengulangan sujud termasuk kategori taabudi, sebuah perintah yang maksudnya tidak
bisa dinalar, sebuah perwujudan ujian (bagi hamba-Nya). Ibnu Abidin mengatakan, Sebagian
ulama mengartikan perintah sujud dua kali dalam satu rakaat sebagai penghinaan untuk setan di
mana ia diperintah sekali sujud saja tidak mau, sedangkan manusia sujud sebanyak dua kali,
(Lihat Al-Mausuatul Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, Kuwait, Wizaratul Awqaf was Syuunul
Islamiyah, Darus Salasil, juz XII, halaman 208).

Sedangkan KH Afifuddin Muhajir dari kalangan Syafiiyah dalam karyanya Fathul Mujibil
Qarib sependapat bahwa pengulangan sujud adalah masalah taaqquli. Hanya saja ia
menjelaskan makna pengulangan sujud itu dari aspek taaqquli yang berbeda dari penjelasan
Ibnu Abidin.

Artinya, Pengulangan sujudbukan rukun shalat lainnyabertujuan untuk menunjukkan


kerendahan hati karena meletakan kepala sebagai anggota tubuh paling di atas lantai, tempat
jejak kaki, (Lihat KH Afifuddin Muhajir, Fathul Mujibil Qarib, cetakan pertama, 2014 M/ 1424
H, Situbondo, Al-Maktabah Al-Asadiyah, halaman 44).

Demikian jawaban singkat kami. Semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka dalam
menerima kritik dan saran dari para pembaca.

Wallahul muwaffiq ila aqwathih thariq,


Wassalamu alaikum wr. wb.

Anda mungkin juga menyukai

  • Puisi
    Puisi
    Dokumen1 halaman
    Puisi
    Rony Achmad
    Belum ada peringkat
  • Bung Tomo
    Bung Tomo
    Dokumen3 halaman
    Bung Tomo
    Rony Achmad
    Belum ada peringkat
  • Aqiqah
     Aqiqah
    Dokumen10 halaman
    Aqiqah
    Rony Achmad
    Belum ada peringkat
  • Yasin Tahlil
    Yasin Tahlil
    Dokumen13 halaman
    Yasin Tahlil
    Muhammad Adib
    Belum ada peringkat