PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kepemimpinan kepala sekolah?
2. Apa saja prinsip-prinsip kepemimpinan kepala sekolah?
3. Apa saja tugas kepala sekolah sebagai pemimpin?
4. Apa saja peranan kepala sekolah sebagai pemimpin?
5. Bagaimana syarat-syarat menjadi seorang kepala sekolah?
6. Bagaimana hasil penelitian tentang kepemimpinan kepala sekolah?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, didapatkan tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian kepemimpinan kepala sekolah
2. Mengetahui prinsip-prinsip kepemimpinan kepala sekolah
3. Mengetahui tugas kepala sekolah sebagai pemimpin
4. Mengetahui peranan kepala sekolah sebagai pemimpin
5. Mengetahui syarat-syarat menjadi seorang kepala sekolah
6. Mengetahui hasil penelitian tentang kepemimpinan kepala sekolah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Menurut Wahjosumidjo dalam praktek organisasi, kata memimpin mengandung
konotasi menggerakkan, mengarahkan, membimbing, melindungi, membina,
memberikan teladan, memberikan dorongan, memberikan bantuan, dan sebagainya
Betapa banyak variabel arti yang terkandung dalam kata memimpin, memberikan
indikasi betapa luas tugas dan peranan seorang pemimpin organisasi. Kepemimpinan
biasanya didefinisikan oleh para ahli menurut pandangan pribadi mereka, serta aspek-
aspek fenomena dari kepentingan yang paling baik bagi pakar yang bersangkutan.
Yuki mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu sifat, perilaku pribadi,
pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungan kerjasama antar peran,
kedudukan dari suatu jabatan administratif, dan persepsi dari lain-lain tentang
legitimasi pengaruh. Kepemimpinan sebagai kemampuan menggerakkan,
memberikan motivasi, dan mempengaruhi orang-orang agar bersedia melakukan
tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan melalui keberanian
mengambil keputusan tentang kegiatan yang harus dilakukan.
4
yang terlibat secara keseluruhan, Pemimpin harus dapat memberikan
motivasi dan layanan sedemikian rupa sehingga semua orang turut
berpartisipasi aktif dalam mencapai tujuan organisasi.
Maka dari itu sebagai seorang pemimpin pendidikan yang baik
hendaknya mau menghargai prestasi dan ide-ide staffnya yang menuju
peningkatan pelaksanaan tugas yang terdapat dalam lembaga pendidikan
tersebut.
c. Prinsip Partisipatif, yaitu dalam suatu kepemimpinan yang demokratis,
masalah partisipasi dari setiap anggota dan lembaga tersebut merupakan suatu
hal yang penting. Maka dari itu, sebagai pemimpin pendidikan
kepala sekolah harus berusaha membangkitkan dan memupuk kesadaran
pada setiap anggotanya agar mereka ikut bertanggung jawab, dan
selanjutnya ikut aktif dalam memikirkan serta memecahkan masalahmasalah
yang menyangkut perencanana, program pendidikan dan
pembelajaran, Karena keberhasilan dalam memperoleh keputusan yang
tepat maupun pemecahan masalah di suatu lembaga pendidikan secara
memuaskan hanya dapat dicapai melalui usaha pemimpin dengan
mengikut sertakan anggota-anggotanya.
d. Prinsip Kooperatif, yaitu dalam proses kepemimpinannya kepala sekolah
hendaknya mementingkan kerjasama dengan orang-orang yang
dipimpinnya, karena dalam prinsip kooperatif ini partisipasi harus
ditingkatkan menjadi kerjsama yang dinamis. Dimana setiap anggota
disamping bertanggungjawab terhadap tugasnya masing-masing, juga
harus merasa berkepentignan pada masalah yang menyangkut sukesnya
pekerjaan anggota-anggota yang lain. Dengan adanya perasaan dan
kesadaran semacam itu, mungkin mereka akan saling bantu-membantu
serta bekerja sama dalam setiap usaha serta dalam memecahkan masalah-
masalah yang timbul dalam lembaga kerjanya, yang mungkin bisa
menghambat keberhasilan dalam mencapai tujuan dari lembaga kerja tersebut.
e. Prinsip Delegasi yang Baik, yaitu sebagai pemimpin pendidikan kepala
sekolah harus menyadari bahwa kemampuannya sebagai manusia adalah
5
terbatas, sehingga perlu mendelegasikan kekuasan, wewenang dan
tanggung jawabnya kepada anggoga staffnya menurut kemampuan
masing-masing, supaya proses kerja tersebut secara keseluruhan dapat
berjalan lancar, efektif dan efisien.
Pembinaan kepemimpinan melalui latihan dalam bentuk
pendelegasian merupakan salah satu cara yang cukup praktis bagi
kepentingan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan datang. Ini
berarti bahwa sebernanya keberhasilan dalam memimpin itu tergantung
pada kemampuan dalam mendelegasikan tugas dan tanggung jawab
kepada bawahan secara efektif.
f. Prinsip Kapasitas Integratif, yaitu prinsip kapasitas integratif adalah
prinsip yang sangat penting bagi seorang pemimpin Karena hanya dengan
kapasitas yang demikianlah administrasi dan organisasi dapat digerakkan
sebagai suatu total sistem ke arah perncapaian tujuan yang telah
ditentukan.
g. Rasionalitas dan Obyektivitas, yaitu sebagai pemimpin tidak akan berhasil
apabila menggerakkan organisasinya dengan cara emosional. Artinya jika
emosi merajai cara berpikir seorang pemimpin, maka rasionalitas dan
obyektivitas akan berkurang dan yang pada gilirannya keputusan yang
dibuat tidak akan tepat.
h. Prinsip Pragmatisme, yaitu sebagai pemimpin pendidikan kepala sekolah
harus dapat membuat keputusang yang akurat sesuai dengan kemampuan
dan sumber-sumber yang tersedia. Ini merupakan salah satu ciri
pemimpin yang baik.
i. Prinsip Adaptabilitas dan Fleksibilitas, yaitu jika ada pendapat yang
mengatakan bahwa satu-satunya hal yang konstan di dunia ini adalah
perubahan, maka sikap kaku dan apriori akan merugikan seseorang dalam
menjalankan peranannya selaku pemimpin.
Maka dari kefleksibelan suatu organisasi akan menjamin
hubungan kerja dan tata kerja yang sesuai denagn kenyataan dan masalah
baru yang muncul dan selalu berubah. Perubahan tersebut tidak bisa
6
terlepas dari berbagai hubungan kemanusiaan diantara anggota staf.
Dengan demikian prinsip fleksibilitas merupakan faktor yang sangat
penting dalam suatu organisasi.
7
Mengkoordinir program non kurikuler,
Merencanakan pengadaan,
Memelihara dan mengembangkan buku perpustakaan sekolah dan
alat-alat pelajaran.
2) Pengelolaan kepegawaian
Termasuk dalam bidang ini yaitu menyelenggarakan urusan-urusan
yang berhubungan dengan penyeleksian, pengangkatan kenaikan pangkat,
cuti, perpindahan dan pemberhentian anggota staf sekolah, pembagian
tugas-tugas di kalangan anggota staf sekolah, masalah jaminan kesehatan
dan ekonomi, penciptaan hubungan kerja yang tepat dan menyenangkan,
masalah penerapan kode etik jabatan.
3) Pengelolaan kemuridan
Dalam bidang ini kegiatan yang nampak adalah perencanaan dan
penyelenggaran murid baru, pembagian murid atas tingkat-tingkat, kelas-
kelas atau kelompok-kelompok (grouping), perpindahan dan keluar
masuknya murid-murid (mutasi), penyelenggaraan pelayanan khusus
(special services) bagi murid, mengatur penyelenggaraan dan aktivitas
pengajaran, penyelenggaran testing dan kegiatan evaluasi, mempersiapkan
laporan tentang kemajuan masalah disiplin murid, pengaturan organisasi
siswa, masalah absensi, dan sebagainya.
8
perlengkapan bagi penyelenggaraan khusus, transportasi sekolah, dan alat-
alat komunikasi.
5) Pengelolaan keuangan
Dalam bidang ini menyangkut masalah-masalah urusa gaji guru-guru
dan staf sekolah, urusan penyelenggaraan otorisasi sekolah, urusan uang
sekolah dan uang alat-alat murid-murid, usaha-usaha penyediaan biaya
bagi penyelenggaraan pertemuan dan perayaan serta keramaian.
9
D. Peran Kepala Sekolah sebagai Pemimpin
Menurut Purwanto, mengatakan bahwa seorang kepala sekolah mempunyai
sepuluh macam peranan, yaitu : Sebagai pelaksana, perencana, seorang ahli,
mengawasi hubungan antara anggota-anggota, menwakili kelompok, bertindak
sebagai pemberi ganjaran, bertindak sebagai wasit, pemegang tanggung jawab,
sebagai seorang pencipta, dan sebagai seorang ayah. (Purwanto, 2004 : 65)
Untuk lebih jelasnya, berikut uraian peranan kepala sekolah sebagai pemimpin, yaitu:
1) Sebagai pelaksana (executive)
Seorang pemimpin tidak boleh memaksakan kehendak sendiri terhadap
kelompoknya. Ia harus berusaha memenuhi kehendak dan kebutuhan
kelompoknya, juga program atau rencana yang telah ditetapkan bersama.
2) Sebagai perencana (planner)
Sebagai kepala sekolah yang baik harus pandai membuat dan menyusun
perencanaan, sehingga segala sesuatu yang akan diperbuatnya bukan secara
sembarangan saja, tatapi segala tindakan diperhitungkan dan bertujuan.
3) Sebagai seorang ahli (expert)
Ia haruslah mempunyai keahlian terutama yang berhubungan dengan tugas
jabatan kepemimpinan yang dipegangnya.
4) Mengawasi hubungan antara anggota-anggota kelompok (contoller of internal
relationship)
Menjaga jangan sampai terjadi perselisihan dan berusaha mambangun hubungan
yang harmonis.
5) Mewakili kelompok (group representative)
Ia harus menyadari, bahwa baik buruk tindakannya di luar kelompoknya
mencerminkan baik buruk kelompok yang dipimpinnya.
6) Bertindak sebagai pemberi ganjaran/pujian dan hukuman
Ia harus membesarkan hati anggota-anggota yang bekerja dan banyak
sumbangan terhadap kelompoknya.
7) Bertindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and modiator)
10
Dalam menyelesaikan perselisihan atau menerima pengaduan antara anggota-
anggotanya ia harus dapat bertindak tegas, tidak pilih kasih atau mementingkan
salah satu anggotanya.
8) Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya
Ia haruslah bertanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatan anggota-
anggotanya yang dilakukan atas nama kelompoknya.
9) Sebagai pencipta/memiliki cita-cita (idiologist)
Seorang pemimpin hendaknya mempunyai kosepsi yang baik dan realistis,
sehingga dalam menjalankan kepemimpinannya mempunyai garis yang tegas
menuju kearah yang dicita-citakan.
10) Bertindak sebagai ayah (father figure)
Tindakan pemimpin terhadap anak buah/kelompoknya hendaknya
mencerminkan tindakan seorang ayah terhadap anak buahnya.
11
c) Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut
jenjang sekolah masing-masing, kecuali di Taman Kanak-kanak/Raudhatul
Athfal (TK/RA) memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga)
tahun di TK/RA; dan
d) Memilki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS)
dan bagi non-PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh
yayasan atau lembaga yang berwenang.
2. Kualifikasi Khusus
a) Kepala Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal (TK/RA) adalah sebagai
berikut:
1) Bersatatus sebagai guru TK/RA;
2) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru TK/RA; dan
3) Memiliki sertifikat kepala TK/RA yang diterbitkan oleh lembaga yang
ditetapkan Pemerintah.
b) Kepala Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) adalah sebagai berikut:
1) Berstatus sebagai guru SD/MI;
2) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SD/MI; dan
3) Memiliki sertifikat kepala SD/MI yang diterbitkan oleh lembaga yang
ditetapkan Pemerintah.
c) Kepala Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs)
adalah sebagai berikut:
1) Berstatus sebagai guru SMP/MTs;
2) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMP/MTs; dan
3) Memiliki sertifikat kepala SMP/MTs yang diterbitkan oleh lembaga
yang ditetapkan Pemerintah.
d) Kepala Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) adalah sebagai
berikut:
1) Berstatus sebagai guru SMA/MA;
2) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMA/MA; dan
12
3) Memiliki sertifikat kepala SMA/MA yang diterbitkan oleh lembaga
yang ditetapkan Pemerintah.
13
3. Standar Kompetensi Kepala Sekolah
DIMENSI
NO. KOMPETENSI
KOMPETENSI
1 Kepribadian 1.1 Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi
akhalak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi
komunitas di sekolah/madrasah.
1.2 Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.
1.3 Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri
sebagai kepala sekolah/madrasah.
1.4 Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsi.
1.5 Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam
pekerjaan sebagai kepala sekolah/madrasah.
1.6 Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin
pendidikan.
2 Manajerial 2.1 Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk
berbagai tingkatan perencanaan.
2.2 Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai
dengan kebutuhan.
2.3 Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka
pendayagunaan sumber daya sekolah/madrasah secara
optimal.
2.4 Mengelola perubahan dan pengembangan
sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar yang
efektif.
2.5 Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang
kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik.
2.6 Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan
sumber daya manusia secara optimal.
2.7 Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam
rangka pendayagunaan secara optimal.
2.8 Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat
dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar,
dan pembiayaan sekolah/madrasah.
2.9 Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaa peserta
didik baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas
peserta didik.
2.10 Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan
nasional.
2.11 Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan
prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan
efisien.
2.12 Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam
mendukung pencapaian tujuan sekolah/madrasah.
14
DIMENSI
NO. KOMPETENSI
KOMPETENSI
2.13 Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam
mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta
didik di sekolah/madrasah.
2.14 Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam
mendukung penyusunan program dan pengambilan
keputusan.
2.15 Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi
peningkatan pembelajaran dan manajemen
sekolah/madrasah.
2.16 Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan program kegiatan sekolah/madrasah dengan
prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak
lanjutnya.
3 Kewirausahaan 3.1 Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan
sekolah/madrasah.
3.2 Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan
sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang
efektif.
3.3 Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai
pemimpin sekolah/madrasah.
3.4 Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik
dalam menghadapi kendala yang dihadapi
sekolah/madrasah.
3.5 Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola
kegiatan produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber
belajar peserta didik.
4 Supervisi 4.1 Merencanakan program supervisi akademik dalam
rangka peningkatan profesionalisme guru.
4.2 Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan
menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang
tepat.
4.3 Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru
dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
5 Sosial 5.1 Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan
sekolah/madrasah.
5.2 Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
5.3 Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok
lain.
15
F. Hasil Penelitian Kepemimpinan Kepala Sekolah
Tuntutan akan pendidikan bermutu semakin hari semakin kuat. Fenomena ini
muncul seiring dengan kondisi kebutuhan masyarakat yang berkembang demikian
cepat. Tingginya tuntutan tersebut telah direspon oleh sebagian pimpinan lembaga
pendidikan Islam dengan sikap yang rasional dan lebih berorientasi pada kebutuhan
masyarakat secara luas. Sebagai pemimpin proses pendidikan di tingkat mikro, kepala
sekolah mempunyai peran strategis untuk meningkatkan mutu pendidikan demi
mewujudkan sekolah-sekolah unggul yang diminati masyarakat.
Sudah sewajarnya apabila kemudian muncul tuntutan agar para kepala sekolah
meningkatkan kapasitas dirinya untuk mendongkrak mutu sekolah yang dipimpinnya.
Mulyasa (2003) menegaskan bahwa ada kaitan yang erat antara kualitas kepala
sekolah dengan berbagai aspek kehidupan di sekolah sekolah, seperti disiplin sekolah,
iklim budaya sekolah, dan menurunnya perilaku nakal peserta didik.
Berangkat dari pandangan tersebut, penulis terdorong untuk meneliti lebih lanjut
tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di dua
lembaga pendidikan dasar unggul di Malang. Kedua lembaga pendidikan dasar yang
16
menjadi pilihan peneliti tersebut memiliki latar sejarah dan sistem organisasi yang
berbeda. Keduanya adalah MIN Malang I dan SDI Surya Buana Malang.
Fokus penelitian ini tertuju pada dua hal, yaitu: a) artikulasi visi, misi, dan nilai-
nilai kepemimpinan kepala sekolah dan b) strategi kepala sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Untuk menjawab fokus penelitian tersebut, peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi multikasus. Dengan
rancangan ini, peneliti berharap keutuhan fenomena yang terjadi di kedua lembaga
pendidikan tersebut dapat dipertahankan.
Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi: a) wawancara mendalam; b)
observasi partisipan; dan c) studi dokumentasi. Data yang terkumpul melalui ketiga
teknik tersebut diorganisasi, ditafsir, dan dianalisis secara berulang-ulang, selanjutnya
dilakukan analisis lintas kasus guna menyusun konsep dan abstraksi temuan
penelitian. Kredibilitas data dicek dengan prosedur triangulasi, pengecekan anggota,
dan diskusi teman sejawat. Sedangkan ebergantungan (dependability) dan kepastian
(confirmability) dilakukan oleh para pembimbing sebagai dependent auditor.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: pertama, kedua kepala sekolah sama-
sama menjadikan visi sekolah sebagai alat untuk mengarahkan haluan dan tujuan
sekolah. Keduanya juga sepakat untuk menjadikan misi sekolah sebagai penjabaran
dari visi sekolah yang diharapkan dapat mendorongnya perilaku dan budaya yang
unggul. Keduanya sama-sama berupaya menjadi misi sebagai pendorong untuk
menggali potensi, kreasi, dan inovasi yang dimiliki warga sekolah demi terwujudnya
tujuan sekolah. Tekait nilai kepemimpinan, kedua kepala sekolah sepakat
menanamkan nilai-nilai unggul dan islami di sekolah untuk diyakini warga sekolah
dan dimanifestasikan dalam perilaku sehari-hari sehingga dapat menumbuhkan
budaya berprestasi di sekolah. Berikut urutan nilai yang mengemuka di MIN Malang
I: a) Nilai Kompetisi dan Penghargaan, b) Nilai Kedisiplinan, c)Nilai Islami dan
Ibadah, d) Nilai Keterbukaan, e) Keikhlasan dan Tanggung jawab, f) Nilai
Keteladanan, dan g) Nilai Kekompakan dan Kebersamaan. Sedangkan nilai yang
muncul di SDI Surya Buana adalah: 1) Nilai Islami dan Ibadah, 2) Nilai Keteladanan,
3) Nilai Dedikasi dan Usaha Maksimal, 4) Keikhlasan dan Tanggung jawab, 5) Nilai
Kedisiplinan, 6) Nilai Kekompakan dan Kebersama, dan 7) Kesadaran. Kedua, kedua
17
kepala sekolah sama-sama menerapkan Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan mendorong upaya-upaya kreatif guru dan siswa dalam proses
pembelajaran dengan mengelaborasikan sumber-sumber belajar. Terhadap mutu
kesiswaan, kedua kepala sekolah menyeleksi calon input sekolah dan membagi siswa
atas tiga kelompok besar, yaitu: 1) berkualitas tinggi; 2) berkualitas sedang; dan 3)
berkualitas rendah dan membaginya dalam kelas heterogen dengan menjadikan
kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler sebagai penopang pembelajaran di kelas guna
menghasilkan keluaran yang bermutu. Adapun terhadap guru dan karyawan, kedua
kepala sekolah memberdayakan guru dan karyawan melalui kegiatan rutin dan dan
temporal yang diisi dengan kegiatankegiatan pemberdayaan di lingkungan sekolah
maupun di luar sekolah. Sedangkan pada sarana dan prasarana, kedua kepala sekolah
berupaya melengkapi sarana dan prasarana yang kurang secara bertahap dengan skala
prioritas.
Dari hasil penelitian, dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut:
Pertama, Dinas Pendidikan dan Kantor Departemen Agama Kota Malang
disarankan: a) Dinas Pendidikan dan Departemen Agama Kota Malang hendaknya
memberikan perhatian yang lebih besar terhadap kepemimpinan kepala sekolah
dalam meningkatkan mutu pendidikan; b) Departemen Agama Kota Malang
hendaknya memberi otonomi kepada sekolah dengan sepenuh hati sesuai dengan
konsep manajemen berbasis sekolah (school based management). Dengan otonomi
tersebut, sekolah dapat lebih leluasa untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki,
sekaligus mendapat dukungan dan sumber daya dari para stake holders; c) Dinas
Pendidikan Kota Malang hendaknya meningkatkan kontribusinya, terutama
kontribusi material, terhadap sekolah swasta yang berupaya meningkatkan mutu
pendidikannya dan telah menunjukkan prestasi-prestasinya.
Kedua, kepala sekolah disarankan: a) meskipun keunggulan dan prestasi telah
menjadi tradisi warga sekolah, hal tersebut hendaknya disertai perhatian yang besar
terhadap pengembangan potensi dan kepribadian dan sikap sosial anak; dan b)
sekolah, khususnya SDI Surya Buana Malang, sudah saatnya melakukan penataan
ulang dari segi fisik dan lingkungan sehingga kenyamanan belajar siswa dapat lebih
dirasakan.
18
Ketiga, para pengelola lembaga pendidikan disarankan: a) para penyelenggara
lembaga pendidikan hendaknya melakukan reorientasi dan perumusan kembali visi,
misi, dan tujuan yang jelas. Dengan kejelasan visi, misi, dan tujuan lembaga, program
dan perkembangan sekolah dapat dievaluasi; b) para penyelenggara lembaga
pendidikan dapat mengadopsi nilai-nilai di kedua sekolah dalam penelitian ini.
Dengan mengadopsi nilai-nilai tersebut semua perilaku dan kinerja warga sekolah
memiliki landasan dan tujuan yang jelas; dan c) para penyelenggara lembaga
pendidikan hendaknya lebih lebih komitmen dalam meningkatkan mutu sekolah
karena mendapatkan amanah dari orang tua siswa. Mutu pendidikan secara akan
sangat berpengaruh pada kualitas generasi dan bangsa ini di masa depan.
Keempat, peneliti lain yang berminat dengan topik penelitian ini dapat
mengembangkan kembali untuk menggali aspek-aspek lain yang berkaitan dengan
visi, misi, nilai, dan strategi kepemimpinan guna mewujudkan sekolah unggul baik di
tingkat pendidikan dasar, lanjutan, atau bahkan pendidikan tinggi.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk
memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar,
atau tempat di mana terjadinya interaksi antara guru yang memberi pelajaran
dan murid yang menerima pelajaran.
2. Prinsip-prinsip kepemimpinan kepala sekolah, yaitu:
Prinsip Konstruktif
Prinsip Kreatif
Prinsip Partisipatif
Prinsip Kooperatif
Prinsip Delegasi yang Baik
Prinsip Kapasitas Integratif
Rasionalitas dan Obyektivitas
Prinsip Pragmatisme
Prinsip Adaptabilitas dan Fleksibilitas
3. Tugas kepala sekolah sebagai pemimpin
Tugas kepala sekolah di bidang administrasi
Tugas kepala sekolah di bidang supervisi
4. Peran kepala sekolah sebagai pemimpin
Sebagai pelaksana (executive)
Sebagai perencana (planner)
Sebagai seorang ahli (expert)
Mengawasi hubungan antara anggota-anggota kelompok (contoller of
internal relationship)
Mewakili kelompok (group representative)
Bertindak sebagai pemberi ganjaran/pujian dan hukuman
Bertindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and modiator)
Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya
20
Sebagai pencipta/memiliki cita-cita (idiologist)
Bertindak sebagai ayah (father figure)
5. Syarat-syarat menjadi kepala sekolah, yaitu:
Kualifikasi umum
Kualifikasi khusus
Standar kompetensi kepala sekolah
6. Hasil penelitian kepemimpinan kepala sekolah
B. Saran
Setelah mempelajari dan memahami isi dari makalah ini, sebaiknya penulis dan
pembaca dapat memahami dengan benar ketentuan menjadi kepala sekolah serta
peranan kepala sekolah dalam suatu sekolah, dan dapat menerapkan prinsip-prinsip
kepala sekolah dalam dunia pendidikan.
21
Daftar Pustaka
22