PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Rumah makan adalah setiap tempat usaha komersial yang ruang lingkup
kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum ditempat
usahanya.(Depkes RI, 2003). Rumah Makan adalah jasa usaha pangan yang
bertempat disebagian atau seluruh bangunan yang permanen/semi permanen,
dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan,
penyimpanan, penyajian dan penjualan makanan dan minuman bagi umum di
tempat usahanya (Depkes RI, 2002) .
Air adalah salah satu kebutuhan pokok bagi kelangsungan hidup manusia.
Dalam kehidupan sehari hari air diperlukan untuk mandi, mencuci,
membersihkan dan dalam proses pengolahan makanan (Fathonah,2005:
71).Penyakit menular yang disebarkan oleh air secara langsung dalam masyarakat
disebut penyakit bawaan air atau water borne diseas. Penyakit ini hanya dapat
menyebarapabila mikroba penyebabnya masuk kedalam air yang digunakan
manusia untuk memenuhi kebutuhannya (Sarudji, 2010).
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 304 Tahun 1989, Peralatan
adalah segala macam alat yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan
makanan.Perlindungan terhadap peralatan makan dimulai dari keadaan bahan.
Bahan yang baik adalah bila tidak larut dalam makanan, mudah di cuci dan aman
digunakan. Peralatan utuh, aman dan kuat, peralatan yang sudah retak atau pecah
selain dapat menimbulkan kecelakaan (melukai tangan ) juga menjadi sumber
pengumpulan kotoran karena tidak dapat tercuci dengan sempurna (Depkes RI
dalam Pohan, 2009 23).
Demikian pula bila berukir hiasan, hiasan merek atau cat pada permukaan
tempat makanantidak boleh di gunakan. (Pohan,2009:23). Makanan adalah
sumber energi satu-satunya bagi manusia. Karena jumlah penduduk yang terus
berkembang, maka jumlah produksi makanpun harus terus bertambah melebihi
jumlah penduduk ini, apabila kecukupan pangan harus tercapai (Soemirat, 2002).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan oleh penulis, maka
penulis melakukan identifikasi masalah sebagai berikut:
Adanya pengaruh air baku terhadap hasil dari pengolahan makanan,
pencucian peralatan dan personal hygiene .
A. Perumusan Masalah
Bagaimana kualitas Rumah Makan WARTEG
D. Tujuan Penelitian
Mengetahui hyginie dan sanitasi di Rumah Makan dari 4 faktor yaitu
orang, peralatan, makanan, dan tempat makan .
Mengetahui pengetahuan penjamaah makanan di Rumah Makan
WARTEG
Mengetahui kualitas hyginie makanan dan sumber air baku yang
digunakan rumah makan WARTEG .
E. Manfaat Penelitian
Mahasiswa mampu melakukan observasi dan dapat menggunakan
kuesioner.
Mahasiswa dapat mengetahui keadaan hyginie dan sanitasi di rumah
makan.
Mengetahui pengetahuan penjamaah makanan di Rumah Makan tentang
penyehatan makanan.
Mengetahui keadaan hyginie dari makanan yang di jual
Mengetahui keadaan hyginie sumber air baku yang digunakan
Bab II
Tinjauan Pustaka
4. Jamban harus dibuat dengan tipe leher angsa dan dilengkapi dengan air
penggelontoran yang cukup serta sapu tangan kertas (tissue). Jumlah toilet untuk
pengunjung dan tenaga kerja dapat dilihat pada tabel berikut:
5. Tempat sampah. Tempat sampah dibuat dari bahan kedap air, tidak mudah
berkarat, mempunyai tutup dan memakai kantong plastik khusus untuk sisa-sisa
bahan makanan dan makanan jadi yang cepat membusuk. Jumlah dan volume
tempat sampah disesuaikan dengan produk sampah yang dihasilkan pada setiap
tempat kegiatan.
7. Tempat cuci tangan. Jumlah tempat cuci tangan untuk tamu disesuaikan dengan
kapasitas tempat duduk dengan satu tempat cuci tangan untuk 1-60 orang dengan
setiap penambahan 150 orang ditambah satu fasilitas ini. Tempat cuci tangan
dilengkapi dengan sabun/sabun cair dan alat pengering. Apabila tidak tersedia
fasilitas cuci tangan dapat disediakan : sapu tangan kertas yang mengandung
alkohol, lap basah dengan dan air hangat. Tersedia tempat cuci tangan khusus
untuk karyawan dengan kelengkapan seperti tempat cuci tangan yang jumlahnya
disesuaikan dengan banyaknya karyawan yaitu 1 sampai 10 orang, 1 buah; dengan
penambahan 1 buah untuk setiap penambahan 10 orang atau kurang. Fasilitas cuci
tangan ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah dicapai oleh tamu atau
karyawan. Fasilitas cuci tangan dilengkapi dengan air yang mengalir, bak
penampungan yang permukaannya halus, mudah dibersihkan dan limbahnnya
dialirkan ke saluran pembuangan yang tertutup.
8. Tempat mencuci peralatan terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat dan
mudah dibersihkan. Air untuk keperluan pencucian dilengkapi dengan air panas
dengan suhu 40C 80C dan air dingin yang bertekanan 15 psi (1,2 kg/cm2).
Tempat pencucian peralatan dihubungkan dengan saluran pembuangan air limbah.
Bak pencucian sedikitnya terdiri dari tiga bilik/bak pencuci yaitu untuk
mengguyur, menyabun, dan membilas.
9. Tempat pencuci bahan makanan terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak
berkarat dan mudah dibersihkan, bahan makanan dicuci dengan air mengalir atau
air yang mengandung larutan kalium permangat 0,02%. Tempat pencucian
dihubungkan dengan saluran pembuangan air limbah.
10. Fasilitas penyimpanan pakaian (locker) karyawan terbuat dari bahan yang kuat,
aman, mudah dibersihkan dan tertutup rapat. Jumlah loker dhsesuaikan dengan
jumlah karyawan, dan ditempatkan di ruangan yang terpisah dengan dapur dan
gudang serta dibuat terpisah untuk pria dan wanita.
11. Peralatan pencegahan masuknya serangga dan tikus tempat penyimpanan air
bersih harus tertutup sehingga dapat menahan masuknya tikus dan serangga
termasuk juga nyamuk Aedes aegypti serta albopictus. Setiap lubang pada
bangunan harus dipasang alat yang dapat mencegah masuknya serangga (kawat
kasa berukuran 32 mata per inchi) dan tikus (teralis dengan jarak 2 cm). Setiap
persilangan pipa dan dinding harus rapat sehingga tidak dapat dimasuki serangga.
D. Upaya Progam Penanganan Makanan
Upaya-upaya program pengamanan makanan meliputi pengamatan setiap
tahap dari rantai peredaran makanan dari petani sampai meja makan guna
menurunkan bahaya yang diakibatkan oleh makanan tersebut. Titik kritis dalam
kegiatan pengawasan makanan adalah meliputi :
1. Seleksi dan penerimaan bahan makanan
2. Penyimpanan, penanganan, dan menyiapkan bahan makanan
3. Memasak dengan efektif
4. Penanganan setelah dimasak
5. Membersihkan dan sanitasi bahan makanan dan makanan jadi, termasuk
pelayanan mengkemas makanan
6. Hygiene penjamah
7. Pelatihan penjamah makanan. Selain restoran/rumah makan memilki sertifikat
laik sehat dan grading, penjamah makanan juga wajib memilki sertifikat kursus
penjamah makanan (Depkes, 2003).
E. Persyaratan Kualitas Air
Kualitas air bersih ditentukan oleh persyaratan tertentu seperti persyaratan
fisik, kimiawi, dan mikrobiologi.
1. Persyaratan Fisik
a). Jernih
Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid sari bahan
tanah liat. Semakin banyaknya kandungan maka akan semakin keruh.
b). Tidak Berwarna
Air untuk kepentingan rumah tangga harus jernih, air yang berwarna berarti
mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan.
c). Tidak Berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun
dekat.
d). Suhu Normal
Air yang baik memiliki suhu yang sama dengan udara (250 C-300C).
2. Persyaratan Mikrobiologi
Persyaratan mikrobiologi tidak mengandung bakteri patogen, misalnya
golongan Escherichia coli, Vibrio cholera, Salmonella thypi, bakteri ini mudah
tersebar melalui air (Suriawira, 1996).
e. Penyajian Makanan
Penyajian makanan merupakan rangkaian akhir dari perjalanan
makanan. Makanan yang disajikan adalah makanan siap santap, yaitu
harus siap santap yang dapat dinyatakan bilamana telah dilakukan uji
organoleptik dan uji Biologi, disamping uji laboraorium yang dilakukan
secara insidental bila ada kecurigaan.
Menurut Departemen Kesehatan RI, (2006), prinsip penyajian
terdiri dari :
1) Cara menyajikan makanan harus terhindar dari pencemaran
2) Peralatan yang dipergunakan untuk menyajikan harus terjaga
kebersihannya
3) Makanan jadi yang disajikan harus diwadahi dan dijamah dengan
peralatan yang bersih
4) Makanan jadi yang disajikan dalam keadaan hangat ditempatkan pada
fasilitas penghangat makanan dengan suhu minimal 600C.
5) Penyajian dilakuka dengan perilaku yang sehat dan pakaian bersih.
6) Penyajian makanan harus memenuhi persyaratan berikut:
a) Ditempat yang bersih.
b) Meja di mana makanan disajikan kecuali bila meja dibuat dari
formica. Taplak tidak mutlak ada
c) Tempat-tempat bumbu/merica, garam, cuka tomato sauce, kecap,
sambal dan lain-lainya perlu dijaga kebersihannya terutama mulut-
mulutnya.
d) Asbak tempat abu rokok yang tersedia di atas meja makan setiap
saat dibersihkan.
e) Peralatan makan dan minum telah dipakai paling lambat 5 menit
setelah dicuci.
f. Pengangkutan bahan Makanan
Pengangkutan makanan yang sehat akan sangat berpengaruh dalam
terjadinya pencemaran makanan. Pencemaran pada makanan masak lebih
tinggi resikonya daripada bahan makanan. Oleh karena itu titik berat
pengendalian yang perlu diperhatikan adalah makanan masak. Dalam
proses pengangkutan bahan makanan, banyak pihak yang terkait, mulai
dari persiapan, pewadahan, orang, suhu dan kendaraan pengangkut itu
sendiri. (Departemen Kesehetan 2006).
I. Kualitas Makanan
makanan, dimana peran manusia sebagai vector pembawa kuman sangat tinggi.
Untuk itu, seorang foodhandler harus bebas dari beberapa penyakit menular
seperti:
infeksi kulit, infeksi telinga; infeksi mata yang berat, infeksi pernapasan berat,
infeksi saluran cerna serta penyakit infeksi lainnya yang dapat ditularkan melalui
makanan. Untuk keperluan ini maka seorang foodhandler harus selalu menjalani
pemeriksaan kesehatan (medical check up) berkala, setiap 6 bulan sekali. Selain
itu, beberapa penyakit juga akan membuat penjamah makanan harus istirahat
karena sakit atau tidak boleh dipekerjakan di bagian pengolahan makanan seperti
Memakai APD yang sesuai: celemek, sarung tangan, dan sepatu kerja yang
kedap air
bawaan makanan. Mencuci tangan secara baik dan benar akan membunuh lebih
Memulai pekerjaannya
Coliform
Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam
saluran pencernaan manusia. Bakteri coliform merupakan bakteri indikator
keberadaan bakteri patogenik dan masuk dalam golongan mikroorganisme yang
lazim digunakan sebagai indikator, di mana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk
menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak.
Bakteri coliform ini menghasilkan zat etionin yang dapat menyebabkan kanker.
Selain itu bakteri pembusuk ini juga memproduksi bermacam-macam racun
seperti indol dan skatol yang dapat menimbulkan penyakit bila jumlahnya
berlebih didalam tubuh. Bakteri coliform dapat digunakan sebagai indikator
karena densitasnya berbanding lurus dengan tingkat pencemaran air.
Adapun ciri-ciri bakteri ini yaitu dapat mendeteksi patogen pada air seperti
virus, protozoa, dan parasit. Selain itu, bakteri ini juga memiliki daya tahan yang
lebih tinggi dari pada patogen serta lebih mudah diisolasi dan ditumbuhkan.
Bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri
patogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan
jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen.
Selain itu, mendeteksi coliform jauh lebih murah, cepat dan sederhana dari pada
mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh bakteri coliform adalah Esherichia
coli dan Entereobacter aerogenes. Jadi, coliform adalah indikator kualitas air.
Makin sedikit kandungan coliform artinya kualitas air semakin baik. Escherichia
coli adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif.
Pada umumnya bakteri-bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherichia
ini, dapat menyebabkan masalah bagi kesehatan bagi manusia seperti diare,
muntaber dan masalah pencernaan lainnya. Semua organisme selalu
membutuhkan air untuk kelangsungan hidupnya. Hal ini disebabkan semua reaksi
biologis yang berlangsung di dalam tubuh makhluk hidup. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa tidak mungkin ada kehidupan tanpa adanya air. Air memegang
peranan penting bagi kehidupan manusia. Tetapi seringkali terjadi pengotoran dan
pencemaran air dengan kotoran-kotoran dan sampah. Oleh karena itu air dapat
menjadi sumber atau perantara berbagai penyakit seperti tipus, desentri, dan
kolera.
Bakteri-bakteri Contoh bakteri coliform antara lain Escherichia
coli, Salmonella, Citrobacter, Enterobacter dan Klebsiella dan dapat
menyebabkan penyakit (Widiyanti dan Ristanti 2004).
Bakteri coliform dapat digunakan sebagai indikator karena densitasnya
berbanding lurus dengan tingkat pencemaran air. Bakteri ini dapat mendeteksi
patogen pada air seperti virus, protozoa, dan parasit. Selain itu, bakteri ini juga
memiliki daya tahan yang lebih tinggi dari pada patogen serta lebih mudah
diisolasi dan ditumbuhkan. Bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator adanya
pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator
pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan
keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi coliform jauh lebih murah,
cepat dan sederhana dari pada mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh bakteri
coliform adalah, Esherichia coli dan Entereobacter aerogenes. Jadi, coliform
adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform artinya kualitas
air semakin baik (Pelczar.et al.,1988).
Untuk mengetahui jumlah sel bakteri golongan Coliform yang terdapat
dalam sampel air, dilakukan Metode Jumlah Perkiraan Terdekat (JPT) atau Most
Probable Number (MPN).
1. Penyimpanan Medium
Medium sebaiknya disimpan pada tempat yang bersih dengan udara kering
yang penguapannya tidak berlebihan dan kemungkinan adanya bahaya
kontaminasi telah dikurangi. Media cair bila disimpan dalam almari es atau suhu
yang rendah dapat melarutkan udara dan bila diinkubasi pada 35C, akan
menimbulkan gelombang udara dalam tabung peragian. Karena itu harus
dimasukkan ke dalam suhu 35C terlebih dahulu selama satu malam sebelum
digunakan dan tabung- tabung yang berisi udara tidak boleh dipakai (Harijoto dan
Widjowati, 1977).
a. Ragam I
Digunakan untuk spesimen yang sudah diolah atau angka kumannya
diperkirakan rendah yaitu 5 x 10 ml, 1 x 1ml,1 x 0,1 ml.
Tabel II. Tabel MPN Ragam I
Index MPN
Jumlah Tabung (+) Gas
Per 100 ml
10 ml 1 ml 0,1 ml
0 0 1 2
0 1 0 2
0 1 1 4
1 0 0 2,2
1 0 1 4,4
1 1 0 4,4
1 1 1 6,7
2 0 0 5
2 0 1 7,5
2 1 0 7,6
2 1 1 10
3 0 0 8,8
3 0 1 12
3 1 0 12
3 1 1 16
4 0 0 15
4 0 1 20
4 1 0 21
4 1 1 27
5 0 0 38
5 0 1 96
5 1 1 240
Sumber : Penuntun Bakteriologi, Sumarno
b. Ragam II
Digunakan untuk spesimen yang belum diolah atau yang angka kumannya
rendah yaitu 5 x 10ml, 5 x 1ml, 5 x 0, 1ml.
Tabel III. Tabel MPN Ragam II
Jumlah Tabung (+) Jumlah Tabung (+)
Gas Index MPN Gas Index MPN
10 1 ml 0, 1 per 100 ml 10 1 0,1 ml per 100 ml
ml ml ml ml
0 0 0 < 2 4 2 1 26
0 0 1 2 4 3 0 27
0 1 0 2 4 3 1 33
0 2 0 4 4 4 0 34
1 0 0 2 5 0 0 23
1 0 1 4 5 0 1 31
1 1 0 4 5 0 2 43
1 1 1 6 5 1 0 33
1 2 0 6 5 1 1 46
2 0 0 5 5 1 2 63
2 0 1 7 5 2 0 49
2 1 0 7 5 2 1 70
2 1 1 9 5 2 2 94
2 2 0 9 5 3 0 79
2 3 0 12 5 3 1 110
3 0 0 8 5 3 2 140
3 0 1 11 5 3 3 180
3 1 0 11 5 4 0 130
3 1 1 14 5 4 1 170
3 2 0 14 5 4 2 220
3 2 1 17 5 4 3 280
3 3 0 17 5 4 4 350
4 0 0 13 5 5 0 240
4 0 1 17 5 5 1 350
4 1 0 17 5 5 2 540
4 1 1 21 5 5 3 920
4 1 2 26 5 5 4 1600
4 2 0 22 5 5 5 2400
Sumber : Penuntun Bakteriologi, Sumarno
c. Ragam III: 3 x 10 ml, 3 x 1 ml, 3 x 0,1 ml
Adalah ragam alternatif untuk ragam II, apabila jumlah tabung terbatas
begitu pula persediaan media juga terbatas. Cara pelaksanaannya seperti ragam II.
Pengelolaan Makanan:
1. Pemilihan Bahan baku
2. Penyimpanan Bahan baku
3. Proses pengolahan
4. Penyajian makanan dan
Penyimpanan makanan
5. Pendistribusian
Sumber Air Memenuhi syarat
menurut
PerMenKes
No.1098/Menkes/
SK/VII/2003
Diteliti
Tidak diteliti
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Tabel 1
Definisi Operasinal
Definisi Skala
No Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
1. Kualitas Kualitas Pemeriksaan Di 1. Memenuhi Nominal
makanan makanan MPN laboratorium Syarat menurut
secara secara mikrobiologi PerMenKes
bakteriologis bakteriologis No.1098/Menkes
yaitu tidak /SK/VII/2003
boleh 2. Tidak Memenuhi
mengandung Syarat menurut
bakteri pada PerMenKes
makanan jadi No.1098/Menkes
/SK/VII/2003
Penerapan lebih dari 70 % total score untuk setiap item yang dikategorikan
1. Populasi
Makan BGKM, Rumah Makan PLL, dan Rumah Makan SP serta penjamah
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah air baku yang
berupa air tanah, makanan jadi berupa tempe orek dan balado teri, swab
tangan penjama makanan, swab alat makan, dan swab rectal penjama makanan
yang berada dirumah makan dan penjamah sebagai responden yang bersedia
Pondok Gede, Jakarta Timur. Kemudian dilakukan obesrvasi terhadap sanitasi dan
E. Instrumen Penelitian
1. Alat :
a. Cawan petri
c. Inkubator
d. Oven
e. Autoklaf
g. Lampu spirtus
h. Mikroskop
i. Pipet volume 1ml dan 10ml.
l. Spirtus
SS (2), SS (3) dan beri label 101, 102, 103 . dimasukkan kedalam 3 buah
tabung SS dan beri label 1001, 1002, 1003. Serta ke dalam 3 buah tabung
b) Dieramkan ke-9 tabung dalam inkubator suhu 370C selama 24-48 jam.
c) Pembacaan hasil :
Negativ : tidak ada gas di dalam tabung durham, tidak terjadi perubahan
warna.
kedalam media BGLB. Inkubasi media tersebut 1 seri pada incubator suhu
370C dam 1 seri pada inkubator suhu 440C sampai 450C, selama 24-48
jam.
b) Pembacaan hasil :
kemudian inkubasi pada suhu yang sesuai dengan suhu dari BGLB selama
24 48 jam.
Pembacaan hasil :
c) Dari koloni yang tumbuh, kuman dilakukan uji biokimia (TSIA, MIO,
hasil.
4. Interpertasi hasil
a) Pada hasil tahapan test pasti / confirmative test suhu 370C hitung jumlah
kombinasinya pada table MPN hopskin. Hasil ini akan menunjukan jumlah
b) Pada hasil tahapan tes pasti / confirmative test suhu 40-450C hitungan
lihat kombinasinya pada table hopskin. Hasil ini akan menunjukan jumlah
jumlah tabung yang menunjukan hasil uji biokimia E.coli, kemudian lihat
kombinasi hasil pada table MPN hopskin. Hasil ini akan menunjukan
jumlah bakteri MPN bakteri E.coli non fekal / bukan berasal dari tinja.
d) Lihat pula hasil dari penanaman tes lengkap / completed dari suhu 40 -
450C hasil ini akan menunjukan jumlah MPN bakteri E.coli fekal / yang
1. Disiapkan 5 buah tabung reaksi dan diberi tanda 10-1, 10-2, 10-3, 10-4,
10-5 dan 12 buah cawan petri yang diberi tanda masing-masing A-1 B-1,
A-2 B2,
pipet ukur 10 ml yang steril dan dimasukan kedalam cawan petri steril
yang sama.
4. Setelah itu diambil pipet ukur 1 ml steril yang baru, lalu diambil sampel
ml).
permukaan cairan).
6. Diambil pipet 1 ml steril yang baru, lalu dilakukan proses sedot sepul
permukaan cairan).
8. Diambil kembali pipet ukur 1 ml steril yang baru dan dilakukan proses
9. Untuk cawan petri kontrol aquadest dan kontrol media tidak perlu di
10. Setelah itu, seluruh cawan petri diisi dengan media PCA sebanyak 15
11. Ditunggu hingga beku, kemudian diinkubasi di inkubator pada suhu 37C
7. Identifikasi koloni
8. Check gram
7. Identifikasi koloni
8. Check gram
9. Uji katalase
10. Uji Koagulase (bila positif lakukan uji manitol , bila negatif tanam pada
media BB)
basil dan pada hasil cocus lakukan uji katalase, koagulase, uji BB, dan
Manitol , bila gram negatif lakukan inokulasi TSIA dan lakukan uji biokimia)
Tabel 5
Test Hasil
TSIA +/+ gas
MR + (positif)
VP -(negatif)
MIO Motil + (positif), Indol + (positif), Ornitin + (positif)
Sitrat -(negatif)
Data yang diperoleh dari hasil penelitian selanjutnya akan diolah dengan
1. Editing
Data primer dan yang diperoleh dan dikumpulkan, jika ada yang
2. Coding
4. Tabulating
laboratorium.
Tabel 6
Bobot Penilaian Kuisioner
100% =
Keterangan :
A = Jumlah Jawaban Ya
Tabel 7
Bobot Penilaian Cheklist
Jumlah
Variabel Kriteria
Cheklis
Dapur 21 Baik : > 70%
Fasilitas Sanitasi 22 Cukup : 51 69%
Pengadaan Bahan Makanan 13 Kurang : < 50%
Gudang dan Bahan Makanan 7
Pengolahan Bahan Makanan 10
Pengangkutan Makanan 3
Penyimpanan Makanan Matang 4
Alat Makan dan Alat Masak 8
Personal Hygiene 6
BAB IV
4.1. Hasil
Hasil pemeriksaan bakteriologis dengan parameter Hjk dan MPN pada rumah
makan warteg ( ) di daerah kramat jati jakarta Timur tahun 2015 dapat di lihat
Test Pengenceran
1 : 10 1 : 00 1 : 1000
1 2 3 1 2 3 1 2 3
Presumtif - - - - - - - - -
24 J
+ + + - - - - - -
48 J
Convirmtife 37C + + + - - - - - -
24 J
48 J
Confirmatife 40C + + + - - - - - -
24 J
48 J
Hasil MPN Coliform Non Fekal : 23 koloni/ml
Hasil MPN Colifor Fekal : 23 koloni/ml
Hasil MPN E. Coli non Fekal : negatif
Hasil MPN E.coli Fekal : Negatife
Petri 1 Petri 2
10-1 4 76 40
10-4 13 18 16
10-5 20 8 14
Kontrol Aquades 7 - 7
Kontrol Agar 32 - 32
Nb : karena hasil kurang baik sehingga hanya data 76 dan aquades serta kontrol
Test Pengenceran
1 : 10 1 : 00 1 : 1000
1 2 3 1 2 3 1 2 3
Presumtif + - - - - - - - -
24 J
+ + + - - - - - -
48 J
Convirmtife 37C + + + - - - - - -
24 J
- - - - - - - - -
48 J
Confirmatife 40C + + + - - - - - -
24 J
- - - - - - - - -
48 J
Petri 1 Petri 2
Pepton 72 - 72
Kontrol Agar 0 0
175100000
= 7,8
22410000
22410000
= 9,2
2431000
Petri 1 Petri 2
10-1 42 60 51
10-2 10 60 35
10-3 5 6 6
10-4 4 4 4
10-5 3 2 3
Kontrol PCA 10
Kontrol 0 35 100
=7
5110
PCA+Buffer Pepton
(51-11) 10 =
4,0 x 10
= 1,05 =
380
0,1x101
koloni/cm2
Petri 1 Petri 2
10-2 32 40 36
10-3 19 39 29
10-4 18 5 12
10-5 9 3 6
Kontrol
( 104 10 ) 10 =
PCA+ buffer pepton 0
94 10 = 9,4
102
Hasil pemeriksaan Hitung jumlah koloni dan MPN pada semua jenis sampel
pemeriksaan WARTEG .
koloni/cm2
koloni/ml
pengetahuan, sikap dan personal hygiene seperti pada tabel berikut dilihat dari
% % %
TANGAN
MAKAN
4.2. Pembahasan
Dapat dilihat pada hasil tabel keseluruhan mulai dari sampel air baku, makanan,
alat makan, swab tangan dan nilai nilai pengetahuan dan sikap . Dari Hasil
sampel air baku dengan HJK 3,7 102 koloni/ml dan hasil MPN ditemukan
bakteri coliform fekal 23/100 ml, bakteri coliform non fekal 23/100ml
berdasarkan hasil diatas menunjukan air baku yang dipakai WARTEG dari aspek
bakteriologi memenuhi syarat yaitu tidak terdapat bakteri yang patogen (E.coli)
tetapi masuk dalam bakteri coliform kualitas kelas HJK 370 dengan kategori
kurang baik karena < 10 /100ml tetapi tidak jelek karena belum melebihi batas
Hasil dari sampel makanan dengan HJK 1,71 105 koloni/gr dan di dapatkan hasil
MPN Coliform Non Fekal yaitu 23 /100gr, kemudian hasil MPN Coliform Fekal
yaitu 23 /100gr hasil MPN E. Coli non Fekal yaitu Negative, dan hasil MPN
hasil yang jelek itu dikarenakan pada saat pengolahan makanan penjamah kurang
bersih dan kemungkinan juga peneliti melakukan prosedur praktikum yang kurang
aseptik sehingga menghasilkan hasil MPN dan HJK yang tidak sinkron ,menurut
PERMENKES dilihat dari hasil HJK makanan yang disajikan WARTEG teteh
tidak memenuhi syarat walaupun tidak ditemukan kuman patogen dan E.coli
,walaupun air baku yang digunakan memenuhi syarat dari segi pengolahan dan
Dan dari pemeriksaan Swab alat makanan yang terkait dengan penyajian makan
tersebut mempunyai nilai HJK yaitu 0,1 x 101 koloni/cm2. .Adapun dari bagian
tersebut hal yang bisa mencemari juga dapat di lihat dari Swab Tangan penjamah
makanan yang bisa dilihat dari nilai HJK yaitu 9,3 102 koloni/ml. Berdasarkan
hasil diatas menunjukan Swab pada tangan penjama makan WARTEG dari aspek
bakteriologi memenuhi syarat karena tidak terdapat bakteri yang patogen (E.coli)
tetapi masuk dalam bakteri coliform kualitas kelas HJK 930 dengan kategori jelek
penjamah masuk dalam kategori sehat dan tidak mempunyai penyakit yang dapat
Dari secara keseluruhan bisa di perbandingkan dengan nilai nilai lain seperti
penjamah tersebut bernilai 22%, Personal Hygine dari penjama warteg tersebut
bernilai baik 70 %. Itulah yang bisa di bandingkan untuk mensurvei hasil yang
pengolahan penjamah kurang baik hal tersebut didukung dari hasil kuisioner dari
makanan .
BAB V
5.1. Kesimpulan
Lela kelurahan dukuh Pondok gede Jakarta Timur kurang baik dan memenuhi
persyaratan bakteriologis .
5.2. Saran
selalu menjaga lingkungan sekitar WARTEG agar konsumen merasa puas dan
nyaman.