Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

KESEHATAN LINGKUNGAN

Environment Rodent Control (ERC) : Upaya Pengendalian Rodent (Tikus )


Terhadap Manajemen Limbah Padat (Sampah) di Lingkungan Perkotaan

Oleh:

Nugroho Setio Utomo NIM. 081311133005


Wildan Ari Rachman NIM. 081311133029
Purnomo NIM. 081311133006
Edo Dwi Praptono NIM. 081311133031
Tria Ali Fahrudin NIM. 0813111330

ILMU DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015

BAB IV
PEMBAHASAN

Environment Rodent Control (ERC)


Environment Rodent Control (ERC) merupakan suatu metode untuk
mengendalikan populasi rodent (tikus) pada area / tempat pembuangan sampah
pada lingkungan perkotaan, sehingga tercipta lingkungan bersih dari wabah
penyakit yang diakibatkan oleh rodent (tikus). Pada metode ini dilakukan dengan
2 cara, yaitu :
1. Sanitasi lingkungan, dengan cara mengelola sampah dengan baik, menjaga
kebersihan lingkungan sekitar area pembuangan sampah.
2. Memberi alat perangkap bubu tikus terhadap tikus (rodent) pada area sekitar
tempat pembuangan sampah di lingkungan perkotaan.
Sanitasi lingkungan

Alat perangkap bubu Tikus yang diterapkan pada Environment Rodent


Control (ERC)
Rancang Bangun Alat Perangkap Bubu Tikus
Beberapa langkah kerja yang dilakukan dalam pembuatan perangkap ini
disebut Eight-Step Job Plan yang terdiri dari tahap seleksi, tahap informasi, tahap
kreativitas, tahap analisis, tahap pengembangan, tahap rekomendasi, tahap
implementasi dan tahap verifikasi. Pembuatan perangkap yang dilakukan pada
tahap implementasi dapat deskripsikan sebagai berikut (Daradjat, 2006) :
Perangkap Dengan Pintu Sistem Gravitasi A
Perangkap dibuat dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 10 cm dengan
menggunakan bahan ram kawat dan plat besi. Perangkap ini memiliki empat buah
lubang pintu masuk disetiap sudutnya dan satu buah pintu keluar disalah satu
bagian sisi perangkap dengan ukuran 10 cm x 10 cm. Pintu masuk perangkap
terdiri dari beberapa batang besi kecil dengan panjang 9 cm yang disusun secara
vertikal dengan pusat putaran dibagian atas sehingga berada pada titik
keseimbangan. Batang besi tersebut diletakan di tengah-tengah lorong pintu
masuk yang berukuran 10 cm x 10 cm x 10 cm. Agar pintu dapat membuka satu
arah (ke arah bagian dalam perangkap), maka dibagian terluar dari titik
keseimbangan pintu dipasang pembatas kecil yang terbuat dari plat besi yang
berfungsi sebagai kunci. Sedangkan untuk pintu keluar bahan yang digunakan
yaitu plat besi dan tidak memiliki lorong pintu. Untuk menyimpan atraktan dibuat
kotak dengan bahan ram kawat yang berukuran 10 cm x 10 cm x 10 cm dan
diletakan di tengah-tengah perangkap.

Gambar 3. Bentuk Perangkap Dilihat dari samping

Gambar 4. Bentuk Perangkap dilihat dari atas


Perangkap Dengan Pintu Sistem Gravitasi B
Perangkap dibuat dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 10 cm dengan
menggunakan bahan ram kawat dan plat besi. Perangkap ini memiliki empat buah
pintu masuk dan satu pintu keluar dengan menggunakan bahan yang berbeda.
Pintu yang terbuat dari bahan ram kawat dan plat besi dengan ukuran 9 cm x 10
cm, sedangkan lorong pintunya berukuran 10 cm x 10 cm. Seperti halnya pada
perangkap dengan pintu sistem gravitasi A, pintu inipun diletakkan secara vertikal
dengan pusat putaran dibagian atas dan hanya dapat membuka pada satu arah
yaitu ke bagain dalam perangkap. Perangkap tipe ini memiliki dua buah ruangan
di bagian dalam sehingga pintu masuk terbagi menjadi dua bagian. Dua buah
pintu yang diletakan di sisi perangkap dipasang dengan posisi agak menjorok ke
bagian dalam perangkap sepanjang 3 cm, sedangkan dua buah pintu dibagian
dalam perangkap dipasang secara berurutan dengan jarak 10 cm. Untuk
menyimpan atraktan dibuat ruangan berbentuk setengah tabung dengan ukuran
sisi-sisinya 10 cm dan jari-jarinya 5 cm. Ruangan ini terbuat dari bahan ram kawat
dan diletakan di tengah bagian depan perangkap.
Gambar 5. Perangkap Tikus Bubu dilihat dari samping

Gambar 6. Perangkap tikus bubu dilihat dari atas

Perangkap Dengan Pintu Sistem Jungkat-Jungkit


Perangkap dibuat dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 10 cm dengan
menggunakan bahan dari plat besi. Perangkap ini memiliki tiga buah pintu masuk
yang diletakan dibagian atas perangkap dan satu pintu keluar yang diletakan di
pinggir perangkap. Pintu masuk perangkap ini berbentuk balok yang terbuat dari
bahan plat besi dengan ukuran 30 cm x 10 cm x 10 cm. Pintu ini diletakan secara
horizontal dengan titik tumpu dibagian tengah dan hanya dapat membuka pada
satu arah yaitu ke bagain dalam perangkap (ke bawah). Sedangkan untuk pintu
keluar terbuat dari plat besi dengan ukuran 10 cm x 10 cm. Atraktan disimpan
dalam ruangan pintu masuk perangkap yang dibatasi oleh ram kawat, sehingga
terdapat dua ruangan dalam pintu masuk perangkap.

Gambar 7. Dilihat dari samping

Gambar 8. Dilihat dari atas


Perangkap Bubu kontrol dengan Pintu mirif bubu
Perangkap ini adalah perangkap bubu tikus yang sudah biasa digunakan
oleh petani, bentuknya sangat sederhana. Perangkap dibuat dengan ukuran 40 cm
x 40 cm x 10 cm dengan menggunakan bahan dari ram kawat. Perangkap ini
memiliki satu buah pintu masuk yang diletakan di bagian samping perangkap.
Pintu masuk perangkap ini berbentuk bulatan yang terbuat dari bahan kawat
dengan diameter 10 cm. Perangkap bubu ini dijadikan perangkap bubu kontrol
tempat menyimpan atraktan yang dibatasi oleh ram kawat.

Gambar 9. Perangkap Bubu konvensional dilihat dari samping (sebagai kontrol)


Cara penangkapan tikus dengan traping/ perangkap:
Apabila terdapat tanda-tanda keberadaan tikus, pada sore hari dilakukan
pemasangan perangkap yang tempatnya masing-masing lokasi sebagai berikut.
Core perangkap diletakan di lantai pada lokasi yang ditemukan tanda-tanda
keberadaan tikus, di Inner Bound perangkap diletakkan di pinggir saluran air,
taman, kolam, di dalam semak-semak, sekitar TPS, tumpukan barang bekas.
Untuk menentukan jumlah perangkap dipasang Perangkap yang belum berisi
tikus, dibiarkan sampai tiga malam untuk memberikan kesempatan pada tikus
yang ada untuk memasuki perangkap dan diperiksa setiap pagi harinya untuk
mengumpulkan hewan yang tertangkap.

Perangkap bekas terisi mencit dan tikus harus dicuci dengan air dan sabun dan
dikeringkan segera. Pemasagan perangkap dalam upaya pemberantasan ini
dilakukan selama tiga hari berturut-turut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengolahan sampah


Pengolahan sampah merupakan bagian dari penanganan sampah dan menurut UU
no 18 tahun 2008 didefinisikan sebagai proses perubahan bentuk sampah dengan
mengubah karakteristik,komposisi dan jumlah sampah. pengolahan sampah
merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk mengurangi jumlah sampah,
disamping memanfaatkan nilai yang masih terkandung dalam sampah itu sendiri
(bahan daur ulang, produk lain, dan energi). Pengolahan sampah dapat dilakukan
berupa: pengomposan, recycling daur ulang, pembakaran (insinersi) dan lain-lain.
Pengolahan secara umum merupakan proses transformasi sampah baik
secara fisik,kimia,maupun biologi. Masing-masing definisi dari proses tranformasi
tersebut adalah:
1. Transformasi fisik.
Perubahan sampah secara fisik melalui beberapa metoda atau cara yaitu:
- pemisahan komponen sampah: dilakukan secara manual atau mekanis,
sampah yang bersifat heterogen dipisahkan menjadi komponen-
komponennya, sehingga bersifat homogen. Langkah ini dilakukan untuk
keperluan daur ulang.
- mengurangi volume sampah dengan pemadatan atau kompaksi:
Dilakukan dengan tekanan/kompaksi. Tujuan dari kegiatan ini adalah
Untuk menekan kebutuhan ruang sehingga mempermudah penyimpanan,
Pengangkutan dan pembuangan. Reduksi volume juga bermanfaat untuk
Mengurangi biaya pengangkutan dan pembuangan.
- mereduksi ukuran dari sampah dengan proses pencacahan.
Tujuan hampir sama dengan proses kompaksi dan juga bertujuan
memperluas permukaan kontak dari komponen sampah.
2. Transformasi Kimia.
Perubahan bentuk sampah secara kimiawi dengan menggunakan prinsip
proses pembakaran atau insenerasi. Proses pembakaran sampah dapat
didefinisikan sebagai pengubahan bentuk sampah padat menjadi fase gas,
cair dan produk padat yang terkonversi dengan pelepasan energi panas.
Proses pembakaran ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik dan
komposisi sampah yaitu:
1. Nilai kalor dari sampah.
2. Kadar air sampah.
3. Ukuran partikel.
Jenis pembakaran dapat dibedakan atas:
1. Pembakaran stoikhiometrik, yaitu pembakaran yang dilakukan dengan
suplai udara/oksigen yang sesuai dengan kebutuhan untuk pembakaran
sempurna.
2. Pembakaran dengan udara berlebih, yaitu pembakaran yang dilakukan
dengan suplai udara yanng melebihi kebutuhan untuk berlangsungnya
pembakaran sempurna.
3. Gasifikasi , yaitu proses pembakaran parsial pada kondisi
substoikhiometrik, di mana produknya adalah gas CO, H2 dan
hidrokarbon.
4. Pirolisis, yaitu proses pembakaran tanpa suplai udara.
3. transformasi biologi
Perubahan bentuk sampah dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme
Mendekomposisi sampah menjadi bahan stabil yaitu kompos.
Teknik biotransformasi yang umum dikenal adalah:
- komposting secara aerobik (berupa kompos)
- penguraian secara anaerobik (produk berupa gas metana,CO2 dan gas-
gas lain.). humus.lumpur/kompos yang dihasilkan sebaiknya distabilisasi
terlebih dahulu secara aerobik sebelum digunakan sebagai kondisioner
tanah. Oleh sebab itu dibutuhkan pengolahan secara baik, mulai dari
kebersihan tempat itu sendiri dari wabah penyakit seperti lalat, dan tikus.
Untuk cara menekan persebaran tikus tersebut harus mengetahui atau
pengenalan tikus, makanan tikus, jenis-jenis tikus, perkembangbiakan, dan
pengendalian.
2.2. Pengolahan sampah
Pengolahan sampah merupakan bagian dari penanganan sampah dan
menurut UU no 18 tahun 2008 didefinisikan sebagai proses perubahan bentuk
sampah dengan mengubah karakteristik
2.3 Pengenalan Tikus
Tikus merupakan binatang pengerat yang sudah menjadi musuh
masyarakat karena sebagai faktor penyakitdan identik dengan image kotor. Selain
itu tikus sering merusak property rumah kita karena sifat pengeratnya dan menjadi
musuh para petani karena sering merusak tanaman/sawah mereka. Berbagai
tindakan sering kita lakukan untuk membasmi tikus ini seperti dengan jebakan,
lem ataupundengan racun. Tikus adalah mamalia yang termasuk dalam suku
Muridae. Spesies tikus yang paling dikenal adalah mencit (Mus spp.) serta tikus
got (Rattus norvegicus) yang ditemukan hampir di semua negara dan merupakan
suatu organisme model yang penting dalam biologi. (Wikipedia, 2010)
Klasifikasi Tikus
Dunia : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Mammalia
Subklas : Theria
Ordo : Rodentia
Sub ordo : Myomorpha
Famili : Muridae
Sub famili : Murinae
Genus : Bandicota, Rattus, dan Mus Insect dan rodent, baik disadari atau
tidak, kenyataanya telah menjadi saingan bagi manusia.
Lebih dari itu insect dan rodent, pada dasarnya dapat mempengaruhi
bahkanmengganggu kehidupan manusia dengan berbagai cara. Dalam hal jumlah
kehidupan yang terlibat dalm gangguan tersebut, erat kaitanya dengan
kejadian/penularan penyakit. hal demikian dapat dilihat dari pola penularan
penyakit pest yang melibatkan empat faktor kehidupan, yakni Manusia, pinjal,
kuman dan tikus. Beranjak dari pola tersebut, upaya untuk mempelajari kehidupan
tikus menjadi sangat relefan. Salah satunya adalah mengetahui jenis atau spesies
tikus yang ada, melalui identifikasi maupun deskripsi. Untuk keperluan ini
dibutuhkan kunci identifikasi tikus atau tabel deskripsi tikus, yang memuat ciri
ciri morfologi masing masimg jenis tikus. Ciriciri morfologi tikus yang lazim
dipakai untuk keperluan tersebut di antaranya adalah : berat badan ( BB ), panjang
kepala ditambah badan (H&B), ekor (T), cakar (HF), telinga (E), tengkorak (SK)
dan susunan susu (M). Disamping itu, lazim pula untuk diketahui bentuk
moncong, warna bulu, macam bulu ekor, kulit ekor, gigi dan lain-lain. Insect atau
ektoparasit yang menginfestasi tikus penting untuk diketahui, berkaitan dengan
penentuan jenis vektor yang berperan dalam penularan penyakit yang tergolong
rat borne deseases.

2.4 Makanan Tikus


Tikus merupakan hewan yang mempunyai preferensi makanan yang
banyak, baik yang berasal dari tumbuhan maupun dari hewan. Walaupun demikian
biji-bijian seperti gabah, beras dan jagung tampaknya lebih disukai daripada yang
lain. Seekor tikus dapat merusak 283 bibit padi per hariatau 103 batang padi
bunting per hari. Setelah itu, tikus juga menyukai umbi-umbian serperti ubi jalar
dan ubi kayu.Makanan yang berasal dari hewan terutama adalah serangga dan
hewan-hewan kecil lainnya. Makanan dari hewan ini merupakan sumber untuk
pertumbuhan dan untuk memperbaiki bagian-bagian tubuh yang rusak, sedangkan
makanan yang berasal dari tumbuhan dimanfaatkan sebagai sumber tenaga.Hasil
penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa kebutuhan makanan seekor tikus
setiap hari kira-kira 10% dari bobot tubuhnya, tergantung dari kandungan air dan
gizi dalam makanannya. Tikus merupakan hewan yang aktif pada maam hari
sehingga sebagian besar aktivitas makannya dilakukan pada malam hari.
Tikus memiliki sifat neo-fobia, yaitu takut atau mudah curiga terhadap
benda-benda yang baru ditemuinya. Dengan adanya sifat tikus yang demikian,
maka makanan akan dimakan adalah makanan yang sudah biasa ditemui. Dia akan
mencicipi dulu makanan yang baru ditemuinya. Hal ini dapat mempengaruhi
keberhasilan pengendalian secara kimia dengan menggunakan umpan beracun,
sehingga harus diusahakan agar umpan yang digunakan adalah umpan yang
disukai oleh tikus dan tempat umpanyang digunakan adalah benda-benda alami
yamg banyak terdapat di alam. Dan bila makanan yang dimakan tersebut
membuat keracunan dengan cepat maka dia akan mengeluarkan suara kesakitan
dan tanda bahaya kepada teman-temannya. maka dari itu untuk penggunaan
pestida kimia sebaiknya digunakan pestisida yang membunuh secara perlahan,
dimana tikus tersebut akan mati dalam beberapa hari, sehingga tikus tersebut tidak
merasa kapok dan tidak akan tahu kalau makanan yang dimakannya ternyata
beracun. Dalam mencari makanan, tikus selalu pergi dan kembali melalui jalan
yang sama, sehingga lama-lama terbentuk jalan tikus.
Hal ini disebabkan tikus akan merasa aman untuk melewati jalan yang
sama, daripada setiap saat harus membuat jalan baru. Jalan yang sama dapat
ditandai dengan gesekan benda-benda di sekitar jalan tersebut dengan misainya,
dan juga karena adanya air seni yang dikeluarkan pada jalan tersebut yang dapat
diciuminya.

2.5. Indera Pada Tikus Indera Penglihatan Tikus


Dilihat dari pengelihatannya menurut para ahli konon tikus ternyata tikus
mempunyai pengelihatan yang jelek, yaitu ternyata tikus adalah hewan yang buta
warna, artinya ia hanya dapat melihat benda-benda berwarna hitam dan putih.
Akan tetapi, tikus tampaknya tertarik pada warna-warna hijau, kuning dan hitam.
Warna hijau dan kuning diduga merupakan warna daun dan malai tanaman padi
yang merupakan makanan utamanya di lapang. Sedangkan warna hitam
merupakan warna gelap yang terlihat pada malam hari. Kemampuan tikus dalam
melihat benda-benda yang ada di depannya dapat mencapai 10 meter Indera
Penciuman Tikus Organ penciuman tikus sangat baik, terutama untuk mencium
bau makanannya.
Tikus jantan dapat mencium bau tikus betina yang sedang birahi untuk
dikawininya.Tikus betina dapat mencium bau anaknya yang keluar dari sarang
berdasarkan air seni yang dikeluarkan oleh anaknya. Indera Pendengaran Tikus
Pendengaran tikus sangat baik. Tikus dapat mendengar suara-suara dengan
frekuensi tinggi, yang tidak dapat didengar oleh manusia. Berdasarkan suara-suara
yang dikeluarkan oleh tikus, dapat dibagi menjadi beberapa suara, yaitu : Suara-
suara pada saat akan melakukan perkawinan Suara-suara menandakan adanya
bahaya Suara-suara pada saat menemukan makanan Suara-suara pada saat tikus
mengalami kesakitan.

2.6. Sarang
Sarang yang dibuat biasanya mempunyai lebih dari satu pintu, pintu utama
untuk jalan keluar dan masuk setiap hari, pintu darurat yang digunakan dalam
keadaan yang membahayakan, misalnya pada saat dikerjar oleh predator ataupun
pada saat dilakukan gropyokan, dan pintu yang menuju ke sumber air sebagai
minumnya. Pintu darurat ini disamarkan dengan cara ditutupi dengan daun-
daunan.Selain itu, sarang tikus juga terdiri dari lorong yang berkelok-kelok;
semakin banyak anggota keluarga tikus, semakin panjang lorong yang dib Sarang
tikus juga dilengkapi dengan ruangan/kamar yang difungsikan untuk beranak dan
kamar sebagai gudang tempat meyimpan bahan makanan.

2.7. Perkembangbiakan
Tikus berkembang biak dengan sangat cepat, tikus menjadi dewasa dalam
arti dapat kawin mulai umur 3 bulan, masa bunting tikus betina sangat singkat,
kira-kira 3 minggu. Jumlah anak yang dihasilkan setiap kelahiran berkisar antara 4
12 ekor (rata-rata 6 ekor) tergantung dari jenis dan keadaan makanan di
lapangan. Dan setelah 2-3 hari setelah melahirkan tikus-tikus tersebut sudah siap
kawin lagi.

2.8. Pengendalian
Pengendalian yang paling sering kita gunakan biasanya menggunakan
metode gropyokan atau dengan memasang umpan, namun yang palig tepat
dilakukan adalah pengendalian terpadu. Kalau kita menggunakan umpan beracun
ada baiknya kita menggunakan umpan yang tidak langsung membunuh dengan
cepat, gunakanlah rodentisida yang membunuh secara perlahan misal Klerat dan
ratikus, karena seperti yang saya bicarakan diatas tikus bila makan makanan yang
beracun cepat reaksi kematiannya, maka dia akan memberi sinyal suara kesakitan
dan tanda bahaya kepada temannya , sehingga teman-temannya akan waspada
terhadap makanan baru, dan tidak mau makan terhadap umpan yang kita berikan.
Pemberian umpan tersebut sebaiknya jangan disentuh dengan tangan sebab indra
penciuman tikus sangat tajam terhadap bau yang baru dan aneh termasuk bau
manusia.Lakukan pada saat paceklik pangan bagi tikus yaitu saat lahan bera (tidak
ditanami) sampai pada saat menjelang produksi pangan (bila pada padi menjelang
bunting).

2.9. Jenis-jenis tikus antara lain:


Mencit (Mus sp.) Tikus rumah (Rattus rattus), Tikus got (Rattus
norvegicus), Tikus sawah (Rattus argentiventer), Wirok (Bandicota sp.), Tikus
Pohon (Rattus Tiomanicus), Mencit Rumah (Mus-musculus), Mencit Ladang
(Mus-Caroli), Celurut (shrew), yang sering disebut sebagai tikus, sesungguhnya
bukanlah termasuk golongan hewan pengerat, melainkan hewan pemangsa
serangga (Insectivora).
Tikus rumah (Rattus rattus) adalah hewan pengerat biasa yang mudah
dijumpai di rumah-rumah dengan ekor yang panjang dan pandai memanjat serta
melompat. Hewan ini termasuk dalam subsuku Murinae dan berasal dari Asia.
Namun demikian, ia lalu menyebar ke Eropa melalui perdagangan sejak awal
penanggalan modern dan betul-betul menyebar pada abad ke-6. Selanjutnya ia
menyebar ke seluruh penjuru dunia. Tikus rumah pada masa kini cenderung
tersebar di daerah yang lebih hangat karena di daerah dingin kalah bersaing
dengan tikus got.

Tidak seperti saingannya, tikus got, tikus rumah adalah perenang yang
buruk dan bangkainya sering ditemukan di sumur-sumur. Namun demikian, ia
lebih gesit dan pemanjat ulung, bahkan berani terbang. Warnanya biasanya
hitam atau coklat terang, meskipun sekarang ada yang dibiakkan dengan warna
putih atau loreng. Ukurannya biasanya 15-20 cm dengan ekor 20cm. Hewan ini
nokturnal dan pemakan segala, namun menyukai bulir-bulir. Betinanya mampu
beranak kapan saja, dengan anak 3-10 ekor/kelahiran. Umurnya mencapai 2-3
tahun dan menyukai hidup berkelompok.

3.0 Jumlah Kelahiran Tikus Dapat Dipengaruhi Oleh:


- Kondisi Iklim
- Pakan yang terlimpah
- Tempat tinggal yang aman
-
3.1 Tanda-Tanda Kehidupan Tikus Ada Tidaknya Tikus Dapat Dilihat Dari:
- Bekas gigitan
- Alur jalan
- Bekas kaki
- Kubang terowongan
- Kotoran Bekas telapak

Penyakit yang ditimbulkan oleh tikus seperti pes.

Anda mungkin juga menyukai