Anda di halaman 1dari 3

Karakteristik Fisik Tanah Longsoran di Jalur Transek Liwa-

Bukit Kemuning, Lampung Barat

Jalur transek Liwa-Bukit Kemuning yang berada di Provinsi Lampung Barat


merupakan salah satu akses utama jalan yang menghubungkan antara Provinsi
Lampung dengan Provinsi lainnya di Sumatera. Disepanjang jalur ini terlihat
banyak sekali longsoran-longsoran yang menyebabkan akses jalan terputus dan
terkadang longsoran ini menyebabkan material menutupi badan jalan, sehingga
mengganggu aktivitas masyarakat khususnya dalam bidang perekonomian. Faktor
penyebab terjadinya potensi longsoran seperti curah hujan, vegetasi, kegempaan,
morfologi dan aktivitas geologi lainnya. Penelitian ini dilakukan untuk memetakan
titik-titik yang berpotensi mengalami longsoran sekaligus mengetahui karakteristik
fisik tanah yang ada disepanjang jalur ini. Kegiatan yang dilakukan meliputi
pemetaan geologi dan investigasi geoteknik yang dilakukan di lapangan dan di
laboratorium. Investigasi geoteknik berguna untuk mengetahui karakteristik dan
keteknikan fisik dari tanah permukaan dengan pengambilan sampel tanah terganggu
dan tidak terganggu. Kemudian sampel tanah ini diuji di laboratorium untuk
mendapatkan index properties dan keteknikan tanah seperti ukuran butir, kadar air,
angka pori, berat isi tanah, kompresibilitas tanah, kuat geser tanah dan
permeabilitas tanah.
Daerah penelitian ini berupa daerah berbukit-bukit dengan ketinggian rata-
rata 300 m-1200 m dengan titik terendah berada di wilayah Bukit Kemuning,
Lampung Utara dan titik tertinggi berada di wilayah Sekincau, Lampung Barat.
Pada wilayah ini tersusun dari formasi tertua menuju termuda yaitu Formasi
Hulusimpang, Formasi Ranau, Formasi Gunung Api Kuarter dan Endapan
Aluvium.
Formasi Hulusimpang
Terdiri atas breksi gunungapi dan tuf yang bersusun dengan andesit-basalt
yang telah mengalami proses ubahan, urat kuarsa dan mineral. Batuan
penyusun yang dominan pada formasi ini ialah tuf. Formasi ini berumur
Miosen dan diendapkan pada lingkungan darat.
Formasi Ranau
Terdiri atas breksi pumice, tuf mikaan, tuf pumice dan kayu terkersikkan.
Formasi ini diendapkan pada lingkungan darat dan sungai yang berumur
Pliosen-Plistosen.
Batuan Gunungapi
Terdiri atas satuan breksi gunungapi tuf dan satuan gunungapi kuarter
andesit-basalt yang disusun oleh breksi lava dan tuf yang bersusun andesit-
basalt dan batuan gunungapi tuf. Formasi ini diendapkan pada lingkungan
darat yang berumur Holosen dan terletak secara tidak selaras di atas Formasi
Ranau.
Endapan Aluvium
Tersusun oleh material sedimen lempung hingga kerikil hasil dari endapan
Way Besai yang bersifat lunak, agak lepas dan merupakan endapan termuda
yang penyebarannya sempit.
Jalur transek Liwa-Bukit Kemuning melewati topografi yang bergelombang
cukup kuat dan curam dengan kemiringan lereng berkisar antara 25-70 serta
dijumpai pula dari hasil pengamatan terdapat 35 titik terjadinya longsoran di
sepanjang jalur ini.
Data yang didapatkan dari hasil pengamatan dan pengolahan di
laboratorium menunjukkan daerah ini disusun atas endapan tanah lempung dan tuf
pasiran yang memiliki karakteristik kadar air antara 28,82%-62%, derajat
kejenuhan antara 49,4%-92% dan bobot isi tanah kering antara 0,97-1,34 g/cm3
secara umum. Hasil sampel tanah yang telah dianalisa menunjukkan tingkat
kompresibilitas dan plastisitas yang tinggi dengan kondisi jenuh pada beberapa titik
serta kondisi jenuh air pada titik lainnya. Ukuran butir tanah tegolong pada lempung
anorganik dengan plastisitas tinggi pada beberapa titik dan pada titik lainnya
tergolong pada pasir halus diatome dan lanau anorganik dengan batas plastis lebih
dari 50%. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa daerah penelitian didominasi
oleh zona kerentanan gerakan tanah menengah dan rendah. Luncuran translasi tanah
(Varnes, 1978) merupakan jenis gerakan tanah yang dominan berkembang pada
daerah ini yang melibatkan jenis tanah lempung dan tuf pasiran. Dimensi yang
dimiliki kisaran lebar 12-35 m, tinggi 15-20 m, dengan kemiringan lereng berkisar
25-70. Tanah lempung ini merupakan jenis tanah residu hasil pelapukan batuan
vulkanik (Soebowo dkk,1977) yang memiliki sifat plastisitas dan kompresibilitas
tinggi namun tidak ada mata air atau rembesan air ynag terlihat namun banyak
ditemukan erosi alur yang disebabkan oleh gundulnya lereng. Kondisi ini
menyebabkan tanah penyusun daerah penelitian berpotensi untuk longsor.

Anda mungkin juga menyukai