Anda di halaman 1dari 6

LAMPIRAN A

SKEMA KERJA

1. Sintesis Fotokatalis TiO2-N


TiO2 : urea
- dibuat perbandingan molar 95:5; 90:10; 85:15; dan 80:20
- dipindahkan ke mortar
- digerus dengan baik sampai menjadi bubuk
- d
Bubuk
TiO2--urea
-
- dimasukkan ke dalam cawan porselen
- dikalsinasi pada suhu 400C selama 4 jam
TiO2-N 95:5; 90:10; 85:15; dan 80:20

2. Pembuatan Lapis Tipis TiO2 dan TiO2-N


Plat kaca 4 9 cm
- dibersihkan dengan alkohol 70%
- dicelupkan ke dalam suspensi TiO2 40% (b/v)
- dikeringkan dengan hairdryer
- dikalsinasi pada suhu 300C selama 3 jam
- diulangi untuk suspensi TiO2 95:5; 90:10; 85:15; dan 80:20
dengan konsentrasi suspensi 40% (b/v)
Lapis tipis TiO2 dan TiO2-N
95:5; 90:10; 85:15; dan 80:20

3. Pengambilan Limbah Cair Tapioka


5 L limbah cair tapioka
- dimasukkan ke dalam jerigen
- disaring dengan kertas saring
- dimasukkan ke dalam gelas piala 500 ml
Filtrat limbah
4. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
10 ml larutan KCN
- dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml
- ditambahkan 10 ml KOH 0,05% dan 10 ml pp-CuSO4
- diencerkan dengan akua DM sampai tanda batas
- didiamkan sampai berwarna merah muda
- diukur absorbansinya menggunakan Spektrofotometer UV-
Vis pada panjang gelombang 400 700 nm dengan interval
20 nm (400, 420, 440, 460, 480, 500, 520, 540, 560, 580, 600,
620, 640, 660, 680, dan 700 nm)
- diulangi untuk panjang gelombang 10 panjang gelombang
yang menghasilkan absorbansi tertinggi dengan interval 1 nm

Panjang gelombang
maksimum

5. Pembuatan Kurva Kalibrasi


Larutan KCN
- dibuat konsentrasi 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 ppm
- diambil 10 ml masing-masing konsentrasi
- dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml
- ditambahkan 10 ml KOH 0,05% dan 10 ml pp-CuSO4
- diencerkan dengan akua DM sampai tanda batas
- didiamkan sampai berwarna merah muda
- diukur absorbansinya menggunakan Spektrofotometer UV-
Vis pada panjang gelombang maksimum
- dihitung nilai a, b, r dan persamaan linearnya
Kurva Kalibrasi
6. Pengukuran Kadar Sianida

10 ml sampel filtrat
- dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml
- ditambahkan 10 ml KOH 0,05% dan 10 ml pp-CuSO4
- diencerkan dengan akua DM sampai tanda batas
- didiamkan sampai berwarna merah muda
- diukur absorbansinya menggunakan Spektrofotometer UV-
Vis pada panjang gelombang maksimum
Kadar Sianida

7. Fotodegradasi Limbah Cair Tapioka dengan Variasi Perbandingan


Molar TiO2-N 95:5; 90:10; 85:15; dan 80:20
Limbah Cair Tapioka
- dimasukkan ke dalam gelas piala 500 ml
- dipasangkan lapis tipis TiO2 ke dalam medium dengan
bantuan kaki tiga
- diaduk dengan stirrer magnetic
- didiamkan selama 30 menit dalam kondisi gelap
- disinari dengan lampu tungsten 60 watt selama 6 jam
penyinaran
Sampel
-
- diambil 10 ml setiap 1 jam
- disentrifugasi dengan kecepatan 1500 rpm selama 10 menit
Filtrat
- d
- diukur kadar sianida
- diulangi untuk lapis tipis TiO2 95:5; 90:10; 85:15; dan 80:20

Hasil
8. Penentuan pH Optimum
500 ml limbah cair tapioka
- dimasukkan ke dalam gelas piala 500 ml
- divariasikan pH menjadi 3, 5, 7, 9, dan 11 dengan larutan HCl
atau NaOH 1M
- dipasangkan lapis tipis TiO2 dengan aktifitas fotokatalitik
terbaik ke dalam medium dengan bantuan kaki tiga
- diaduk dengan stirrer magnetic
- didiamkan selama 30 menit dalam kondisi gelap
- disinari dengan lampu tungsten 60 watt selama 6 jam
penyinaran
Sampel
-
- diambil 10 ml setiap 1 jam
- disentrifugasi dengan kecepatan 1500 rpm selama 10 menit
Filtrat
- d
- diukur kadar sianida
Hasil

9. Penentuan Waktu Kontak Optimum


500 ml limbah cair tapioka
- dimasukkan ke dalam gelas piala 500 ml
- dikondisikan dengan pH optimum
- dipasangkan lapis tipis TiO2 dengan aktifitas fotokatalitik
terbaik ke dalam medium dengan bantuan kaki tiga
- diaduk dengan stirrer magnetic
- didiamkan selama 30 menit dalam kondisi gelap
- disinari dengan lampu tungsten 60 watt selama 6 jam
penyinaran
-
Sampel
- diambil 10 ml setiap 1 jam
- disentrifugasi dengan kecepatan 1500 rpm selama 10 menit
Filtrat
- d
Filtrat
- diukur kadar sianida

Hasil

10. Karakterisasi TiO2dan TiO2-N

TiO2 murni dan TiO2-N dengan


aktivitas fotokatalitik terbaik

- dikarakterisasi dengan instrument UV-Vis DRS

Celah Pita

11. Persentase Penurunan Kadar Sianida


Penurunan kadar sianida dihitung dengan menggunakan rumus:
Cawal Cakhir
Penurunan kadar (%) = x 100%
Cawal
LAMPIRAN B
PEMBUATAN LARUTAN

1. Pembuatan Larutan KOH 1%


Sebanyak 1 gram KOH dilarutkan dalam aquades hingga 100 mL.
2. Pembuatan Larutan CuSO4 1%
Sebanyak 1 gram CuSO4.5H2O dilarutkan dalam aquades hingga 100 mL.
3. Pembuatan Larutan Phenolphthalein 1%
Sebanyak 0,5 gram Phenolphthalein dilarutkan dalam etanol 96% hingga 50 mL.
4. Pembuatan Larutan Standar KCN 100 ppm
Sebanyak 0,01 gram KCN dilarutkan dalam aquades hingga 100 mL.
5. Pengenceran Larutan KOH 0,05%
Sebanyak 5 mL larutan KOH 1% diambil dan dimasukkan ke dalam labu
pengenceran 100 mL, kemudian ditambahkan aquades sampai tanda batas.
6. Pembuatan Larutan pp-CuSO4
Sebanyak 0,5 mL Phenolphthalein 1% dalam etanol absolut dicampurkan
dengan 99,5 mL larutan CuSO4.5H2O 0,01%.

Anda mungkin juga menyukai