Anda di halaman 1dari 6

Nyeri sebenarnya adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh untuk melindungi dan memberikan

tanda bahaya tentang adanya gangguan di tubuh. Dari nyeri ini tubuh akan melakukan tindakan
yang diperlukan selanjutnya.
Mekanisme terjadinya nyeri adalah sebagai berikut rangsangan(mekanik, termal atau Kimia)
diterima oleh reseptor nyeri yang ada di hampir setiap jaringan tubuh, Rangsangan ini di ubah
kedalam bentuk impuls yang di hantarkan ke pusat nyeri di korteks otak. Setelah di proses dipusat
nyeri, impuls di kembalikan ke perifer dalam bentuk persepsi nyeri (rasa nyeri yang kita alami).

Rangsangan yang diterima oleh reseptor nyeri dapat berasal dari berbagai faktor dan
dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Rangsangan Mekanik : Nyeri yang di sebabkan karena pengaruh mekanik seperti


tekanan, tusukan jarum, irisan pisau dan lain-lain.
2. Rangsangan Termal : Nyeri yang disebabkan karena pengaruh suhu, Rata-rata manusia
akan merasakan nyeri jika menerima panas diatas 45 C, dimana mulai pada suhu tersebut
jaringan akan mengalami kerusakan
3. Rangsangan Kimia : Jaringan yang mengalami kerusakan akan membebaskan zat yang di
sebut mediator yang dapat berikatan dengan reseptor nyeri antaralain: bradikinin,
serotonin, histamin, asetilkolin dan prostaglandin. Bradikinin merupakan zat yang paling
berperan dalam menimbulkan nyeri karena kerusakan jaringan. Zat kimia lain yang
berperan dalam menimbulkan nyeri adalah asam, enzim proteolitik, Zat P dan ion K+
(ion K positif ).

Proses Terjadinya Nyeri


Reseptor nyeri dalam tubuh adalah ujung-ujung saraf telanjang yang ditemukan hampir pada setiap
jaringan tubuh. Impuls nyeri dihantarkan ke Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui dua sistem Serabut.
Sistem pertama terdiri dari serabut A bermielin halus bergaris tengah 2-5 m, dengan kecepatan
hantaran 6-30 m/detik. Sistem kedua terdiri dari serabut C tak bermielin dengan diameter 0.4-1.2
m, dengan kecepatan hantaran 0,5-2 m/detik.
Serabut A berperan dalam menghantarkan "Nyeri cepat" dan menghasilkan persepsi nyeri yang
jelas, tajam dan terlokalisasi, sedangkan serabut C menghantarkan "nyeri Lambat" dan
menghasilkan persepsi samar-samar, rasa pegal dan perasaan tidak enak.
Pusat nyeri terletak di talamus, kedua jenis serabut nyeri berakhir pada neuron traktus
spinotalamus lateral dan impuls nyeri berjalan ke atas melalui traktus ini ke nukleus posteromidal
ventral dan posterolateral dari talamus. Dari sini impuls diteruskan ke gyrus post sentral dari
korteks otak.

Klasifikasi Nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria antara lain
a. Klasifikasi nyeri berdasarkan waktu, dibagi menjadi nyeri akut dan nyeri kronis
- Nyeri Akut adalah Nyeri yang terjadi secara tiba-tiba dan terjadinya singkat contoh nyeri trauma
- Nyeri Kronis adalah nyeri yang terjadi atau dialami sudah lama contoh kanker
b. Klasifikasi nyeri berdasarkan Tempat terjadinya nyeri
- Nyeri Somatik adalah Nyeri yang dirasakan hanya pada tempat terjadinya kerusakan atau
gangguan, bersifat tajam, mudah dilihat dan mudah ditangani, contoh Nyeri karena tertusuk
- Nyeri Visceral adalah nyeri yang terkait kerusakan organ dalam, contoh nyeri karena trauma di
hati atau paru-paru.
- Nyeri Reperred : nyeri yang dirasakan jauh dari lokasi nyeri, contoh nyeri angina.
c. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Persepsi Nyeri
- Nyeri Nosiseptis adalah Nyeri yang kerusakan jaringannya jelas
- Nyeri neuropatik adalah nyeri yang kerusakan jaringan tidak jelas. contohnya Nyeri yang
diakitbatkan oleh kelainan pada susunan saraf.
Semoga Bermanfaat

Proses tejadinya Nyeri / Mekanisme Nyeri


Ada empat tahapan terjadinya nyeri;

* Transduksi
Merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri (noxious stimuli) dirubah menjadi suatu aktifitas listrik
yang akan diterima ujung-ujung saraf. Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas) atau
kimia (substansi nyeri).
Terjadi perubahan patofisiologis karena mediator-mediator nyeri mempengaruhi juga nosiseptor diluar
daerah trauma sehingga lingkaran nyeri meluas. Selanjutnya terjadi proses sensitisasi perifer yaitu
menurunnya nilai ambang rangsang nosiseptor karena pengaruh mediator-mediator tersebut di atas dan
penurunan pH jaringan. Akibatnya nyeri dapat timbul karena rangsang yang sebelumnya tidak
menimbulkan nyeri misalnya rabaan.
Sensitisasi perifer ini mengakibatkan pula terjadinya sensitisasi sentral yaitu hipereksitabilitas neuron
pada spinalis, terpengaruhnya neuron simpatis dan perubahan intraseluler yang menyebabkan nyeri
dirasakan lebih lama.
Rangsangan nyeri diubah

* Transmisi
Merupakan proses penyampaian impuls nyeri dari nosiseptor saraf perifer melewati kornu dorsalis, dari
spinalis menuju korteks serebri. Transmisi sepanjang akson berlangsung karena proses polarisasi,
sedangkan dari neuron presinaps ke pasca sinaps melewati neurotransmitter.

* Modulas
Adalah proses pengendalian internal oleh sistem saraf, dapat meningkatkan atau mengurangi penerusan
impuls nyeri.
Hambatan terjadi melalui sistem analgesia endogen yang melibatkan bermacam-macam neurotansmiter
antara lain endorphin yang dikeluarkan oleh sel otak dan neuron di spinalis. Impuls ini bermula dari area
periaquaductuagrey (PAG) dan menghambat transmisi impuls pre maupun pasca sinaps di tingkat
spinalis. Modulasi nyeri dapat timbul di nosiseptor perifer medula spinalis atau supraspinalis.

* Persepsi
Persepsi adalah hasil rekonstruksi susunan saraf pusat tentang impuls nyeri yang diterima. Rekonstruksi
merupakan hasil interaksi sistem saraf sensoris, informasi kognitif (korteks serebri) dan pengalaman
emosional (hipokampus dan amigdala). Persepsi menentukan berat ringannya nyeri yang dirasakan.

Respon Terhadap Nyeri


Stimulus Simpatik (nyeri ringan, moderat, dan superficial)
Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate
Peningkatan heart rate
Vasokonstriksi perifer, peningkatan BP
Peningkatan nilai gula darah
Diaphoresis
Peningkatan kekuatan otot
Dilatasi pupil
Penurunan motilitas GI

Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)


Muka pucat
Otot mengeras
Penurunan HR dan BP
Nafas cepat dan irreguler
Nausea dan vomitus
Kelelahan dan keletihan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respon Nyeri


* Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah
patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami,
karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau
mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.

* Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri,
justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh
mengeluh nyeri)

* Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri. (ex: suatu
daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka
melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri)

* Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan bagaimana
mengatasinya.
* Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri.
Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan
upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided imagery
merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.

* Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas.

* Pengalaman masa lalu


Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul,
maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung
pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.

* Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang
maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.

* Support keluarga dan social


Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk
memperoleh dukungan, bantuan dan perlindungan.
Mekanisme Pengurangan Nyeri
Ada berbagai pendapat tentang mekanisme pengurangan nyeri, antara lain;
mekanisme gerbang kontrol (Gate Control Teory) / mekanisme segmental (Melzack dan Wall, 1980)
mekanisme antidromik / mekanisme perifer, secara langsung maupuntak langsung (Johnson, 2000)
mekanisme ekstrasegmental / mekanisme opiat endogen dan neurotransmiter (Chung dkk, 1984)
mekanisme Plasebo (Renie, 1990)
mekanisme neurovegetatif, menekankan pada aktivasi simpatis / sistem otonom
mekanisme penyembuhan jaringan cedera

Manajemen Pengurangan Nyeri


Farmakologi :
* Analgesics
Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interpretasi nyeri dengan jalan mendepresi sistem
saraf pusat pada Thalamus dan Korteks Cerebri. Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum klien
merasakan nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri. Untuk alasan ini maka analgesik
dianjurkan untuk diberikan secara teratur dengan interval, seperti setiap 4 jam setelah pembedahan.

Terdapat dua klasifikasi mayor dari analgesik, yaitu :


a. Narcotic (Strong analgesics)
Termasuk didalamnya adalah : derivat opiate seperti morphine dan codein.
Narkotik menghilangkan nyeri dengan merubah aspek emosional dari pengalaman nyeri (misal : persepsi
nyeri). Perubahan mood dan perilaku dan perasaan sehat membuat seseorang merasa lebih nyaman
meskipun nyerinya masih timbul.
b. Nonnarcotics (Mild analgesics)
Mencakup derivat dari : Asam Salisilat (aspirin); Para-aminophenols (phenacetin); Pyrazolon
(Phenylbutazone).

c. analgesik kombinasi
seperti kombinasi dari analgesik kuat (strong analgesics) dengan analgesik ringan (mild analgesics),
contohnya : Tylenol #3, merupakan kombinasi dari acetaminophen sebagai obat analgesik nonnarkotik
dengan codein, 30mg.

* Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesik (seperti : gula, larutan
garam/normal saline, atau air) tetapi hal ini dapat menurunkan nyeri. Hal itu karena faktor persepsi
kepercayan klien.

Non farmakologi :
* Sentuhan terapeutik
Teori ini mengatakan bahwa individu yang sehat mempunyai keseimbangan energi antara tubuh dengan
lingku;ngan luar. Orang sakit berarti ada ketidakseimbangan energi, dengan memberikan sentuhan pada
klien, diharapkan ada transfer energi ke klien.

* Akupresur
Pemberian penekanan pada pusat-pusat nyeri

* Guided imagery
Meminta klien berimajinasi membayangkan hal-hal yang menyenangkan, tindakan ini memerlukan
suasana dan ruangan yang tenang serta konsentrasi dari klien. Apabila klien mengalami kegelisahan,
tindakan harus dihentikan. Tindakan ini dilakukan pada saat klien merasa nyaman dan tidak sedang nyeri
akut.

* Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai sedang. Distraksi visual
(melihat TV atau pertandingan bola), distraksi audio (mendengar musik), distraksi sentuhan (massase,
memegang mainan), distraksi intelektual (merangkai puzzle, main catur)

* Anticipatory guidance
Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan nyeri.

* Hipnotis
Membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.

* Biofeedback
Terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi tentang respon nyeri fisiologis
dan cara untuk melatih kontrol volunter terhadap respon tersebut. Terapi ini efektif untuk mengatasi
ketegangan otot dan migren, dengan cara memasang elektroda pada pelipis.

* Stimulasi cutaneus
Cara kerja dari sistem ini masih belum jelas, salah satu pemikiran adalah cara ini bisa melepaskan
endorfin, sehingga bisa memblok stimulasi nyeri. Bisa dilakukan dengan massase, mandi air hangat,
kompres dingin dan stimulasi saraf elektrik misalkan dengan TENS (transcutaneus electrical nerve
stimulation). TENS merupakan stimulasi pada kulit dengan menggunakan arus listrik ringan yang
dihantarkan melalui elektroda luar.

Pengukuran skala nyeri


Persepsi nyeri mencakup proses sensasi ketika stimulus nyeri terjadi dan berhubungan dengan
interpretasi nyeri oleh seseorang. Ambang nyeri adalah intensitas terendah dari stimulus nyeri yang
dapat menyebabkan seseorang mengenal nyeri. Sebenarnya ambang nyeri itu jika tanpa adaptasi, sama
pada setiap orang, akan tetapi proses adaptasi setiap orang tidaklah sama sehingga memungkinkan
terjadinya perbedaan ambang nyeri pada setiap orang karena adanya perubahan sesuai dengan adaptasi
yang dialami setiap orang. Nyeri pada dasarnya adalah personal experience / pengalaman seseorang
individu. Jadi dengan demikian persepsi nyeri itu sangat individual dan unik pada setiap orang. Durasi,
Berat/Intensitas, Kualitas, Periode dari Nyeri. Nyeri itu suatu perasaan campuran dan terjadi pada
berbagai tingkatan.
Skala nyeri, pengetahuan tentang nyeri penting untuk menyusun program pengobatan nyeri setelah
pembedahan. Derajat nyeri dapat diukur dengan macam- macam cara, misalnya tingkah laku pasien,
skala verbal dasar, skala analog visual. Secara sederhana nyeri setelah pembedahan pada pasien sadar
dapat langsung ditanyakan pada yang bersangkutan dan biasanya dikatagorikan sebagai: tidak nyeri
(none), nyeri ringan (mild, slight), nyeri sedang (moderate), nyeri berat (severe) dan sangat nyeri (very
severe, intolerable).

Metoda pengobatan nyeri, sesuai dengan step ledder dari WHO maka untuk mengatasi nyeri ringan
digunakan obat anti inflamasi non steroid, untuk mengatasi nyeri sedang digunakan obat anti inflamasi
non steroid dikombinasi dengan golongan opioid lemah dan untuk mengatasi nyeri berat digunakan
obat anti inflamasi non steroid dikombinasi dengan golongan opioid kuat. Selain pengobatan diatas
kadang dibutuhkan juga pengobatan tambahan diantaranya obat sedatif bila nyeri disertai stress,
pengobatan akupunktur untuk mengatasi nyeri kronik, sampai blok anestesi. Untuk masyarakat umun
bila mengalami nyeri disarankan untuk segera berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan pengobatan
sesuai dengan masalah nyeri yang dialami.

Metoda pengobatan nyeri dapat dengan cara sistemik (oral, rectal, transdermal, sublingual, subkutan,
intramuscular, intravena atau perinfus). Cara yang sering digunakan dan paling digemari ialah
intramuscular opioid. Metoda regional misalnya dengan epidural opioid atau intraspinal opioid. Kadang-
kadang digunakan metoda infiltrasi pada luka operasi sebelum pembedahan selesai misalnya pada
sirkumsisi atau pada luka operasi usus buntu (apendektomi).

Begitu pentingnya pengetahuan nyeri, maka saat ini nyeri merupakan tanda vital kelima, setelah
tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, dan suhu tubuh.

Anda mungkin juga menyukai