Anda di halaman 1dari 10

Jurnal

Manajemen Kesehatan Indonesia

Volume 03 No. 01 April 2015

Analisis Rendahnya Pemanfaatan Layanan Persalinan Tenaga Kesehatan di


Wilayah Kerja Puskesmas Wakaokili Kabupaten Buton

Analysis on Low Rate Utilization of Delivery Services by Health Workers at


Wakaokili Community Health Center in Buton Regency

Ira Yusnita*, Chriswardani Suryawati**, Ayun Sriatmi**


*Alumni Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, ** Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Diponegoro, Semarang

ABSTRAK
Pemanfaatan layanan persalinan tenaga kesehatan di Indonesia masih rendah terutama di daerah
pedesaan. Kondisi ini juga terjadi pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Wakaokili
Kabupaten Buton, dimana pada saat hamil sebagian besar ibu memeriksakan diri ke bidan tetapi
saat bersalin lebih memilih dukun. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya meningkatkan
minat masyarakat untuk bersalin pada tenaga kesehatan namun sampai saat ini belum mencapai
hasil yang diinginkan. Untuk itu penelitian ini dirancangan dengan pendekatan kualitatif, metode
studi kasus guna memahami alasan yang melatar belakangi rendahnya pemanfaatkan layanan
persalinan oleh masyarakat. Pengumpulan data dengan wawancara menggunakan pedoman
wawancara dan observasi langsung pada layanan kesehatan. Jumlah informan utama 36 orang
terbagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok sasaran langsung program meliputi ibu bersalin oleh
bidan, dukun dan oleh keluarga beserta para suami. Serta kelompok sasaran tidak langsung
program yaitu Toma/Toga dan kader kesehatan. Adapun informan triangulasi bidan, dukun dan
kepala Puskesmas Wakaokili serta Kabid Kesga DKK Buton. Hasil penelitian diketahui bahwa
alasan yang melatarbelakangi rendahnya pemanfaatkan layanan persalinan tenaga kesehatan
yaitu karena mereka tidak mengenal bidan di desa, karena tidak memahami manfaat persalinan
oleh tenaga kesehatan, biaya di dukun lebih terjangkau dan karena bidan tidak selalu ada saat
dibutuhkan. Selain itu adanya kepercayaan masyarakat bahwa lancar tidaknya persalinan bukan
ditentukan oleh penolong persalinan tetapi oleh perbuatan ibu semasa hamil. Juga adanya
keyakinan terhadap doa-doa yang dimiliki oleh dukun atau suami menyebabkan masyarakat
selalu menyertakan dukun dalam kehamilan dan persalinan guna kelancaran proses persalinan.
Untuk itu diharapkan bidan lebih aktif melakukan pendekatan pada warga binaanya. Juga
puskesmas dan kepada Dinas Kesehatan untuk melakukan upaya peningkatan pengetahuan
masyarakat, kapasitasi dan pembinaan dukun dan juga mengkaji ulang insentif bagi bidan dalam
rangka peningkatan kunjungan pada bumil baik di rumah maupun yang di kebun.
Kata Kunci : Persalinan, Perilaku kesehatan, Pemanfaatan layanan kesehatan

ABSTRACT
Utilization of delivery service by health workers in Indonesia was still low especially in rural
areas. This condition occurred in communities in the work area of Wakaokili primary healthcare
canter (puskesmas) Buton district. Most of pregnant women in this community did antenatal care
to midwives, however they chose traditional delivery assistant (dukun bayi) to assist their
delivery process. Government had done many efforts to increase community interest to give birth
with health workers assistance. However, this effort had not reached what was expected. This
was a case study with qualitative approach. Objective of the study was to understand the

52
background for low utilization of delivery services by the community. Data were collected
through interview guided by interview guideline, and direct observation in the health services.
The number of main informants was 36 people. They were divided into 2 groups. Those groups
were direct target program group that included post-delivery women assisted by midwives,
dukun bayi, and house member including husbands; indirect target program group consisted of
community leaders and cadres. Triangulation informants were midwives, dukun bayi, the head of
Wakaokili primary healthcare center, and the head of family health department of Buton district
health office. Results of the study showed that background for the low utilization of delivery
services by health workers was that community did not know village midwives; community did
not understand benefits of giving birth assisted by health workers; the cost of giving birth
assisted by dukun bayi was affordable; midwives were not always ready when needed. In
addition, there was a stigma that smoothness of delivery process was not determined by who
assisted the delivery but by what had been done by the mothers during pregnancy. Furthermore,
there was a belief towards praying words spoken by dukun bayi or husbands; this was one of
reasons why dukun bayi was included in the delivery process. They believed that dukun would
make the delivery process success. Midwives are expected to be more active to approach their
supervised community. Primary healthcare center and district health office are suggested to do
efforts to improve community knowledge, to train and assist dukun, and to review the incentive
for midwives in order to be able increase the number of visits to pregnant women in their house
or in the field.
Keywords : Delivery, health behavior, health service utilization

PENDAHULUAN Buton, 2010). Hasil pencapaian cakupan


Salah satu penyebab tingginya AKI persalinan tenaga kesehtan pada tahun 2009 di
adalah masih rendahnya pemanfaatan Puskesmas Wakaokili yaitu, dari jumlah
persalinan tenaga kesehatan. Kondisi sasaran ibu hamil 90 orang, sebagian besar
geografis, persebaran penduduk, sosial budaya memeriksakan kehamilannya pada bidan,
dan tingkat pendidikan yang rendah ditunjukkan dengan cakupan K1 60,63% dan
merupakan beberapa faktor penyebab K4 51,2%. Akan tetapi pada saat persalinan
rendahnya pemanfaatan persalinan tenaga ibu memilih ditolong oleh tenaga non
kesehatan oleh masyarat (Depkes, 2009). Dari kesehatan. Hal ini terlihat dari cakupan
hasil SDKI 2002, Susenas 2006 dan Riskesdas persalinan tenaga kesehatan sangat rendah
2006 terhadap cakupan persalinan tenaga yaitu 18 % pada 2008 dan 17,39% pada 2009.
kesehatan terlihat bahwa Sulawesi Tenggara Menurut salah seorang bidan desa di
adalah salah satu propinsi di Indonesia yang Wilayah Puskesmas Wakaokili, hal ini
terendah dalam pemanfaatan persalinan tenaga dikarenakan masih tingginya kepercayaan
kesehatan. Dari 11 kabupaten yang ada, baru masyarakat setempat terhadap dukun dan juga
3 Kabupaten / Kota yang mampu mencapai tingkat pendidikan masyarakat yang rendah
target yakni Kabupaten Konawe Utara khususnya ibu hamil. Hasil wawancara dengan
(99,61%), Kabupaten Wakatobi (90.54%), Bidan Koordinator Puskesmas Wakaokili
dan Kota Bau-Bau (86.28). Adapun kabupaten diketahui dari 4 bidan yang ada semuanya
yang belum mencapai target salah satunya tidak menetap di desa, namun mereka
adalah Kabupaten Buton (68%). (Dinkes Prop bergiliran piket di Puskesmas setap hari.
Sultra, 2009) Kebijakan yang dilakukan pemerintah
Untuk Kabupaten Buton, dari 29 Daerah Kabupaten (pemkab) Buton dalam
puskesmas baru 3 puskesmas yang mampu rangka peningkatan pelayanan kesehatan ibu
mencapai target yaitu Puskesmas Wabula (84 yaitu, meningkatkan peran bidan desa melalui
%), Puskemas Pasarwajo (91,6%) dan peningkatan keterampilan, fasilitas dan
Puskesmas Kadatua (100%), Sedangkan peralatan serta melakukan pendekatan kepada
Puskesmas Wakaokili (17,4%) merupakan masyarakat. Selain itu, juga dilakukan
Puskesmas dengan cakupan terendah (DKK pembebasan biaya persalinan tenaga kesehatan

53
bagi warga tidak mampu , tetapi hal ini masih HASIL DAN PEMBAHASAN
terkendala karena belum semua masyarakat Pengetahuan Tentang Layanan Persalinan
miskin di wilayah kerja Puskesmas Wakaokili Tenaga Kesehatan
memiliki kartu Jamkesmas. Secara teori Wawancara dengan informan utama yakni
pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah suatu bulin dan suami pada aspek pengetahuan
fenomena perilaku yang kompleks yang mengenai jumlah petugas kesehatan dan bidan
merupakan perpaduan antara karakteristik yang bertugas di desa mereka. Seluruh
individu, perilaku serta ketersediaan dan informan baik bulin bidan, dukun dan bulin
keterjangkauan (Anderson, 1995). Untuk itu, keluarga belum dapat menyebutkan dengan
diperlukan suatu analisis yang dapat menjadi tepat jumlah, nama bidan didesa mereka,
evidence base bagi pengambil kebijakan, guna begitu juga informan suami. Terkait
meningkatkan pemanfaatan layanan persalinan pertanyaan mengenai pengertian, manfaat dan
tenaga kesehatan di Kabupaten Buton pada kerugian tidak bersalin pada tenaga kesehatan
umumnya, khususnya di wilayah kerja sebagian besar dapat menjelaskan:
Puskesmas Wakaokili.
yang sa tau cuma wa Lis saja, kalau bidan
METODE PENELITIAN tidak pernah ketemu. Kalau dia tinggal disini
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif sering juga orang kebidan, tapi karena dia
dengan metode studi kasus. Pengumpulan data tinggal di kota jadi jarang orang tau.
melalui wawancara menggunakan pedoman (IN SP 02)
wawancara dan observasi langsung pada
Kalau bidan, sementara kalau ada
layanan kesehatan. Variabel dalam penelitian
gangguan bayi ta dia taukan memang cara
ini melipu ; 1) aspek presdisposing yaitu caranya tapi kalau dukun tidak terlalu juga.
pengetahuan, sikap dan praktek terhadap (IN WK 02)
layanan persalinan tenaga kesehatan, 2) aspek
enabling yaitu ketersediaan dan Sama saja, kalau ditolong bidan bayi sehat
keterjangkauan layanan persalinan tenaga juga, dukun juga begitu. Seperti bidan dan
kesehatan, 3) aspek reinforcing yaitu dukun kan kerjasama.
dukungan dan upaya yang dilakukan tokoh (IN WK 03)
masyarakat dalam meningkatkan pemanfaatan
layanan persalinan tenaga kesehatan. Dari hasil wawancara dapat ditarik
Informan utama berjumlah 30 orang kesimpulan bahwa sebagian besar informan
terbagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok tidak mengetahui keberadaan bidan didesanya.
sasaran langsung program meliputi ibu Hal ini dikarenakan mereka jarang
bersalin oleh bidan (bulin bidan), ibu bersalin berkomunikasi dengan bidan di desanya
oleh dukun (bulin dukun) dan ibu bersalin oleh karena bidan tidak tinggal dan menetap di desa
keluarga (bulin keluarga) beserta para suami. sehingga hanya turun ke lapangan saat
Serta kelompok sasaran tidak langsung posyandu setiap bulan. Namun demikian
program yaitu tokoh masyarakat, tokoh agama mereka mengetahui tugas dan manfaat bersalin
dan kader kesehatan. Adapun informan dibidan, walaupun kenyataannya ada diantara
triangulasi berjumlah 6 orang yaitu bidan, mereka yang belum pernah bertemu dan
dukun dan kepala puskesmas wakaokili serta diperiksa oleh bidan. Selain itu menilik dari
Kabid Kesga DKK Buton. jawaban informan dapat dikatakan bahwa
Data yang terkumpul diolah dan pengetahuan mereka adalah murni dari
dianalisis dengan metode content analisis pengalaman, baik itu pengalaman pribadi
yaitu menyusun dan menggolongkannya dalam maupun pengalaman orang disekitarnya. Hal
bentuk pola, kategori atau klasifikasi agar ini dapat jelaskan karena sebagian besar dari
dapat diinterpretasikan. Dari hasil verifikasi informan adalah petani yang sehari hari
kemudian disusun rencana tindak lanjut bagi menghabiskan waktu di kebun, jarang
peningkatan pemanfaatan layanan persalinan bertemu dan menggunakan jasa bidan
tenaga kesehatan. didesanya, dan juga umumnya mereka

54
berpendidikan rendah sehingga kemungkinan kalau di dukun kalau tidak enak perasaanku sa
untuk memperoleh informasi kesehatan sangat periksa lagi biar diurut .
kecil. Hal ini di juga didukung hasil observasi (IN WK 03)
dilapangan bahwa sebagian besar informan
adalah warga miskin yang tidak memiliki Ya dirumah saja, karena ada bapak, orang
sarana komunikasi seperti televisi sehingga tua.
praktis informasi yang didapat hanya dari (IN HD 03)
cerita tetangga.
ee. kalau menurut kita sih,biar sama
Walaupun secara teori pengetahuan adalah
dukunnya saja karna kita lihat juga keadaan.
akumulasi dari pengalaman yang didapat Mungkin kalau kita juga petani petani sudah
melalui penginderaan (Notoatmodjo,2005), professional itu, bisa juga mungkin ke bidan.
akan tetapi bila masyarakat hanya memiliki (IN WA 03)
pengetahuan berdasarkan pengalaman
dilingkungan sekitarnya tentu pengetahuannya Tidak setuju, karena anakku saya di dukun
akan sangat sempit. Untuk itu diperlukan suatu tapi bagus juga.
cara sehingga pengetahuan masyarakat tentang (IN HD 03)
persalinan tenaga kesehatan khususnya
persalinan yang bersih dan aman bersifat lebih Dari hasil wawancara dan penelusuran di
komprehensif. Hal ini sangat penting lapangan dapat disimpulkan bahwa sikap dan
mengingat pengetahuan akan kesehatan dalam keyakinan ibu terhadap dukun sebagai
hal ini pengetahuan tentang persalinan yang pemeriksa dan penolong persalinan merupakan
bersih dan aman pada tenaga kesehatan adalah perwujudan keyakinan pada doa doa yang
salah satu unsur penting untuk membentuk biasa dilafalkan baik dukun maupun suami
prilaku kesehatan. (Green, 2000) saat menolong persalinan yang dipercaya
dapat memperlancar proses persalinan. Selain
Sikap dan Pandangan Terhadap itu sikap ini juga dipengaruhi oleh faktor
Pemerikasaan Kehamilan pengalaman / kebiasaan dan juga lingkungan
Pada prinsipnya baik kaum ibu maupun tempat tinggal. Kesimpulan ini sesuai dengan
suami setuju pemeriksaan kehamilan pada pendapat Foster dan Anderson (1995) tentang
bidan karena dirasakan banyak memberi sistem medis yang merupakan bagian dari
manfaat dilihat dari sisi kesehatan ibu dan bayi sistem sosial memiliki beberapa ciri antara
serta dari sisi ekonomis sangat terjangkau lain, kepemilikannya melalui proses belajar
karena tidak dipungut biaya. Tetapi disisi lain, berdasarkan pengalaman, selain itu
kaum ibu juga mengatakan bahwa dimungkinkan adanya variasi dalam satu
pemeriksaan pada dukun juga diperlukan kelompok masyarakat yang dapat disebabkan
karena adanya kemampuan dukun yang tidak adanya kontak dengan lingkungan budaya lain
dimiliki oleh bidan yakni pijat (urut) dan yang memiliki sistem medis yang berbeda.
kemampuan dalam melafalkan doa-doa untuk (Joyomartono, M., 2004)
mempercepat / memperlancar proses
persalinan. Ketika ditanya tempat bersalin dan Praktek Pemanfaatan Layanan Persalinan
siapa yang sebaiknya menolong persalinan, Tenaga Kesehatan
sebagian besar dari mereka menjawabnya Dari hasil wawancara baik pada informan
sebaiknya persalinan dilakukan di rumah ibu maupun informan suami, ditemukan bahwa
dengan dukun sebagai penolong persalinan, sebagian besar bulin di tiga desa yakni
terkecuali pasangan suami istri dari desa Wakaokili, Waangu Angu dan Hendea
Sandang Pangan yang berpendapat memeriksakan kandungannya pada dukun dan
pertolongan persalinan sebaiknya dilakukan bidan pada saat hamil anak terakhir. Menurut
sendiri di rumah didampingi suami karena mereka, pemeriksaan kehamilan pada bidan
suami memiliki kemampuan doa - doa. rutin dilakukan setiap bulan di posyandu
dengan tujuan untuk mengetahui keadaan janin
Kalau di bidan setiap bulan di Posyandu, serta untuk mengukur tekanan darah, meminta

55
obat dan vitamin. Adapun periksa pada dukun penyulit dalam persalinan. Hal ini karena
dilakukan begitu terlambat datang bulan untuk karena tempat tinggal dukun lebih dekat dan
memastikan kehamilan dan untuk pijat (urut). biayanya terjangkau. Selain itu ibu mempunyai
pengalaman persalinan pada dukun yang lebih
Sama juga begitu, periksa juga di dukun banyak dan hasilnya juga baik. Senada dengan
baru di bidan. Kan waktu sa hamil anakku hal diatas, hasil penelitian Eryando di
yang perempuan saya suntik KB, tapi kenapa Tangerang tahun 2007 diketahui bahwa salah
tiba-tiba sa pusing terus sa pergi mi di dukun, satu alasan ibu menggunakan jasa Paraji /
dia bilang dukun kamu ini hamil. dukun untuk periksa kehamilan dan persalinan
(IN WA 01 ) adalah karena dukun memiliki kemampuan
untuk urut yang tidak dimiliki oleh bidan.
(Eryando, 2007)
Sama juga begitu, periksa juga di dukun baru
di bidan. Kan waktu sa hamil anakku yang Kebiasaan Kebiasaan Saat Hamil dan
perempuan saya suntik KB, tapi kenapa tiba-
Bersalin
tiba sa pusing terus sa pergi mi di dukun, dia
Dari hasil wawancara pada seluruh
bilang dukun kamu ini hamil.
informan ditemukan bahwa dari segi makanan
(IN WA 01 ) tidak ada pantangan khusus pada ibu hamil,
kalaupun ada tidak wajib dilakukan. Untuk
hal-hal yang mempengaruhi lancar tidaknya
Namun hal yang menarik adalah ketika persalinan hampir seluruh informan
persalinan yang dihubungi pertama kali adalah mengatakan itu tergantung perbuatan orang
dukun. Alasannya, karena dukun diibaratkan tua. Lebih lanjut dikatakan yang terpenting
sebagai penolong pertama, setelah dukun bukan memilih penolong persalinan tetapi
datang kemudian menghubungi bidan jika ada bagaimana menjaga sikap selama kehamilan,
kesulitan dalam persaliana. Selain itu mereka atau dengan kata lain, lancar tidaknya proses
juga mengatakan keputusan memanggil dukun persalinan bukan ditentukan oleh penolong
adalah kesepatan bersama antara suami istri tetapi oleh perbuatan orang tua. Sehingga bila
dan juga keluarga. terjadi kesulitan dalam persalinan, suami istri
dukun, kita tidak panggil bidan ji. Seperti harus saling memaafkan. Dengan saling
yang sa bilang tadi masalah biaya. memaafkan tersebut diharapkan proses
(IN WK 02) persalinan berjalan lancar.

dukun, karna posisinya malam semua jadi Kita dengar kadang ada pantang, tapi selama
cari dulu yang dekat , Bidan juga ee jarang istriku hamil tidak ada.
jarang juga tidur di puskesmas jadi kita (IN WK 02)
panggil dulu yang dekat datang dukun kita
panggil lagi bidan. Di kasi mandi umur 7 bulan dengan doa-
(IN WK 04 ) doanya supaya saat dia melahirkan itu tidak
sakit. Namanya wadungkalabu,kalau sudah
Dari jawaban diatas diketahui rasa mau lahir kita tiup kepalanya
pemeriksaan kehamilan pada bidan telah (IN SP 06)
menjadi rutinitas sebagaimana periksa pada
dukun, atau dengan kata lain mereka telah ee di ajarkan juga orang tua, kalau ada
memanfaatkan layanan persalinan oleh bidan, kesalahan kita minta maaf juga dengan suami
sama orang tua juga kita keluarkan mi disitu
terkecuali bulin keluarga dari desa Sandang semua ee kalau sudah selesai sudah selesai mi
Pangan. Hal ini dilakukan karena adanya kita keluarkan uneg-uneg kita buang ludah
kemudahan dari segi jarak dan biaya, juga bersamaan kita buang jagung tadi 3 kali. nda
manfaat yang tidak didapat dari dukun.. lama begitu langsung lahir mi anak.
Namun tidak demikian pada saat persalinan (IN WA 03 )
sebagian besar ibu lebih memilih memanggil
dukun, dan bidan dipanggil jika terjadi
56
Kebiasaan lain yang diungkapkan oleh mereka tidak tinggal disini ,mereka hanya
bulin dukun dari desa Sandang Pangan yaitu, siang tapi balik lagi di Bau Bau jadi nanti
bahwa seorang bayi baru lahir tidak boleh sekarang pi belum lama baru datang entah mo
keluar rumah sebalum mencari hari hari malam siang mereka datang tapi mereka tidak
baik, dan biasanya dilakukan pada usia 3 bulan tinggal di sini to .
(IN WK 01)
keatas. Kebiasaan ini mengakibatkan bayi
tidak mendapatkan imunisasi BCG, Hepatitis Namun demikian saat bersalin, sebagian besar
dan Polio yang diberikan pada usia sebelum I informan mengatakan bidan tidak berada di
bulan dan umumnya dilakukan di Posyandu. tempat sehingga mereka beralih ke dukun,
Dari hasil penulusuran di lapangan ditemukan dimana biaya bersalin pada dukun
masih banyak bayi dan balita yang tidak dirasakanlebih murah dan terjangkau terutama
mendapatkan imunisasi pada umur kurang dari untuk pasien non Jamkesmas.
3 bulan. Dengan kondisi ini tentu perlu ada
tindak lanjut dari pemerintah khususnya di Hasil Wawancara Dengan Tokoh
wilayah Sandang Pangan yang masih kental Masyarakat (Toma) ,Tokoh Agama (Toga)
dalam menjaga adat dan tradisi. Walaupun dan Kader Kesehatan
terasa sulit karena menyangkut tradisi dan Hasil wawancara dari aspek pengetahuan
kepercayaan masyarakat tetapi perlu untuk dapat katakan bahwa sebagian besar para
dicarikan solusi, dan ini tentu tidak hanya bisa tokoh ini memiliki pemahaman yang baik
dilakukan oleh bidan dan kepala puskesmas, tentang persalinan tenaga kesehatan. Untuk
selayaknya Dinas Kesehatan dan pPemkab aspek sikap atau pandangan tentang kehamilan
harus menindak lanjuti permasalahan ini. dan persalinan seluruh informan berpendapat
sebaiknya ibu hamil diperiksa oleh bidan dan
dukun, dengan alasan bidan dari segi obat
Ketersediaan dan Keterjangkauan Layanan
obatan dan dukun untuk pijat.
Persalinan Tenaga Kesehatan
Dari hasil wawancara diketahui bahwa Demikian juga pendapat tentang penolong
posyandu yang berada di tiap desa adalah persalinan, hampir seluruh informan
tempat layanan kesehatan yang paling sering berpendapat sebaiknya ditolong bidan dan
dikunjungi ibu hamil dalam rangka dukun, karena mengingat dukun adalah
memeriksan kehamilan. Hal ini juga didukung penolong tradisional yang selama ini
kemudahan dari sisi jarak dan biaya, dimana menolong persalinan di desa mereka serta
untuk periksa hamil tidak dipungut biaya bidan dari sisi modern. Pada aspek sikap
(gratis). Selain itu seluruh informan menilai tentang bidan sebagai penolong yang paling
aman, seluruh informan setuju bahwa bidan
bahwa fasilitas layanan kesehatan berada dekat
yang paling aman karena bidan memiliki
tempat tinggal mereka sehingga mudah
pengetahuan, obat dan alat yang lengkap.
dijangkau, walaupun ada diantara mereka yang
Terkait dengan pertanyaan tentang kelebihan
belum pernah menggunakannya, misalnya
bidan, seluruh informan mengatakan karena
pasangan bulin keluarga dari desa Sandang
bidan memiliki kemampuan teknis serta obat
Pangan, alasannya karena tidak punya biaya
obatan sedangkan kelebihan dukun lebih
dan merasa jarang sakit, kalaupun sakit
karena alasan non teknis yaitu satu bahasa,
mereka hanya mengobati menggunakan air
satu budaya dan juga karena faktor kebiasaan.
doa dari dukun atau yang dibuat sendiri oleh
Sementara para bidan di Wakaokili adalah
suami.
Pokoknya kalau di rongi itu sakit tidak pake
bukan warga asli desa Wakaokili dan
obat,pokoknya kita bicara saja kesalahan ini umumnya masih berusia muda yakni 30 40
dari siapa. tahun.
(IN SP 06)
mengapa lebih senang karena dukunnya itu
Di kasih air air doa rata-rata keluarga, dalam artian kalau
(IN SP 05) keluarga yang tolong seakan akan satu
bahasa,satu budaya satu ciri jadi masyarakat
Iya karena jarang bidannya ada maksudnya tidak ada rasa malu. Adapun bidan biasanya
57
orang luar,tidak mengerti bahasa daerah jadi Kalau mengusul pernah, misalnya lewat pak
mereka kurang berkomunikasi ,yang kedua Bupati, misalnya tentang perawat yang 1 orang
juga mungkin karena mereka itu hidupnya untuk 2 desa dan bidan satu untuk 4 desa, jadi
alami berbeda dengan bidan sehingga mereka biar bagaimana kalau 1 orang untuk 4 desa tentu
kurang memilih bidan. akan sulit jadi kita biasa usul untuk penambahan
(IN WK 07) tenaga bidan dan perawat
Mengenai praktek pemanfaatan (IN HD 07)
layanan Persalinan, menurut para tokoh ini ,
sebagian besar ibu hamil memang Kebutuhan Terhadap Layanan Persalinan
memeriksakan diri pada dukun dan juga rutin Hasil wawancara diketahui masyarakat
ke Posyandu. Namun saat melahirkan pihak di wilayah kerja Puskesmas Wakaokili
yang dihubungi adalah dukun karena dukun menginginkan dukun sebagai penolong
tinggal dan menetap di kampung, sehingga persalinan dengan berbagai alasan yang
paling mudah dijangkau. Selain itu masyarakat melatar belakangi seperti kedekatan pribadi
juga lebih memilih dukun karena ada keragu dan juga hal obyektif seperti kemudahan untuk
raguan dari segi biaya, walaupun mereka telah dijangkau. Pada sisi lain bidan umumnya
memiliki kartu Jamkesmas. Hal ini belum dikenal karena tidak tinggal dan
dikarenakan selama ini untuk pemeriksaan menetap di desa dan juga bukan penduduk asli
umum di Puskesmas terkadang masyarakat Wakaokili. Hasil ini juga sesuai dengan
masih harus mengeluarkan biaya tambahan pendapat bidan dan kepala puskesmas yang
walaupun memiliki kartu Jamkesmas. mengatakan bahwa masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas Wakaokili lebih memilih
Dukungan Tokoh Masyarakat, Tokoh dukun sebagai penolong persalinan.
Agama dan Kader Kesehatan Terhadap
Peningkatan Pemanfaatan layanan ya di dukun saja. Karena diurut juga,
Persalinan Tenaga Kesehatan baru dia ada terus. Kalau bidankan ada juga
Para Tokoh masyarakat ini mendukung yang kita tidak kenal, kalau dukunkan sudah
sepenuhnya agar masyarakat mau bersalin kita kenal.
pada bidan, tetapi tanpa mengabaikan peran (IN WK 03)
dukun yang selama ini berjasa menolong
persalinan di desa. Oleh karena itu pada setiap Hasil penelitian Dwilaksono dan Hidayati
kesempatan mereka selalu menghimbau agar (2007) di Pamekasan Madura, diketahui bahwa
ibu hamil dan bersalin untuk memanggil lebih dari 50% ibu menginginkan dukun
dukun dan bidan. Selain itu bila anda sebagai penolong persalinan dengan alasan
kesempatan bertemu dengan Kepala Daerah sudah kenal dekat dan sudah berpengalaman.
mereka selalu meminta tambahan tenaga Penelitian ini juga menemukan bahwa faktor
kesehatan terutama tenaga bidan khususnya yang mempengaruhi need terhadap
di desa Hendea, karena sejak 2 tahun terakhir pertolongan persalinan adalah adanya sikap
pustu di desa Hendea tidak aktif, dan sampai dan keyakinan terhadap dukun. (Dwilaksono
saat ini belum ditindaklanjuti. dan Hidayati, 2007)
Saya kalau untuk di mintai pendapat oleh Dari temuan diatas dapat disimpulkan
masyarakat tidak pernah,hanya saya yang peranan dukun dalam kehamilan dan
meminta kepada masyarakat agar supaya kalau persalinan sangat besar, oleh karenanya akan
bisa melaksanakan dua alternatif ,antara bidan sangat tepat jika dukun yang ada diberdayakan
dan dukun,saya tidak terus melarang masyarakat dan ditingkatkan kemampuannya terutama
untuk menggunakan dukun karena menurut saya dalam hal sterilisasi alat dan tempat persalinan
sebagai kepala desa,memang masyarakat itu melalui program dukun latih agar hak
juga sukses dengan pertolongan dukun, tapi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
dengan adanya kemajuan jaman sekarang yang bersih dan aman dapat terpenuhi
alangkah baiknya juga selain periksa di dukun
(Anggorodi, 2009). Data di Pukesmas
juga harus di imbangi juga dengan ke bidan.
(IN WK 07)
Wakaokili tahun 2009 terdapat 15 orang dukun
dengan status dukun terlatih 7 orang dan
58
dukun tidak terlatih 8 orang (Puskesmas berlangsung yaitu sekitar tahun 2005, sehingga
Wakaokili, 2010). Dari hasil wawancara alat-alat yang diberikan telah rusak terutama
dengan dukun diketahui bahwa pelatihan yang handscon.
diberikan terhadap dukun sudah cukup lama

Rencana Tindak Lanjut Dalam Rangka Peningkatan Pemanfaatan Layanan Persalinan


Tenaga Kesehatan

No Konteks Upaya
1 Presdisposing
a. Masyarakat tidak mengenal bidan Bidan harus tinggal dan menetap didesa agar terjalin
didesanya komunikasi dan terbina keakraban dengan warga binaanya.

b. Pemahaman masyarakat akan Memberikan penyuluhan yang intensif tentang persalinan


persalinan yang aman dan bersih yang bersih dan aman, dapat dirangkaikan dengan kegiatan
masih sangat minim arisan desa dan posyandu yang dilaksanakan tiap bulan

c. Masyarakat berpendapat sebaiknya Bidan harus meningkatkan pelayanan kehamilan dengan


bidan dan dukun yang memeriksa mengunjungi ibu ibu hamil yang tidak rutin periksa hamil.
kehamilan Selain itu dukun juga perlu diberi pembinaan dan pelatihan
tentang cara pemeriksaan pada ibu hamil yang aman.

d. Masyarakat berpendapat persalinan Bidan harus mau memberikan pelayanan persalinan dengan
sebaiknya dilakukan di rumah karena mendatangi rumah ibu bersalin dan juga mengijinkan suami
ada keluarga yang menemani dan keluarga untuk mendampingi ibu selama proses
persalinan

e. Masyarakat berpendapat sebaiknya Bidan harus lebih intensif mengadakan pendekatan dengan
persalinan ditolong oleh dukun karena masyarakat, agar mereka menjadi terbiasa dengan keberadaan
sudah kebiasaan, dan bila terjadi dan pelayanan yang diberikan bidan
penyulit baru memanggil bidan

f. Masyarakat yakin doa doa yang Dalam memberikan layanan persalinan bidan dapat
dilafalkan dukun dapat memperlancar melibatkan dukun untuk member air doa - doa atau tidak
proses persalinan melarang ibu untuk mengkonsumsi air doa doa dari dukun.
hal ini untuk memberikan ketenangan pada ibu

g. Pengambil keputusan dalam memilih Peningkatan pengetahuan tidak hanya dilakukan pada ibu
penolong persalinan adalah ibu, suami tetapi juga pada suami dan keluarga ibu bersalin
dan keluarga

h. Bagi masyarakat, lancar tidaknya Peningkatan pengetahuan tentang hal hal yang
persalinan ditentukan oleh perbuatan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janin yang
suami dan istri dikandungnya.

2 Enabling
a. Masyarakat menganggap untuk Bidan harus menyediakan waktu lebih banyak untuk
periksa hamil sangat mudah karena mengunjungi yang bekerja dikebun. Untuk itu perlu
dilakukan tiap bulan di posyandu dan dukungan pemda untuk menyediakan insentif tambahan
juga tidak dipungut biaya. Namun
demikian masih ada yang tidak periksa
karena harus bekerja dikebut
No Konteks Upaya
b. Posyandu adalah fasilitas layanan Meningkatkan kualitas layanan di posyandu khususnya dalam
yang paling sering dikunjungi ibu hal KIE tentang kehamilan dan persalinan
hamil
c. Masyarakat lebih memilih dukun Bagi pasien jamkesmas harus diusahakan agar seluruhnya
karena biayanya lebih murah dan bersalin di bidan, untuk itu bidan harus melakukan kunjungan
karena dukun selalu ada didesa rumah pada ibu hamil trimester 3. Sedangkan bagi pasien non

59
jamkesmas perlu ada kebijakan untuk pembebasan biaya
persalinan karena Jampersal belum memecahkan masalah
3 Reinforcing
a. Toma dan toga didesa Wakaokili dan Pertemuan dan penyuluhan juga dilaksanakan di desa Hendea
Waangu-angu rutin menggelar dan Sandang Pangan, untuk itu perlu dikoordinir oleh
pertemuan bulanan untuk penyuluhan puskesmas. Selain itu bidan dan kepala puskesmas wajib
masalah kesehatan yang dirangkai menghadiri pertemuan bulanan.
dengan arisan desa

b. Para kader rutin mengunjungi ibu-ibu Peningkatan peran kader melalui peningkatan pengetahuan
hamil untuk mengingatkan jadwal dan insentif. untuk itu perlu dukungan pemda dalam
posyandu penyediaan tambahan insentif bagi kader kesehatan.

c. Baik tidak melakukan supervisi atau Pemda perlu mengingkatkan porsi anggara KIA dan jangan
kunjungan ke puskesmas bermasalah hanya menganggap masalah KIA hanya urusan pusat
karena keterbatasan anggaran

Masyarakat menginginkan dukun sebagai Menjalin kerja sama dengan dukun, serta memberikan
4 penolong persalinan peningkatan keterampilan bagi dukun terutama dalam hal
sterilisasi dan deteksi dini perrsalinan

Tindak Lanjut Untuk Meningkatkan memiliki beberapa permasalahan khas, yang


Pemanfaatan Layanan Persalinan Tenaga tidak ditemukan di desa lain. Adapun upaya
Kesehatan di Desa Sandang upaya tambahan tersebut meliputi:
Untuk desa Sandang Pangan perlu
dilakukan upaya tambahan mengingat desa ini

No Konteks Upaya
1 Pasangan bulin keluarga berpendapat ibu Mendata dan melakukan pembinaan khusus bagi keluarga yang
hamil tidak perlu memeriksakan diri saat selama ini tidak pernah memeriksakan diri ke posyandu
hamil melalui kunjungan rutin oleh petugas kesehatan dan
peningkatan pengetahuan tentang persalinan dan kehamilan.
untuk itu perlu pemda perlu memikirkan pendanaannya, karena
tidak mungkin mengharapkan dana dari BOK ataupun
Jamkesmas.

2 Pasangan bulin keluarga berpendapat Meningkatkan frekuensi kunjungan rumah oleh bidan pada
sebaiknya persalinan dilakukan sendiri trismester 3, agar ibu menjadi terbiasa oleh kehadiran bidan.
di damping suami dan dukun hanya Disamping itu perlu melakukan pembinaan pada dukun tentang
untuk memotong ari ari cara memotong dan merawat tali pusat

3 Pasangan bumil dukun tidak pernah Pada musim tanam bidan harus mau melakukan kunjungan
memeriksakan diri ke posyandu dan pada ibu ibu hamil yang berada di kebun. Untuk itu perlu
fasilitas ke sehatan lainnya, karena sibuk kerja sama dengan kader dan dukun dalam upaya pemantauan
di kebun yang berkelanjutan.

4 Masyarakat percaya bahwa bayi baru Peningkatan pengetahuan tentang imunisasi serta Petugas
lahir tidak boleh keluar rumah sebelum imunisasi harus melakukan imunisasi dor to dor , untuk itu
usia 4 bulan perlu tambahan insentif bagi juru imunisasi di desa Sandang
pangan

Puskesmas Wakaokili karena bidan


tidak tinggal didesa dan juga
masyarakat sering di kebun
KESIMPULAN b. Pemahaman informan tentang
1. Konteks Presdisposing persalinan tenaga kesehatan masih
a. Sebagian besar informan tidak minim, karena pendidikan yang
mengenal bidan yang bertugas di
60
rendah dan juga jarang berkomunikasi
dengan bidan DAFTAR PUSTAKA
c. Sebagian besar informan berpendapat 1. Anderson, R.M., Revisiting the Behavioral
periksa hamil pada bidan dan dukun, Modal and Acces to Medical Care : Does
serta bersalin pada dukun dengan it matter?. Journal of Health and Sosial
alasan karena bidan memiliki Behavior. 1995.
pengetahuan dan obat obatan serta 2. Anggorodi, R. Dukun Bayi Dalam
dukun untuk pijat dan membuat air Persalinan Oleh Masyarakat di Indonesia.
doa doa yang dapat membantu Jurnal Makara Kesehatan No. 13 Edisi
proses persalinan, terkecuali pasangan Juni 2009.
bulin keluarga. 3. Departemen Kesehatan R.I., Angka
d. Saat hamil sebagian besar bumil Kematian Ibu Melahirkan. Departemen
periksa ke dukun untuk pijat dan minta Kesehatan R.I., Jakarta, 2009.
air doa, serta ke bidan untuk minta 4. Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi
obat dan vitamin, tetapi bersalin pada Tenggara, Profil Kesehatan Propinsi
dukun. Sulawesi Tenggara Tahun 2009. Dinas
e. Untuk memperlancar persalinan bukan Kesehatan Sulawesi Tenggara. Kendari,
ditentukan oleh penolong tetapi oleh 2010.
perbuatan suami istri. Menurut warga 5. Dinas Kesehatan Kabupaten Buton, Profil
desa Sandang Pangan bayi baru lahir Kesehatan Kabupaten Buton tahun 2009.
tidak boleh keluar rumah sebelum Dinas Kesehatan Kabupaten Buton.
berusia 3 - 4 bulan sehingga bayi tidak Pasarwajo, 2010.
diimunisasikan. 6. Dwilaksono, A dan Hidayati, E., Upaya
2. Konteks Enabling Peningkatan Persalinan Tenaga
a. Saat persalinan masyarakat sulit Kesehatan Berdasarkan analisis Need dan
memperoleh layanan bidan karena Demand. Balitbangkes Surabaya,
bidan selalu tidak ada saat dibutuhkan Surabaya, 2007.
terutama pada malam hari. Bahkan 7. Eryando. T., Alasan Pemeriksaan
walaupun telah ada sistem piket di Kehamilan dan Pemilihan Penolong
Puskesmas oleh bidan Persalinan. Jurnal Administrasi Kebijakan
b. Biaya bersalin oleh bidan dirasa sangat Kesehatan, Volume 6 Edisi Januari 2008.
tinggi (mahal) jika dibanding biaya 8. Green, L.W. and Kreuter, M.W., Health
bersalin pada dukun Promotion Planning An Educational and
3. konteks Reinforcing Enviromental Approach. Mayfield PC,
a. Menurut para tokoh masyarakat dan London, 2000.
kader kesehatan, masyarakat enggan 9. Joyomartono, M., Pengantar Antropologi
untuk bersalin di bidan karena Kesehatan. UNNES Press, Semarang,
kurangnya pemahaman tentang 2004.
kesehatan, adanya keragu raguan 10. Notoatmodjo, Prilaku Kesehatan. Rineka
akan biaya dan juga karena petugas Cipta, Jakarta , 2005.
kesehatan kurang melakukan 11. Puskesmas Wakaokili, Profil Kesehatan
pendekatan terhadap masyarakat. Puskesmas Wakaokili 2010. Buton, 2011.
b. Para tokoh masyarakat selalu memberi
penyuluhan dan menghimbau kepada
masyarakat untuk bersalin pada bidan
dan dukun.
4. Informan memilih ditolong oleh dukun
karena sudah kenal dekat, selalu ada saat
dibutuhkan, adanya pengalaman persalinan
pada dukun yang lebih banyak, serta biaya
yang terjangkau.

61

Anda mungkin juga menyukai