43 38 1 SM PDF
43 38 1 SM PDF
Abstract
Design of services and health protection for mothers and children in Banyumas directed by a
strategic policy to reducing Maternal Mortality Rate (MMR) and Infant Mortality Rate (IMR). In its
implementation, especially in Maternal Mortality, the policies were still exceeded the target of
Millennium Development Goals (MDGs). In the term of legal protection, the policy not mention the
sanction and its influence the implementation that not optimal. But if there are omissions or errors
that indicated malpractice will be subject by criminal, civil, administrative and ethics sanctions.
Key words: health service, legal protection, maternal and child health
Abstrak
Desain pelayanan dan perlindungan kesehatan bagi ibu dan anak di Kabupaten Banyumas diarahkan
melalui kebijakan strategis dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Anak (AKA). Dalam realisasinya, kebijakan yang diterapkan, khususnya kematian ibu di Kabupaten
Banyumas masih melampaui target capaian Millenium Development Goals (MDgs). Adapun dalam
aspek perlindungan hukumnya, belum diatur dalam kebijakan sehingga berdampak pada pelaksanaan
kebijakan yang belum optimal. Namun jika ada kelalaian atau kesalahan yang terindikasi malpraktik
akan dapat dikenakan sanksi pidana, perdata, administrasi maupun etika.
Kata kunci : pelayanan kesehatan, perlindungan hukum, kesehatan ibu dan anak
yang layak. Pencantuman hak terhadap pela- bijakan kesehatan.2 Bentuk kebijakan inilah
yanan kesehatan tersebut, tidak lain bertujuan yang akan mengantar pada paradigma healthy
untuk menjamin hak-hak kesehatan yang fun- public policy dalam format otonomi daerah.
damental seperti tertuang dalam Declaration of
Human Right 1948, bahwa health is a funda- Permasalahan
mental human right. Selain itu, terdapat juga Ada dua permasalahan yang hendak diba-
serangkaian Konvensi Internasional yang ditan- has dalam artikel/hasil penelitian ini. Pertama,
datangani Pemerintah Indonesia, yaitu Undang- mengenai implementasi kebijakan atas pelaya-
Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi nan kesehatan Ibu dan Anak di Kabupaten Ba-
Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskrimi- nyumas; dan kedua mengenai bentuk perlindu-
nasi terhadap Perempuan, kesepakatan Konfe- ngan hukum atas implementasi kebijakan pe-
rensi Internasional tentang Kependudukan dan layanan kesehatan Ibu dan Anak di Kabupaten
Pembangunan di Kairo, Mesir, tahun 1994, dan Banyumas.
Konferensi Dunia keempat tentang Perempuan
di Beijing tahun 1995. Adapun mengenai pem- Metode Penelitian
bangunan kesehatan nasional diatur dalam Un- Tulisan ini didasarkan pada kajian medi-
dang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kolegal (medicolegal study) yaitu suatu kajian
Kesehatan. terhadap permasalahan berkaitan dengan ilmu
Secara spesifik, pemerintah mengatur kesehatan melalui hukum positif yang berlaku.
hak atas pelayanan dan perlindungan kesehatan Adapun tipe penelitian yang digunakan adalah
bagi ibu dan anak di dalam Pasal 126 dan Pasal yuridis sosiologis (socio legal research) melalui
131 UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. pendekatan kualitatif dan dianalisis dengan mo-
Adapun dalam desain pelaksanaannya, hak ter- del content analysis dan comparative analysis.
sebut diarahkan melalui kebijakan strategi dan Pencarian data primer dilakukan dengan wa-
aktivitas untuk menurunkan Angka Kematian wancara yang ditujukan pada informan dengan
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Anak (AKA), anta- menggunakan model in depth interview. Selain
ra lain melalui peningkatan program upaya ke- itu digunakan metode kepustakaan dan doku-
sehatan perorangan, program upaya kesehatan menter dalam pencarian data sekunder. Keab-
masyarakat, program pencegahan dan pembe- sahan data diperoleh dengan menggunakan mo-
rantasan penyakit dan program promosi kese- del triangulasi sumber. Secara teknis, informan
hatan. sasaran ditentukan melalui purposive sampling
Mencermati hal di atas, pemantapan sis- yang meliputi Kepala Bidang Pelayanan Ke-
tem kesehatan dimaksudkan untuk menjamin sehatan, Kepala Seksi Kesehatan Ibu dan Anak,
akses terhadap intervensi yang cost effective Kepala Bidang Program Kesehatan Dinas Kese-
berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas, hatan Kabupaten Banyumas dan 2 (dua) orang
memberdayakan wanita, keluarga dan masya- petugas Puskesmas, khusus di bagian Kesehatan
rakat melalui kegiatan yang mempromosikan Ibu dan Anak.
kesehatan ibu dan bayi baru lahir dan menja-
min agar kesehatan maternal dan neonatal di- Pembahasan
promosikan dan dilestarikan sebagai prioritas Implementasi Kebijakan Pelayanan Kesehatan
program pembangunan nasional. Hal ini ber- Ibu dan Anak di Kabupaten Banyumas
makna bahwa dalam mempromosikan kesehat- Pembangunan kesehatan di tingkat dae-
an diperlukan pemahaman dan analisis kebu- rah didasarkan pada kebijakan yang secara hie-
tuhan yang tepat sasaran, sehingga nantinya rarkis mengacu pada peraturan perundang-un-
akan mempengaruhi kebijakan sosial dan ke-
2
Oedojo Soedirham, Promosi Kesehatan Sebagai
Kebijakan Sosial, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat, Vol 10 No. 3 Juli 2007, hlm.
273
Hak Atas Pelayanan dan Perlindungan Kesehatan Ibu dan Anak (Implementasi Kebijakan di Kabupaten Banyumas) 263
dangan dan diimplementasikan dalam bentuk Mendasarkan pada hal tersebut di atas,
program kerja. Di tingkat daerah, bidang kese- dan dihubungkan dengan masalah penelitian,
hatan merupakan salah satu urusan wajib yang maka terdapat 3 (tiga) indikator yang telah di
harus dilaksanakan. Penyelenggaraan urusan rumuskan dalam kebijakan yang termaktub da-
wajib merupakan perwujudan otonomi yang lam bentuk program kerja Dinas Kesehatan Ka-
pada intinya adalah pengakuan/pemberian hak bupaten Banyumas, yang meliputi Kebijakan
dan kewenangan.3 Kebijakan tersebut diperlu- penurunan angka kematian ibu dan anak; Kebi-
kan dalam rangka memberikan wewenang yang jakan peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan
luas guna menciptakan efektivitas Pemerintah anak; dan Kebijakan peningkatan pemberian
Daerah dalam melayani kepentingan masyara- ASI eksklusif dan perbaikan gizi (ibu dan anak).
kat setempat. Oleh karena itulah, Dinas Kese- Implementasi kebijakan mengenai penurunan
hatan sebagai bagian dari instansi daerah diha- angka kematian ibu dan anak disajikan dalam
ruskan untuk melakukan upaya untuk lebih me- matriks di bawah ini.
ningkatkan dukungan eksekutif dan legislatif Matriks 1. Kebijakan penurunan angka kemati-
agar program kesehatan ibu dan anak menjadi an ibu dan anak.
program prioritas.4 Rencana Realisasi Kebijakan Hasil Kebijakan
Kebijakan
Hubungannya dengan desentralisasi kese- Pemda/
hatan, dalam lampiran Kepmenkes Nomor: 004/ Dinkes
MENKES/SK/I/2003 ditegaskan bahwa tujuan Perencana Memberikan pelayan- Pada dasarnya, ang-
an persali- an secara promotif, ka kematian dalam
desentralisasi di bidang kesehatan adalah me- nan & pe- preventif dan kuratif. persalinan & kema-
wujudkan pembangunan nasional di bidang ke- nurunan Dari aspek promotif tian ibu yang ingin
angka ke- dilakukan kegiatan be dicapai Kab. Banyu-
sehatan yang berlandaskan prakarsa dan aspi- matian ibu rupa penyuluhan ke- mas adalah kurang
rasi masyarakat dengan cara memberdayakan, hamilan sehat, pe- dari 100 per 100.000
nyuluhan persalinan kelahiran hidup, bah
menghimpun, dan mengoptimalkan potensi aman. kan target Jawa Te-
daerah untuk kepentingan daerah dan prioritas Aspek preventif beru- ngah kurang dari 60/
pa pencegahan pe- 100.000 kelahiran hi
nasional dalam mencapai Indonesia Sehat. Sa- nyakit-penyakit me- dup. Namun di Kab.
lah satu kebijakan yang didesentralisasi adalah nular, pemberian kap Banyumas terdapat
sul vit. A untuk meng- 35 kasus kematian
kebijakan pelayanan kesehatan ibu dan anak. atasi gangguan pada ibu yaitu 123,9/100.
Tujuan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) saat melahirkan anak, 000 kelahiran hidup.
pemberian kapsul yo- Angka kematian ibu
adalah meningkatkan kemandirian keluarga da- dium guna menganti- tersebut masih dika-
lam memelihara kesehatan ibu dan anak. Dalam sipasi gangguan keku- tegorikan tinggi. Ter
rangan gizi (seperti di dapat faktor yang
keluarga, ibu dan anak merupakan kelompok Desa Kedung Ban- mempengaruhi yaitu
yang paling rentan dan peka, terhadap berbagai teng). Adapun untuk 3T, keterlambatan
ibu hamil, khususnya mendatangkan per-
masalah kesehatan, seperti kejadian kesakitan untuk gangguan ane- tolongan dari tenaga
(morbiditas) dan gangguan gizi (malnutrisi), mia diberikan tablet pelayan kesehatan,
tambah darah, dan di terlambat karena da
yang seringkali berakhir dengan kecacatan lakukan secara inten- erah geografis yang
(disability) atau kematian (mortalitas). sif pemeriksaan keha- jauh (ex:dari daerah
milan minimal 4 kali Lumbir dan Gumelar
selama kehamilan. terlambat mencapai
Aspek kuratifnya be- fasilitas kesehatan),
rupa pertolongan per- terlambat mengam-
3 salinan dan penata- bil keputusan.
Ratih Ariningrum, NK Aryastatmi, Studi Kualitatif
laksanaan komplikasi.
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi
Setelah Penerapan KW-SPM Di Kabupaten Badung, Menurun- Melakukan sosialisasi Tahun 2010, jumlah
Tanah Datar, Dan Kota Kupang, Buletin Penelitian kan angka & perbandingan keun- persalinan DT di Kab
Sistem Kesehatan Pusat Humaniora Kebijakan tempat tungan dan kerugian Banyumas 209 (0,72)
Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat, Vol 11 No. 1 bersalin di persalinan di rumah dan jumlah persalin-
Januari 2008, hlm. 33 rumah ba- dengan di sarana ke- an DTT 12 (0,04).
4
Suci Wulansari, Sugeng Rahanto dan Umi Muzakiroh, gi ibu ha- sehatan serta mem- Walaupun demikian,
Studi Pelaksanaan Kerja Sama Lintas Sektor Dalam mil promosikan kegiatan kematian ibu masih
Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak, Media Penelitian sayang ibu di tempat tinggi dan persalinan
dan Pengembangan Kesehatan Badan Penelitian dan layanan tenaga kese- oleh tenaga keseha-
Pengembangan Kesehatan Jakarta, Vol 18 No. 2 2008, hatan pemerintah tan masih belum me
hlm. 95 ataupun swasta menuhi target 100%
264 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 12 No. 2 Mei 2012
perbaikan gizi. Namun terkait dengan program Secara garis besar, kebijakan dalam ben-
penurunan kematian ibu, kebijakan tersebut tuk program kerja tahunan di Kabupaten Ba-
belum dapat terealisir dan belum teridentifi- nyumas didasarkan oleh kewenangan yang dide-
kasi manfaatnya. Hal ini tergambarkan dengan sentralisasikan ke daerah. Hal ini memberikan
terdapatnya 35 kasus kematian ibu yaitu 123,9/ makna bahwa pembuat kebijakan di daerah
100.000 kelahiran hidup; dan ketiga, isi kebija- adalah pihak eksekutif dengan maksud untuk
kan telah menciptakan perubahan, namun be- mensejahterakan masyarakat di wilayahnya.
lum sepenuhnya terealisir karena belum terpe- Permasalahannya adalah, pembuat kebijakan
nuhinya capaian target dalam MDGs. Untuk tidak melakukan evaluasi pencapaian atas ke-
pemberian ASI eksklusif dan perbaikan gizi ser- giatan yang direncanakan dan yang telah dilak-
ta peningkatan kesehatan anak telah meingkat sanakan sehingga cenderung belum memberi-
dan telah mencapai target MDGs. Namun untuk kan perlindungan hukum secara optimal atas
kematian ibu belum memenuhi target MDGs. hak kesehatan masyarakat. Tentu saja aturan
Hal ini terlihat secara jelas dengan fluktuatif- main seperti ini tidak menjadi fair karena ma-
nya jumlah kematian ibu di Kabupaten Banyu- syarakat hanya dijadikan sebagai obyek pela-
mas dari tahun ke tahun. Pada 2009 terdapat yanan tanpa mempunyai peranan yang me-
147,14/100.000 sedangkan pada 2010 terdapat nentukan.6 Karena itulah, kebijakan yang di-
123,9/100.000, sedangkan target MDGs adalah bentuk cenderung bersifat otonom dan tidak
100/100.000 kelahiran hidup; akuntabel, sebab bermuara pada kepentingan
sepihak tanpa melibatkan kebutuhan riil dari
Lingkungan Implementasi (Context of Imple- penggunanya.7
mentation) Hakikatnya, pelayanan kesehatan yang
Berdasarkan analisis dari isi kebijakan, dilakukan oleh tenaga medis diarahkan pada
jenis program yang dilakukan cenderung ber- aspek keserasian dan keseimbangan atas pe-
manfaat bagi target sasaran, namun letak pro- nanganan dan dampak yang ditimbulkan. Hal-
gram tersebut masih terkonsentrasi di daerah hal ini merupakan inti dari berbagai kegiatan
tertentu dan belum mengakomodiir kepenting- dalam penyelenggaraan praktik medis untuk
an masyarakat yang berada di pinggiran dan mencegah masalah hukum yang timbul dalam
secara geografis jauh dari Pemerintahan (ex. kegiatan tersebut. Namun perlu dicermati bah-
Gumelar dan Lumbir). Selain itu, program ter- wa tidak selalu berarti bahwa seorang dokter
sebut belum didukung oleh sumberdaya yang yang gagal dalam suatu tindakan medis atau
memadai. Hal ini dapat dimaknakan bahwa terapinya yang berakibat negatif (cedera/ke-
keberhasilan kebijakan atau program juga ha- matian) dapat dipertanggungjawabkan atau
rus dikaji berdasarkan perspektif proses imple- dipersalahkan karena malpraktik medis. Untuk
mentasi dan perspektif hasil. Pada perspektif dapat dipertanggungjawabkan sebagai malprak-
proses, program pemerintah dapat dikatakan tik harus dibuktikan adanya unsur-unsur kesa-
berhasil jika pelaksanaannya sesuai dengan pe- lahan yang meliputi kesengajaan (malpraktik
tunjuk dan ketentuan pelaksanaan yang dibuat murni) atau kelalaian dalam menjalankan ke-
oleh pembuat program yang mencakup antara wajibannya sebagaimana ditentukan dalam
lain cara pelaksanaan, agen pelaksana, kelom- standar protest/pelayanan medis dan Standar
pok sasaran dan manfaat program. Sedangkan Prosedur Operasional.8 Hal ini berarti bahwa
pada perspektif hasil, program dapat dinilai
berhasil manakala program membawa dampak 6
Bambang Wicaksono Triyanto, Citizen Charter dan
dan dirasionalisasikan dengan lingkungan, ke- Reformasi Birokrasi, Jurnal Kebijakan dan Adminis-
butuhan dan kemampuan dari pelaksana kebi- trasi Publik, Vol 8 No. 2 November 2004, Magister
Administrasi Publik UGM Yogyakarta, hlm. 34
jakan. 7
Lihat Ambar Widaningrum, Pembangunan Kesehatan;
Agenda Yang Tidak serius di Era Otonomi Daerah,
Jurnal Politik dan Manajemen Publik, Vol II (1) Maret
Bentuk Perlindungan Hukum Atas Implemen- 2007, FISIP UGM Yogyakarta, hlm. 243-260
tasi Kebijakan Pelayanan Kesehatan Ibu dan 8
Umi Rozah, Pertanggungjawaban Pidana Dokter Dalam
Anak di Kabupaten Banyumas Malpraktik Medis, Jurnal Masalah-Masalah Hukum Vol
33 No. 3 2004, FH UNDIP, Semarang, hlm. 214-224
Hak Atas Pelayanan dan Perlindungan Kesehatan Ibu dan Anak (Implementasi Kebijakan di Kabupaten Banyumas) 267
perlindungan hukum kesehatan mengandung Pasal 361 KUHP yaitu karena kesalahannya da-
unsur yang sifatnya ekseptional, artinya dalam lam melakukan sesuatu jabatan atau pekerja-
menjalankan tugas profesinya dihadapkan pada annya hingga menyebabkan mati atau luka be-
resiko medis yang tinggi. Oleh karena itu sebe- rat maka akan di hukum lebih berat; Pasal 322
lum dinyakan adanya tindakan yang salah, perlu KUHP tentang Pelanggaran Rahasia Dokter; dan
dilakukan pemeriksaaan awal (medical audit).9 Pasal 346, 347, 348 KUHP tentang Aborsi.
Mencermati pernyataan di atas, setiap
aktivitas tidak bisa lepas dari hak dan kewajib- Perspektif Hukum Perdata
an yang melekat dalam setiap ketentuannya.10 Tenaga medis dianggap bertanggung ja-
Seperti halnya, penyelenggaraan kesehatan ibu wab jika melakukan hal-hal berupa, pertama,
dan anak, jika dalam praktiknya terdapat per- wanprestasi (Pasal 1239 KUHPerdata), dalam
masalahan maka hal tersebut akan menimbul- hal ini pertanggungjawaban yang harus dilaku-
kan perselisihan/konflik dan berimplikasi terha- kan oleh seorang tenaga medis adalah membe-
dap penerapan sanksi terhadap pelanggarnya, rikan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh
yang dapat dikaji dari berbagai perspektif, baik pasien; kedua, perbuatan melawan hukum (Pa-
dari perspektif hukum pidana, hukum perdata, sal 1365 KUHPerdata), dalam hal ini dimaksud-
etika profesi, perlindungan konsumen maupun kan bahwa perbuatan melawan hukum seorang
hukum kesehatan. Berikut penjelasan masing- tenaga medis adalah bertentangan atau tidak
masing perspektif tersebut. sesuai dengan standar profesi, dan pertang-
gungjawaban dokter ditentukan dari adanya
Perspektif Hukum Pidana perbuatan melawan hukum tersebut dengan
Tanggung jawab di sini timbul bila dapat kompensasi ganti kerugian kepada pasien; keti-
dibuktikan adanya kesalahan profesional, misal- ga, kelalaian sehingga mengakibatkan kerugian
nya kesalahan dalam hal diagnosa atau kesa- (Pasal 1366 KUHPerdata), dalam hal ini tenaga
lahan dalam cara-cara pengobatan atau pera- medis dianggap melakukan kelalaian atau ku-
watan. Sehubungan dengan kemampuan ber- rang hati -hati yang tidak sesuai dengan standar
tanggung jawab maka seseorang dapat dikata- yang ditentukan oleh undang-undang, dan te-
kan bersalah atau tidak, ditentukan oleh 3 (ti- naga medis tersebut harus memberikan ganti
ga) faktor yaitu keadaan batin orang yang me- kerugian kepada pasien apabila pasien menga-
lakukan hal tersebut, adanya hubungan batin lami kerugian akibat kelalaian tenaga medis
antara pelaku dengan perbuatan dan tidak ada- tersebut; dan keempat, melalaikan pekerjaan
nya alasan pemaaf. Berkaitan dengan kelalaian sebagai penanggung jawab (Pasal 1367 ayat 3
mencakup dua hal yaitu karena melakukan se- KUHPerdata), dalam hal ini dokter harus ber-
suatu yang seharusnya tidak dilakukan atau ka- tanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan
rena tidak melakukan sesuatu yang seharusnya oleh bawahannya baik oleh asisten yang bukan
dilakukan.11 dokter, maupun dokter asisten atau perawat
Pasal-pasal dalam hukum pidana yang dan lain sebagainya berdasarkan tindakan me-
sangat relevan dalam tanggung jawab pidana dik tertentu, pertanggungjawaban apabila ter-
seorang tenaga medis yang terkait dengan pe- jadi kerugian atas diri pasien dengan memberi-
layanan kesehatan ibu dan anak tercantum da- kan ganti rugi yang diberikan oleh dokter atau
lam Pasal 359 KUHP yaitu karena kesalahannya bawahannya.
menyebabkan orang mati; Pasal 360 KUHP yaitu Berkaitan dengan hal di atas, kompensasi
karena kesalahannya menyebabkan luka berat; dalam pengertian viktimologi adalah berurusan
dengan keseimbangan korban akibat dari per-
9
Boedi Santoso Irianto, Suatu Tinjauan Malpraktik buatan jahat yang merugikan korban, oleh ka-
Dalam Hukum Kesehatan, Jurnal Themis, Vol 2 No. 1
Oktober 2007, FH Universitas Pancasila Jakarta, hlm. 78 rena itu dapat disebut kompensasi atas kerugi-
10
Alexandra Indriyanti Dewi, 2008, Etika dan Hukum -, an phisik, moril, harta benda yang diderita kor-
Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, hlm 135
11
Lihat Setya Wahyudi, Tanggung Jawab Rumah sakit
ban. Bentuk-bentuk pembayaran kepada korban
Terhadap Kerugian Akibat Kelalaian Tenaga Kesehatan pada dasarnya dibagi menjadi lima jenis beru-
dan Implikasinya, Jurnal Dinamika Hukum, Vol 11 No. pa, pertama, ganti kerugian yang berkarakter
3 September 2011, FH UNSOED, hlm. 489-492
268 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 12 No. 2 Mei 2012
perdata dan diputus dalam proses perdata. rupa pengembalian uang atau barang yang se-
Bentuk ganti kerugian semacam ini dikaitkan tara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/
dengan fakta penderitaan korban atau kerugian atau pemberian santunan yang sesuai dengan
korban diakibatkan oleh kejahatan, karena ke- ketentuan peraturan perundangan yang berlaku
jahatan semata-mata dipandang sebagai sera- apabila pasien mengalami kerugian atas tinda-
ngan melawan negara bersifat pidana dan keru- kan medis yang dilakukan tenaga medis.
gian korban dianggap urusan perdata; kedua,
ganti kerugian berkarakter perdata dicampur Perspektif Hukum Kesehatan
dengan karakter pidana dengan putusan dalam Pasal 58 ayat (1) UU No. 36 Tahun 2009
proses pidana sehingga ganti rugi ini dianggap menentukan bahwa:
berkarakter perdata; ketiga, denda yang ber- Setiap orang berhak menuntut ganti rugi
sifat restitusi sebagai kewajiban keuangan bagi terhadap seseorang, tenaga kesehatan,
pembuat atas kerugian korban dalam proses pi- dan/atau penyelenggara kesehatan yang
dana disamping pidana lain yang diputus oleh menimbulkan kerugian akibat kesalahan
peradilan pidana; keempat, kompensasi atas atau kelalaian dalam pelayanan
kesehatan yang diterimanya.
korban kejahatan akan tetapi korban bukan se-
bagai pihak penuntut tetapi hanya sebagai pe- Kemudian Pasal 190, juga menentukan bahwa
mohon dan jika dikabulkan hanya merupakan (1) Pimpinan fasilitas pelayanan kesehat-
bantuan dari negara kepada pemohon; dan an dan/atau tenaga kesehatan yang
kelima, kompensasi terhadap korban sebagai melakukan praktik atau pekerjaan
konsekuensi tanggungjawab negara terhadap pada fasilitas pelayanan kesehatan
warganya sehingga pembayaran wajib dari ne- yang dengan sengaja tidak memberi-
gara dalam hal terjadi kejahatan (the criminal kan pertolongan pertama terhadap
pasien yang dalam keadaan gawat
compensation bill), atau pembayaran sebagai darurat sebagaimana dimaksud da-
tanggungjawab negara, karena negara gagal lam Pasal 32 ayat (2) atau Pasal 85
mencegah kejahatan (the criminal injuries ayat (2) dipidana dengan pidana
compensation). penjara paling lama 2 (dua) tahun
dan denda paling banyak Rp200.000.
Perspektif Etik Profesi 000,00 (dua ratus juta rupiah).
Berdasarkan Kode Etik, apabila terjadi (2) Dalam hal perbuatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mengakibat-
pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh se- kan terjadinya kecacatan atau kema-
orang tenaga medis, maka akan diselesaikan tian, pimpinan fasilitas pelayanan
melalui lembaga Majelis Kode etik yang akan kesehatan dan/atau tenaga kesehat-
memutus adanya pelanggaran etik atau tidak an tersebut dipidana dengan pidana
dari seorang tenaga medis dengan penggolong- penjara paling lama 10 (sepuluh) ta-
an kasus menurut pelanggaran ringan, sedang hun dan denda paling banyak Rp
1.000.000.000,- (satu miliar rupiah).
dan berat.
Berdasarkan kelima perspektif di atas,
Perspektif Perlindungan Konsumen
perlindungan kepada masyarakat terutama di-
Tujuan diberlakukannya UU No. 8 Tahun
berikan kepada pihak pasien dan keluarga pa-
1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah
sien yang mengalami kerugian, hal tersebut
untuk mewujudkan keseimbangan perlindungan
berkaitan dengan perbuatan melawan hukum
kepentingan konsumen dan pelaku usaha se-
berupa kesalahan atau kelalaian yang dilakukan
hingga tercipta kepastian hukum bagi kedua-
oleh tenaga medis. Berdasarkan hal tersebut
nya. Pasal 19 UU No. 8 Tahun 1999 menyebut-
terdapat doktrin yang berlaku dalam Hukum
kan bahwa hubungan tenaga medis dan pasien
Kesehatan yaitu Res Ipsa Liquitur dimana
dikategorikan sebagai hubungan produsen dan
syarat berlakunya doktrin tersebut apabila ke-
konsumen. Pertanggungjawaban tenaga medis
jadian yang dialami oleh pasien dan tenaga me-
dalam UU No. 8 Tahun 1999 berupa kewajiban
dis tersebut tidak biasanya terjadi, kerugian
tenaga medis untuk memberikan ganti rugi be-
Hak Atas Pelayanan dan Perlindungan Kesehatan Ibu dan Anak (Implementasi Kebijakan di Kabupaten Banyumas) 269
tersebut tidak ditimbulkan oleh pihak ketiga, jakan Kesehatan dan Pemberdayaan Ma-
dan bukan kesalahan korban. Konsekuensi dari syarakat, Vol. 11 No. 1 Januari 2008;
doktrin ini dalam Hukum Kesehatan yaitu ada Dewi, Alexandra Indriyanti. 2008. Etika dan Hu-
pembebanan kepada tenaga medis mengenai kum Kesehatan. Yogyakarta:Pustaka Book
proses pembuktian bagaimana terjadinya kela- Publisher;
laian tersebut sesuai standar yang digunakan Irianto, Boedi Santoso. Suatu Tinjauan Mal-
didalam melakukan tindakan medis terhadap praktik Dalam Hukum Kesehatan. Jurnal
pasien. Berkaitan dengan hal tersebut, doktrin Themis, Vol 2 No. 1 Oktober 2007 Fakul-
tas Hukum Universitas Pancasila Jakarta;
ini memiliki beban pertanggungjawaban mutlak
terhadap tenaga medis yang dinyatakan ber- Rozah, Umi. Pertanggungjawaban Pidana Dok-
ter Dalam Malpraktik Medis. Jurnal Ma-
salah.12
salah-Masalah Hukum, Vol 33 No. 3 2004.
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
Penutup Semarang;
Simpulan Soedirham, Oedojo. Promosi Kesehatan Seba-
Pada dasarnya, program pelayanan kese- gai Kebijakan Sosial. Buletin Penelitian
hatan di Kabupaten Banyumas telah ditetapkan Sistem Kesehatan Pusat Humaniora Kebi-
menjadi program prioritas daerah, namun da- jakan Kesehatan dan Pemberdayaan Ma-
lam implementasinya masih belum memenuhi syarakat, Vol 10 No. Juli 2007
sasaran. Faktor yang mempengaruhi berupa ku- Subarsono, AG. 2006. Analisis Kebijakan Publik
rangnya sarana prasarana penunjang kesehat- (Konsep. Teori. dan Aplikasi), Yogyakar-
an, cara pandang masyarakat terhadap pela- ta: Pustaka Pelajar;
yanan kesehatan, kurangnya koordinasi antar- Triyanto, Bambang Wicaksono. Citizen Charter
sektor kesehatan dan kendala geografis. Karena dan Reformasi Birokrasi. Jurnal Kebi-
itu, perencana kebijakan di daerah harus dapat jakan dan Administrasi Publik, Vol 8 No.
2 November 2004. Magister Administrasi
mempertimbangkan aspek kebutuhan sarana-
Publik Universitas Gadjah Mada Yogya-
prasarana riil dari masyarakat. karta;
Tumanggor, Rusmin. Masalah-Masalah Sosial
Saran Budaya Dalam Pembangunan Kesehatan di
Mendasarkan pada hal diatas, maka untuk Indonesia. Jurnal Masyarakat dan Buda-
dapat mengatur tata cara dan standar pene- ya Vol 12 No. 2 2010. Lembaga Ilmu Pe-
rapan kebijakan di bidang kesehatan, khusus- ngetahuan Indonesia, Pusat Penelitian
nya di Kabupaten Banyumas maka seharusnya Kemasyarakatan dan Kebudayaan Jakar-
dibentuk Peraturan Daerah atau Peraturan Bu- ta;
pati yang mengatur pelaksanaan kebijakan pe- Wahyudi, Setya. Tanggung Jawab Rumah Sakit
ningkatan kesehatan ibu dan anak di Kabupaten Terhadap Kerugian Akibat Kelalaian Te-
naga Kesehatan dan Implikasinya. Jurnal
Banyumas. Hal ini dimaksudkan agar kebijakan
Dinamika Hukum Vol 11 No. 3 September
yang diterapkan memiliki payung hukum se- 2011. Fakultas Hukum Universitas Jende-
hingga tercipta fungsi pelayanan kesehatan ral Soedirman Purwokerto;
yang terarah dan mendasarkan pada kepenting- Wulansari, Suci; Sugeng Rahanto dan Umi Muza-
an serta kebutuhan masyarakat di Banyumas. kiroh. Studi Pelaksanaan Kerja Sama Lin-
tas Sektor dalam Peningkatan Kesehatan
Daftar Pustaka Ibu dan Anak, Media Penelitian dan Pe-
ngembangan Kesehatan Vol 18 No. 2
Ariningrum, Ratih, NK Aryastatmi. Studi Kuali- 2008. Badan Penelitian dan Pengembang-
tatif Penyelenggaraan Pelayanan Kese- an Kesehatan Jakarta.
hatan Ibu dan Bayi Setelah Penerapan
KW-SPM Di Kabupaten Badung, Tanah Da-
tar, Dan Kota Kupang. Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan Pusat Humaniora Kebi-
12
Alexandra Indriyanti Dewi, op.cit, hlm 198-204