PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
1.1.1 PT. Bank Niaga Tbk
Gambar 1.1
Logo Bank Niaga
1
1.1.2 PT. Bank Lippo Tbk
Gambar 1.2
Logo Bank Lippo
1.1.3 PT. Bank CIMB Niaga Tbk (Hasil Merger PT.Bank LIPPO, Tbk dan PT.BANK NIAGA,Tbk)
Tanggal 30 September 2005, secara terpisah Khazanah pemilik saham mayoritas CIMB Groups Holding mengakuisisi
kepemilikan mayoritas LippoBank. Lippo Bank dan Bank Niaga mengalami reorganisasi internal pada tanggal 28 Oktober
2008 dalam penerapan Universal Banking. Lippo Bank dan Bank Niaga merger melalui CIMB Group untuk mematuhi
kebijakan Single Presence Policy (SPP) yang diterapkan Bank Indonesia. Perubahan nama dari Bank Niaga menjadi
CIMB Niaga dilakukan pada Mei 2008 ketika Bank Indonesia menyetujui rencana merger , Lippo Bank resmi bergabung
ke dalam CIMB Niaga pada tanggal 1 November 2008
Setelah merger, Khazanah tetap menjadi pemegang saham di Bank CIMB Niaga. PT. Bank CIMB Niaga Tbk dipimpin
oleh Dewan Komisaris dan Dewa Direksi dari jajaran Komisaris dan Direksi Bank Niaga serta Bank Lippo. Hasil merger
tersebut menjadi loncatan bagi CIMB Niaga di sektor perbankan Asia Tenggara, dan menjadikan CIMB Niaga menjadi
bank terbesar ke-5 di Indonesia dalam hal asset, kredit, dana nasabah, dan jumlah jaringan cabang.
Pada tahun 2012, PT.CIMB Niaga Tbk terus memperluas layanan dalam rangka memenuhi kebutuhan transaksi
perbankan di berbagai wilayah di Indonesia. Inovasi baru sedang dikembangkan yang memungkinkan transaksi perbankan
dilakukan secara luas di berbagai wilayah di Indonesia. Inovasi baru yaitu dengan pengembangan jalur branchless
banking serta fitur-fitur perbankan yang semakin lengkap dan aman. Transaksi perbankan branchless banking perusahaan
meliputi CIMB Clicks, Go Mobile, ATM, CDM, dan BizChannel untuk menjawab kebutuhan nasabah mengenai
fleksibilitas, kecepatan dan keamanan bertransaksi.
Tujuan Bisnis CIMB Niaga dibagi atas :
1. Untuk Keperluan Bisnis : Mulai dari kebutuhan modal kerja, investasi untuk perluasan usaha dan sampai pada layanan
cash management, Perusahaan senantiasa mendukung keberhasilan dan pertumbuhan bisnis
nasabah.
2. Di Lingkungan Keluarga : CIMB Niaga hadir dengan beragam produk dan layanan yang dirancang untuk memenuhi
berbagai kebutuhan finansial dan transaksi keuangan dari seluruh anggota keluarga.
3. Seiring Dinamika Anak Muda: CIMB Niaga memiliki produk dan layanan perbankan yang dirancang khusus untuk
mengakomodasi kebutuhan gaya hidup nasabah segmen usia muda yang dinamis dan kreatif.
2
4. Melayani nasabah di ASEAN : Sebagai bagian dari salah satu kelompok perusahaan keuangan terkemuka di Asia
Tenggara, CIMB Niaga mampu melayani nasabah untuk aktivitas bisnis maupun non-bisnis
di ASEAN.
Nilai-Nilai Utama PT.CIMB Niaga , Tbk
Integrity is Everything
1. Berbicara dan bertindak secara jujur dan tulus.
2. Dapat diandalkan dalam membuat keputusan berlandaskan profesionalisme.
Always Put Customers First
1. Membantu dan melayani guna memenuhi dan mengantisipasi kebutuhan stakeholder.
2. Menciptakan nilai tambah dan solusi yang melampaui harapan nasabah.
3. Memberdayakan sumber daya manusia dan mendukung mereka mengeluarkan potensi unggul.
Passion for Excellence
1. Memberikan kualitas terbaik dari setiap produk,layanan, dan proses kerja.
2. Menerapkan kepemimpinan terbuka,mendelegasikan wewenang dan bertanggung jawab atas keputusan yang
dibuat.
3. Menekankan arti penting kerja sama untuk meraih sukses, membangun rasa percaya dan saling menghormati
serta berusaha keras dalam lingkungan kompetisi yang sehat.
Sejarah PT.CIMB Niaga, Tbk dapat dirangkum secara singkat menjadi :
1955 : Didirikan sebagai PT Bank Niaga
1973- 1983 : Bergabung dengan Bank Agung 1973; Bank Tabungan Bandung 1978 ; Bank Amerta 1983
1987 : Bank Pertama yang meluncurkan ATM
1989 : Penawaran Umum Saham Perdana IPO
2002 : CIMB Group (d/h Commerce Asset-Holding Berhard) mengambil alih 50,99% saham PT Bank Niaga
dari BPPN.
2004 : Meluncurkan Perbankan Syariah
2005 : Rights Issues Rp 1.3 triliun, sub debt USD 100juta
2006 : Sub debt USD 200 juta
2008 : Perubahan nama menjadi PT. Bank CIMB Niaga Tbk, efektif merger CIMB Niaga-Lippo Bank.
2009 : Memperkokoh posisi sebagai bank terbesar ke-5 di Indonesia, dan menuntaskan integrasi system dan
operasional, kemudian mendirikan unit pembiayaan mikro dengan brand Mikro Laju.
2010 : meluncurkan BizChannel dan CIMB Clicks.
2011 : peluncuran bisnis gadai emas syariah
2012 : meluncurkan platform mobile banking-go mobile.
(Annual Report PT Bank CIMB Niaga Tbk.2012)
3
Misi
Penjelasan:
Untuk dapat menjadi Bank yang terpercaya di Indonesia diperlukan beberapa aspek yang seluruhnya berfokus pada
kepuasan Nasabah terhadap layanan CIMB Niaga, dengan tiga hal utama, yaitu:
1. Memahami kebutuhan nasabah;
2. Menyediakan solusi keuangan yang tepat dan komprehensif; dan
3. Menjalin hubungan yang berkelanjutan.
(Annual Report PT Bank CIMB Niaga Tbk.2012)
4
Melalui kondisi ini terlihat bahwa perusahaan keuangan memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia yaitu
dalam pemenuhan kebutuhan dana. Dalam Bursa Efek Indonesia , sektor industri keuangan merupakan salah satu sub
sektor perusahaan Jasa/ Non-manufaktur. Lembaga keuangan dibagi kedalam 2 kelompok yaitu lembaga keuangan bank
dan lembaga keuangan non bank (asuransi,pegadaian,perusahaan sekuritas,lembaga pembiayaan,dll). (www.sahamok.com
, diakses pada 25 Februari 2014).
Namun, kemajuan perekonomian Indonesia saat ini, tidak terlepas dari kebijakan yang dilakukan pada krisis moneter
1997 pada berbagai sektor yaitu adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran yaitu sekitar 20 juta penduduk
Indonesia.(http://www.seasite.niu.edu/, diakses pada 25 Februari 2014). Dalam laporan indeks sektor keuangan pada
Bursa Efek Indonesia pergerakan indeks sektor keuangan tidak terlalu fluktuatif tahun 1997-2004, yang kemudian
bergerak naik tahun 2005-2007 yang kemudian menurun pada tahun 2008. Pergerakan indeks sektor keuangan dapat
dilihat pada gambar 1.2 berikut ini.
Gambar 1.4
Pergerakan Indeks Sektor Keuangan Januari 1997-Desember 2009
5
Tabel 1.1
Tabel Kinerja Perbankan Nasional
Tabel. Kinerja Perbankan Nasional
Keterangan 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002
Non Performing Loan 10.4 9.5 8.1 50 32.8 18.8 12.1 8.1
(Gross)
Non Performing Loan n.a. n.a. n.a. n.a. 7.3 5.8 3.6 2.1
(Net)
Return on Assets 1.13 1.22 1.37 -18.76 -6.14 1.56 1.45 1.96
(ROA)
BO/PO*) 92 92 0.95 148.14 154.16 98.12 98.41 94.76
Rasio Modal (CAR) 11.85 11.82 9.19 -15.68 -9.11 12.46 19.93 22.44
Loan to deposit ratio n.a. 78.31 86.42 72.37 26.16 33.41 33.01 38.24
(LDR)
Rasio alat 3.16 5.50 7.36 8.19 8.88 9.34 8.01 8.60
likuid/simpanan rp**)
BMPK (Jlh bank 33 52 56 137 n.a. n.a. n.a. n.a.
melanggar)
*) BO=Biaya
operasional;
PO=Pendapatan
operasional
**) Alat likuid terdiri dari Kas bank dan giro bank pada BI
Sumber :http://diassatria.lecture.ub.ac.id,diakses pada tanggal 25 Februari 2014
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kepemilikan aset oleh bank mencapai nilai minus pada tahun 1998 yaitu 18.76
dan tahun 1999 sebesar 6.1, demikian juga dengan kecukupan modal (CAR) sebesar 15.68 tahun 1998 dan -9.11 tahun
1999.
Melihat bahwa perkenomian tidak akan bergerak maju apabila perbankan sebagai penunjang keuangan belum
diperbaiki, maka perlu dilakukan kebijakan untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi. Empat kebijakan utama yang
dilakukan oleh Pemerintah dan BI pada saat krisis , antara lain :
1. Pemberian Bantuan Likuiditas Bank Indonesia
2. Program Penjaminan Pemerintah
3. Pendirian Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)
4. Restrukturisasi Perbankan
Dari empat kebijakan pemerintah , restrukturisasi perbankan berpengaruh besar menyelamatkan bank-bank yang
hampir kolaps. Restrukturisasi perbankan secara umum terbagi menjadi dua agenda besar , yaitu : program penyehatan
perbankan dan program pemantapan ketahanan system perbankan. Dimana dalam program penyehatan perbankan ,
pemerintah dan Bank Indonesia fokus dalam upaya rekapitulasi bank dengan meningkatkan nilai bank melalui
konsolidasi/merger dan melakukan divestasi kepemilikan pemerintah di bank-bank rekap melalui penerbitan dan
penempatan obligasi pemerintah. (http://diassatria.lecture.ub.ac.id, diakses 25 Februari 2014)
Menindaklanjuti kebijakan yang dibuat pemerintah banyak bank yang melakukan akuisisi dengan bank lain karena
kekurangan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR). Sehubungan dengan kegiatan akuisisi tersebut, pada oktober 2006
6
Bank Indonesia menerbitkan Paket Kebijakan Oktober, yaitu Single Present Policy (SPP) dalam Peraturan Bank
Indonesia Nomor 8/16/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 , kebijakan ini mengatur agar bank-bank yang dimiliki oleh
perusahaan dan seseorang diharuskan untuk merger.
Hal ini disambut dengan baik oleh pelaku bursa untuk membeli saham saham perbankan. Bank bank yang
mengalami kenaikan akibat kebijakan ini adalah saham Bank Niaga sebesar 5,19% dari Rp 770 (4/10) menjadi Rp 810 per
unit (5/10). Bank NISP naik 5,0% dari Rp 800 menjadi Rp 840 per unit. Berikutnya saham Panin Bank naik 4,12%
menjadi Rp 505 per unit dari sebelumnya Rp 485 per unit. Saham Bank Permata juga naik 3,80%, diikuti saham Danamon
3,70%, LippoBank 3,05%, Bank BNI 2,35%, Bank BRI 1,55%, Bank Mandiri 1,08%, dan Bank Bukopin 1,10%.
(http://www.suarakarya-online.com, diakses pada tanggal 25 Februari 2014)
Perubahan saham ini terjadi dikarenakan adanya perubahan kinerja keuangan bank setelah melakukan merger.
Kegiatan merger diharapkan memberikan hasil yang terbaik pada kondisi keuangan. Beberapa bank yang melakukan
kegiatan merger adalah Bank Mandiri dengan empat bank pemerintah yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara,
Bank Exim, dan Bank Pembangunan daerah. Bank Permata hasil merger Bank Bali, Bank Universal, Bank Prima Express,
Bank Armedia dan Bank Partriot. Bank Niaga dengan Bank Lippo menghasilkan Bank CIMB Niaga. Bank Century hasil
dari Bank CIC, Bank Pikko, dan Bank Danpac.
Dari latar belakang tersebut, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai analisis bagaimana
kinerja keuangan yang dimiliki Bank sebelum dan sesudah melakukan kegiatan merger. Oleh karena itu dalam penelitian
ini, penulis mengambil judul :
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PT.BANK LIPPO, Tbk DAN PT.BANK NIAGA,Tbk
SEBELUM DAN SESUDAH MELAKUKAN MERGER MENJADI PT.BANK CIMB NIAGA,Tbk
(PERIODE PENELITIAN 2006-2010)
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN
2.1.2 Merger
Kegiatan merger merupakan salah satu opsi yang dapat digunakan perusahaan untuk memperkuat posisi perusahaan
tersebut. Pengertian Merger berasal dari kata "mergere" (latin) yang artinya (1) bergabung bersama, menyatu,
berkombinasi (2) menyebabkan hilangnya identitas karena terserap atau tertelan sesuatu. (Rahmadiansyah, 2013:2)
A merger is a combination of two corporation in which only corporation survives and the merged corporation goes
out of existence. In a merger, the acquiring company assumes the assets and liabilities of the merged company (Gauhan
2011:12). Merger adalah kombinasi dari dua perusahaan dimana hanya ada satu perusahaan yang bertahan dan perusahaan
lainnya hilang dari eksistensi.Dalam merger aset dan kewajiban perusahaan yang terbuang bersatu dengan perusahaan
yang dimerger.
Pengertian tersebut didukung oleh Nugroho (Lay et al ,2010:253) mengemukakan bahwa Merger adalah
penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap ada sebagai badan hukum,
sementara yang lainnya yang menggabungkan diri menjadi bubar.
Merger dapat dilakukan oleh beberapa perusahaan untuk memperkuat posisi perusahaan. Hal ini didukung pendapat
Moin (Aquie, 2013 :2) yang menyatakan bahwa Merger merupakan penggabungan dua perusahaan atau lebih menjadi
satu kekuatan untuk memperkuat posisi perusahaan.
Kegiatan merger dan akuisisi bank disahkan oleh pemerintah melalui Peratuan Pemerintah No 28 tahun 1999 tentang
merger, konsolidasi dan akuisisi bank pasal 1 ayat 2 Merger adalah penggabungan dari 2 (dua) Bank atau lebih, dengan
cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu bank dan membubarkan bank -bank lainnya tanpa melikuidasi terlebih
dahulu.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa merger adalah kegiatan penggabungan dua atau
lebih perusahaan yang memunculkan suatu perusahaan dengan nama baru atau dengan menggunakan salah satu nama
perusahaan dengan tujuan untuk mempertahankan eksistensi perusahaan dan memperkuat posisi perusahaan.
9
Klasifikasi Merger
Dalam Lay et.al ( 2010 : 255) dari aktifitas ekonomi , ada beberapa bentuk penggabungan atau merger , yaitu :
a. Horizontal merger , penggabungan dua atau lebih perseroan dalam kegiatan usaha atau bisnis yang sama.
b. Vertical merger, penggabungan dua atau lebih perseroan, dan diantara perseroan yang bergabung terdapat
keterkaitan antara input dan output maupun keterkaitan pemasaran.
c. Conglomerate merger, penggabungan dua atau lebih perseroan yang kegiatan usahanya di bidang industri yang
berbeda.
d. Merger ekstensi pasar, merger yang dilakukan dua atau lebih perusahaan untuk secara bersama-sama
memperluas area pasar.
e. Merger eksistensi produk, merger yang dilakukan dua atau lebih perusahaan untuk memperluas lini produk
masing-masing perusahaan
Tujuan Merger
Kasmir (2011:48) mengatakan bahwa ada beberapa tujuan bank melakukan merger yaitu :
a. Masalah kesehatan bank, artinya jika bank sudah dinyatakan tidak sehat oleh Bank Indonesia untuk beberapa
periode, maka sebaiknya bank-bank tersebut merger dengan bank yang sehat atau dengan melakukan
konsolidasi dengan bank yang sama-sama tidak sehat serta dapat pula diakuisisi oleh bank lain yang berminat.
b. Modal yang dimiliki relatif kecil sehingga untuk melakukan ekspansi terlalu sulit. Setelah bank tersebut
melakukan penggabungan , otomatis modal yang dimiliki akan lebih besar. Dengan demikian akan lebih mudah
bagi bank tersebut untuk melakukan pengembangan usahanya.
c. Manajemen bank yang sembrawut atau kurang profesional akan terus merugikan dan sulit berkembang,
sebaiknya bank tersebut melakukan penggabungan dengan bank yang lebih profesional agar lebih berkembang.
d. Administrasi yang kurang teratur dan masih tradisional, sehingga sebaiknya melakukan penggabungan atau
peleburan sehingga diharapkan administrasinya menjadi lebih baik.
e. Bank yang ingin menguasai pasar dapat dilakukan dengan cara merger. Tujuannya tidak diumumkan secara
jelas kepada pihak luar biasanya hanya diketahui oleh mereka yang hendak ikut merger. Dengan melakukan
penggabungan maka jumlah cabang dan jumlah nasabah akan bertambah, sehingga bank dapat melawan
pesaing yang ada.
Menurut Coopers dan Lybrand (Idris & Irma, 2010:18) terdapat beberapa penyebab kegagalan dan keberhasilan
melakukan merger dan akuisisi yaitu:
Penyebab kegagalan :
a. Sikap manajemen persahaan target dan perbedaan budaya
b. Tidak adanya perencanaan integrasi pasca merger dan akuisisi
c. Kurangnya pengetahuan mengenai industri dan perusahaan target
d. Buruknya manajemen perusahaan target
e. Tidak adanya pengalaman akuisisi
Penyebab keberhasilan :
a. Perencanaan integrasi pasca merger dan akuisisi yang mendetail dan kecepatan implementasi
b. Kejelasan tujuan merger dan akuisisi
c. Kesesuaian budaya
d. Tingkat kerjasama yang tinggi dari manajemen perusahaan target
e. Pengetahuan mengenai perusahaan targer dan industrinya.
10
2.1.3 Laporan Keuangan
1. Pengertian dan Jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan berisi sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan. Leopold dan John
(Fahmi, 2011:23) mengemukakan bahwa Financial statement analysis applies analytical tools and techniques to
general purpose financial statements and related data to derives estimates and inferences useful in business decision.
Laporan keuangan adalah salah satu alat analis dan teknik untuk mengelola laporan keuangan dan data terkait yang dapat
digunakan sebagai referensi dan estimasi dalam pengambilan keputusan.
Hal ini didukung oleh pendapat Farid dan Siswanto (Fahmi, 2010:152) yang menyatakan bahwa Laporan keuangan
merupakan informasi yang diharapkan mampu memberikan bantuan kepada pengguna untuk membuat keputusan
ekonomi yang bersifat finansial.
Selain itu Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi suatu perusahaan, dimana
selanjutnya itu akan menjadi suatu informasi yang menggambarkan tentang kinerja suatu perusahaan. (Fahmi ,
2010:152).
Sebagaimana diungkapkan K.R dan Wild (2009: 19) Financial Statement are prepared to report on financing and
investing activities at the point in time, and to summarize operating activities for the preceding period. Laporan keuangan
disiapkan untuk melaporkan aktivitas pendanaan dan investasi pada saat tersebut untuk meringkas aktivitas operasi pada
tahun sebelumnya.
Secara sederhana , disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah ikhtisar yang menunjukkan ringkasan posisi
keuangan dan hasil usaha sebuah organisasi yang menyelenggarakan transaksi keuangan yang dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan.
Dalam bukunya Samryn (2012: 400). Laporan keuangan ini terdiri atas :
a. Neraca (Balance Sheet )
Merupakan dasar dari sistem akuntansi : Aset = Kewajiban + Ekuitas. Dimana sisi kiri, aset merupakan sumber daya
yang dikendalikan perusahaan. Sisi kanan kewajiban adalah pendanaan dari kreditor dan mewakili kewajiban
perusahaan , atau klaim kreditor atas aset. Dan ekuitas merupakan total dari pendanaan yang diinvestasikan dan
akumulasi laba yang tidak dibagikan kepada pemilik sejak berdirinya perusahaan. Sisi kiri harus sama dengan sisi
kanan.
b. Laporan laba rugi (Income statement).
Laporan ini menyediakan rincian pendapatan, beban, untung, dan rugi perusahaan untuk suatu periode waktu.
Kemudian dibagian bawah laba berfungsi untuk mengindikasikan profitabiltas perusahaan.
c. Laporan arus kas (cash flow statement)
Biasanya laba tidak sama dengan arus kas bersih, kecuali di sepanjang hidup perusahaan. Laporan arus kas penting
untuk pengambilan keputusan, jadi dibutuhkan pelaporan untuk mengetahui kas yang masuk dan kas yang keluar.
d. Laporan Ekuitas Pemegang Saham.
Laporan ini berisi perubahan saldo laba, laba komprehensif, dan perubahan akun modal.Laporan ini bermanfaat untuk
mengidentifikasikan alasan perubahan klaim pemegang ekuitas atas asset perusahaan.
Menurut Darmawi (2011:215) Pada bank, setiap bank diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan secara
berkala kepada Bank Sentral dan mempublikasikan laporan tersebut ke media massa. Laporan keuangan bank terdiri dari
laporan inti dan laporan pelengkap.
Laporan inti terdiri atas :
1. Neraca
2. Daftar laba rugi
Laporan pelengkap terdiri dari :
11
1. Laporan perhitungan kewajiban penyedia kapital minimum,
2. Laporan tentang perhitungan rasio-rasio keuangan
3. Laporan kualitas aktiva produktif dan informasi lainnya
4. Laporan transaksi valuta asing dan derivatives
5. Laporan komitmen dan kontinjensi
6. Laporan pengurus dan pemilik bank.
Laporan pelengkap ini memberi kemudahan bagi pemegang saham dan deposan serta publik lainnya untuk menilai
kinerja/kesehatan suatu bank.
2. Tujuan dan kegunaan laporan keuangan.
Dengan adanya laporan keuangan diharapkan dapat membantu memberikan informasi sehingga dapat dilakukan
analisis yang tepat mengenai kinerja keuangan. Dalam Standar Akuntansi Keuangan (Fahmi 2011:6) dikatakan bahwa
tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi.
Laporan keuangan diharapkan dapat membantu menghindari analisis yang keliru mengenai kondisi perusahaan. Tujuan
laporan keuangan adalah Agar pembuat keputusan tidak menderita kerugian atau paling tidak mampu menghindarkan
kerugian yang lebih besar, semua keputusan harus didasarkan pada informasi yang lengkap, reliable,valid, dan penting.
(Harianto dan Sudomo dalam Fahmi, 2010:156).
Sedangkan dalam dunia perbankan Laporan keuangan bank dimaksudkan untuk memberikan informasi berkala
mengenai kondisi bank secara menyeluruh, termasuk perkembangan usaha dan kinerja bank.Seluruh informasi
tersebut diharapkan dapat meningkatkan transparansi kondisi keuangan bank kepada publik dan menjaga kepercayaan
masyarakat terhadap lembaga perbankan. (Taswan, 2010:151)
Laporan keuangan disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen terhadap pihak-pihak yang berkepentingan
dengan kinerja bank yang dicapai selama periode tertentu.Karena itu, laporan keuangan bank harus memenuhi syarat
mutu, dan karateristik kualitatif.Sehingga pihak manajemen dapat menggunakan laporan keuangan bank sebagai pedoman
pengambilan keputusan strategis dan mendukung operasional bank. (Taswan, 2010:152)
Gambar 2.1
Tujuan Laporan Keuangan Menurut APB Statement No.4
Tujuan Laporan Keuangan APB Nomor 4
13
Jadi kesimpulan yang dapat penulis ambil dari pendapat tersebut adalah bahwa analisis laporan keuangan memuat
informasi tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan dengan membandingkan kinerja perusahaannya
dengan kinerja perusahaan lain atau dengan membandingkan kinerja perusahaan per periode waktu tertentu.
Fahmi (2011:133) ada beberapa metode untuk menganalisis laporan keuangan.
a. Metode teknik cross sectional
Suatu teknik analisis dengan melakukan perbandingan terhadap suatu hasil hitungan, terutama hitungan dalam bentuk
rasio antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya dalam lingkup sejenis.
Metode ini terdiri dari dua hal yaitu :
a) Laporan common-size
Laporan yang item-item dalamnya dalam bentuk persentasi dan dalam mata uang. Dalam laporan laba rugi,
analisis ini digunakan untuk menyajikan setiap akun sebagai persentasi terhadap total penjualan.Sedangkan
dalam neraca digunakan untuk menyajikan akun sebagai persentasi dari total asset.
b) Analisis rasio keuangan
Rasio keuangan merupakan suatu cara untuk membandingkan data keuangan perusahaan. Manajemen
menggunakan hasil perhitungan rasio sebagai standar untuk mengendalikan kinerja manajemen.
b. Metode teknik time-series
Membandingkan secara antar waktu atau antar periode , dengan tujuan untuk melihat dalam bentuk angka dan juga grafik
Metode ini terbagi atas tiga hal yaitu :
a) Laporan kecenderungan . Menunjukkan arah pergerakan yang terjadi di pasar.
b) Analisis rasio keuangan, dan
c) Pengukuran variabilitas.
Sebagaimana diungkapkan Fahmi (2010:177) Dalam praktik penggunaannya, rasio keuangan dipakai oleh beberapa
pihak dengan cara yang berbeda, seperti kalangan akademisi dan investor. Penggunaan rasio keuangan oleh pihak
akademisi adalah :
1. Rasio Likuiditas
Bagaimana perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya tepat waktu. Rasio likuiditas terdiri dari :
1. current ratio
2. quick ratio
3. net working capital ratio
2. Rasio leverage
Mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan hutang. Rasio leverage terdiri dari :
1. debt to total assets
2. debt to equity ratio
3. times interest earned
4. fixed charge coverage
3. Rasio aktivitas
15
Menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki guna menunjang aktivitas
perusahaan. Rasio aktivitas terdiri dari:
1. inventory turnover
2. fixed asset turnover
3. total assets turnover
4. rata-rata periode pengumpulan piutang.
4. Rasio profitabilitas
Mengukur efektifitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang
diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan dan investasi. Rasio profitabilitas terdiri dari :
1. gross profit margin
2. net profit margin
3. return on investment (ROI)
5. Rasio pertumbuhan
Mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan mempertahankan posisi dalam industri. Rasio pertumbuhan dilihat
dari : penjualan, EAT, harga pasar per lembar saham, dividen per lembar saham, laba per lembar saham.
6. Rasio nilai pasar
Menggambarkan kondisi yang terjadi di pasar. Rasio ini terdiri dari :
1. book value per share 3. Dividen payout
2. dividen yield
Investor adalah mereka yang menerapkan konsep think fast and decision fast atau berpikir cepat dan mengambil
keputusan dengan cepat. Bagi investor tiga rasio keuangan yang paling dominan adalah :
1. Rasio Likuiditas (liquidity ratio)
Rasio ini penting karena kegagalan dalam membayar kewajiban dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan.
2. Rasio Solvabilitas (solvability ratio)
Rasio yang menunjukkan bagaimana perusahaan mampu untuk mengelola hutangnya dalam rangka memperoleh
keuntungan perusahaan dan juga mampu untuk melunasi kembali hutangnya
3. Rasio Profitabilitas ( profitability ratio)
Menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.Melalui rasio ini dapat dilihat kinerja
manajemennya yang terlihat dari laba yang dihasilkan terdapat penjualan dan investasi.
Pada bank, analisis rasio untuk mengukur kinerja keuangan agak sedikit berbeda dengan analisis rasio perusahaan pada
umumnya. Taswan (2010:166) . Rasio-rasio yang menggambarkan kinerja bank :
1. Permodalan
Rasio permodalan terdiri dari :
a. CAR (Capital Adequecy ratio)
Perhitungan modal dan aktiva tertimbang menurut risiko. Semakin tinggi rasio CAR mengindikasikan semakin sehat
permodalannya.
CAR =
x100%
16
+
ATTM = 100%
2. Aktiva Produktif
Rasio Aktiva Produktif terdiri dari :
1. Aktiva Produktif Bermasalah
Menghitung rasio aktiva produktif bermasalah digunakan untuk menghitung kualitas aktiva yang dimiliki dengan cara
membandingkan semua aktiva bermasalah dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet terhadap total aktiva
produktif. Semakin besar nilai rasio ini, semakin buruk kinerja keuangan bank. Taswan Mengindikasikan bahwa
semakin besar rasio ini semakin buruk kualitas aktiva produktifnya.
Aktiva Produktif Bermasalah = 100%
NPL = 100%
4. Pemenuhan PPAP
Mengukur kepatuhan bank dalam bentuk PPAP dan mengukur kualitas aktiva produktif
Pemenuhan PPAP = 100%
3. Rentabilitas
Rasio Rentabilitas terdiri dari
a. ROA (Return On Assets)
Mengindikasikan kemampuan bank menghasilkan laba melalui asetnya. Semakin besar rasio ini semakin baik kinerja
bank.
ROA = x100%
b. ROE (Return On Equity)
kemampuan bank menghasilkan laba dengan menggunakan ekuitasnya
ROE = 100%
NIM = x 100%
17
BOPO = 100%
4. Likuiditas
Rasio Likuiditas terdiri dari :
a. LDR ( Loan To Deposit Ratio)
Perbandingan kredit yang diberikan kepada pihak ketiga. Jumlah kredit adalah kredit yang diberikan kepada bank yang
sudah direalisir/ditarik/dicairkan. Dana pihak ketiga meliputi simpanan masyarakat meliputi giro, tabungan, deposito,
dan KLBI. Semakin besar rasio ini semakin agresif likuiditasnya. .
LDR = 100%
Dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan merupakan suatu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efisiensi
perusahaan yang dilihat dari laporan keuangan.Hasil dari analisis kinerja keuangan ini digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk membuat keputusan perusahaan.
18
2.2 Penelitian Terdahulu
2.2.1 Literatur Skripsi
Tabel 2.1
Tabel Penelitian Terdahulu
No PENELITIAN VARIABEL HASIL PENELITIAN PERSAMAAN PERBEDAAN
TERDAHULU YANG
DIGUNAKA
N
1 Perbandingan LAR, ROE, Kesehatan bank secara 1. objek penelitian a. tahun penelitian
Kinerja DER, CAR, keseluruhan dalam CIMB Niaga terdahulu 2012,
Keuangan dan BDR, ROA, keadaan baik, sebelum 2. Menilai kinerja sekarang 2014
Kesehatan Bank LDR, SMR maupu sesudah merger keuangan b. rasio keuangan yang
Sebelum dan dan tidak terdapat 3. periode digunakan
Sesudah Merger perbedaan kinerja penelitian 2006- 3.periode laporan
Bank CIMB keuangan sebelum dan 2010 keuangan terdahulu :
Niaga Tbk (Studi sesudah merger tahunan, penelitian
Kasus Merger sekarang : triwulan
Pada Bank Niaga
dan Bank Lippo)
( Aliwu, 2012)
2 Analisis Kinerja Current Ratio, 1. Dilihat dari nilai 1.Penelitian 1.Penelitian terdahulu
Keuangan Cash Ratio, current ratio, Cash dilakukan pada dilakukan pada tahun
Lembaga ROA, ROE, Ratio, kinerja lokasi yang sama 2013 sedangkan
Keuangan Ratio Biaya keuangan LKM yaitu di Bandung penelitian sekarang pada
Mikro Binangun Operasional, Kaligintung lebih baik 2. Menganalisis tahun 2014
di Lembaga NPL, LDR, dibandingkan dengan bank dengan 2. Objek yang diteliti
Keuangan Mikro dan Kebijakan kedua LKM lainnya melihat kinerja berbeda
Kebonrejo, dan Likuiditas 2.Dilihat dari nilai keuangan
Lembaga ROA, ROE, BOPO, perusahaan
Keuangan Mikro LKM, LDR ,Kebijakan
Kedundang Likuiditas, LKM
periode 2009- Kedundang memiliki
2011 kinerja keuangan yang
(Alin, 2013) lebih baik
dibandingkan dengan
kedua LKM lainnya
Bersambung..
19
Sambungan..
Bersambung
20
Sambungan...
6. Dampak M&A Abnormal Terdapat penurunan abnormal 1. Meneliti 1. Objek :
terhadap abnormal return, return, cumulative abnormal pengaruh -Terdahulu
return dan kinerja cumulative return, return on assets M&A pada perusahaan
keuangan bidder firm abnormal Artinya tidak ada dampak kinerja terdaftar BEI
di sekitar tanggal return, dan signifikan yang diterima keuangan (2009-2012)
pengumuman M&A return on pemegang saham baik dari -sekarang Bank
pada perusahaan yang assets efisiensi pasar maupun kinerja CIMB Niaga
terdaftar pada BEI keuangan (2006-2010)
periode 2009-2012 2. rasio keuangan
(auqie,2013) -terdahulu ROA
-sekarang CAR,
APB, NPL,
NIM,BOPO,
ROA,LDR
7 Analisis Komparatif CAR,LDR,RO Merger Bank CIMB Niaga 1. Meneliti 1. Beberapa rasio
CAR,LDR,ROA dan A,ROE membawa pengaruh yaang merger keuangan yang
ROE Sebelum dan positif terhadap keuntungan Bank berbeda.
Sesudah Merger pada dengan naik nilai ROA dan CIMB 2. Terdahulu
PT.Bank CIMB ROE namun nilai kredit Niaga dengan data
Niaga Tbk. bertambah dan berdampak 2. Rasio keuangan tahunan,
(Sisbintari) kurang baik pada perusahaan Keuangan sekarang data
keuangan triwulan
21
perbankan yang akan diteliti adalah Rasio Permodalan (CAR), Rasio Aktiva Produktif (NPL, APB), Rasio Rentabilitas
(ROA,NIM, BOPO), dan Rasio Likuiditas (LDR). Perlu dilakukan perbandigan untuk melihat apakah pada Bank CIMB
Niaga terdapat perbedaan ketika sebelum dan sesudah melakukan merger dengan tujuan bagi para investor untuk
memiliki pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan investasi.
Jika digambarkan dalam suatu bagan kerangka pemikiran dari penelitian mengenai analisis rasio keuangan secara
horizontal perusahaan CIMB Niaga adalah seperti gambar 2.2 berikut :
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
MERGER
Kinerja Keuangan (Rasio) Sebelum Merger Kinerja keuangan (Rasio) setelah merger
UJI PERBEDAAN
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 JenisPenelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Menurut sugiyono (2013:24) data penelitian
kuantitatif dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu : data diskrit adalah data yang diperoleh dari hasil menghitung atau
membilang (bukan mengukur) dan data kontinum diperoleh dari hasil pengukuran (data ordinal,interval,rasio).
Metode penelitian yang digunakan bersifat statistik deskriptif. Menurut Sugiyono ( 2013: 21), statistik deskriptif
adalah statistik yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu statistik hasil penelitian, tetapi tidak
digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Penelitian deskriptif bertujuan untuk pemecahan masalah secara
sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi (Narbuko & Achmadi, 2009: 44). Ada dua macam ciri
khas dalam metode deksriptif menurut Surahkhmad (Prastowo, 2011:205) yaitu :
1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang
aktual.
2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis.
Jenis penelitian deskriptif dilakukan untuk mengetahui dan mampu menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti
dalam suatu situasi. Tujuan studi deskriptif adalah memberikan kepada peneliti sebuah riwayat atau untuk
menggambarkan aspek-aspek yang relevan dengan fenomena perhatian dari perspektif seseorang, organisasi, orientasi
industry atau lainnya. (Sekaran, 2008 : 158-159)
Penelitian ini bersifat deskriptif karena penulis hanya menjelaskan perbandingan kinerja keuangan sebelum melakukan
merger dan setelah melakukan merger pada PT. Bank CIMB Niaga (kasus merger PT. Bank Lippo Tbk dan PT. Bank
CIMB Niaga Tbk ) . Data yang dikumpulkan pada 2 batas waktu yaitu laporan keuangan sebelum merger (kuartal III
2006- kuartal III 2008 ) dan laporan keuangan setelah melakukan merger ( kuartal IV 2008- kuartal IV 2010 ) dengan
menggunakan metode perhitungan rasio keuangan.
Aktiva Produktif Bermasalah =
Bersambung
24
Sambungan
Rasio
ROA =
RatioRentabilitas
NIM =
BOPO =
Rasio
Rasio Likuiditas
LDR =
Rasio
Rasio Permodalan
CAR =
Rasio
Rasio Aktiva
NPL =
Produktif
Kinerja
Aktiva Kredit Bermasalah =
Keuangan
Rasio
Sesudah ROA =
Merger
RatioRentabilitas NIM =
BOPO =
Rasio
Rasio Likuiditas
LDR =
25
3.3 Tahapan Penelitian
Dalam suatu penelitian pastinya peneliti harus menjalankan proses penelitian sesuai dengan tahap yang baik dan
benar. Tahapan penelitian menceritakan kegiatan penulis dari awal penelitian sampai dengan membuat kesimpulan dan
saran. Adapun tahapan penelitian yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut :
Gambar 3.1
Tahapan Penelitian
Penentuan judul :
Peneliti menentukan fenomena dan membuat latar belakang, setelah itu mengidentifikasikan masalah.
Studi Literatur :
Peneliti mencari buku-buku dan jurnal untuk mendukung kelengkapan informasi penelitian.
Tujuan Penelitian :
Mengetahui bagaimana kinerja keuangan bank sebelum dan sesudah merger, dan apakah terdapat perbedaan
ebelum dan sesudah merger
Operasionalitas Variabel :
Peneliti menggunakan rasio kinerja keuangan (rasio likuiditas, rasio profitabilita, rasio rentabilitas, rasio
likuiditas)
Pengumpulan Data :
Data yang diperoleh diolah menggunakan perhitungan rasio dan dianalisis berdasarkan kinerja keuangan
Pengolahan Data :
Dari hasil analisis tersebut , peneliti dapat membandingkan kinerja keuangan bank sebelum dan sesudah
merger.
26
3.4 Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder. Pengertian data sekunder menurut Serdamayanti &
Hidayat (2011:73) adalah Data yang dikumpulkan melalui pihak kedua (biasanya diperoleh melalui badan/instansi yang
bergerak dalam proses pengumpulan data, baik oleh instansi pemerintah maupun swasta. Teknik pengumpulan data
menggunakan studi dokumentasi. Suharsaputra (2012:215) menyatakan bahwa Dokumen merupakan rekaman kejadian
masa lalu yang ditulis atau dicetak mereka dapat berupa catatan anekdot, surat, buku harian, dan dokumen-dokumen.
Bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu autobiografi, surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial,
klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, dan data tersimpan di web site. (Noor,
2011:141). Penulis mendapatkan data-data yang diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan dan sumber lain yang
berhubungan dengan obyek penelitian.
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah :
1. Laporan keuangan PT. Bank LIPPO Tbk dan PT. Bank Niaga Tbk sebelum melakukan merger ( 2006-2008)
2. Laporan keuangan PT. Bank CIMB Niaga Tbk ( hasil merger Bank LIPPO dan Bank Niaga) tahun 2009- 2010
3. Laporan keuangan publikasi dari situs Bank Indonesia.
4. Jurnal-jurnal, buku-buku dan data dari internet
NPL =
27
NIM =
6. BOPO
Menunjukkan efisiensi biaya operasionalitas bank. Semakin tinggi rasio ini semakin tidak efisien biaya
operasional bank.
BOPO =
28
H1: 2.1 1.1 Terdapat perbedaan rata-rata rasio permodalan CAR Bank CIMB Niaga sebelum dan sesudah
merger.
Hipotesis 2
H0 : 2.2= 1.2 Tidak ada perbedaan rata-rata rasio aktiva produktif NPL Bank CIMB Niaga sebelum dan sesudah
merger.
H1: 2.2 1.2 Terdapat perbedaan rata-rata rasio aktiva produktif NPL Bank CIMB Niaga sebelum dan sesudah
merger.
Hipotesis 3
H0 : 2.3= 1.3Tidak ada perbedaan rata-rata rasio rentabilitas ROA, NIM, BOPO Bank CIMB Niaga sebelum dan
sesudah merger.
H1: 2.31.3Terdapat perbedaan rata-rata rasio rentabilitas ROA, NIM, BOPO Bank CIMB Niaga sebelum dan
sesudah merger.
Hipotesis 4
H0 : 2.4 =1.4 Tidak ada perbedaan rata-rata rasio likuiditas LDR Bank CIMB Niaga sebelum dan sesudah merger.
H1: 2.41.4 Terdapat perbedaan rata-rata rasio likuiditas LDR Bank CIMB Niaga sebelum dan sesudah merger.
2. Uji statistik. Melakukan dengan paired t-test karena pengukuran berulang pada perusahaan, tidak bebas, dan
pengukuran data rasio.
D
t =
dimana ; D =
Di = X1i - X2i
2
( )
2
SD =
1
29
BAB IV
Mengukur kinerja keuangan perbankan, perlu dengan melakukan analisis terhadap data keuangan bank yang terlihat
dalam laporan keuangan bank. Kinerja keuangan dapat dinilai berdasarkan rasio keuangan sebagai alat untuk menilai
kinerja keuangan Bank Niaga dan Bank Lippo sebelum dan setelah merger menjadi Bank CIMB Niaga.
Analisis rasio keuangan pada bab ini digunakan untuk melihat apakah ada perkembangan kinerja keuangan Bank
Lippo dan Bank Niaga sebelum dan setelah merger menjadi Bank CIMB Niaga. Dengan hasil perhitungan rasio dapat
terlihat apakah kinerja keuangan kedua bank mengalami peningkatan atau penurunan setelah mengalami merger.
4.1 KINERJA KEUANGAN BANK LIPPO DAN BANK NIAGA SEBELUM MERGER
Rasio Permodalan dihitung berdasarkan nilai CAR (Capital Adequacy Rasio) dengan memperhitungkan modal
dibandingkan dengan Aset Beresiko (ATMR). Permodalan yang baik mencakup bagaimana penyediaan modal sendiri
untuk mencukupi risiko yang mungkin timbul akibat investasi terhadap aktiva-aktiva produktif, aktiva tetap dan
inventaris. Semakin tinggi rasio CAR ini menunjukkan semakin kuat permodalan suatu bank. Nilai modal didapatkan
melalui total modal yang digunakan untuk mengantisipasi risiko pasar, sedangkan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR) merupakan hasil penjumlahan dari ATMR pasar dan ATMR kredit. Rumus yang digunakan dalam menghitung
rasio CAR menurut Taswan (2010:166) adalah :
CAR = 100%
Berdasarkan rumus CAR diatas, dapat dihasilkan perhitungan rasio CAR seperti pada tabel dibawah ini. Namun,
terlebih dahulu peneliti sajikan salah satu contoh perhitungan CAR pada Bank Lippo kuartal IV tahun 2007 :
5254205
CAR = 100%
25421646
= 0.2066
= 20%
Nilai CAR diperoleh dari perhitungan rasio permodalan secara manual dalam periode triwulan. Nilai CAR ini dihitung
secara manual berdasarkan sumber data laporan keungan triwulan Bank Lippo dan Bank Niaga. Nilai CAR dapat dilihat
pada tabel berikut ini. Tabel 4.1
Capital Adequacy Ratio Bank Lippo dan Bank Niaga Sebelum Merger
30
sambungan...
Selama periode kuartal III tahun 2006 sampai kuartal III tahun 2008, nilai CAR bank Lippo dan Bank Niaga berada
diatas standar nilai CAR yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu sebesar 8 %. Hasil dari nilai CAR ini menunjukkan bahwa
baik Bank Lippo maupun Bank Niaga telah dapat mengelola modal yang dimiliki dalam mengantisipasi aset-aset yang
beresiko seperti kredit, obligasi, surat berharga dan tagihan bank lain dengan baik.
Nilai CAR yang terbaik yang didapat oleh Bank Lippo pada kuartal I tahun 2007 yaitu sebesar 26%. Sedangkan nilai
CAR terbaik yang didapatkan Bank Niaga ada pada kuartal I tahun 2007 yaitu sebesar 18%. Kemudian baik Bank Lippo
dan Bank Niaga mengalami penurunan CAR secara fluktuatif sampai kepada merger pada bulan Oktober 2008.
Gambar 4.1
Capital Adequacy Ratio Bank Lippo dan Bank Niaga Sebelum Merger
CAR
30%
25% 26%
24%
PERCENTAGE
23%
20% 20% 20% 19%
17% 18% 17% 17% 17% 18%
15% 16% 16% 15% 16%
14% 14%
10%
5%
0%
K3- K4- KI- K2- K3- K4- K1- K2- K3-
2006 2006 2007 2007 2007 2007 2008 2008 2008
LIPPO 17% 23% 26% 24% 20% 20% 19% 17% 18%
NIAGA 16% 16% 18% 17% 17% 15% 16% 14% 14%
Pada tahun 2006, seperti yang terlihat pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 perolehan nilai CAR Bank Niaga periode
kuartal III sampai kuartal IV cenderung konstan pada 16% yang artinya setiap 100% aktiva tertimbang menurut risiko
(ATMR) dapat dijamin dengan modal sebesar 16%. Kemudian pada tahun 2007, kesehatan modal mengalami peningkatan
di awal periode kuartal I sebesar 18 % dan kemudian menurun sampai 15% di akhir periode kuartal IV lalu pada kuartal
I meningkat menjadi 16%, kuartal II turun menjadi 14%, dan tetap sampai kuartal .
Perolehan nilai CAR tertinggi dialami oleh Bank Lippo pada tahun 2007 di kuartal I yaitu sebesar 26%. Dan di kuartal
III tahun 2006, rasio pemodalan CAR Bank Lippo cenderung lebih tinggi dari Bank Niaga yaitu 17%, kemudian pada
kuartal IV meningkat menjadi 23%. Kemudian meningkat dan menjadi rasio keuangan terbaik sebesar 26%. Peningkatan
31
rasio ini tidak dapat dipertahankan, karena kemudian pada kuartal II tahun 2007 , rasio CAR menurun menjadi 24 %
kemudian menurun secara konstan sampai Bank Lippo kemudian menandatangani perjanjian merger pada Juni 2008
(Laporan Tahunan Bank CIMB Niaga tahun 2008) secara berturut nilai CAR Bank Lippo sebesar 20% pada kuartal III
dan kuartal IV tahun 2007, sebesar 19% kuartal I tahun 2008, 17 % kuartal II tahun 2008, dan pada 18% di kuartal III
tahun 2008, kemudian merger dengan Bank Niaga menjadi Bank CIMB Niaga.
Kualitas aktiva produktif adalah semua aktiva dalam jumlah rupiah dan valuta asing yang dimiliki bank dengan
maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai fungsinya. Yang termasuk ke dalam aktiva produktif meliputi kredit yang
diberikan bank dan telah dicairkan, surat-surat berharga (baik surat berharga pasar uang maupun surat berharga pasar
modal), penyertaan saham, tagihan pada bank lain. (Harmono,2009:117)
Menghitung rasio aktiva produktif bermasalah digunakan untuk menghitung kualitas aktiva yang dimiliki dengan cara
membandingkan semua aktiva bermasalah dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet terhadap total aktiva
produktif. Semakin besar nilai rasio ini, semakin buruk kinerja keuangan bank. Semakin besar nilai APB semakin buruk
bank mengelola aktiva produktif yang bermasalahnya. Taswan (2010:166)
AktivaProduktifBermasalah = 100%
Berikut contoh perhitungan Rasio Aktiva Produktif Bermasalah (APB) Bank Lippo Kuartal 4 tahun 2007 :
.+ .+ .+ .
APB = x100%
233.638
= =0%
33670657
Nilai APB diperoleh dari perhitungan rasio aktiva produktif bermasalah secara manual dalam periode triwulan
kuartal III 2006-kuartal III 2008. Nilai APB dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.2
Rasio Aktiva Produktif Bermasalah Bank Lippo dan Bank Niaga Sebelum Merger
II 0% II 3%
LIPPO NIAGA
III 0% III 3%
IV 0% IV 3%
2008 I 0% I 3%
II 0% II 2%
III 0% III 2%
Rata-rata 0% Rata-rata 3%
Sumber : Lampiran 2
32
Gambar 4.2
Rasio Aktiva Produktif Bermasalah Bank Lippo dan Bank Niaga Sebelum Merger
APB
100%
PERCENTAGE
25%
6%
3% 3% 3% 3% 3% 3%
2% 2% 2% 2%
1.00%
0%
KIII- KIV- KI- KII- KIII- KIV- KI- KII- KIII-
2006 2006 2007 2007 2007 2007 2008 2008 2008
BANK LIPPO 0% 0% 1.00% 0% 0% 0.00% 0% 0.00% 0%
BANK NIAGA 3% 2% 3% 3% 3% 3% 3% 2% 2%
Dari Tabel 4.2 dan Grafik 4.2 terlihat dengan jelas bahwa kemampuan Bank Lippo dalam mengelola aktiva produktif
bermasalah lebih baik dari pada Bank Niaga. Pada tahun 2006, seperti yang terlihat pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.2
perolehan nilai APB Bank Niaga periode kuartal III adalah 3%, dan pada kuartal IV pada 2% yang artinya setiap 100%
total aktiva terdapat aktiva produktif bermasalah sebesar 3%. Kemudian , nilai APB mengalami peningkatan di tahun
2007 konstan sebesar 3 % sampai di akhir periode, kemudian naik di kuartal I 2008 dan turun kuartal II tahun 2008
sebesar 2 % dan konstan sampai di kuartal III tahun 2008 sebesar 2 % pada masa-masa merger dengan Bank Lippo.
Perolehan nilai APB tertinggi dialami oleh Bank Lippo rata-rata nilai APB yaitu 0, artinya Bank Lippo berhasil
mempertahankan kualitas aktivanya, sehingga tidak ada aktiva yang bermasalah. Nilai APB tertinggi hanya pada periode I
tahun 2007 yaitu sebesar 1%, kemudian turun kembali menjadi 0% sampai Bank Lippo kemudian menandatangani
perjanjian merger pada Juni 2008 dengan Bank Niaga. (Laporan Tahunan Bank CIMB Niaga tahun 2008)
Non performing loan ratio digunakan untuk menghitung tingkat kredit yang bermasalah bila dibandingkan dengan
semua total kredit yang diberikan kepada pihak ketiga namun tidak termasuk kredit yang diberikan kepada bank lain.
Kredit bermasalah diklasifikasikan kepada kredit kurang lancar, diragukan dan macet. Standar rasio Non performing loan
menurut Bank Indonesia adalah berada dibawah 5 %. Semakin rendah nilai NPL semakin baik, karena semakin rendah
jumlah kredit bermasalah pada bank tersebut.
NPL = x100%
Berikut contoh perhitungan Rasio Non Performing Loan (NPL) Bank Lippo Kuartal IV tahun 2007
NPL = x100%
236.638
= 100% = 1%
18.142.198
33
Nilai NPL diperoleh dari hasil perhitungan rasio secara manual. Nilai NPL ini dilihat dari laporan keuangan Bank
Lippo dan Bank Niaga sebelum melakukan merger, periode kuartal III 2006-kuartal III 2008. Nilai NPL dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 4.3
Rasio Net Performing Loan Bermasalah Bank Lippo dan Bank Niaga Sebelum Merger
Sumber : Lampiran 3
Gambar 4.3
Rasio Net Performing Loan Bank Lippo dan Bank Niaga Sebelum Merger
Rasio NPL
5%
Percentage
4% 4% 4% 4% 4%
3% 3% 3% 3% 3%
2% 2% 2%
1% 1% 1% 1% 1% 1% 1%
0% 0% 0%
kIII- kIV- kI- kII- kIII- kIV- kI- kII- kIV-
2006 2006 2007 2007 2007 2007 2008 2008 2008
Bank Lippo 2% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 0% 0%
Bank Niaga 3% 3% 4% 4% 4% 4% 3% 3% 2%
Kemampuan bank terbaik dalam mengatasi permasalahan perkreditannya dimiliki oleh Bank Lippo. Rata-rata nilai
NPL berada di bawah Bank Niaga. Pada tabel 4.3 dan gambar 4.3 dapat dilihat kemampuan terbaik Bank Niaga dalam
mengatasi masalah kredit terdapat pada akhir tahun 2008 sebelum melakukan merger dengan Bank Lippo menjadi Bank
CIMB Niaga. Terlihat dari Gambar 4.3 pada kuartal III tahun 2006 nilai NPL Bank Niaga adalah 3% yang artinya dari
100% kredit yang diberikan ada 3% kredit yang bermasalah. Kemudian pada kuartal IV tahun 2006 sebesar 3% .
Namun pada tahun 2007 nilai NPL kembali bertambah menjadi 4% dan terus bertahan sampai kepada kuartal III tahun
2007 tersebut nilai NPL turun menjadi 3% dan terus bertahan sampai mendekati masa merger kinerja perkreditan
34
membaik dengan turunnya nilai NPL menjadi 2%. Sedangkan pada Bank Lippo keadaan NPLnya cukup baik, berada
cukup jauh dibawah standar NPL Bank Indonesia. Nilai NPL tertinggi terdapat pada kuartal I dan II tahun 2006 yaitu
sebesar 2%, kemudian turun menjadi 1 % pada kuartal III tahun 2006 sampai kuartal I tahun 2008, dan menjelang
perjanjian merger menjadi semakin baik dengan nilai 0.
Aturan Bank Indonesia dalam SK Direksi Bank Indonesia No. 39/KEP/Dir tanggal 12 November 1998 rentabilitas
adalah pengukuran tingkat efisiensi kegiatan bank dalam memperoleh laba. Rentabilitas merupakan kemampuan yang
penting bagi perusahaan karena berguna dalam penetuan return yang cukup sehingga dapat menjadi arus sumber modal
dengan baik.
= 0,0173
=1,73 %
Return On Assets digunakan untuk menghitung kemampuan bank dalam menghasilkan keuntungan sebelum dikenakan
pajak terhadap seluruh total aset. Dengan membandingkan nilai profit sebelum dikurangi pajak dibandingkan dengan total
aset (aktiva). Semakin besar hasil ROA semakin baik kemampuan perusahaan menghasilkan labanya. Berikut dibawah
ini, merupakan hasil perhitungan ROA Bank Lippo dan Bank Niaga yang diperoleh dari laporan keuangan triwulan Bank
CIMB Niaga dan Bank Lippo periode kuartal I 2006- kuartal III 2008.
Tabel 4.4
Rasio Return On Assets Bank Lippo dan Bank Niaga Sebelum Merger
35
Gambar 4.4
Rasio Return On Assets Bank Lippo dan Bank Niaga Sebelum Merger
ROA
100%
50%
Percentage
25%
13%
6%
3% 3%
2% 2% 2% 2% 2% 2% 2%
1.80% 2% 2% 2%
1% 1% 1% 1% 1%
KIII- KIV- KI- KII- KIII- KIV- KI- KII- KIII-
2006 2006 2007 2007 2007 2007 2008 2008 2008
BANK LIPPO 2% 1% 2% 3% 2% 2% 1% 1% 1%
BANK NIAGA 2% 2% 2% 2% 2% 1.80% 2% 2% 2%
Dari Gambar 4.4 terlihat bahwa Bank Niaga memiliki kemampuan lebih stabil dalam menghasilkan laba berdasarkan
aset dibandingkan Bank Lippo. Bank Niaga dapat mempertahankan labanya konstan di 2% artinya kemampuan Bank
Niaga menghasilkan laba dari total aset yang dimiliki adalah sebesar 2 %. Dari tabel 4.4 dan gambar 4.4 terlihat bahwa
keadaan ROA kedua bank hampir sama. Bank Niaga dapat mempertahankan nilai ROA konstan selama 3 tahun sebesar
2% dan hanya turun sekali pada kuartal IV tahun 2007 sebesar 0.2% sehingga menjadi 1.8 %. Sedangkan Bank Lippo
lebih fluktuatif dibandingkan Bank Niaga. Tiga kuartal pertama tahun 2006 Bank Lippo dapat mempertahankan nilai
ROA nya sebesar 2% kemudian pada akhir kuartal turun 50% menjadi 1%, kemudian pada tahun 2007 kuartal I naik
kembali menjadi 2%, kemudian di kuartal III tahun yang sama naik lagi menjadi 3 % yang merupakan pencapaian ROA
tertinggi dari kedua bank. Namun tingginya ROA tidak dapat dipertahankan tetapi malah turun sampai pada masa
melakukan perjanjian merger dengan Bank Niaga tahun 2008. Secara berturut nilai ROA Bank Lippo sebesar 2 % pada
kuartal III dan kuartal IV tahun 2007, lalu turun menjadi 1 % pada tahun 2008.
Taswan (2010;116) dalam bukunya mengatakan bahwa Net Interest Margin (NIM) mengindikasikan kemampuan
bank menghasilkan pendapatan bunga bersih dengan pendekatan aktiva produktif. Rumus NIM adalah :
NIM = x 100%
Keterangan :
36
Tabel 4.5
Rasio Net Interest Margin Bank Lippo dan Bank Niaga Sebelum Merger
sumber : Laporan Keuangan Triwulan Bank Niaga dan Bank Lippo publikasi Bank Indonesia (lampiran 5)
Gambar 4.5
Rasio Net Interst Margin Bank Lippo dan Bank Niaga Sebelum Merger
6% 6% 6% 6% 6% 6% 6%
5% 5% 5% 5% 5%
4%
2%
0%
KIII- KIV- KI- KII- KIII- KIV- KI- KII- KIII-
2006 2006 2007 2007 2007 2007 2008 2008 2008
BANK LIPPO 7% 7% 6% 6% 6% 6% 5% 5% 5%
BANK NIAGA 6% 5% 6% 6% 6% 5% 5% 5% 6%
Dari tabel 4.5 dan gambar 4.5 menunjukkan bahwa Bank Lippo memiliki rata-rata NIM yang lebih tinggi dari pada
Bank Niaga yaitu 5.8889% dan Bank Niaga sebesar 5.5556% . Semakin tinggi nilai NIM menunjukkan bahwa semakin
baik suatu bank mengelola pendapatan bunga yang berdasarkan tabel 4.5 dan gambar 4.5 dimiliki oleh Bank Lippo. Pada
tahun 2006 nilai NIM Bank Lippo berada diatas Bank Niaga, yaitu secara berturut III dan IV sebesar 7%, sedangkan Bank
Niaga pada kuartal III sebesar 6%, kemudian pada kuartal IV turun menjadi 5 %. Tetapi selama tahun 2007 nilai NIM
Bank Lippo dan Bank Niaga berada di 6%. Pada tahun 2008 nilai NIM Bank Lippo turun menjadi 5%, sedangkan Bank
Niaga juga 5% namun pada kuartal III tahun tersebut naik menjadi 6%. Rata-rata NIM Bank Niaga sebesar 5.5556%
menunjukkan hasil bahwa Bank Niaga mampu mengelola seluruh aktiva produktifnya untuk menghasilkan bunga sebesar
5.5556%
37
Menunjukkan efisiensi biaya dan tingkat operasionalitas bank.Semakin tinggi rasio ini semakin tidak efisien biaya
operasional bank.Rumus BOPO :
BOPO = 100%
Berdasarkan rumus BOPO diatas didapat hasil perhitungan BOPO pada tabel dibawah ini. Terlebih dahulu peneliti
sajikan contoh salah satu perhitungan BOPO pada Bank Lippo kuartal IV tahun 2007 yaitu :
2973155
BOPO = x100%
4091341
= 0.7266944
= 72 %
Berikut dibawah ini adalah tabel perhitungan rasio BOPO Bank Lippo dan Bank Niaga, yang dihitung secara manual
oleh peneliti data pada periode kuartal III 2006-kuartal IV 2008.
Tabel 4.6
Rasio BOPO Bank Lippo dan Bank Niaga Sebelum Merger
Sumber : lampiran 6
Gambar 4.6
BOPO
100%
83% 75% 83%
76% 82% 78% 83%
75% 83%
77% 82% 83% 87%
72% 86% 85% 86%
82%
percentage
50%
KIII- KIV- KI- KII- KIII- KIV- KI- KII- KIII-
2006 2006 2007 2007 2007 2007 2008 2008 2008
Bank Lippo 76% 75% 78% 75% 77% 72% 83% 87% 82%
Bank Niaga 83% 82% 83% 83% 83% 82% 86% 85% 86%
Pada Bank Niaga nilai BOPO setiap kuartalnya yaitu pada tahun 2006 pada kuartal III sebesar 83%, kuartal IV sebesar
82%. Tahun 2007 kuartal I, kuartal II, dan kuartal III konstan pada 83%, kuartal IV turun menjadi 82%. Kemudian pada
tahun 2008 kuartal I sebesar 86%, kuartal II sebesar 85%, kuartal III sebesar 82%. Dari pergerakan grafik BOPO Bank
Niaga dan Bank Lippo terlihat kesamaan pola yaitu adanya efisiensi operasionalitas pada tahun 2007 yang kemudian
berkurang efisiensinya pad tahun 2008. Dari nilai rata-rata BOPO Bank Lippo sebesar 79% menunjukkan arti bahwa
Bank Lippo perlu mengeluarkan biaya operasional sebesar 79 % untuk menghasilkan pendapatan operasionalitanya.
Loan To Deposite Ratio(LDR)adalah perbandingan kredit yang diberikan kepada pihak ketiga. Jumlah kredit adalah kredit
yang diberikan kepada bank yang sudah direalisir/ditarik/dicairkan. Dana pihak ketiga meliputi simpanan masyarakat
meliputi giro, tabungan, deposito, dan KLBI yang artinya adalah volume pemberian kredit (pinjaman) yang diberikan
Bank Indonesia kepada bank yang bersangkutan. (Harmono 2009: 121). Semakin besar rasio ini semakin agresif
likuiditasnya.
Rumus dari LDR adalah :LDR = x100%
Berikut dibawah ini adalah tabel hasil perhitungan LDR berdasarkan rumus diatas. Namun sebelumnya, peneliti akan
memberikan contoh perhitungan LDR dari Bank Lippo kuartal IV tahun 2007 yaitu :
18112783
LDR= 100%
30353109
Sumber : lampiran 5
39
Gambar 4.7
LDR
100%
95% 95% 92% 93% 94% 95%
90% 89% 87%
85%
80% 79%
70% 71%
64%
Percentage
60% 59%
56%
50% 48% 50%
40% 42% 44%
30%
20%
10%
0%
K3- K4- K1- K2- K3- K4- K1- K2- K3-
2006 2006 2007 2007 2007 2007 2008 2008 2008
BANK LIPPO 42% 44% 48% 50% 56% 59% 64% 71% 79%
BANK NIAGA 89% 85% 87% 95% 95% 92% 93% 94% 95%
Berdasarkan tabel 4.7 dan gambar 4.7 rata-rata nilai LDR Bank Niaga lebih besar dari Bank Lippo yaitu sebesar
90,667% yang artinya kemampuan likuiditas aktivanya lebih kecil dibandingkan Bank Lippo. Melalui Gambar 4.7 terlihat
bahwa kemampuan likuiditas Bank Lippo semakin memburuk, terlihat dari nilai LDR yang semakin meningkat. Pada
tahun 2006 nilai LDR Bank Lippo kuartal III sebesar 42%, kuartal IV sebesar 44%. Pada tahun 2007 nilai LDR
meningkat yaitu pada kuartal I sebesar 48%, kuartal II sebesar 50%, kuartal III sebesar 56, kuartal IV sebesar 59%. Dan
pada tahun 2008 kuartal I sebesar 64%, kuartal II sebesar 71%, kuartal III sebesar 79%.
Kemudian pada Bank Niaga nilai LDR lebih tinggi namun cenderung stabil tidak terlalu fluktuatif. Terlihat pada tahun
2006 kuartal III sebesar 89%, kuartal IV sebesar 85%. Tahun 2007 meningkat namun tidak terlalu signifikan yaitu pada
kuartal I sebesar 87%, kuartal II sebesar 95%, kuartal III sebesar 95%, kuartal IV sebesar 92%. Dan pada tahun 2008
nilai LDR meningkat menjadi kuartal I sebesar 93%, kuartal II sebesar 94%, kuartal III sebesar 95%. Rata-rata nilai
LDR Bank Niaga sebesar 90,667 % yang artinya Bank Niaga mampu mengimbangi kewajiban bank untuk segera
memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya sebesar 91,667%.
4.2 KINERJA KEUANGAN CIMB NIAGA (HASIL MERGER BANK LIPPO DAN BANK NIAGA)
Berikut dibawah ini tabel kondisi rasio Capital Adequacy ratio pada Bank CIMB Niaga periode Kuartal IV
2008-Kuartal IV 2010
40
Tabel 4.8
Rasio CAR Bank CIMB Niaga Setelah Merger
Sumber : lampiran 8
Gambar 4.8
CAR
20%
Percentage
Tabel 4.8 menunjukkan rasio permodalan Bank CIMB Niaga berdasarkan rasio CAR mulai kuartal IV 2008 sampai
kuartal 4 tahun 2010 yaitu pada saat Bank Lippo dan Bank Niaga telah resmi merger menjadi Bank CIMB Niaga. Rata-
rata nilai CAR Bank Niaga adalah 14% yang artinya Bank CIMB Niaga dapat menjaga kemampuannya untuk menjamin
aktiva beresiko dengan kecukupan modalnya, dimana setiap 100% aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) dapat
dijamin modal sebesar 14%. Menurut Menurut ketetapan Bank Indonesia, Capital Adequacy Ratio (CAR) minimal
sebesar 8%, dan rata-rata rasio CAR Bank CIMB Niaga adalah 14% berarti kondisi permodalan Bank CIMB Niaga
sudah cukup baik , karena berada di atas ketetapan Bank Indonesia.
41
4.2.2 Rasio Aktiva Produktif
Nilai APB diperoleh dari perhitungan rasio APB yang diakses dari Laporan Keuangan Triwulan Bank CIMB Niaga
kuartal IV 2008- kuartal IV 2010 . Nilai APB dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.9
Gambar 4.9
APB
4%
PERCENTAGE
3%
2% 2% 2% 2% 2% 2% 2% 2%
1%
0%
KIV- KI- KII- KIII- KIV- KI- KII- KIII- KIV-
2008 2009 2009 2009 2009 2010 2010 2010 2010
CIMB NIAGA 1% 2% 2% 2% 2% 3% 2% 2% 2%
Berdasarkan tabel 4.9 dan gambar 4.9 terlihat bagaimana kondisi kualitas aktiva berdasarkan rasio APB Bank CIMB
Niaga. Dari tabel 4.9 dan gambar 4.9 terlihat bahwa nilai APB Bank CIMB Niaga cukup rendah, hal ini menunjukkan
bahwa kemampuan Bank CIMB Niaga dalam mengatasi aktiva yang bermasalah berdasarkan seluruh total aktiva
produktif sudah cukup baik. Rata-rata nilai APB adalah 2% yang berarti dalam kurun 9 kuartal aktiva produktif yang
bernasalah berdasarkan 100% aktiva yang produktif adalah 2%.
42
2. Rasio Non Performing Loan (NPL)
Nilai NPL diperoleh dari perhitungan secara manual rasio berdasarkan data dari Laporan Keuangan Triwulan Bank
CIMB Niaga kuartal IV 2008-kuartal IV 2010. Nilai NPL dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.10
Sumber : Lampiran 10
Gambar 4.10
NPL
4%
PERCENTAGE
3% 3% 3%
2% 2% 2% 2% 2% 2% 2% 2%
1%
0%
KIV- KI- KII- KIII- KIV- KI- KII- KIII- KIV-
2008 2009 2009 2009 2009 2010 2010 2010 2010
CIMB NIAGA 2% 2% 2% 2% 3% 3% 2% 2% 2%
Tabel 4.10 dan gambar 4.10 menunjukkan kondisi kredit bermasalah Bank CIMB Niaga. Selama 9 kuartal nilai NPL
Bank CIMB Niaga cukup stabil pada 2 %, yang kemudian membuat rata-rata NPL menjadi 2% hal ini berarti bahwa Bank
CIMB Niaga memiliki 2 % kredit yang bermasalah dibandingkan 100% kredit yang bank keluarkan. Menurut ketetapan
Bank Indonesia rata-rata NPL bank terbaik berada di bawah 5% dan semakin rendah semakin baik, dan rata-rata nilai
NPL Bank CIMB Niaga adalah 2% berada di bawah standar Bank Indonesia yaitu 5% berarti kemampuan Bank CIMB
Niaga dalam mengatasi kredit yang bermasalah cukup baik.
43
4.2.3 Rasio Rentabilitas
Berikut dibawah ini merupakan tabel perhitungan rasio return on aset Bank CIMB Niaga yang merupakan hasil
merger Bank Niaga dan Bank Lippo dalam kuartal IV 2008 sampai kuartal IV 2010 yang diperoleh dari Laporan
Keuangan Triwulan Bank CIMB Niaga.
Tabel 4.11
Gambar 4.11
ROA
3.00%
PERCENTAGE
2.00% 2% 2% 2% 2% 2% 2%
1.00% 1% 1% 1%
0.00%
KIV- KI- KII- KIII- KIV- KI- KII- KIII- KIV-
200 200 200 200 200 201 201 201 201
8 9 9 9 9 0 0 0 0
CIMB NIAGA 1% 1% 1% 2% 2% 2% 2% 2% 2%
Return On Assets (ROA) menunjukkan seberapa besar tingkat pengembalian yang didapatkan perusahaan berdasarkan
aktiva yang diproduksi, yang berarti apabila nilai ROA ini semakin tinggi, maka semakin besar laba yang diperoleh.
Berdasarkan tabel 4.11 dan grafik 4.11 terlihat adanya peningkatan nilai ROA dari 1% menjadi 2%, meningkat 100% dan
rata-rata nilai ROA selama 9 kuartal adalah 2% yang artinya Bank CIMB Niaga mampu menghasilkan tingkat
pengembalian sebesar 2% dari seluruh total aktiva yang dimiliki.
44
2. Net Interest Margin (NIM)
Berikut dibawah ini merupakan tabel perhitungan rasio Net Interest Margin Bank CIMB Niaga yang merupakan hasil
merger Bank Niaga dan Bank Lippo berdasarkan Laporan Keuangan Triwulan Bank CIMB Niaga yang dipublikasikan
Bank Indonesia dalam kuartal IV 2008 sampai kuartal IV 2010.
Tabel 4.12
Rasio Net Interest Margin Bank CIMB Niaga Setelah Merger
Sumber : Laporan Keuangan Triwulan Bank CIMB Niaga tahun 2008-2010 (Lampiran 12)
Gambar 4.12
NIM
7.0%
PERCENTAGE
6.0% 6% 6% 6% 6% 6% 6% 6%
5.0% 5% 5%
4.0%
3.0%
2.0%
1.0%
0.0%
KIV- KI- KII- KIII- KIV- KI- KII- KIII- KIV-
200 200 200 200 200 201 201 201 201
8 9 9 9 9 0 0 0 0
CIMB NIAGA 5% 5% 6% 6% 6% 6% 6% 6% 6%
Nilai NIM menunjukkan besarnya pendapatan bunga bersih yang didapatkan dari rata-rata aktiva produktif yang
dimiliki. Berdasarkan ketetapan Bank Indonesia, rasio NIM yang baik adalah minimun 2 %. Melalui tabel 4.12 dan
gambar 4.12 terlihat nilai-nilai rasio NIM Bank CIMB Niaga setiap kuartalnya berada diatas 2 % dan rata-rata NIM Bank
CIMB Niaga adalah 6 %, hal ini berarti Bank CIMB Niaga mampu mengelola aktiva produksinya dengan baik sehingga
45
menghasilkan pendapatan bunga sebesar 6%, maka kinerja keuangan Bank CIMB Niaga berdasarkan rasio NIM cukup
baik.
Berikut dibawah ini merupakan tabel perhitungan rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional Bank
CIMB Niaga yang merupakan hasil merger Bank Niaga dan Bank Lippo dalam kuartal IV 2008 sampai kuartal IV
2010.
Tabel 4.13
Sumber : lampiran 13
Gambar 4.13
BOPO
90%
88%
PERCENTAGE
85% 86%
82% 82% 82%
80%
77% 77% 77% 76%
75%
70%
KIV- KI- KII- KIII- KIV- KI- KII- KIII- KIV-
2008 2009 2009 2009 2009 2010 2010 2010 2010
CIMB NIAGA 88% 86% 82% 82% 82% 77% 77% 77% 76%
Melalui Gambar 4.13 terlihat jelas bahwa setiap kuartalnya nilai BOPO menurun, yang menandakan bahwa setiap
kuartal Bank CIMB Niaga semakin efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Rasio BOPO menunjukkan
bagaimana bank dapat mengelola beban operasionalnya dengan menggunakan pendapatan operasionalnya, semakin kecil
46
nilai rasio ini maka pendapatan operasional Bank CIMB Niaga lebih besar dari beban operasionalnya atau dengan kata
lain dengan pendapatan operasional dapat mengatasi beban operasionalnya. Berdasarkan ketetapan Bank Indonesia nilai
BOPO maksimum berada di 92%, dan berdasarkan rata-rata BOPO CIMB Niaga nilainya adalah 81 %, berarti kinerja
manajemen dan keuangan dalam mengelola keuangannya cukup baik.
Berikut dibawah ini merupakan tabel perhitungan Loan to deposite ratio Bank CIMB Niaga yang merupakan hasil
merger Bank Niaga dan Bank Lippo dalam kuartal IV 2008 sampai kuartal IV 2010 yang dihitung secara manual oleh
peneliti.
Tabel 4.14
Sumber : lampiran 14
Gambar 4.14
LDR
100%
95% 96%
PERCENTAGE
90% 91%
87% 88% 87% 88% 87%
85% 86%
84%
80%
75%
KIV- KI- KII- KIII- KIV- KI- KII- KIII- KIV-
2008 2009 2009 2009 2009 2010 2010 2010 2010
CIMB NIAGA 87% 86% 88% 91% 96% 87% 84% 88% 87%
Berdasarkan tabel 4.14 dan gambar 4.14 terlihat rata-rata LDR Bank CIMB Niaga sebesar 88% yang artinya Bank
CIMB Niaga mampu mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik
47
kembali uangnya sebesar 88%. Dan menurut ketetapan Bank Indonesia perusahaan yang kinerja baik harus memiliki
nilai LDR minimal 50%, dan rata-rata nilai LDR Bank CIMB Niaga berada 38% diatas ketetapan yaitu 88% menandakan
bahwa kinerja keuangan Bank CIMB Niaga berdasarkan rasio LDR sudah baik.
4.3 PERBANDINGAN RATA-RATA KINERJA KEUANGAN BANK CIMB NIAGA SEBELUM DAN
SESUADAH MELAKUKAN MERGER
Berikut tabel dibawah ini merupakan perbandingan rata-rata rasio CAR Bank Lippo dan Bank Niaga (sebelum merger)
periode kuartal III 2006-kuartal III 2008 dan Bank CIMB Niaga (setelah melakukan merger) periode kuartal IV 2008-
kuartal IV 2010.
Tabel 4.15
Perbandingan Capital adequacy Ratio (CAR) Bank CIMB Niaga Sebelum dan Sesudah merger
Berdasarkan tabel 4.15 tersebut akan dilakukan uji hipotesis yang pertama. Variabel yang dibandingkan adalah capital
adequacy ratio untuk mencari apakah ada perbedaan rasio permodalan (CAR) sebelum dan sesudah merger.
H0 :2.1= 1.1 Tidak ada perbedaan rata-rata rasio pertumbuhan CAR Bank CIMB Niaga sebelum dan sesudah merger.
H1:2.1 1.1 Terdapat perbedaan rata-rata rasio pertumbuhan CAR Bank CIMB Niaga sebelum dan sesudah merger.
48
Tabel 4.16
Lower Upper
Berdasarkan tabel 4.16 terlihat perbedaan rasio CAR sebelum dan setelah melakukan merger. Dengan tingkat
signifikasi 5% (=0.05) dan derajat kebebasan (df) adalah n-1 = 9-1 =8. Berdasarkan tabel .16 didapatkan nilai thitung
adalah 6,713. Uji dilakukan dua sisi (two tail) karena akan dilihat rata-rata CAR sebelum merger sama dengan CAR
setelah merger atau tidak, maka untuk melihat ttabel nilai /2 = 0.025. (t tabel yang didapat dari tabel t , df = 8 dan =0.025
maka harga t tabel = 2.306).
Gambar 4.15
Daerah Penerimaan H0
6,713
Tolak Ho
Tolak Ho
Dari Gambar 4.1 nilai thitung berada di daerah penolakan H0 yang berarti bahwa hipotesis I (CAR) ditolak, menurut
rumus tolak H0 jika t < -ta/2atau t > ta/2 dan thitung CAR (6,713) > t tabel (2,306), ini menunjukkan H0 ditolak yang berarti
terdapat perbedaan rasio CAR sebelum dan sesudah merger.
Berikut tabel dibawah ini merupakan perbandingan rata-rata rasio APB Bank Lippo dan Bank Niaga (sebelum
merger) periode kuartal III 2006-kuartal III 2008 dan Bank CIMB Niaga (setelah melakukan merger) periode kuartal IV
2008-kuartal IV 2010.
49
Tabel 4.17
Perbandingan Aktiva Produktif Bermasalah (APB) Bank CIMB Niaga Sebelum dan Sesudah Merger
H0 : 2.2= 1.2 tidak adaperbedaan rata-rata rasio aktiva produktif NPL, APB Bank CIMB Niagasebelum dan
sesudahmerger.
H1: 2.2 1.2 terdapat perbedaan rata-rata rasio aktiva produktif NPL, APB Bank CIMB Niagasebelum dan
sesudah merger.
Tabel 4.18
Lower Upper
Pair APB1.2.1 -
,00000 ,50000 ,16667 -,38433 ,38433 ,000 8 1,000
1 APB2.2
Berdasarkan tabel 4.18 terlihat perbedaan rasio APB sebelum dan setelah melakukan merger. Dengan tingkat signifikasi
5% (=0.05) dan derajat kebebasan (df) adalah n-1 = 9-1 =8, didapatkan nilai thitung adalah 0.0. Uji dilakukan dua sisi (two
tail) karena hipotestis melihat rata-rata APB sebelum merger sama dengan APB setelah merger atau tidak, maka untuk
melihat ttabel, nilai /2 = 0.025. (t tabel yang didapat dari tabel t , df = 8 dan =0.025 maka harga t tabel = 2.306).
50
Gambar 4.2
Daerah Penerimaan H0
Tolak Ho Tolak Ho
Dari gambar 4.2 terlihat bahwa hasil t hitung berada pada daerah penolakan H 0, maka Hipotesis II rasio APB diterima
dan berdasarkan rumustolak H0jika t < -ta/2atau t > ta/2dan thitungAPB (0.0) < t tabel (2,306), ini menunjukkan H0 diterima
yang berarti tidak terdapat perbedaan rasio APB sebelum dan sesudah merger.
Tabel dibawah ini merupakan perbandingan rata-rata rasio NPL Bank Lippo dan Bank Niaga (sebelum merger)
periode kuartal III 2006-kuartal III 2008 dan Bank CIMB Niaga (setelah melakukan merger) periode kuartal IV 2008-
kuartal IV 2010. Tabel 4.19
Perbandingan Net Performing Loan (NPL) Bank CIMB Niaga Sebelum dan Sesudah Merger
51
H0 : 2.2= 1.2 tidak ada perbedaan rata-rata rasio aktiva produktif NPL, APB Bank CIMB Niagasebelum dan
sesudah merger.
H1: 2.2 1.2 terdapat perbedaan rata-rata rasio aktiva produktif NPL, APB Bank CIMB Niagasebelum dan
sesudah merger.
Tabel 4.20
Lower Upper
Pair NPL1.2.2 -
,00000 ,70711 ,23570 -,54353 ,54353 ,000 8 1,000
1 NPL2.2
Keterangan : NPL 1.2.2 adalah rasio NPL sebelum merger
Berdasarkan tabel 4.20 terlihat perbedaan rasio NPL sebelum dan setelah melakukan merger. Dengan tingkat
signifikasi 5% (=0.05) dan derajat kebebasan (df) adalah n-1 = 9-1 =8, didapatkan nilai thitung adalah 0.0. Uji dilakukan
dua sisi (two tail) karena hipotestis melihat rata-rata NPL sebelum merger sama dengan NPL setelah merger atau tidak,
maka untuk melihat ttabel , nilai /2 = 0.025. (t tabel yang didapat dari tabel t , df = 8 dan =0.025 maka harga t tabel =
2.306).
Gambar 4.3
Daerah Penerimaan Ho
0
T tabel = -2,306 T tabel = + 2,306
Tolak Ho Tolak Ho
Berdasarkan Gambar 4.3 terlihat bahwa nilai t hitung berada di daerah penerimaan hipotesis, hal ini mendukung rumus
Tolak H0jika t < -ta/2atau t > ta/2dan thitung NPL (0.0) < t tabel (2,306), ini menunjukkan H0 diterima yang berarti tidak
terdapat perbedaan rasio NPL sebelum dan sesudah merger.
Tabel dibawah ini merupakan perbandingan rata-rata rasio ROA Bank Lippo dan Bank Niaga (sebelum merger)
periode kuartal III 2006-kuartal III 2008 dan Bank CIMB Niaga (setelah melakukan merger) periode kuartal IV 2008-
kuartal IV 2010.
52
Tabel 4.21
Perbandingan Return On Assets (ROA) Bank CIMB Niaga Sebelum dan Sesudah Merger
H0 : 2.3= 1.3tidak ada perbedaan rata-rata rasio rentabilitas ROA, NIM, BOPO Bank CIMB Niaga sebelum dan
sesudah merger.
H1: 2.31.3terdapat perbedaan rata-rata rasio rentabilitas ROA, NIM, BOPO Bank CIMB Niaga sebelum dan
sesudah merger
Tabel 4.22
Lower Upper
Pair ROA1.3.1 -
,15556 ,61667 ,20556 -,31846 ,62957 ,757 8 ,471
1 ROA2.3.1
Berdasarkan tabel 4.22 terlihat perbedaan rasio ROA sebelum dan setelah melakukan merger. Dengan tingkat
signifikasi 5% (=0.05) dan derajat kebebasan (df) adalah n-1 = 9-1 =8, didapatkan nilai thitung adalah 0,757. Uji dilakukan
dua sisi (two tail) karena hipotestis melihat rata-rata ROA sebelum merger sama dengan ROA setelah merger atau tidak,
53
maka untuk melihat ttabel , nilai /2 = 0.025. (t tabel yang didapat dari tabel t , df = 8 dan =0.025 maka harga t tabel =
2.306).
Gambar 4.4
Daerah Penerimaan Ho
0 0.757
T tabel = -2,306 T tabel = + 2,306
Tolak Ho Tolak Ho
Berdasarkan gambar 4.4 , terlihat hasil perhitungan nilai T berada pada daerah penerimaan hipotesis ini, hal ini sesuai
dengan rumus : tolak H0jika t < -ta/2atau t > ta/2dan thitung ROA(0,757) < t tabel (2,306), ini menunjukkan H0 diterima yang
berarti tidak terdapat perbedaan rasio ROA sebelum dan sesudah merger.
Tabel dibawah ini merupakan perbandingan rata-rata rasio BOPO Bank Lippo dan Bank Niaga (sebelum merger)
periode kuartal III 2006-kuartal III 2008 dan Bank CIMB Niaga (setelah melakukan merger) periode kuartal IV 2008-
kuartal IV 2010. Tabel 4.23
54
H0 : 2.3= 1.3tidak ada perbedaan rata-rata rasio rentabilitas ROA, NIM, BOPO Bank CIMB Niaga sebelum dan
sesudah merger.
H1: 2.31.3terdapat perbedaan rata-rata rasio rentabilitas ROA, NIM, BOPO Bank CIMB Niaga sebelum dan
sesudah merger
Tabel 4.24
Lower Upper
Pair BOPO1.3.2 -
,22222 6,56273 2,18758 -4,82234 5,26678 ,102 8 ,922
1 BOPO2.3.2
Keterangan : BOPO 1.3.2 adalah rasio BOPO sebelum merger
Berdasarkan tabel 4.24 terlihat perbedaan rasio BOPO sebelum dan setelah melakukan merger. Dengan tingkat
signifikasi 5% (=0.05) dan derajat kebebasan (df) adalah n-1 = 9-1 =8, didapatkan nilai thitung adalah 0.102 . Uji
dilakukan dua sisi (two tail) karena hipotestis melihat rata-rata BOPO sebelum merger sama dengan BOPO setelah
merger atau tidak, maka untuk melihat ttabel , nilai /2 = 0.025. (t tabel yang didapat dari tabel t , df = 8 dan =0.025 maka
harga t tabel = 2.306).
Gambar 4.5
Daerah Penerimaan Ho
0 0,102
T tabel = -2,306 T tabel = + 2,306
Tolak Ho Tolak Ho
Berdasarkan gambar 4.5 terlihat bahwa hasil perhitungan T berada pada daerah penerimaan hipotesis pada kurva two
tail hal ini mendukung rumus : Tolak H0jika t < -ta/2atau t > ta/2dan thitung BOPO(0.102) < t tabel (2.306), menunjukkan H0
diterima yang berarti tidak terdapat perbedaan rasio BOPO sebelum dan sesudah merger.
Tabel dibawah ini merupakan perbandingan rata-rata rasio NIM Bank Lippo dan Bank Niaga (sebelum merger)
periode kuartal III 2006-kuartal III 2008 dan Bank CIMB Niaga (setelah melakukan merger) periode kuartal IV 2008-
kuartal IV 2010.
55
Tabel 4.25
H0 : 2.3= 1.3 tidak ada perbedaan rata-rata rasio rentabilitas ROA, NIM, BOPO Bank CIMB Niaga sebelum dan
sesudah merger.
H1: 2.31.3 terdapat perbedaan rata-rata rasio rentabilitas ROA, NIM, BOPO Bank CIMB Niaga sebelum dan
sesudah merger
Tabel 4.26
Lower Upper
Pair NIM1.3.3 -
,50000 ,75000 ,25000 -,07650 1,07650 2,000 8 ,081
1 NIM2.3.1
Keterangan : NIM 1.3.3. adalah rasio NIM sebelum merger
Berdasarkan tabel 4.26 terlihat perbedaan rasio NIM sebelum dan setelah melakukan merger. Dengan tingkat
signifikasi 5% (=0.05) dan derajat kebebasan (df) adalah n-1 = 9-1 =8, didapatkan nilai thitung adalah 2,00. Uji
dilakukan dua sisi (two tail) karena hipotestis melihat rata-rata NIM sebelum merger sama dengan NIM setelah merger
atau tidak, maka untuk melihat ttabel , nilai /2 = 0.025. (t tabel yang didapat dari tabel t , df = 8 dan =0.025 maka harga t
tabel = 2.306).
56
Gambar 4.6
Daerah Penerimaan Ho
0 2
T tabel = -2,306 T tabel = + 2,306
Tolak Ho Tolak Ho
Berdasarkan gambar 4.6 terlihat bahwa hasil perhitungan t berada pada daerah penerimaan hipotesis, hal ini
mendukung rumus : Tolak H0jika t < -ta/2atau t > ta/2dan thitungNIM (2,00)< t tabel (2,306), menunjukkan H0 diterima yang
berarti tidak terdapat perbedaan rasio NIM sebelum dan sesudah merger.
Tabel dibawah ini merupakan perbandingan rata-rata rasio LDR Bank Lippo dan Bank Niaga (sebelum merger)
periode kuartal I 2006-kuartal III 2008 dan Bank CIMB Niaga (setelah melakukan merger) periode kuartal IV 2008-
kuartal IV 2010.
Tabel 4.27
H0 : 2.4=1.4tidak ada perbedaan rata-rata rasio likuiditas LDR Bank CIMB Niaga sebelum dan sesudah merger.
57
H1: 2.41.4terdapat perbedaan rata-rata rasio likuiditas LDR Bank CIMB Niaga sebelum dan sesudah merger.
Tabel 4.28
Paired Samples Test LDR
Lower Upper
LDR1.4 - -
Pair 1 7,51850 2,50617 -19,72367 -8,16522 -5,564 8 ,001
LDR2.4 13,94444
Keterangan : LDR 1.4. adalah rasio LDR sebelum merger
Berdasarkan tabel 4.28 terlihat perbedaan rasio NPL sebelum dan setelah melakukan merger. Dengan tingkat
signifikasi 5% (=0.05) dan derajat kebebasan (df) adalah n-1 = 9-1 =8, didapatkan nilai thitung adalah -5,564 . Uji
dilakukan dua sisi (two tail) karena hipotestis melihat rata-rata NPL sebelum merger sama dengan NIM setelah merger
atau tidak, maka untuk melihat ttabel , nilai /2 = 0.025. (t tabel yang didapat dari tabel t , df = 8 dan =0.025 maka harga t
tabel = 2.306)
Gambar 4.7
Daerah Penerimaan Ho
-5.564
-5.564T tabel = - T tabel = + 2,306
2,306 Tolak Ho
Tolak Ho
Tolak H0jika t < -ta/2atau t > ta/2dan thitung NPL(-5.564) < t tabel (-2,306), ini menunjukkan H0 ditolak yang berarti terdapat
perbedaan rasio NPL sebelum dan sesudah merger.
4.4.1 Perbedaan Kinerja Keuangan Bank CIMB Niaga Sebelum dan Sesudah Merger
1. Permodalan (capital)
Rata-rata Capital Adequacy Ratio Bank CIMB Niaga sebelum dan sesudah merger menunjukkan keadaan permodalan
Bank CIMB Niaga, rata-rata rasio CAR sebelum merger adalah 18% dan sesudah merger adalah 14%. Terjadi penurunan
rata-rata rasio CAR setelah merger, hal ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan Bank CIMB Niaga dari segi
permodalan yang terlihat melalui rasio CAR lebih baik sebelum merger. Namun demikian rasio CAR sebelum dan
sesudah merger masih berada di atas ketetapan minimal Bank Indonesia sebesar 8%, maka keadaan CAR Bank CIMB
Niaga baik periode sebelum dan sesudah dalam keadaan baik. Penurunan disebabkan oleh penurunan modal dan
58
peningkatan aktiva tertimbang menurut risiko, peningkatan aktiva disebabkan setelah kedua bank bergabung maka aset
dan kewajiban yang dipenuhi juga bertambah akibat bertambahnya nasabah dan transaksi antara bank dengan nasabah.
Rata-rata rasio Non Performing Loan (NPL) dan rasio Aktiva Produktif bermasalah (APB) pada Bank CIMB Niaga,
Bank Lippo dan Bank Niaga menunjukkan bagaimana bank menjaga kualitas aktiva produktifnya termasuk kredit yang
diberikan. Dari hasil perhitungan rasio NPL dan rasio APB secara triwulan didapatkan bahwa nilai rasio NPL sebelum
merger adalah 2,22% dan sesudah merger adalah 2,22 %. Rata-rata rasio NPL sebelum dan sesudah merger adalah sama.
Berarti tidak ada perubahan kinerja keuangan, dari hasil perhitungan rasio NPL sebelum dan sesudah merger berada di
bawah ketetapan maksimal Bank Indonesia sebesar 5%, maka baik sebelum dan sesudah merger kondisi kredit yang
bermasalah berdasarkan rasio NPL masih dapat diatasi atau dalam keadaan baik. Sedangkan nilai aktiva produktif
bermasalah yang dihitung melalui rasio APB sebelum merger adalah 2% dan sesudah merger adalah 2%. Tidak ada
perbedaan rata-rata rasio APB sebelum dan sesudah merger.
3. Rentabilitas (Earning)
Rasio Rentabilitas menunjukkan bagaimana Bank dalam kemampuannya menghasilkan laba (pendapatan). Untuk
menghitung kemampuan menghasilkan laba, pada penelitian ini digunakan 3 rasio yaitu return on assets ratio, net interest
margin, dan Beban Operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO).
a. Return On Assets
Melalui hasil perhitungan ditemukan bahwa nilai ROA sebelum merger dalam 9 kuartal adalah 1,82% dan sesudah
merger adalah 1,67% terjadi penurunan tingkat pengembalian aset setelah merger sebesar 0,15%. Penurunan nilai
ROA tidak terlalu signifikan, yang berarti tidak ada perbedaan kemampuan menghasilkan laba baik sebelum
maupun sesudah merger.
Nilai NIM sebelum merger adalah 6,06 %, dan sesudah merger adalah 5,56% sama dengan ROA terjadi penurunan
setelah merger kemampuan bank CIMB Niaga untuk menghasilkan pendapatan bersih dari keseluruhan aktiva (aset)
produktifnya.
Nilai rasio BOPO sebelum merger adalah 81%, dan sesudah merger adalah 80,80% terjadi penurunan nilai BOPO
dalam pengelolaan efisiensi bank sebelum dan sesudah merger, namun penurunan yang terjadi tidak terlalu signifikan
yang berarti tidak ada perbedaan bank dalam efisiensi dan kemampuan kegiatan operasionalitasnya sebelum dan
sesudai merger. Namun, nilai BOPO masih berada di bawak ketetapan maksimal Bank Indonesia yaitu 92%, maka
baik sebelum dan sesudah merger kondisi BOPO dalam keadaan baik.
4. Likuiditas
Rasio Likuiditas menunjukkan bagaimana Bank CIMB Niaga mengelola kreditnya yang diperoleh dari perhitungan
loan to deposite ratio (LDR). Rata-rata nilai LDR sebelum merger adalah 71,9% dan sesudah merger adalah 88%.
Terjadi kenaikan rata-rata nilai LDR setelah merger, hal ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan Bank CIMB
Niaga setelah merger mengalami lebih baik. Selain itu, nilai rasio LDR Bank CIMB Niaga sebelum dan sesudah
59
merger berada diatas ketetapan minimal Bank Indonesia sebesar50%, berarti baik periode sebelum dan sesudah
merger kondisi LDR Bank CIMB Niaga dalam keadaan baik.
Berdasarkan perhitungan kinerja keuangan dengan menggunakan rasio keuangan pada Bank CIMB Niaga periode
2006-2010 menunjukkan tidak terjadinya perubahan yang signifikan akibat dilakukannya merger. Hal ini berarti tujuan
merger yang diharapkan belum tercapai. Kinerja yang terbaik yang dilakukan Bank CIMB Niaga adalah kemampuan bank
dalam mengelola pengembalian kredit yang ditunjukkan dari peningkatan nilai LDR. Hal ini berarti hipotesis awal pada
penelitian diterima, yaitu tidak adanya perbedaan kinerja keuangan yang signifikan oleh Bank CIMB Niaga sebelum dan
sesudah merger. Hasil yang sama ditunjukkan pada penelitian oleh djigkraaf (2012) yang juga meneliti kesehatan Bank
CIMB Niaga 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah merger dengan laporan keuangan diambil secara bulanan tidak
menunjukkan adanya perkembangan keuangan. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan Idrus dan Irma (2010)
yang meneliti kinerja keuangan perusahaan sebelum dan setelah merger pada perusahaan yang terdaftar di BEI.
60
BAB V
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka penulis dapat menarik kesimpulan yang diharapkan dapat menjawab
tujuan dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
Berdasarkan hasil analisis rasio keuangan dengan menggunakan 4 rasio yaitu rasio permodalan, rasio aktiva
produktif, rasio rentabilitas dan rasio likuiditas. Secara keseluruhan kinerja keuangan Bank Lippo jauh lebih baik
dari pada Bank Niaga, hal ini terlihat dari nilai rasio permodalan ditunjukkan oleh rasio CAR Lippo adalah 20%
dan Bank Niaga 15,89% . Rasio aktiva produktif yang ditunjukkan oleh rasio APB Bank Lippo 0%, Bank Niaga
2%, NPL Bank Lippo 1% dan Bank Niaga 2 %. Rasio rentabilitasi yang ditunjukkan oleh rasio ROA Bank Lippo
dan Bank Niaga 2%, NIM Bank Lippo 5,89% dan Bank Niaga 5,56%, BOPO Bank Lippo 78% dan Bank Niaga
83%, dan rasio likuiditas yang ditunjukkan oleh rasio LDR Bank Lippo 57% dan Bank Niaga 91,67%. Kinerja
keuangan Bank Lippo sudah baik dan memenuhi kriteria yang ditetapkan Bank Indonesia dalam Surat Edaran
Bank Indonesia No.6/23/DPNP 31 Mei 2004
Berdasarkan hasil analisis rasio keuangan dengan menggunakan 4 rasio yaitu rasio permodalan, rasio aktiva
produktif, rasio rentabilitas dan rasio likuiditas. Secara keseluruhan kinerja keuangan Bank Niaga sudah cukup
baik, walaupun kinerja keungan Bank Niaga berdasarkan keempat rasio keuangan berada di bawah Bank Lippo
namun, kinerja keuangan Bank Lippo sudah baik dan memenuhi kriteria yang ditetapkan Bank Indonesia dalam
Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP 31 Mei 2004
Berdasarkan hasil analisis rasio keuangan, secara keseluruhan kinerja keuangan Bank CIMB Niaga setelah
merger dilihat dari perolehan rata-rata rasio keuangan yang digunakan menggunakan standar kesehatan bank
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
5.1.4 Perbandingan Kinerja Keuangan Bank CIMB Niaga Sebelum dan Sesudah Merger
Berdasarkan hasil analisis rasio keuangan terlihat bahwa secara keseluruhan kinerja keuangan Bank CIMB
Niaga lebih baik sebelum merger. Hal ini terlihat dari perhitungan rasio permodalan ditunjukkan oleh rasio CAR
sebelum adalah 19% dan sesudah merger 14% . Rasio aktiva produktif yang ditunjukkan oleh rasio APB
sebelum adalah 2 % dan sesudah merger 2% , NPL sebelum adalah 2,22% dan sesudah merger 2,22% . Rasio
rentabilitasi yang ditunjukkan oleh rasio ROA sebelum adalah 1,82% dan sesudah merger 1,67% . NIM sebelum
adalah 6,056% dan sesudah merger 5,56% , BOPO sebelum adalah 81% dan sesudah merger 80,87% , dan rasio
likuiditas yang ditunjukkan oleh rasio LDR sebelum adalah 71,9% dan sesudah merger 88%. Kemudian setelah
diuji dengan menggunakan paired t-test disimpulkan secara umum tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan
sebelum dan sesudah merger.
61
5.1.5 Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa tujuan dilakukannya merger belum dapat tercapai dalam jangka waktu
satu sampai 2 tahun setelah dilakukan merger. Disimpulkan tujuan bank untuk kinerja keuangan bank belum dapat
diperoleh dalam jangka pendek. Hal ini dapat diakibatkan bahwa dalam periode awal masa merger kedua bank
masih dalam tahap pengaturan kegiatan manajemen dan administrasi bank dan penyesuaian budaya antar kedua
bank.
5.2 SARAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis mengajukan beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi
pertimbangan bagi peningkatan kinerja bank tahun berikutnya dan menjadi pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.
Saran yang diajukan penulis adalah sebagai berikut :
62
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Alexandri, Moh Benny. (2009). Manajemen Keuangan Bisnis Teori dan Soal. Bandung : Alfabeta.
Aliwu, Pricillya.(2012). Perbandingan Kinerja Keuangan dan Kesehatan Bank Sebelum dan Sesudah Merger Bank
CIMB Niaga Tbk (Studi Kasus Merger Pada Bank Niaga dan Bank Lippo).Skripsi pada Institut Manajemen
Telkom : Tidak diterbitkan
Auqie, vally. (2013). Dampak Merger dan Akuisisi Terhadap Abnormal Return dan Kinerja Keuangan Bidder Firm di
Sekitar Tanggal Pengumuman Merger dan Akuisisi pada Perusahaan yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
Periode 2009-2012. 2(2),1-16. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya
Bank CIMB Niaga.(2008). Laporan Tahunan Bank CIMB Niaga 2008. Tersedia :
http://www.cimbniaga.com/index.php?ch=20&pg=34&ac=54&bb=68&uc=1 .[diakses 25 Februari 2014]
Bank CIMB Niaga.(2012). Laporan Tahunan Bank CIMB Niaga 2012. Tersedia :
http://www.cimbniaga.com/index.php?ch=20&pg=34&ac=54&bb=68&uc=1 .[diakses 25 Februari 2014
Brigham & Houston.(2009). Fundamentals of Financial Management. Penerjemah : Ali Akbar Yulianto. (Edisi 10, Jilid
1). Jakarta : Salemba Empat.
Chandra Setiawan.(2013,6 Juni).Analisis Rencana Merger dan Akuisisi Akan Lebih Mendalam.Detik
Finance[online].Tersedia : http://finance.detik.com/read/2013/06/06/222025/2266606/911/analisis-rencana-
merger-dan-akuisisi-akan-lebih-mendalam. [diakses 25 februari 2014]
Djikgraaf, R.Aris.(2012).Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Sebelum dan Sesudah Merger (Studi pada
PT.Bank CIMB Niaga Tbk).Draft Skripsi pada Universitas Pasundan Bandung : tidak diterbitkan.
63
Fauzi, Alin Latifah.(2013). Analisis Kinerja Keuangan Lembaga Keuangan Mikro Binangun di Lembaga Keuangan
Mikro Kebonrejo, dan Lembaga Keuangan Mikro Kedundang periode 2009-2011.Skripsi pada Institut Manajemen
Telkom : Tidak diterbitkan
Gauhan, Patrick A.(2011).Merger, Acquisitions, and Corporate Restructurings (5ft ed). Hoboken,New Jersey : John
Wiley & 2010.
Idrus, Olivia dan Irma.(2010). Laporan Penelitian Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger
dan Akuisisi (Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI).Pondok Cabe: Universitas Terbuka.
Indonesia Stock Exchange, (2010), Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia. Tersedia :
www.idx.co.id/Portals/.../Buku%20Panduan%20Indeks%202010.pdf.[diakses 25 Februari 2014]
Kasmir. (2011). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada
Lay Alexander, et,al. (2010).Efektifitas Regulasi Merger & Akuisisi Dalam Kerangka Hukum Persaingan Usaha. Jakarta
: Pustaka Sinar Harapan.
Noor, Juliansyah.( 2011). Metodologi Penelitian. Jakarta : Kencana Prenada Medi Group
Rahmadiansyah, R.Hidayat. (2013). Analisis Dampak Sebelum, Sesudah Pengumuman merger dan Akuisisi Terhadap
Abnormal Return dan Volume Perdagangan Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI. 1-11. Jurnal
mahasiswa universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung pinang
Redaksi.(1998, 21 Desember).Laporan Akhir Tahun Bidang Ekonomi Krisis Ekonomi 1998, Tragedi Tak Terlupakan.
http://www.seasite.niu.edu/indonesian/Reformasi/Krisis_ekonomi.htm.[diakses, 25 Februari 2014]
Sekaran, Uma. (2008). Research Method for Business (4). Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
Sisbintari, Ika. Analisis Komparatif CAR,LDR,ROA dan ROE Sebelum dan Sesudah Merger pada PT.Bank CIMB Niaga
Tbk.Vol 6(2).163-173.Jurnal Profit
Subramanyam K.R dan John J.Wild.(2009).Financial Statement Analysis (10th ed).New York,America : Mc.Graw Hill
Internasional
Suharsaputra, Uhar. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan. Bandung: PT.Refika Aditama
Taswan. (2010). Manajemen Perbankan konsep, teknik, dan aplikasi (2 nded).Yogyakarta : UPP STIM YKPN
YOGYAKARTA.
65