PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS
MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI PENERAPAN METODE TALKING STICK DIKELAS V SD NEGERI 51 LUBUKLINGGAU Disusun oleh: DIAN FARISTA NIM. 835884482 Email : dianfarista@gmail.com
ABSTRAK
Rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajarn IPS di kelas V SD Negeri 51
Lubuklinggau, yang hanya 23% siswa yang mencapai ketuntasan belajar. Hal ini terjadi karena langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru belum efektif, sehingga kriteria ketuntasan minimal belum tercapai sesuai dengan pedoman standar pendidikan nasional. Sebagai subyek penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 31 siswa. Adapun tujuan dari perbaikan pembelajaran ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar IPS melalui penerapan model pembelajaran dengan metode talking stick. Penelitian perbaikan pembelajaran ini berupa penelitian tindakan kelas yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian perbaikan pembelajaran diperoleh peningkatan hasil belajar siswa, masing-masing sebesar 68% pada siklus I dengan rata-rata hasil belajar 74.67. Selanjutnya pada siklus II diperoleh hasil 87% dengan rata-rata hasil belajar 78.87. terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 35%. Indikator keberhasilan belajar siswa dikatakan tuntas secara klasikal apabila 85% siswa memperoleh nilai 67 keatas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran dengan metode talking stick dapat meningkatkan hasil belajar IPS dengan materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di kelas V SD Negeri 51 lubuklinggau Kecamatan lubuklinggauUtara II kota Lubuklinggau.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Talking Stick, Siswa Kelas V
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002 : 263). Proses belajar mengajar IPS yang menghendaki adanya keaktifan siswa, sampai saat ini sering diabaikan oleh guru. Dalam pembelajaran di kelas banyak guru (khususnya di daerah atau desa) masih banyak yang menggunakan pendekatan ekspositoris. Pendekatan pembelajaran ini banyak dipilih karena sarana dan prasarana pembelajaran, khususnya pembelajaran IPS di daerah yang masih belum memadai. Sebagai akibat penerapan pendekatan ini pengetahuan konsep IPS yang diperoleh siswa hanya bersifat hafalan. Pendekatan ekspositori menuntut seorang guru untuk selalu menambah wawasan, baik itu dari membaca buku-buku pelajaran maupun dari media lain yang berkaitan dengan materi pelajaran IPS. Dampaknya, bagi guru yang kurang aktif, proses belajar mengajar yang dilaksanakan di kelas sering mengalami kegagalan. Hasil belajar siswa tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Masalah ini diketahui, karena penulis adalah wali kelas dan telah melakukan kegiatan belajar dan mengajar khususnya mata pelajaran IPS di Kelas V SD Negeri 51 Lubuklinggau pada tahun ajaran 2016-2017. Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas di kelas V SD Negeri 51 Lubuklinggau dengan judul Peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS Materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Melalui Metode Penerapan talking stick dikelas V SDN 51 Lubuklinggau. Dengan harapan dapat mengefektifkan dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS. B. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah dengan penerapan metode talking stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran IPS pada materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran Tindakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dengan berlandaskan kaidah PTK ini bertujuan sebagai berikut: Dengan penerapan metode talking stick dapat mengefektifkan pembelajaran IPS pada materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SDN 51 Lubuklinggau. D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, terutama jika penelitian ini berhasil. Maka manfaat yang diperoleh sebagai berikut: 1 1. Bagi Siswa a. Meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran. b. Meningkatkan hasil belajar siswa. c. Meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. 2. Bagi Guru a. Memperbaiki pembelajaran yang dikelola. b. Membantu guru berkembang secara profesional. c. Memperluas pengalaman mengajar di kelas dalam rangka perencanaan pembelajaran yang efektif. d. Sebagai acuan memperbaiki proses pembelajaran dan landasan meningkatkan proses pembelajaran di kelas. 3. Bagi Sekolah a. Sebagai sumbangan yang positif untuk memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi di sekolah b. Menumbuhkan iklim kerja sama yang konduktif untuk memajukan sekolah. II. KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2001 : 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slamet (2003 : 2) berpendapat bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Suparwato (2004 : 41) bahwa belajar pada intinya adalah proses internalisasi dalam diri individu yang belajar dapat dikenali belajarnya yaitu berupa perubahan, baik penguasaan materi, tingkah laku, maupun keterampilan. William Burton mengemukakan bahwa A good learning situation consists of a rich and variation series of learning experiences unified around a vigorous purpose and carried on in interaction with a rich, varied and provocative environment. Yang berarti bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Didalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman belajar. Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa didalam belajar ada suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang berupa pengetahuan, pemahaman, maupun sikap yang diperoleh melalui proses. Perubahan tingkah laku yang diperoleh merupakan hasil interaksi dengan lingkungan. Interaksi tersebut salah satunya adalah proses pembelajaran yang diperoleh disekolah. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa dengan belajar seseorang dapat memperoleh sesuatu yang baru baik ilmu pengetahuan, keterampilan maupun sikap. B. Pengertian IPS Menurut Sardjiyo, Sugandi, Ichak (2008:126). IPS, seperti halnya IPA, Matematika, dan Bahasa Indonesia merupakan bidang studi. Dengan demikian, IPS sebagai bidang studi memiliki garapan yang dipelajari cukup luas. Bidang garapannya itu meliputi gejala-gejala dan masalah kehidupan manusia di masyarakat. Tekanan yang dipelajari IPS berkenaan dengan gejala dan masalah kehidupan masyarakat bukan pada teori dan keilmuannya, melainkan pada kenyataan kehidupan kemasyarakatan. Dari gejala dan masalah tadi di telaah, dianalisis faktor-faktornya sehingga dapat dirumuskan jalan pemecahannya. Memperhatikan kerangka kerja IPS, seperti yang dikemukakan di atas dapat ditarik pengertian IPS sebagai berikut. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan. IPS yang diajarkan pada pendidikan dasar dan menengah, menjadi dasar pengantar bagi mempelajari IPS/Studi Sosial ataupun ilmu Sosial di Perguruan Tinggi. Bahkan dalam kerangka kerjanya dapat saling melengkapi. Hasil penelaahan IPS dapat dimanfaatkan oleh ilmu sosial, studi sosial, dan sebaliknya hasil kajian ilmu sosial, dapat dimanfaatkan oleh IPS. Dengan demikian, antar ilmu sosial, studi sosial, dan ilmu pengetahuan sosial ternyata terdapat kaitan satu sama lainnya sehingga terdapat persamaan dan perbedaan. Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia masih relatif baru digunakan. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah terjemahan dari social studies dalam konteks kurikulum pendidikan dasar dan menengah di Amerika Serikat. Edgar B. Wesley dalam buku Teaching Social Studies (1952) mengartikan Studi Sosial those portions or aspect of social sciences that heve been selected and adapted for used in the school or in other instructional situation (bagian atau aspek-aspek ilmu sosial yang dipilih dan disesuaikan dengan maksud digunakan di sekolah atau situasi pengajaran lain). Dengan demikian IPS adalah ilmu pengetahuan tentang manusia dalam lingkungan hidupnya, yaitu mempelajari kegiatan hidup manusia dalam kelompok yang disebut masyarakat dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu sosial, seperti sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, dan sebagainya. C. Materi Tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Proklamasi Kemerdekaan Indonesia merupakan peristiwa bersejarah bagi Negara Indonesia, karena telah bebas merdeka dari penjajah. Negara Indonesia merdeka atas usaha keras para pejuang Indonesia. Para pejuang memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di depan rakyat Indonesia, yang memberi dampak positif untuk rakyat Indonesia yaitu kemerdekaan Negara Indonesia atau tidak ada lagi penjajah yang menjajah Negara Indonesia. Terdapat beberapa peristiwa sejarah menjelang proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang perlu diketahui sebagai Warga Negara Indonesia. Pada tanggal 12 Agustus 1945 tiga tokoh pergerakan nasional, yaitu Dr. Rajiman Wedyodiningrat, Ir. Soekarno, dan Drs. Mohammad Hatta memenuhi undangan Jenderal Terauchi di Dalat (Vietnam Selatan). Jenderal Terauchi adalah Panglima Tentara Jepang di Asia Tenggara. Pada pertemuan di Dalat, Jenderal Terauchi mengatakan pemerintahan Jepang telah memutuskan untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Keputusan itu diambil setelah Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Jepang. Bom atom pertama dijatuhkan di Kota Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945. Bom atom kedua dijatuhkan di Kota Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Akibatnya, Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. Berita kekalahan Jepang didengar oleh pemuda Indonesia yang salah satunya adalah Sutan Syahrir lewat siaran radio luar negeri. Pada tanggal 14 Agustus 1945, Sutan Syahrir menunggu kedatangan Drs. Moh. Hatta dari Dalat. Syahrir mendesak agar proklamasi jangan dilakukan oleh PPKI. Menurut Syahrir, Negara Indonesia yang lahir dengan cara demikian akan dicap oleh Sekutu sebagai negara buatan Jepang. Syahrir mengusulkan agar proklamasi kemerdekaan dilakukan oleh Ir. Soekarno saja sebagai pemimpin rakyat, atas nama rakyat lewat siaran radio. Pada tanggal 15 Agustus 1945, golongan muda yang terdiri dari Wikana, Sutan Syahrir, Sukarni dan lain-lain mendesak Ir. Soekarno untuk segera mengumumkan kemerdekaan Indonesia, tetapi ditolak oleh golongan tua seperti Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Achmad Soebardjo. Pada tanggal 16 Agustus 1945, Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta dibawa oleh Sukarni ke Rengasdengklok Jawa Barat. Tujuannya yaitu supaya terhindar dari pengaruh ancaman dan tekanan pemerintah Jepang. Mereka kembali ke Jakarta dan diamankan di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda (Angkatan Laut Jepang yang membantu proses proklamasi Indonesia). Pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 02.30 WIB, di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta dirumuskan teks proklamasi Indonesia oleh golongan tua dan muda. Teks proklamasi diketik oleh Sayuti Melik. Sukarni mengusulkan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta yang membubuhkan tanda tangan di bawah teks proklamasi serta Ir. Soekarno membacakan teks proklamasi. Teks yang sudah ditandatangani Soekarno- Hatta, diperbanyak dan disebarluaskan ke seluruh tanah air dan dunia melalui surat kabar, radio, dan mulut kemulut. Pembacaan teks proklamasi dilaksanakan oleh Ir. Soekarno yang didampingi Drs. Moh. Hatta di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta pukul 10.00 WIB di halaman rumah Ir. Soekarno. Pengibaran bendera pusaka merah putih dilaksanakan oleh Latif Hendraningrat dan S. Suhud. Bendera Pusaka Merah Putih tersebut dijahit oleh Ibu Fatmawati (istri Ir. Soekarno). Berita mengenai proklamasi dimuat disurat kabar England Post, Radio NHK, serta Domei (milik Jepang). Surat kabar di Indonesia yang ikut menyebarluaskan berita proklamasi yaitu Tjahaya dan Soeara Asia. Sejak itu, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajah. Setelah siswa mempelajari tentang peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesai dan menghargai jasa para tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia, dapat disimpulkan bahwa karakteristik materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ini lebih cenderung bersifat hafalan. Siswa dituntut untuk menghafalkan kronologi peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia. Untuk itu, materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia cocok diterapkan dengan model pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang dimaksud yaitu model pembelajaran dengan menggunakan metode talking stick. Materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia akan lebih cepat dipahami siswa kelas V SD serta melatih siswa dalam bersosialisasi dengan teman yang lain, apabila menerapkan model pembelajaran dengan menggunakan metode talking stick. D. Pengertian Metode Talking Stick Metode adalah salah satu cara yang digunakan untuk pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan (Djamarah, 2005:53), sedangkan pengertian metode menurut pendapat Sutriono (2003:2) apabila dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan Anitah (2004:24) berpendapat metode adalah cara yang digunakan guru dalam membelajarkan siswa. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan metode adalah cara yang digunakan guru untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan belajar dan mengajar sesuai dengan rencana dan tujuan pembelajaran. Stauffer (dalam Rahim, 2007:41) mengemukakan talking Stick merupakan metode pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk berani mengajukan atau mengemukakan pendapat. Pembelajaran dengan metode talking Stick diawali oleh penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Peserta didik diberi kesempatan membaca maupun mendengar serta mempelajari materi tersebut. Lebih lanjut ( Eanes dalam Rahim, 2007:29) mempunyai asumsi utama mengenai metode talking Stick yaitu pemahaman dapat ditingkatkan dengan membangun latar belakang pengetahuan, menyusun tujuan membaca, mendiskusikan dan mengembangkan pemahaman sesudah kegiatan membaca. Berikut langkah-langkah penerapan metode pembelajaran talking Stick dalam meningkatkan hasil belajar siswa yaitu : 1. Guru menugaskan siswa untuk membaca materi pokok tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. 2. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi tersebut. 3. Guru mengamati siswa ketika mereka membaca materi. 4. Guru memberikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini. 5. Guru membantu siswa dalam memahami serta membuat ringkasan dan kesimpulan jika siswa merasa bahwa bahan bacaannya sulit diprediksi. 6. Guru selanjutnya meminta kepada peserta didik menutup bahan bacaannya tadi. 7. Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya, tongkat tersebut diberikan kepada salah satu peserta didik. 8. Peserta didik yang menerima tongkat tersebut diwajibkan untuk menjawab pertanyaan dari guru, jika siswa sudah dapat menjawabnya maka tongkat diserahkan kepada siswa lain. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru. 9. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya. 10.Guru memberikan ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan peserta didik. 11.Guru dan peserta didik bersama-sama menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran. III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian Serta Pihak yang Membantu 1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian perbaikan dalam pembelajaran ini adalah siswa kelas V SD Negeri 51 Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017 sebanyak 31 siswa yang terdiri dari 16 Laki-laki dan 15 Perempuan, dengan usia rata-rata 10- 12 tahun dan sudah mampu mengembangkan pikiran logis. 2. Tempat Penelitian Lokasi tempat penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di SD Negeri 51 Lubuklinggau, jalan Jendral Sudirman kelurahan Kali Serayu kecamatan Lubuklinggau Utara II kota Lubuklinggau Sumatera Selatan. 3. Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan dari tanggal 5 April 2017 sampai dengan tanggal 26 April 2017. 4. Pihak yang Membantu Dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh observer yaitu Ibu Erma Zuraida, S.Pd. selaku Kepala sekolah SD Negeri 51 Lubuklinggau. B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran Perbaikan ini dilakukan melalui penelitian tindakan kelas (PTK) yang berlangsung dalam dua siklus. Menurut Wardani, IG, AK (2006:4) PTK masing- masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Observasi dan (4) Refleksi. Siklus I a. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah: 1) Mengidentifikasi masalah. 2) Menganalisis dan merumuskan masalah. 3) Merancang rencana perbaikan pembelajaran dengan metode talking stick. 4) Menyiapkan Instrumen (Materi ajar, Media, Tes Formatif). b. Pelaksanaan Kegiatan pembelajaran siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 12 april 2017 dengan pokok bahasan masa-masa menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia, yang dilakukan pada tahap ini, antara lain: 1) Guru menginformasikan tentang kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa. 2) Guru membagikan materi pelajaran tentang masa-masa menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia. 3) Guru menugaskan siswa untuk membaca materi pelajaran tentang masa-masa menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia. 4) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi tersebut. 5) Guru mengamati siswa ketika mereka membaca materi. 6) Guru memberikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini. 7) Guru membantu siswa dalam memahami serta membuat ringkasan dan kesimpulan jika siswa merasa bahwa bahan bacaannya sulit diprediksi. 8) Guru selanjutnya meminta kepada siswa menutup bahan bacaannya tadi. 9) Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya, tongkat tersebut diberikan kepada salah satu siswa. 10)Siswa yang menerima tongkat tersebut diwajibkan untuk menjawab pertanyaan dari guru, jika siswa sudah dapat menjawabnya maka siswa tersebut bisa memilih temannya yang lain untuk diserahkan tongkat tersebut. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru. 11)Guru memberi kesempatan kepada siswa melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya. 12)Guru memberikan ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan para siswa. 13)Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran. 14)Pengamat mencatat aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar. 15)Guru memberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. c. Observasi Pada siklus I dilaksanakan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telaj dibuat. Selama kegiatan pembelajaran observasi dilakukan oleh peneliti dan supervisor 2. Pengamat memberikan tanda () terhadap aspek yang diamati berdasarkan indikatornya. Setelah itu diadakan pula evaluasi hasil belajar untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi. d. Refleksi Refleksi siklus I dilakukan untuk membahas data hasil observasi dan tes pada siklus I. dari hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa indikator keberhasilan yang ditetapkan belum tercapai, sehingga dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II. Siklus II a. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah: 1) Hasil refleksi pada siklus I dievaluasi, didiskusikan dengan supervisor dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya. 2) Mendata masalah dan kendala yang dihadapai saat pembelajaran. 3) Merancang rencana perbaikan II berdasarakan reflesi siklus I. 4) Menyiapkan Instrumen (Materi ajar, Media, Tes Formatif). b. Perencanaan Kegiatan pembelajaran siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 26 april 2017 dengan pokok bahasan Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Yang dilakukan pada tahap ini, adalah melaksanakan perbaikan pembelajaran II dengan memaksimalkan penerapan metode talking stick, diantaranya: 1) Guru menginformasikan tentang kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa serta menjelaskan langkah-langkah pembelajaran secara lebih rinci dan terarah. 2) Guru memajangkan beberapa gambar tokoh-tokoh pahlawan yang berperan dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia. 3) Guru membagikan materi pelajaran tentang profil tokoh-tokoh pahlawan yang berperan dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia. 4) Guru menugaskan siswa untuk membaca materi tentang profil tokoh-tokoh pahlawan yang berperan dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia. 5) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi tersebut disertai bantuan dengan gambar tokoh-tokoh pahlawan yang berperan dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia yang telah dipajang. 6) Guru mengamati siswa ketika mereka membaca materi. 7) Guru memberikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini. 8) Guru membantu siswa dalam memahami serta membuat ringkasan dan kesimpulan. 9) Guru selanjutnya meminta kepada siswa menutup bahan bacaannya tadi. 10) Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya, tongkat tersebut diberikan kepada salah satu siswa. 11) Siswa yang menerima tongkat tersebut diwajibkan untuk menjawab pertanyaan dari guru, jika siswa sudah dapat menjawabnya maka siswa tersebut bisa memilih temannya yang lain untuk diserahkan tongkat tersebut. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru. 12) Guru memberi kesempatan kepada siswa melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya. 13) Guru memberikan ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan para siswa. 14) Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran. 15) Pengamat mencatat aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar. 16) Guru memberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. c. Observasi Pada siklus II dilaksanakan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telaj dibuat. Selama kegiatan pembelajaran observasi dilakukan oleh peneliti dan supervisor 2. Pengamat memberikan tanda () terhadap aspek yang diamati berdasarkan indikatornya. Setelah itu diadakan pula evaluasi hasil belajar untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi. d. Refleksi Pada tahap ini guru/peneliti dan supervisor 2 mengevaluasi/membahas hasil temuan, dalam hal ini membandingkan data temuan dengan indikator keberhasilan. Dari hasil refleksi diperoleh kekuatan dan kelemahan pelaksanaan pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk perbaikan perbaikan pembelajaran padasiklus berikutnya. Jika indikator keberhasilan telah tercapai maka tidak perlu dilanjutkan kegiatan siklus berikutnya. C. Tehnik Analisis Data Berdasarkan data hasil observasi dan evaluasi selanjutnya dilakukan analisis data sebagai bahan kajian pada kegiatan refleksi. Adapun analisis data dilakukan dengan cara:
1. Data aktivitas belajar :
2. Data hasil tes belajar :
a. Ketuntasan Individu
b. Ketuntasan Klasikal
c. Peningkatan Hasil Belajar:
Keterangan : R2 = Nilai rata-rata setelah tindakan
R1 = Nilai rata-rata sebelum tindakan 3. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Secara individu seorang siswa dikatakan tuntas dalam belajar jika persentase hasil belajar siswa telah mencapai nilai KKM yaitu 67. 2. Jika hasil siklus II > siklus I, maka penelitian perbaikan pembelajaran dikatakan berhasil. 3. Ketuntasan klasikal adalah 85%. Artinya terdapat 85% siswa yang nilai hasil belajarnya mencapai 67. 4. Untuk keaktifan siswa, diaktakan berhasil jika 80% siswa telah aktif dalam kegiatan perbaikan pembelajaran. Dengan demikan kriteria keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah apabila terjadi peningkatan hasil belajar pada setiap siklusnya. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran 1. Deskripsi Kondisi Awal Untuk mengetahui aktivitas selama melakukan tindakan, berikut peneliti paparkan aktivitas pembelajaran yang dimaksud. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di kelas V SD Negeri 51 Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017. Subjek penelitian berjumlah 31 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Sebelum melakukan siklus penelitian dengan menerapkan pembelajaran dengan metode talking stick, peneliti melakukan pengambilan data pratindakan pada tanggal 5 April 2017. Penelitian pratindakan tersebut bertujuan mendapatkan data awal mengenai kemampuan siswa kelas V SD Negeri 51 Lubuklinggau dalam materi Proklamasi kemerdekaan republik Indonesia. 1.1 Hasil Tes Pratindakan Kegiatan pratindakan dilaksanakan pada tanggal 5 April 2017 di kelas V SD Negeri 51 Lubuklinggau, peneliti menggunakan tes tertulis yang terdiri dari 10 soal yang berbentuk esay yang membutuhkan jawaban singkat dengan skor nilai masing-masing soal 10, dan skor maksimal 100. Diketahui bahwa dari 31 siswa kelas V yang memperoleh nilai 67 keatas atau tuntas secara individu berjumlah 7 siswa atau 23%. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai kurang dari 67 atau belum tuntas secara individu berjumlah 24 siswa atau 77%. 2. Deskripsi Hasil Siklus I 2.1 Tahap Perencanaan (Planning) a. Guru dan pengamat mulai mengidentifikasi masalah yang mungkin muncul saat pelaksanaan pembelajaran. b. Guru dan pengamat mencoba menganalisis dan merumuskan masalah yang mungkin muncul saat pembelajaran. c. Guru dan pengamat merancang pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran dengan talking stick. d. Guru dan pengamat melakukan diskusi mengenai penerapan dengan metode pembelajaran dengan talking stick. e. Guru dan pengamat bersama-sama membuat pedoman observasi. f. Guru merencanakan tugas tentang materi Proklamasi kemerdekaan republik Indonesia. 2.2 Tahap Melakukan Tindakan (Action) a. Guru melaksanakan langkah-langkah kegiatan sesuai perencanaan pembelajaran. b. Guru menerapkan pembelajaran dengan metode talking stick. c. Pada akhir siklus I, setelah guru melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan metode talking stick dilakukan pemberian soal tes akhir siklus. Berdasarkan hasil tes yang kemudian dianalisis dengan kriteria ketuntasan belajar siswa secara klasikal, maka diperoleh nilai sebesar 68% siswa yang tuntas dalam belajar dengan nilai rata-rata 74.67 atau sebanyak 21 siswa yang tuntas belajar.Dari 31 siswa kelas V SD Negeri 51 Lubuklinggau, baru 21 siswa yang tuntas dalam belajar, sedangkan 10 siswa belum tuntas dalam belajar. Data ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I belum memperoleh ketuntasan belajar, walaupun rata-rata kelas telah mencapai 74.67, sedangkan menurut kriteria ketuntasan minimal di SD Negeri 51 lubuklinggau adalah 67. Dan secara klasikal baru mencapai 68% yang seharusnya mencapai 85% siswa mengalami ketuntasan belajar. d. Pengamat (supervisor 2) melakukan pengamatan terhadap setiap langkah- langkah kegiatan sesuai rencana. e. beberapa siswa msih mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan saat mendapat giliran talking stick. 2.3 Tahap Mengamati (Observation) a. Pengamat melakukan pengamatan terhadap penerapan pembelajaran yang dilakukan guru. Hasil observasi yang dilakukan oleh pengamat terhadap aktivitas guru adalah : 1) Pelaksanaan pembelajaran belum sesuai dengan skenario pembelajaran, 2) Guru kurang memberikan motivasi kepada siswa, 3) Karena sesuatu hal yang masih baru, guru kurang membimbing dalam mengarahkan siswa untuk melaksanakan langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode talking stick, 4) Penyampaian materi telah mengarah kepada RPP, 5) Penggunaan waktu yang tidak efisien dan efektif, 6) Guru kurang membimbing siswa yang berkemampuan rendah dalam menjawab pertanyaan yang diajukan, 7) Guru sering lupa memberikan pujian kepada siswa yang bisa menjawab pertanyaan dengan benar. b. Pengamat mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi terhadap aktivitas siswa. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa yang dilakukan oleh pengamat dalam proses pembelajaran didapat bahwa proses pembelajaran yang telah dilaksanakan ada beberapa aspek yang belum terlaksana dengan baik yaitu : 1) beberapa siswa kurang memperhatikan ketika guru memberikan pengarahan, 2) Kegiatan pembelajaran masih didominasi siswa yang berkemampuan tinggi dan sedang, sedangkan siswa yang berkemampuan rendah seringkala tidak bisa menjawab pertanyaan dan cenderung pasif, 3) Beberapa siswa kurang berani untuk menjawab pertanyaan disaat mendapat giliran talking stick, dikarenakan ragu untuk menjawab dan takut akan disoraki temannya karena salah menjawab pertanyaan, 4) Karena model pembelajaran ini masih baru maka beberapa siswa masih terlihat bingung. 2.4 Tahap Refleksi (Reflection) a. Guru bersama pengamat melakukan analisis temuan pengamatan, dengan menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model pembelajaran dengan metode talking stick. b. Pengamat dan guru melakukan diskusi untuk membahas tentang kelemahan-kelemahan atau kekurangan yang dilakukan guru serta memberikan saran perbaikan untuk pembelajaran IPS ke materi berikutnya. Adapun yang disarankan pengamat adalah: 1) Agar guru mempersiapkan diri lagi dalam menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan metode talking stick dengan runut dan terarah, 2) Agar guru melaksanakan pembelajaran lebih sesuai dengan skenario yang telah dibuat, 3) Mengingatkan pada guru untuk memberikan batasan waktu kepada setiap siswa saat menjawab pertanyaan, 4) Mengingatkan kepada guru untuk memperhatikan siswa yang ribut didalam kelas dan mengajak untuk lebih fokus terhadap pembelajaran, 5) Mengingatkan kepada guru untuk memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran, 6) Mengingatkan kepada guru untuk memberikan reward berupa pujian terhadap siswa yang bisa mengikuti pembelajaran dengan baik. c. Guru melakukan refleksi terhadap penerapan pembelajaran dengan metode talking stick. d. Guru dibantu pengamat melakukan refleksi terhadap kreativitas siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, disamping itu guru melakukan evaluai tentang topik yang sudah dibahas dengan nilai rata-rata siswa 74.67 namun masih ada 10 siswa atau sekitar 32% yang mendapat nilai <67.
3. Deskripsi Hasil Siklus II
3.1 Tahap Perencanaan (Planning) a. Hasil refleksi guru dievaluasi dan didiskusikan bersama dengan pengamat dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya. b. Guru mendata masalah-masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran. c. Guru merancang perbaikan pembelajaran berdasarkan refleksi siklus I 3.2 Tahap Melakukan Tindakan (Action) a. Guru melakukan analisis dan pemecahan masalah yang dihadapinya dalam pelaksanaan pembelajaran. b. Guru melaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan metode talking stick yang dipadu dengan pemberian reward berupa pujian dan memperbaiki kekurangan dan kelemahan saat pembelajaran sebelumnya. 3.3 Tahap Mengamati (Observation) a. Pengamat melakukan pengamatan terhadap penerapan pembelajaran dengan metode talking stick yang sudah dikembangkan sebelumnya. b. Peneliti dan pengamat mencatat perubahan yang terjadi, guru lebih percaya diri dan menjelaskan langkah-langkah pembelajaran secara lebih runut dan terarah. Guru sudah dapat berperan sebagai narasumber, fasilitator dan mediator dengan baik. c. Guru sudah dapat mengelola kelas dengan baik. d. Guru dan pengamat melakukan diskusi membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran dan memberikan balikan. 3.4 Tahap Refleksi (Reflection) a. Guru merefleksi proses pembelajaran yang dilaksanakan. b. Guru merefleksi hasil belajar siswa. Pada akhir siklus II guru memberikan tes formatif kepada para siswa untuk melihat kemampuan siswa dalam memahami materi proklamasi kemerdekaan Indonesia. Berdasarkan data, hasil dari 31 siswa yang tuntas dalam belajar berjumlah 27 siswa dengan perolehan nilai 67. Dengan rata-rata 78.87 dan persentase ketuntasan secara klasikal adalah 87%. Dengan demikian dari persentase nilai yang diperoleh siswa pada siklus II dapat diketahui hasil belajar siswa baik secara individu maupun secara klasikal telah tuntas. c. Guru menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian. d. Guru (Peneliti) dan Pengamat (supervisor 2) memberikan rekomendasi terhadap hasil akhir penelitian tindakan kelas yang dilakukan. e. Dari tahap kegiatan pada siklus I dan II, hasil yang direkomendasikan adalah: * Siswa telah terbangun motivasinya dalam belajar melalui model pembelajaran dengan metode talking stick. * Guru telah memiliki kemampuan merancang dan menerapkan pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dengan model pembelajaran dengan metode talking stick. * Prestasi siswa dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan pokok bahasan proklamasi kemerdekaan Indonesia meningkat dengan nilai rata-rata mencapai 78.87. B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran Pembelajaran pada pokok bahasan Proklamasi kemerdekaan Indonesia melalui penerapan model pembelajaran dengan metode talking stick terlihat memberikan hasil yang cukup signifikan dalam meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran sebagaimana terlihat dalam rangkuman keterlibatan siswa pada pembelajaran. Terlihat bahwa jumlah siswa dan persentase siswa yang terlibat aktif sebelum perbaikan menunjukkan adanya kenaikan. Sebelum tindakan pembelajaran siswa terlibat aktif hanya 11 siswa atau 35% kemudian meningkat menjadi 18 siswa atau 58% pada siklus I dan menjadi 24 siswa (78%) pada siklus II. Selain mengamati aktivitas siswa saat proses pembelajaran berlangsung, pada setiap akhir siklus dilakukan juga tes yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan yang dilaksanakan. Tes dilakukan pada akhir pembelajaran. Hasil tes dianalisis untuk mengetahui tingkat ketuntasan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran Ilmu pengetahuan sosial dengan materi Proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan penerapan metode pembelajaran talking stick. Bahwa hasil belajar dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menunjukkan peningkatan dari satu siklus pembelajaran kesiklus berikutnya. Keadaan sebelum perbaikan pembelajaran jumlah siswa yang mencapai ketuntasan atau yang memperoleh nilai 67 baru mencapai 7 siswa (23%),kemudian meningkat menjadi 21 siswa(68%) pada siklus 1, dan 27 siswa (87%) pada siklus II. Peningkatan evaluasi hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas V SD Negeri 51 Lubuklinggau sebelum dilakukan tindakan pembelajaran jumlah siswa yang memperoleh 67 hanya 7 siswa atau hanya 23% siswa yang tuntas dalam belajar. Sedangkan aktivitas yang aktif hanya 11 orang atau hanya 35%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa kurang memuaskan, belum memenuhi target yang ingin dicapai. 1. Pra Tindakan Hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 51 lubuklinggau pada materi Proklamasi kemerdekaan Indonesia sebelum diadakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode pembelajaran talking stick masih sangat rendah. Ini terlihat dari pratindakan yang telah dilaksanakan sebelum siklus Idan siklus II. Diketahui dari 31 siswa yang tuntas pada pratindakan atau telah mendapat nilai 67 keatas berjumlah 7 siswa atau 23% dan siswa yang belum tuntas berjumlah 24 siswa atau 77%. Dari hasil observasi dan refleksi terhadap pembelajaran, kemudian dilakukan diskusi dengan supervisor 2 diperoleh temuan antara lain bahwa 1) Penjelasan materi pembelajaran tidak memperdulikan apakah semua siswa memperhatikan dengan seksama penjelasan guru, 2) Masih banyak siswa terutama yang duduk dibangku tengah, samping jendela dan belakang yang tidak memperhatikan dengan seksama, 3) Cara penyampaian materi yang digunakan cenderung membosankan sehingga siswa tidak tertarik dengan materi yang diajarkan, 4) Siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran, guru yang aktif dan siswa pasif. Hal ini menyebabkan motivasi siswa mengikuti pelajaran menurun. 2. Pembahasan Siklus I Pada pembelajaran siklus I dilakukan upaya perbaikan dengan mengunakan model pembelajaran metode talking stick. Dimana dengan penggunaan metode pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Model pembelajaran ini diharapkan dapat membuat siswa bisa untuk lebih teliti dalam mempelajari materi pelajaran dan bisa untuk menangkap hal-hal penting yang ada dalam materi sehingga sewaktu dilakukan kegiatan talking stick dan mendapat giliran tongkat, siswa bisa untuk menjawab dengan benar. Dengan menerapkan metode talking stick siswa akan lebih termotivasi, membuat mereka secara tidak langsung akan secara bersama-sama belajar dan memahami materi karena pada saat mereka mendapat tongkat dan pertanyaan dari guru maka seluruh siswa akan tahu jawaban dari pertanyaan guru dengan cara yang menyenangkan dan pada akhirnya hasil belajar pun akan meningkat. Model pembelajaran dengan metode talking stick ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hasil observasi dan hasil evaluasi pada siklus I menunjukkan adanya kenaikan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa. Siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran 18 siswa (58%) dan 21 siswa (68%) memperoleh nilai 67. Walaupun telah menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar maupun hasil belajar siswa, namun pembelajaran masih belum memuaskan karena masih ada 10 siswa atau sebesar 32% yang belum mencapai ketuntasan. Oleh karenanya peneliti melanjutkan penggunaan model ini dengan sambil melanjutkan materi pelajaran. Hasil observasi dan refleksi terhadap hasil pembelajaran siklus I, diperoleh temuan bahwa model pembelajaran dengan metode talking stick yang digunakan belum sepenuhnya dapat memotivasi siswa secara maksimal. Hal ini dikarenakan model pembelajaran yang digunakan oleh guru belum begitu memberikan makna kepada siswa. Siswa masih terlihat tegang dan kaku saat melakukan pembelajaran dan pada siklus I kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh siswa yang berkemampuan tinggi dan sedang, sedangkan siswa yang berkemampuan kurang lebih banyak diam saat membahas materi dan saat pelaksanaan talking stick. Bisa dikatakan hal tersebut terjadi karena baik guru dan siswa belum terbiasa dengan pola pembelajaran talking stick tersebut, sehingga akan coba diperbaiki pada pembelajaran perbaikan selanjutnya. 3. Pembahasan Siklus II Mengingat upaya yang dilakukan pada siklus I belum diperoleh hasil yang diharapkan, maka dilakukan refleksi untuk menghasilkan rencana tindakan pada siklus II. Rencana tindakan yang diambil pada siklus II adalah guru melaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran dengan memaksimalkan keterampilan mengadakan variasi yang dipadu dengan pemberian reward berupa pujian dan berusaha memperbaiki kekurangan dan kelemahan saat pembelajaran sebelumnya. Memanfaatkan waktu pembelajaran yang seefisien mungkin sehingga dapat mencakup semua materi bahasan. Penerapan metode talking stick pada siklus II, guru melakukan sedikit improvisasi dengan menempelkan gambar-gambar para tokoh proklamator dipapan tulis disaat dilakukan kegiatan memahami dan pengayaan materi, sehingga menjadikan suasana pembelajaran di dalam kelas mengalami perubahan, disamping juga para siswa telah dimotivasi guru sebelumnya untuk lebih aktif lagi dalam kegiatan pembelajaran. Para siswa yang sebelumnya hanya diam saja mulai berani bertanya dan mengemukakan pendapatnya. Mereka juga mampu menjawab ketika diberi pertanyaan guru. Hal ini menunjukkan bahwa mereka mulai menunjukkan keaktifan mereka. Pada dasarnya penerapan pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan yang dimaksud adalah adanya kemauan siswa untuk belajar, dimana siswa tidak tinggal diam ketika diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Selain itu, adanya perubahan pada kebiasaan siswa dimana mereka malu pada saat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru sehingga berani dan bisa menjawab pertanyaan guru disaat mendapatkan kesempatan giliran memegang tongkat saat kegiatan talking stick berlangsung. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa, Siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran 24 siswa (78%) dan 27 siswa (87%) memperoleh nilai 67. Sehingga terjadi peningkatan dari aktivitas belajar dan hasil belajar siswa dari siklus sebelumnya. Dengan demikian dengan penerapan model pembelajaran dengan metode talking stick pada siklus I dan siklus II terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan materi Proklamasi kemerdekaan Indonesia di Kelas V SD Negeri 51 Lubuklinggau. IV. SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan analisis data tes dan observasi dari pelaksanaan pratindakan, siklus 1 dan siklus 2, secara umum dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa kelas V SD Negeri 51 Lubuklinggau tahun ajaran 2016/2017 dalam pembelajaran IPS dengan materi proklamasi kemerdekaan Indonesia melalui penerapan model pembelajaran dengan metode talking stick dapat ditingkatkan. Sedangkan simpulan khusus dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri 51 Lubuklinggau tahun ajaran 2016/2017 dalam pembelajaran IPS dengan materi proklamasi kemerdekaan indonesia melalui penerapan model pembelajaran dengan metode talking stick dapat dilihat dari ketuntasan belajar siswa baik secara individu maupun klasikal, hal ini dilihat dari hasil aktivitas belajar siswa pada hasil pratindakan 35%, pada siklus I meningkat menjadi 58%. Selanjutnya pada siklus II meningkat menjadi 78%. 2. Hasil belajar dalam pembelajaran IPS dengan materi proklamasi kemerdekaan Indonesia melalui penerapan model pembelajaran dengan metode talking stick meningkat, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa pada pratindakan 58.38, pada siklus I nilai rata-rata siswa meningkat 74.67 dan pada siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 78.87. B. Saran Tindak lanjut Selama kegiatan penelitian perbaikan pembelajaran, peneliti menemukan kekuatan maupun kelemahan dari kegiatan pembelajaran. Berdasarkan kekuatan maupun kelemahan yang peneliti temui selama melaksanakan pembelajaran menggunakan metode talking stick, beberapa hal yang dapat penulis sarankan adalah sebagai berikut: 1. Perlu adanya perhatian yang sungguh-sungguh serta rencana pembelajaran yang tersusun baik untuk dapat menghasilkan pembelajaran yang berhasil. 2. Pembelajaran dengan menggunakan metode talking stick tidak hanya terbatas untuk pembelajaran IPS dengan materi proklamasi kemerdekaan Indonesia saja, tetapi juga bisa diterapkan untuk konsep lain atau pelajaran lain, untuk itu model pembelajaran dengan metode talking stick ini perlu diujicobakan pada konsep dan pembelajaran lain. 3. Pembelajaran dengan menggunakan metode talking stick hendaknya lebih sering dipakai untuk diharapkan dapat meningkatkan kemampuan memahami materi dan keberanian dalam mengungkapkan pendapat serta menjawab pertanyaan dari guru. DAFTAR PUSTAKA
Anitah. W. 2004. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Pustaka Jaya.
Burhani. A. 2013. Peningkatan Kemampuan Memahami Dongeng Melalui
Penerapan Metode Talking Stick Siswa Kelas V SD Negeri 67 Lubuklinggau. Skripsi. STKIP-PGRI Lubuklinggau.
Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Rahim, Farida. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta : Sinar
Grafiks.
Sardiyo, Sugandi, Ischak. 2008. Materi Pokok Pendidikan IPS di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensido Offset.
Sugandi, Achmad dan Haryanto. 2007. Teori Pembelajaran. Semarang : UPT
MKK UNNES.
Sumantri. Mulyani. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Maulana Bandung.
Sumaatmaja. 2007. Modul Konsep Dasar IPS. Jakarta : Universitas Terbuka.
Wardani I.G.A.K. Kuswaya Wihardit dan Nochi Nasoction. 2003. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.
Wardani I.G.A.K. Siri Yulacha dan Ngadit Marsinah. 2005. Pemantapan
Kemampuan Profesional (Panduan). Jakarta : Universitas Terbuka.