Anda di halaman 1dari 25

KARYA ILMIAH

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS


MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI
PENERAPAN METODE TALKING STICK
DIKELAS V SD NEGERI 51 LUBUKLINGGAU
Disusun oleh:
DIAN FARISTA
NIM. 835884482
Email : dianfarista@gmail.com

ABSTRAK

Rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajarn IPS di kelas V SD Negeri 51


Lubuklinggau, yang hanya 23% siswa yang mencapai ketuntasan belajar. Hal ini
terjadi karena langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru belum efektif,
sehingga kriteria ketuntasan minimal belum tercapai sesuai dengan pedoman
standar pendidikan nasional. Sebagai subyek penelitian ini adalah siswa kelas V
yang berjumlah 31 siswa. Adapun tujuan dari perbaikan pembelajaran ini adalah
untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar IPS melalui penerapan
model pembelajaran dengan metode talking stick. Penelitian perbaikan
pembelajaran ini berupa penelitian tindakan kelas yang terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian perbaikan pembelajaran
diperoleh peningkatan hasil belajar siswa, masing-masing sebesar 68% pada
siklus I dengan rata-rata hasil belajar 74.67. Selanjutnya pada siklus II diperoleh
hasil 87% dengan rata-rata hasil belajar 78.87. terjadi peningkatan hasil belajar
sebesar 35%. Indikator keberhasilan belajar siswa dikatakan tuntas secara klasikal
apabila 85% siswa memperoleh nilai 67 keatas. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa penerapan model pembelajaran dengan metode talking stick dapat
meningkatkan hasil belajar IPS dengan materi Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia di kelas V SD Negeri 51 lubuklinggau Kecamatan lubuklinggauUtara II
kota Lubuklinggau.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Talking Stick, Siswa Kelas V


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. (Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional. 2002 : 263).
Proses belajar mengajar IPS yang menghendaki adanya keaktifan siswa,
sampai saat ini sering diabaikan oleh guru. Dalam pembelajaran di kelas banyak
guru (khususnya di daerah atau desa) masih banyak yang menggunakan
pendekatan ekspositoris. Pendekatan pembelajaran ini banyak dipilih karena
sarana dan prasarana pembelajaran, khususnya pembelajaran IPS di daerah yang
masih belum memadai. Sebagai akibat penerapan pendekatan ini pengetahuan
konsep IPS yang diperoleh siswa hanya bersifat hafalan. Pendekatan ekspositori
menuntut seorang guru untuk selalu menambah wawasan, baik itu dari membaca
buku-buku pelajaran maupun dari media lain yang berkaitan dengan materi
pelajaran IPS. Dampaknya, bagi guru yang kurang aktif, proses belajar mengajar
yang dilaksanakan di kelas sering mengalami kegagalan. Hasil belajar siswa tidak
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Masalah ini diketahui, karena penulis adalah wali kelas dan telah melakukan
kegiatan belajar dan mengajar khususnya mata pelajaran IPS di Kelas V SD
Negeri 51 Lubuklinggau pada tahun ajaran 2016-2017.
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan
Penelitian Tindakan Kelas di kelas V SD Negeri 51 Lubuklinggau dengan judul
Peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS Materi Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia Melalui Metode Penerapan talking stick dikelas V SDN
51 Lubuklinggau. Dengan harapan dapat mengefektifkan dan meningkatkan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran IPS.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah dengan penerapan
metode talking stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap
pembelajaran IPS pada materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tindakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dengan berlandaskan
kaidah PTK ini bertujuan sebagai berikut:
Dengan penerapan metode talking stick dapat mengefektifkan pembelajaran IPS
pada materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, dan dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa kelas V SDN 51 Lubuklinggau.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak, terutama jika penelitian ini berhasil. Maka manfaat yang diperoleh
sebagai berikut:
1 1. Bagi Siswa
a. Meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran.
b. Meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
2. Bagi Guru
a. Memperbaiki pembelajaran yang dikelola.
b. Membantu guru berkembang secara profesional.
c. Memperluas pengalaman mengajar di kelas dalam rangka perencanaan
pembelajaran yang efektif.
d. Sebagai acuan memperbaiki proses pembelajaran dan landasan
meningkatkan proses pembelajaran di kelas.
3. Bagi Sekolah
a. Sebagai sumbangan yang positif untuk memecahkan masalah
pembelajaran yang dihadapi di sekolah
b. Menumbuhkan iklim kerja sama yang konduktif untuk memajukan
sekolah.
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar
Oemar Hamalik (2001 : 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
Slamet (2003 : 2) berpendapat bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Suparwato (2004 : 41) bahwa
belajar pada intinya adalah proses internalisasi dalam diri individu yang belajar
dapat dikenali belajarnya yaitu berupa perubahan, baik penguasaan materi,
tingkah laku, maupun keterampilan. William Burton mengemukakan bahwa A
good learning situation consists of a rich and variation series of learning
experiences unified around a vigorous purpose and carried on in interaction with
a rich, varied and provocative environment.
Yang berarti bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
individu melalui interaksi dengan lingkungan. Didalam interaksi inilah terjadi
serangkaian pengalaman-pengalaman belajar.
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa didalam belajar
ada suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang berupa pengetahuan,
pemahaman, maupun sikap yang diperoleh melalui proses. Perubahan tingkah
laku yang diperoleh merupakan hasil interaksi dengan lingkungan. Interaksi
tersebut salah satunya adalah proses pembelajaran yang diperoleh disekolah.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa dengan belajar seseorang dapat
memperoleh sesuatu yang baru baik ilmu pengetahuan, keterampilan maupun
sikap.
B. Pengertian IPS
Menurut Sardjiyo, Sugandi, Ichak (2008:126). IPS, seperti halnya IPA,
Matematika, dan Bahasa Indonesia merupakan bidang studi. Dengan demikian,
IPS sebagai bidang studi memiliki garapan yang dipelajari cukup luas. Bidang
garapannya itu meliputi gejala-gejala dan masalah kehidupan manusia di
masyarakat. Tekanan yang dipelajari IPS berkenaan dengan gejala dan masalah
kehidupan masyarakat bukan pada teori dan keilmuannya, melainkan pada
kenyataan kehidupan kemasyarakatan. Dari gejala dan masalah tadi di telaah,
dianalisis faktor-faktornya sehingga dapat dirumuskan jalan pemecahannya.
Memperhatikan kerangka kerja IPS, seperti yang dikemukakan di atas dapat
ditarik pengertian IPS sebagai berikut.
IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala
dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan
atau satu perpaduan.
IPS yang diajarkan pada pendidikan dasar dan menengah, menjadi dasar
pengantar bagi mempelajari IPS/Studi Sosial ataupun ilmu Sosial di Perguruan
Tinggi. Bahkan dalam kerangka kerjanya dapat saling melengkapi. Hasil
penelaahan IPS dapat dimanfaatkan oleh ilmu sosial, studi sosial, dan sebaliknya
hasil kajian ilmu sosial, dapat dimanfaatkan oleh IPS.
Dengan demikian, antar ilmu sosial, studi sosial, dan ilmu pengetahuan
sosial ternyata terdapat kaitan satu sama lainnya sehingga terdapat persamaan dan
perbedaan.
Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial dalam penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia masih relatif baru digunakan. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah
terjemahan dari social studies dalam konteks kurikulum pendidikan dasar dan
menengah di Amerika Serikat. Edgar B. Wesley dalam buku Teaching Social
Studies (1952) mengartikan Studi Sosial those portions or aspect of social
sciences that heve been selected and adapted for used in the school or in other
instructional situation (bagian atau aspek-aspek ilmu sosial yang dipilih dan
disesuaikan dengan maksud digunakan di sekolah atau situasi pengajaran lain).
Dengan demikian IPS adalah ilmu pengetahuan tentang manusia dalam
lingkungan hidupnya, yaitu mempelajari kegiatan hidup manusia dalam kelompok
yang disebut masyarakat dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu sosial,
seperti sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, dan sebagainya.
C. Materi Tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia merupakan peristiwa bersejarah
bagi Negara Indonesia, karena telah bebas merdeka dari penjajah. Negara
Indonesia merdeka atas usaha keras para pejuang Indonesia. Para pejuang
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di depan rakyat Indonesia, yang
memberi dampak positif untuk rakyat Indonesia yaitu kemerdekaan
Negara Indonesia atau tidak ada lagi penjajah yang menjajah Negara
Indonesia. Terdapat beberapa peristiwa sejarah menjelang proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang perlu diketahui sebagai Warga Negara
Indonesia.
Pada tanggal 12 Agustus 1945 tiga tokoh pergerakan nasional, yaitu Dr.
Rajiman Wedyodiningrat, Ir. Soekarno, dan Drs. Mohammad Hatta memenuhi
undangan Jenderal Terauchi di Dalat (Vietnam Selatan). Jenderal Terauchi
adalah Panglima Tentara Jepang di Asia Tenggara.
Pada pertemuan di Dalat, Jenderal Terauchi mengatakan pemerintahan
Jepang telah memutuskan untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.
Keputusan itu diambil setelah Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di
Jepang. Bom atom pertama dijatuhkan di Kota Hiroshima pada tanggal 6
Agustus 1945. Bom atom kedua dijatuhkan di Kota Nagasaki pada tanggal 9
Agustus 1945. Akibatnya, Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat kepada
Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945.
Berita kekalahan Jepang didengar oleh pemuda Indonesia yang salah
satunya adalah Sutan Syahrir lewat siaran radio luar negeri. Pada tanggal 14
Agustus 1945, Sutan Syahrir menunggu kedatangan Drs. Moh. Hatta dari
Dalat. Syahrir mendesak agar proklamasi jangan dilakukan oleh PPKI.
Menurut Syahrir, Negara Indonesia yang lahir dengan cara demikian akan
dicap oleh Sekutu sebagai negara buatan Jepang. Syahrir mengusulkan agar
proklamasi kemerdekaan dilakukan oleh Ir. Soekarno saja sebagai pemimpin
rakyat, atas nama rakyat lewat siaran radio.
Pada tanggal 15 Agustus 1945, golongan muda yang terdiri dari Wikana,
Sutan Syahrir, Sukarni dan lain-lain mendesak Ir. Soekarno untuk segera
mengumumkan kemerdekaan Indonesia, tetapi ditolak oleh golongan tua
seperti Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Achmad Soebardjo. Pada
tanggal 16 Agustus 1945, Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta dibawa oleh
Sukarni ke Rengasdengklok Jawa Barat. Tujuannya yaitu supaya terhindar
dari pengaruh ancaman dan tekanan pemerintah Jepang. Mereka kembali ke
Jakarta dan diamankan di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda (Angkatan
Laut Jepang yang membantu proses proklamasi Indonesia).
Pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 02.30 WIB, di rumah Laksamana
Muda Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta dirumuskan teks
proklamasi Indonesia oleh golongan tua dan muda. Teks proklamasi diketik
oleh Sayuti Melik. Sukarni mengusulkan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta
yang membubuhkan tanda tangan di bawah teks proklamasi serta Ir. Soekarno
membacakan teks proklamasi. Teks yang sudah ditandatangani Soekarno-
Hatta, diperbanyak dan disebarluaskan ke seluruh tanah air dan dunia melalui
surat kabar, radio, dan mulut kemulut. Pembacaan teks proklamasi
dilaksanakan oleh Ir. Soekarno yang didampingi Drs. Moh. Hatta di Jalan
Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta pukul 10.00 WIB di halaman rumah Ir.
Soekarno. Pengibaran bendera pusaka merah putih dilaksanakan oleh Latif
Hendraningrat dan S. Suhud. Bendera Pusaka Merah Putih tersebut dijahit
oleh Ibu Fatmawati (istri Ir. Soekarno). Berita mengenai proklamasi dimuat
disurat kabar England Post, Radio NHK, serta Domei (milik Jepang). Surat
kabar di Indonesia yang ikut menyebarluaskan berita proklamasi yaitu
Tjahaya dan Soeara Asia. Sejak itu, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang
merdeka dan terbebas dari penjajah.
Setelah siswa mempelajari tentang peristiwa proklamasi kemerdekaan
Indonesai dan menghargai jasa para tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia,
dapat disimpulkan bahwa karakteristik materi Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia ini lebih cenderung bersifat hafalan. Siswa dituntut untuk
menghafalkan kronologi peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia. Untuk
itu, materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia cocok diterapkan dengan
model pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang dimaksud yaitu model
pembelajaran dengan menggunakan metode talking stick. Materi Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia akan lebih cepat dipahami siswa kelas V SD serta
melatih siswa dalam bersosialisasi dengan teman yang lain, apabila
menerapkan model pembelajaran dengan menggunakan metode talking stick.
D. Pengertian Metode Talking Stick
Metode adalah salah satu cara yang digunakan untuk pencapaian suatu
tujuan yang telah ditetapkan (Djamarah, 2005:53), sedangkan pengertian metode
menurut pendapat Sutriono (2003:2) apabila dikaitkan dengan kegiatan
pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana
yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Sedangkan Anitah (2004:24) berpendapat metode adalah
cara yang digunakan guru dalam membelajarkan siswa.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan metode adalah cara yang digunakan
guru untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan belajar dan mengajar sesuai
dengan rencana dan tujuan pembelajaran.
Stauffer (dalam Rahim, 2007:41) mengemukakan talking Stick merupakan
metode pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk berani mengajukan
atau mengemukakan pendapat. Pembelajaran dengan metode talking Stick diawali
oleh penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Peserta didik
diberi kesempatan membaca maupun mendengar serta mempelajari materi
tersebut.
Lebih lanjut ( Eanes dalam Rahim, 2007:29) mempunyai asumsi utama
mengenai metode talking Stick yaitu pemahaman dapat ditingkatkan dengan
membangun latar belakang pengetahuan, menyusun tujuan membaca,
mendiskusikan dan mengembangkan pemahaman sesudah kegiatan membaca.
Berikut langkah-langkah penerapan metode pembelajaran talking Stick
dalam meningkatkan hasil belajar siswa yaitu :
1. Guru menugaskan siswa untuk membaca materi pokok tentang Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia.
2. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi tersebut.
3. Guru mengamati siswa ketika mereka membaca materi.
4. Guru memberikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini.
5. Guru membantu siswa dalam memahami serta membuat ringkasan dan
kesimpulan jika siswa merasa bahwa bahan bacaannya sulit diprediksi.
6. Guru selanjutnya meminta kepada peserta didik menutup bahan bacaannya
tadi.
7. Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya, tongkat tersebut
diberikan kepada salah satu peserta didik.
8. Peserta didik yang menerima tongkat tersebut diwajibkan untuk menjawab
pertanyaan dari guru, jika siswa sudah dapat menjawabnya maka tongkat
diserahkan kepada siswa lain. Demikian seterusnya sampai sebagian besar
siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
9. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap
materi yang telah dipelajarinya.
10.Guru memberikan ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan peserta
didik.
11.Guru dan peserta didik bersama-sama menyimpulkan hasil kegiatan
pembelajaran.
III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian Serta Pihak yang Membantu
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian perbaikan dalam pembelajaran ini adalah siswa
kelas V SD Negeri 51 Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017 sebanyak 31
siswa yang terdiri dari 16 Laki-laki dan 15 Perempuan, dengan usia rata-rata 10-
12 tahun dan sudah mampu mengembangkan pikiran logis.
2. Tempat Penelitian
Lokasi tempat penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di SD
Negeri 51 Lubuklinggau, jalan Jendral Sudirman kelurahan Kali Serayu
kecamatan Lubuklinggau Utara II kota Lubuklinggau Sumatera Selatan.
3. Waktu Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari tanggal 5 April 2017 sampai dengan tanggal 26
April 2017.
4. Pihak yang Membantu
Dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh observer yaitu Ibu Erma Zuraida,
S.Pd. selaku Kepala sekolah SD Negeri 51 Lubuklinggau.
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Perbaikan ini dilakukan melalui penelitian tindakan kelas (PTK) yang
berlangsung dalam dua siklus. Menurut Wardani, IG, AK (2006:4) PTK masing-
masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3)
Observasi dan (4) Refleksi.
Siklus I
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah:
1) Mengidentifikasi masalah.
2) Menganalisis dan merumuskan masalah.
3) Merancang rencana perbaikan pembelajaran dengan metode talking stick.
4) Menyiapkan Instrumen (Materi ajar, Media, Tes Formatif).
b. Pelaksanaan
Kegiatan pembelajaran siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 12 april
2017 dengan pokok bahasan masa-masa menjelang proklamasi kemerdekaan
Indonesia, yang dilakukan pada tahap ini, antara lain:
1) Guru menginformasikan tentang kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran
yang harus dicapai siswa.
2) Guru membagikan materi pelajaran tentang masa-masa menjelang proklamasi
kemerdekaan Indonesia.
3) Guru menugaskan siswa untuk membaca materi pelajaran tentang masa-masa
menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia.
4) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi tersebut.
5) Guru mengamati siswa ketika mereka membaca materi.
6) Guru memberikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini.
7) Guru membantu siswa dalam memahami serta membuat ringkasan dan
kesimpulan jika siswa merasa bahwa bahan bacaannya sulit diprediksi.
8) Guru selanjutnya meminta kepada siswa menutup bahan bacaannya tadi.
9) Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya, tongkat tersebut
diberikan kepada salah satu siswa.
10)Siswa yang menerima tongkat tersebut diwajibkan untuk menjawab pertanyaan
dari guru, jika siswa sudah dapat menjawabnya maka siswa tersebut bisa
memilih temannya yang lain untuk diserahkan tongkat tersebut. Demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab
setiap pertanyaan dari guru.
11)Guru memberi kesempatan kepada siswa melakukan refleksi terhadap materi
yang telah dipelajarinya.
12)Guru memberikan ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan para siswa.
13)Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran.
14)Pengamat mencatat aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar
mengajar.
15)Guru memberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran.
c. Observasi
Pada siklus I dilaksanakan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang
sedang berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telaj dibuat.
Selama kegiatan pembelajaran observasi dilakukan oleh peneliti dan supervisor 2.
Pengamat memberikan tanda () terhadap aspek yang diamati berdasarkan
indikatornya. Setelah itu diadakan pula evaluasi hasil belajar untuk mengetahui
sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi.
d. Refleksi
Refleksi siklus I dilakukan untuk membahas data hasil observasi dan tes pada
siklus I. dari hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa indikator keberhasilan yang
ditetapkan belum tercapai, sehingga dilakukan perbaikan pembelajaran pada
siklus II.
Siklus II
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah:
1) Hasil refleksi pada siklus I dievaluasi, didiskusikan dengan supervisor dan
mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya.
2) Mendata masalah dan kendala yang dihadapai saat pembelajaran.
3) Merancang rencana perbaikan II berdasarakan reflesi siklus I.
4) Menyiapkan Instrumen (Materi ajar, Media, Tes Formatif).
b. Perencanaan
Kegiatan pembelajaran siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 26 april 2017
dengan pokok bahasan Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Yang dilakukan pada tahap ini,
adalah melaksanakan perbaikan pembelajaran II dengan memaksimalkan
penerapan metode talking stick, diantaranya:
1) Guru menginformasikan tentang kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran
yang harus dicapai siswa serta menjelaskan langkah-langkah pembelajaran
secara lebih rinci dan terarah.
2) Guru memajangkan beberapa gambar tokoh-tokoh pahlawan yang berperan
dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia.
3) Guru membagikan materi pelajaran tentang profil tokoh-tokoh pahlawan
yang berperan dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia.
4) Guru menugaskan siswa untuk membaca materi tentang profil tokoh-tokoh
pahlawan yang berperan dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia.
5) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi tersebut
disertai bantuan dengan gambar tokoh-tokoh pahlawan yang berperan dalam
proklamasi kemerdekaan Indonesia yang telah dipajang.
6) Guru mengamati siswa ketika mereka membaca materi.
7) Guru memberikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini.
8) Guru membantu siswa dalam memahami serta membuat ringkasan dan
kesimpulan.
9) Guru selanjutnya meminta kepada siswa menutup bahan bacaannya tadi.
10) Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya, tongkat
tersebut diberikan kepada salah satu siswa.
11) Siswa yang menerima tongkat tersebut diwajibkan untuk menjawab
pertanyaan dari guru, jika siswa sudah dapat menjawabnya maka siswa
tersebut bisa memilih temannya yang lain untuk diserahkan tongkat tersebut.
Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk
menjawab setiap pertanyaan dari guru.
12) Guru memberi kesempatan kepada siswa melakukan refleksi terhadap materi
yang telah dipelajarinya.
13) Guru memberikan ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan para
siswa.
14) Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran.
15) Pengamat mencatat aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar
mengajar.
16) Guru memberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran.
c. Observasi
Pada siklus II dilaksanakan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang
sedang berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telaj dibuat.
Selama kegiatan pembelajaran observasi dilakukan oleh peneliti dan supervisor 2.
Pengamat memberikan tanda () terhadap aspek yang diamati berdasarkan
indikatornya. Setelah itu diadakan pula evaluasi hasil belajar untuk mengetahui
sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi.
d. Refleksi
Pada tahap ini guru/peneliti dan supervisor 2 mengevaluasi/membahas hasil
temuan, dalam hal ini membandingkan data temuan dengan indikator
keberhasilan. Dari hasil refleksi diperoleh kekuatan dan kelemahan pelaksanaan
pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk perbaikan perbaikan
pembelajaran padasiklus berikutnya. Jika indikator keberhasilan telah tercapai
maka tidak perlu dilanjutkan kegiatan siklus berikutnya.
C. Tehnik Analisis Data
Berdasarkan data hasil observasi dan evaluasi selanjutnya dilakukan analisis
data sebagai bahan kajian pada kegiatan refleksi. Adapun analisis data dilakukan
dengan cara:

1. Data aktivitas belajar :

2. Data hasil tes belajar :


a. Ketuntasan Individu

b. Ketuntasan Klasikal

c. Peningkatan Hasil Belajar:

Keterangan : R2 = Nilai rata-rata setelah tindakan


R1 = Nilai rata-rata sebelum tindakan
3. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Secara individu seorang siswa dikatakan tuntas dalam belajar jika
persentase hasil belajar siswa telah mencapai nilai KKM yaitu 67.
2. Jika hasil siklus II > siklus I, maka penelitian perbaikan pembelajaran
dikatakan berhasil.
3. Ketuntasan klasikal adalah 85%. Artinya terdapat 85% siswa yang
nilai hasil belajarnya mencapai 67.
4. Untuk keaktifan siswa, diaktakan berhasil jika 80% siswa telah aktif
dalam kegiatan perbaikan pembelajaran.
Dengan demikan kriteria keberhasilan penelitian tindakan kelas ini
adalah apabila terjadi peningkatan hasil belajar pada setiap siklusnya.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Deskripsi Kondisi Awal
Untuk mengetahui aktivitas selama melakukan tindakan, berikut peneliti
paparkan aktivitas pembelajaran yang dimaksud. Penelitian tindakan kelas
dilaksanakan di kelas V SD Negeri 51 Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017.
Subjek penelitian berjumlah 31 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 15
siswa perempuan.
Sebelum melakukan siklus penelitian dengan menerapkan pembelajaran
dengan metode talking stick, peneliti melakukan pengambilan data pratindakan
pada tanggal 5 April 2017. Penelitian pratindakan tersebut bertujuan
mendapatkan data awal mengenai kemampuan siswa kelas V SD Negeri 51
Lubuklinggau dalam materi Proklamasi kemerdekaan republik Indonesia.
1.1 Hasil Tes Pratindakan
Kegiatan pratindakan dilaksanakan pada tanggal 5 April 2017 di kelas V SD
Negeri 51 Lubuklinggau, peneliti menggunakan tes tertulis yang terdiri dari 10
soal yang berbentuk esay yang membutuhkan jawaban singkat dengan skor nilai
masing-masing soal 10, dan skor maksimal 100.
Diketahui bahwa dari 31 siswa kelas V yang memperoleh nilai 67 keatas
atau tuntas secara individu berjumlah 7 siswa atau 23%. Sedangkan siswa yang
memperoleh nilai kurang dari 67 atau belum tuntas secara individu berjumlah 24
siswa atau 77%.
2. Deskripsi Hasil Siklus I
2.1 Tahap Perencanaan (Planning)
a. Guru dan pengamat mulai mengidentifikasi masalah yang mungkin
muncul saat pelaksanaan pembelajaran.
b. Guru dan pengamat mencoba menganalisis dan merumuskan masalah yang
mungkin muncul saat pembelajaran.
c. Guru dan pengamat merancang pembelajaran dengan menerapkan metode
pembelajaran dengan talking stick.
d. Guru dan pengamat melakukan diskusi mengenai penerapan dengan
metode pembelajaran dengan talking stick.
e. Guru dan pengamat bersama-sama membuat pedoman observasi.
f. Guru merencanakan tugas tentang materi Proklamasi kemerdekaan
republik Indonesia.
2.2 Tahap Melakukan Tindakan (Action)
a. Guru melaksanakan langkah-langkah kegiatan sesuai perencanaan
pembelajaran.
b. Guru menerapkan pembelajaran dengan metode talking stick.
c. Pada akhir siklus I, setelah guru melaksanakan proses pembelajaran
dengan menerapkan metode talking stick dilakukan pemberian soal tes
akhir siklus. Berdasarkan hasil tes yang kemudian dianalisis dengan
kriteria ketuntasan belajar siswa secara klasikal, maka diperoleh nilai
sebesar 68% siswa yang tuntas dalam belajar dengan nilai rata-rata 74.67
atau sebanyak 21 siswa yang tuntas belajar.Dari 31 siswa kelas V SD
Negeri 51 Lubuklinggau, baru 21 siswa yang tuntas dalam belajar,
sedangkan 10 siswa belum tuntas dalam belajar. Data ini menunjukkan
bahwa proses pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I belum
memperoleh ketuntasan belajar, walaupun rata-rata kelas telah mencapai
74.67, sedangkan menurut kriteria ketuntasan minimal di SD Negeri 51
lubuklinggau adalah 67. Dan secara klasikal baru mencapai 68% yang
seharusnya mencapai 85% siswa mengalami ketuntasan belajar.
d. Pengamat (supervisor 2) melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-
langkah kegiatan sesuai rencana.
e. beberapa siswa msih mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan
saat mendapat giliran talking stick.
2.3 Tahap Mengamati (Observation)
a. Pengamat melakukan pengamatan terhadap penerapan pembelajaran yang
dilakukan guru. Hasil observasi yang dilakukan oleh pengamat terhadap
aktivitas guru adalah : 1) Pelaksanaan pembelajaran belum sesuai dengan
skenario pembelajaran, 2) Guru kurang memberikan motivasi kepada
siswa, 3) Karena sesuatu hal yang masih baru, guru kurang membimbing
dalam mengarahkan siswa untuk melaksanakan langkah-langkah
pembelajaran menggunakan metode talking stick, 4) Penyampaian materi
telah mengarah kepada RPP, 5) Penggunaan waktu yang tidak efisien dan
efektif, 6) Guru kurang membimbing siswa yang berkemampuan rendah
dalam menjawab pertanyaan yang diajukan, 7) Guru sering lupa
memberikan pujian kepada siswa yang bisa menjawab pertanyaan dengan
benar.
b. Pengamat mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi terhadap
aktivitas siswa. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa yang dilakukan
oleh pengamat dalam proses pembelajaran didapat bahwa proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan ada beberapa aspek yang belum
terlaksana dengan baik yaitu : 1) beberapa siswa kurang memperhatikan
ketika guru memberikan pengarahan, 2) Kegiatan pembelajaran masih
didominasi siswa yang berkemampuan tinggi dan sedang, sedangkan siswa
yang berkemampuan rendah seringkala tidak bisa menjawab pertanyaan
dan cenderung pasif, 3) Beberapa siswa kurang berani untuk menjawab
pertanyaan disaat mendapat giliran talking stick, dikarenakan ragu untuk
menjawab dan takut akan disoraki temannya karena salah menjawab
pertanyaan, 4) Karena model pembelajaran ini masih baru maka beberapa
siswa masih terlihat bingung.
2.4 Tahap Refleksi (Reflection)
a. Guru bersama pengamat melakukan analisis temuan pengamatan, dengan
menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model
pembelajaran dengan metode talking stick.
b. Pengamat dan guru melakukan diskusi untuk membahas tentang
kelemahan-kelemahan atau kekurangan yang dilakukan guru serta
memberikan saran perbaikan untuk pembelajaran IPS ke materi
berikutnya. Adapun yang disarankan pengamat adalah: 1) Agar guru
mempersiapkan diri lagi dalam menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran dengan metode talking stick dengan runut dan terarah, 2)
Agar guru melaksanakan pembelajaran lebih sesuai dengan skenario yang
telah dibuat, 3) Mengingatkan pada guru untuk memberikan batasan waktu
kepada setiap siswa saat menjawab pertanyaan, 4) Mengingatkan kepada
guru untuk memperhatikan siswa yang ribut didalam kelas dan mengajak
untuk lebih fokus terhadap pembelajaran, 5) Mengingatkan kepada guru
untuk memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan
dalam pembelajaran, 6) Mengingatkan kepada guru untuk memberikan
reward berupa pujian terhadap siswa yang bisa mengikuti pembelajaran
dengan baik.
c. Guru melakukan refleksi terhadap penerapan pembelajaran dengan metode
talking stick.
d. Guru dibantu pengamat melakukan refleksi terhadap kreativitas siswa
dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, disamping itu guru
melakukan evaluai tentang topik yang sudah dibahas dengan nilai rata-rata
siswa 74.67 namun masih ada 10 siswa atau sekitar 32% yang mendapat
nilai <67.

3. Deskripsi Hasil Siklus II


3.1 Tahap Perencanaan (Planning)
a. Hasil refleksi guru dievaluasi dan didiskusikan bersama dengan
pengamat dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada
pembelajaran berikutnya.
b. Guru mendata masalah-masalah dan kendala yang dihadapi saat
pembelajaran.
c. Guru merancang perbaikan pembelajaran berdasarkan refleksi siklus I
3.2 Tahap Melakukan Tindakan (Action)
a. Guru melakukan analisis dan pemecahan masalah yang dihadapinya
dalam pelaksanaan pembelajaran.
b. Guru melaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran dengan
menerapkan metode talking stick yang dipadu dengan pemberian reward
berupa pujian dan memperbaiki kekurangan dan kelemahan saat
pembelajaran sebelumnya.
3.3 Tahap Mengamati (Observation)
a. Pengamat melakukan pengamatan terhadap penerapan pembelajaran
dengan metode talking stick yang sudah dikembangkan sebelumnya.
b. Peneliti dan pengamat mencatat perubahan yang terjadi, guru lebih
percaya diri dan menjelaskan langkah-langkah pembelajaran secara lebih
runut dan terarah. Guru sudah dapat berperan sebagai narasumber,
fasilitator dan mediator dengan baik.
c. Guru sudah dapat mengelola kelas dengan baik.
d. Guru dan pengamat melakukan diskusi membahas masalah yang
dihadapi saat pembelajaran dan memberikan balikan.
3.4 Tahap Refleksi (Reflection)
a. Guru merefleksi proses pembelajaran yang dilaksanakan.
b. Guru merefleksi hasil belajar siswa.
Pada akhir siklus II guru memberikan tes formatif kepada para siswa
untuk melihat kemampuan siswa dalam memahami materi proklamasi
kemerdekaan Indonesia.
Berdasarkan data, hasil dari 31 siswa yang tuntas dalam belajar berjumlah
27 siswa dengan perolehan nilai 67. Dengan rata-rata 78.87 dan persentase
ketuntasan secara klasikal adalah 87%. Dengan demikian dari persentase nilai
yang diperoleh siswa pada siklus II dapat diketahui hasil belajar siswa baik secara
individu maupun secara klasikal telah tuntas.
c. Guru menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian.
d. Guru (Peneliti) dan Pengamat (supervisor 2) memberikan rekomendasi
terhadap hasil akhir penelitian tindakan kelas yang dilakukan.
e. Dari tahap kegiatan pada siklus I dan II, hasil yang direkomendasikan
adalah:
* Siswa telah terbangun motivasinya dalam belajar melalui model
pembelajaran dengan metode talking stick.
* Guru telah memiliki kemampuan merancang dan menerapkan
pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dengan model
pembelajaran dengan metode talking stick.
* Prestasi siswa dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan pokok
bahasan proklamasi kemerdekaan Indonesia meningkat dengan nilai
rata-rata mencapai 78.87.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Pembelajaran pada pokok bahasan Proklamasi kemerdekaan Indonesia
melalui penerapan model pembelajaran dengan metode talking stick terlihat
memberikan hasil yang cukup signifikan dalam meningkatkan keaktifan siswa
dalam pembelajaran sebagaimana terlihat dalam rangkuman keterlibatan siswa
pada pembelajaran. Terlihat bahwa jumlah siswa dan persentase siswa yang
terlibat aktif sebelum perbaikan menunjukkan adanya kenaikan. Sebelum tindakan
pembelajaran siswa terlibat aktif hanya 11 siswa atau 35% kemudian meningkat
menjadi 18 siswa atau 58% pada siklus I dan menjadi 24 siswa (78%) pada siklus
II.
Selain mengamati aktivitas siswa saat proses pembelajaran berlangsung,
pada setiap akhir siklus dilakukan juga tes yang bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana keberhasilan tindakan yang dilaksanakan. Tes dilakukan pada akhir
pembelajaran. Hasil tes dianalisis untuk mengetahui tingkat ketuntasan hasil
belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran Ilmu pengetahuan sosial dengan
materi Proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan penerapan metode
pembelajaran talking stick. Bahwa hasil belajar dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial menunjukkan peningkatan dari satu siklus pembelajaran
kesiklus berikutnya. Keadaan sebelum perbaikan pembelajaran jumlah siswa yang
mencapai ketuntasan atau yang memperoleh nilai 67 baru mencapai 7 siswa
(23%),kemudian meningkat menjadi 21 siswa(68%) pada siklus 1, dan 27 siswa
(87%) pada siklus II.
Peningkatan evaluasi hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas V SD
Negeri 51 Lubuklinggau sebelum dilakukan tindakan pembelajaran jumlah siswa
yang memperoleh 67 hanya 7 siswa atau hanya 23% siswa yang tuntas dalam
belajar. Sedangkan aktivitas yang aktif hanya 11 orang atau hanya 35%. Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa kurang memuaskan, belum
memenuhi target yang ingin dicapai.
1. Pra Tindakan
Hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 51 lubuklinggau pada materi
Proklamasi kemerdekaan Indonesia sebelum diadakan penelitian tindakan kelas
dengan menerapkan metode pembelajaran talking stick masih sangat rendah. Ini
terlihat dari pratindakan yang telah dilaksanakan sebelum siklus Idan siklus II.
Diketahui dari 31 siswa yang tuntas pada pratindakan atau telah mendapat nilai 67
keatas berjumlah 7 siswa atau 23% dan siswa yang belum tuntas berjumlah 24
siswa atau 77%. Dari hasil observasi dan refleksi terhadap pembelajaran,
kemudian dilakukan diskusi dengan supervisor 2 diperoleh temuan antara lain
bahwa 1) Penjelasan materi pembelajaran tidak memperdulikan apakah semua
siswa memperhatikan dengan seksama penjelasan guru, 2) Masih banyak siswa
terutama yang duduk dibangku tengah, samping jendela dan belakang yang tidak
memperhatikan dengan seksama, 3) Cara penyampaian materi yang digunakan
cenderung membosankan sehingga siswa tidak tertarik dengan materi yang
diajarkan, 4) Siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran, guru yang
aktif dan siswa pasif. Hal ini menyebabkan motivasi siswa mengikuti pelajaran
menurun.
2. Pembahasan Siklus I
Pada pembelajaran siklus I dilakukan upaya perbaikan dengan mengunakan
model pembelajaran metode talking stick. Dimana dengan penggunaan metode
pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Model pembelajaran ini diharapkan dapat membuat siswa bisa untuk lebih teliti
dalam mempelajari materi pelajaran dan bisa untuk menangkap hal-hal penting
yang ada dalam materi sehingga sewaktu dilakukan kegiatan talking stick dan
mendapat giliran tongkat, siswa bisa untuk menjawab dengan benar.
Dengan menerapkan metode talking stick siswa akan lebih termotivasi,
membuat mereka secara tidak langsung akan secara bersama-sama belajar dan
memahami materi karena pada saat mereka mendapat tongkat dan pertanyaan dari
guru maka seluruh siswa akan tahu jawaban dari pertanyaan guru dengan cara
yang menyenangkan dan pada akhirnya hasil belajar pun akan meningkat.
Model pembelajaran dengan metode talking stick ini diharapkan dapat
meningkatkan motivasi dan perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hasil
observasi dan hasil evaluasi pada siklus I menunjukkan adanya kenaikan aktivitas
belajar dan hasil belajar siswa. Siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran 18
siswa (58%) dan 21 siswa (68%) memperoleh nilai 67. Walaupun telah
menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar maupun hasil belajar siswa,
namun pembelajaran masih belum memuaskan karena masih ada 10 siswa atau
sebesar 32% yang belum mencapai ketuntasan. Oleh karenanya peneliti
melanjutkan penggunaan model ini dengan sambil melanjutkan materi pelajaran.
Hasil observasi dan refleksi terhadap hasil pembelajaran siklus I, diperoleh
temuan bahwa model pembelajaran dengan metode talking stick yang digunakan
belum sepenuhnya dapat memotivasi siswa secara maksimal. Hal ini dikarenakan
model pembelajaran yang digunakan oleh guru belum begitu memberikan makna
kepada siswa. Siswa masih terlihat tegang dan kaku saat melakukan pembelajaran
dan pada siklus I kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh siswa yang
berkemampuan tinggi dan sedang, sedangkan siswa yang berkemampuan kurang
lebih banyak diam saat membahas materi dan saat pelaksanaan talking stick. Bisa
dikatakan hal tersebut terjadi karena baik guru dan siswa belum terbiasa dengan
pola pembelajaran talking stick tersebut, sehingga akan coba diperbaiki pada
pembelajaran perbaikan selanjutnya.
3. Pembahasan Siklus II
Mengingat upaya yang dilakukan pada siklus I belum diperoleh hasil yang
diharapkan, maka dilakukan refleksi untuk menghasilkan rencana tindakan pada
siklus II. Rencana tindakan yang diambil pada siklus II adalah guru melaksanakan
tindakan perbaikan pembelajaran dengan memaksimalkan keterampilan
mengadakan variasi yang dipadu dengan pemberian reward berupa pujian dan
berusaha memperbaiki kekurangan dan kelemahan saat pembelajaran sebelumnya.
Memanfaatkan waktu pembelajaran yang seefisien mungkin sehingga dapat
mencakup semua materi bahasan.
Penerapan metode talking stick pada siklus II, guru melakukan sedikit
improvisasi dengan menempelkan gambar-gambar para tokoh proklamator
dipapan tulis disaat dilakukan kegiatan memahami dan pengayaan materi,
sehingga menjadikan suasana pembelajaran di dalam kelas mengalami perubahan,
disamping juga para siswa telah dimotivasi guru sebelumnya untuk lebih aktif lagi
dalam kegiatan pembelajaran. Para siswa yang sebelumnya hanya diam saja mulai
berani bertanya dan mengemukakan pendapatnya. Mereka juga mampu menjawab
ketika diberi pertanyaan guru. Hal ini menunjukkan bahwa mereka mulai
menunjukkan keaktifan mereka. Pada dasarnya penerapan pembelajaran ini dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan yang dimaksud adalah adanya
kemauan siswa untuk belajar, dimana siswa tidak tinggal diam ketika diberikan
kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Selain itu, adanya
perubahan pada kebiasaan siswa dimana mereka malu pada saat menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru sehingga berani dan bisa menjawab
pertanyaan guru disaat mendapatkan kesempatan giliran memegang tongkat saat
kegiatan talking stick berlangsung.
Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar
siswa, Siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran 24 siswa (78%) dan 27 siswa
(87%) memperoleh nilai 67. Sehingga terjadi peningkatan dari aktivitas belajar
dan hasil belajar siswa dari siklus sebelumnya. Dengan demikian dengan
penerapan model pembelajaran dengan metode talking stick pada siklus I dan
siklus II terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS
dengan materi Proklamasi kemerdekaan Indonesia di Kelas V SD Negeri 51
Lubuklinggau.
IV. SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan analisis data tes dan observasi
dari pelaksanaan pratindakan, siklus 1 dan siklus 2, secara umum dapat
disimpulkan bahwa kemampuan siswa kelas V SD Negeri 51 Lubuklinggau tahun
ajaran 2016/2017 dalam pembelajaran IPS dengan materi proklamasi
kemerdekaan Indonesia melalui penerapan model pembelajaran dengan metode
talking stick dapat ditingkatkan. Sedangkan simpulan khusus dalam penelitian
adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri 51 Lubuklinggau
tahun ajaran 2016/2017 dalam pembelajaran IPS dengan materi
proklamasi kemerdekaan indonesia melalui penerapan model
pembelajaran dengan metode talking stick dapat dilihat dari ketuntasan
belajar siswa baik secara individu maupun klasikal, hal ini dilihat dari
hasil aktivitas belajar siswa pada hasil pratindakan 35%, pada siklus I
meningkat menjadi 58%. Selanjutnya pada siklus II meningkat menjadi
78%.
2. Hasil belajar dalam pembelajaran IPS dengan materi proklamasi
kemerdekaan Indonesia melalui penerapan model pembelajaran dengan
metode talking stick meningkat, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata
siswa pada pratindakan 58.38, pada siklus I nilai rata-rata siswa
meningkat 74.67 dan pada siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi
78.87.
B. Saran Tindak lanjut
Selama kegiatan penelitian perbaikan pembelajaran, peneliti menemukan
kekuatan maupun kelemahan dari kegiatan pembelajaran. Berdasarkan kekuatan
maupun kelemahan yang peneliti temui selama melaksanakan pembelajaran
menggunakan metode talking stick, beberapa hal yang dapat penulis sarankan
adalah sebagai berikut:
1. Perlu adanya perhatian yang sungguh-sungguh serta rencana
pembelajaran yang tersusun baik untuk dapat menghasilkan pembelajaran
yang berhasil.
2. Pembelajaran dengan menggunakan metode talking stick tidak hanya
terbatas untuk pembelajaran IPS dengan materi proklamasi kemerdekaan
Indonesia saja, tetapi juga bisa diterapkan untuk konsep lain atau
pelajaran lain, untuk itu model pembelajaran dengan metode talking stick
ini perlu diujicobakan pada konsep dan pembelajaran lain.
3. Pembelajaran dengan menggunakan metode talking stick hendaknya
lebih sering dipakai untuk diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
memahami materi dan keberanian dalam mengungkapkan pendapat serta
menjawab pertanyaan dari guru.
DAFTAR PUSTAKA

Anitah. W. 2004. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Pustaka Jaya.

Burhani. A. 2013. Peningkatan Kemampuan Memahami Dongeng Melalui


Penerapan Metode Talking Stick Siswa Kelas V SD Negeri 67
Lubuklinggau. Skripsi. STKIP-PGRI Lubuklinggau.

Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Rahim, Farida. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta : Sinar


Grafiks.

Sardiyo, Sugandi, Ischak. 2008. Materi Pokok Pendidikan IPS di SD. Jakarta :
Universitas Terbuka.

Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar


Baru Algensido Offset.

Sugandi, Achmad dan Haryanto. 2007. Teori Pembelajaran. Semarang : UPT


MKK UNNES.

Sumantri. Mulyani. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Maulana Bandung.

Sumaatmaja. 2007. Modul Konsep Dasar IPS. Jakarta : Universitas Terbuka.

Wardani I.G.A.K. Kuswaya Wihardit dan Nochi Nasoction. 2003. Penelitian


Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.

Wardani I.G.A.K. Siri Yulacha dan Ngadit Marsinah. 2005. Pemantapan


Kemampuan Profesional (Panduan). Jakarta : Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai