Objektif Presentasi :
Nama Klinik : RSUD Dr. Adnaan WD Telp : (0752) 92018 Terdaftar sejak :
2. Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat penyakit jantung (-), riwayat penyakit ginjal (-),
riwayat penyakit hati (-).
3. Riwayat Pengobatan : minum obat rutin (-)
4. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
jantung, ginjal, dan hati.
5. Riwayat Pekerjaan :
6. Riwayat Imunisasi (disesuaikan dengan pasien dan kasus) : pasien tidak mengetahui
status imunisasi
Primary survey :
- Airway : paten
- Breathing : baik, frekuensi 22 kali / menit
- Circulation and bleeding control : nadi 96 kali / menit, TD : 140/60 mmHg
- Disability : GCS 15 (E4M6V5)
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : CMC
Tekanan darah : 140/60 mmHg
Nadi : 96 x/mnt
Nafas : 22 x/mnt
Suhu : 370C
Status Generalis :
Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor, 3mm/3mm, refleks
cahaya +/+
Leher : JVP 5-2 mmH2O
Thorax :
Cor : bunyi jantung 1 dan 2 normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : suara nafas vesikuler (+) normal
Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : tidak tampak membuncit, distensi (-)
: supel, bising Usus (+) Normal
Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler baik
Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium
Hb : 14,2 gr/dl
Leukosit : 10.200 /mm3
Ht : 44 %
Trombosit : 385.000/mm3
GDR :
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis luka bakar
2. Penatalaksanaan luka bakar
- Pertolongan pertama pada pasien luka bakar
- Intervensi farmakologis
- Edukasi penyebab luka bakar dan pencegehan komplikasi
Subjektif :
Seorang pasien laki-laki usia 47 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan
- Terkena ledakan api dari tiner dan lem perekat sejak 20 menit sebelum masuk RS.
- Pasien terkena ledakan api dari lem perekat yang disirami dengan minyak tanah, api
mengenai wajah, dada, perut dan kedua tangan pasien
- Pasien mengeluhkan nyeri pada daerah luka bakar
- Pasien sadar sejak kejadian, pasien berguling ke tanah namun api belum padam.
- Sesak (-), mual (+), muntah sebelumnya (-)
- Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat penyakit jantung (-), riwayat penyakit ginjal (-),
riwayat penyakit hati (-).
- Riwayat Pengobatan : minum obat rutin (-)
- Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
jantung, ginjal, dan hati.
- Riwayat Pekerjaan :
- Riwayat Imunisasi (disesuaikan dengan pasien dan kasus) : pasien tidak mengetahui
status imunisasi
Objektif :
Primary survey :
- Airway : paten
- Breathing : baik, frekuensi 22 kali / menit
- Circulation and bleeding control : nadi 96 kali / menit, TD : 140/60 mmHg
- Disability : GCS 15 (E4M6V5)
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : CMC
Tekanan darah : 140/60 mmHg
Nadi : 96 x/mnt
Nafas : 22 x/mnt
Suhu : 370C
Status Generalis :
Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor, 3mm/3mm,
refleks cahaya +/+
Leher : JVP 5-2 mmH2O
Thorax :
Cor : bunyi jantung 1 dan 2 normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : suara nafas vesikuler (+) normal
Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : tidak tampak membuncit, distensi (-)
: supel, bising Usus (+) Normal
Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler baik
Status lokalis untuk dugaan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding
Regio Fasialis dan Colli
I : Hiperemis (+), bullae (+), luas 6 %
Regio Thorax
I : Hiperemis (-), bullae (+) sudah dipecahkan, luas 9%
Regio Abdomen
I : Hiperemis (-), bullae (+) sudah dipecahkan, luas 3%
Regio Humeri dan Antebrachii Dextra
I : Hiperemis (-), bullae (+) sudah dipecahkan, luas 9%
Regio Humeri dan Antebrachii Sinistra
I : Hiperemis (-), bullae (+) sudah dipecahkan, luas 9%
Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium
Hb : 14,2 gr/dl
Leukosit : 10.200 /mm3
Ht : 44 %
Trombosit : 385.000/mm3
GDR :
Assestment :
I. Definisi aluka Bakar
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda
yang menghasilkan panas (api secara langsung maupun tidak langsung, pajanan suhu tinggi
dari matahari, listrik, maupun bahan kimia, air, dll) atau zat-zat yang bersifat membakar
(asam kuat, basa kuat).
II. Etiologi
Beberapa penyebab luka bakar adalah :
a. Luka bakar suhu tinggi (thermal burn)
- Benda panas : padat, cair, udara/uap
- Api
- Sengatan matahari / sinar panas
b. Luka bakar bahan kimia (chemial burn) misalnya asam kuat dan basa kuat
c. Luka bakar sengatan listrik (electrical burn) misalnya lairan listrik tegangan tinggi
d. Luka bakar radiasi (radiasi injury)
III. Patofisiologi
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler
yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya
ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem
dan menimbulkan bula yang banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume
cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan
akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar
derajat dua dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga. Bila luas luka bakar
kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi
bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah,
pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin
berkurrang. Pembengkakkan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam.
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang terhisap. Oedem laring
yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas,
takipnea, stridor, suara serak dan dahak bewarna gelap akibat jelaga. Dapat juga keracunan
gas CO dan gas beracun lainnya. Karbon monoksida akan mengikat hemoglobin dengan kuat
sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah
lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bisa
lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal. Setelah 12 24 jam,
permeabilitas kapiler mulai membaik dan mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema
ke pembuluh darah. Ini di tandai dengan meningkatnya diuresis.
IV. Diagnosis
Diagnosis luka bakar didasarkan pada ;
a. Luas luka bakar
b. Derajat (kedalaman) luka bakar
c. Lokalisasi
d. Penyebab
Luas Luka Bakar
Wallace membagi tubuh atas 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine. Rumus
rulle of nine dari Wallace tidak digunakan pada bayi dan anak karena luas relatif permukaan kepala
anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Oleh karna itu, digunakan rumus 10
untuk bayi, dan rumus 10-15-20 dari Lund and Browder utuk anak.
Rumus rule of nine dari Wallace tidak digunakan pada anak dan bayi karena luas
relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih
kecil. Oleh karena itu, digunakan rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 dari Lund
and Browder untuk anak.
Kriteria Berat Ringannya luka bakar dapat dipakai ketentuan berdasarkan American Burn
Association, yaitu sebagai berikut:
a. Luka bakar Ringan
1. Luka bakar derajat II < 15%
2. Luka bakar derajat II < 10% pada anak-anak
3. Luka bakar derajat III< 2%
V. Penatalaksanaan
Prinsip terapi pada luka bakar dibedakan menjadi dua :
1. Terapi fase akut
a. Hentikan dan hindarkan kontak langsung dengan penyebab luka bakar
- Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen
pada api yang menyala
- Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek Torniket, karena
jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedem
- Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau
menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit.
Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus
setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan
dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini
pada jam pertama sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil. Akan tetapi cara
ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih luas karena bahaya terjadinya
hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan langsung pada luka bakar apapun.
b. Menilai keadaan umum penderita
Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka akibat trauma
yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing Circulation) yang diikuti dengan pendekatan
khusus pada komponen spesifik luka bakar pada survey sekunder.
- Bila terjadi obstruksi jalan nafas: Bebaskan jalan nafas
- Bila terjadi shock: segera infuse (grojog) tanpa memperhitungkan luas luka
bakar dan kebutuhan cairan (RL).
- Bila tidak shok: segera diinfus sesuai dengan perhitungan kebutuhan cairan.
Penanganan Pernafasan
Trauma inhalasi merupakan faktor yang secara nyata memiliki kolerasi dengan angka
kematian. Kematian akibat trauma inhalasi terjadi dalam waktu singkat 8 sampai 24
jam pertama pasca operasi. Pada kebakaran dalam ruangan tertutup atau bilamana luka
bakar mengenai daerah muka / wajah dapat menimbulkan kerusakan mukosa jalan
napas akibat gas, asap atau uap panas yang terhisap. Edema yang terjadi dapat
menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan napas karena edema laring. Trauma
panas langsung adalah terhirup sesuatu yang sangat panas, produk produk yang tidak
sempurna dari bahan yang terbakar seperti bahan jelaga dan bahan khusus yang
menyebabkan kerusakan dari mukosa lansung pada percabangan trakheobronkhial.
Keracunan asap yang disebabkan oleh termodegradasi material alamiah dan materi
yang diproduksi. Termodegradasi menyebabkan terbentuknya gas toksik seperti
hydrogen sianida, nitrogen oksida, hydrogen klorida, akreolin dan partikel partikel
tersuspensi. Efek akut dari bahan kimia ini menimbulkan iritasi dan bronkokonstriksi
pada saluran napas. Obstruksi jalan napas akan menjadi lebih hebat akibat adanya
tracheal bronchitis dan edem. Efek intoksikasi karbon monoksida (CO) mengakibatkan
terjadinya hipoksia jaringan. Karbon monoksida (CO) memiliki afinitas yang cukup
kuat terhadap pengikatan hemoglobin dengan kemampuan 210 240 kali lebih kuat
disbanding kemampuan O2. Jadi CO akan memisahkan O2 dari Hb sehingga
mengakibatkan hipoksia jaringan. Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada
penderita luka bakar mengalami hal sebagai berikut.
a. Riwayat terjebak dalam ruangan tertutup.
b. Sputum tercampur arang.
c. Luka bakar perioral, termasuk hidung, bibir, mulut atau tenggorokan.
d. Penurunan kesadaran termasuk confusion.
e. Terdapat tanda distress napas, seperti rasa tercekik. Tersedak, malas bernafas atau
adanya wheezing atau rasa tidak nyaman pada mata atau tenggorokan,
menandakan adanya iritasi mukosa.
f. Adanya takipnea atau kelainan pada auskultasi seperti krepitasi atau ronhi.
g. Adanya sesak napas atau hilangnya suara.
Bilamana ada 3 tanda / gejala diatas sudah cukup dicurigai adanya trauma inhalasi.
Penanganan penderita trauma inhalasi bila terjadi distress pernapasan maka harus
dilakukan trakheostomi. Penderita dirawat diruang resusitasi instalasi gawat darurat
sampai kondisi stabil.
Penanganan Sirkulasi
Pada luka bakar berat / mayor terjadi perubahan permeabilitas kapiler yang akan
diikuti dengan ekstrapasi cairan (plasma protein dan elektrolit) dari intravaskuler ke
jaringan interfisial mengakibatkan terjadinya hipovolemik intra vaskuler dan edema
interstisial. Keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik terganggu sehingga sirkulasi
kebagian distal terhambat, menyebabkan gangguan perfusi/sel/jaringan/organ. Pada luka
bakar yang berat dengan perubahan permeabilitas kapiler yang hampir menyeluruh,
terjadi penimbunan cairan massif di jaringan interstisial menyebabkan kondisi
hipovolemik. Volume cairan intravaskuler mengalami deficit, timbul ketidakmampuan
menyelenggaraan proses transportasi oksigen ke jaringan. Keadaan ini dikenal dengan
sebutan syok. Syok yang timbul harus diatasi dalam waktu singkat, untuk mencegah
kerusakan sel dan organ bertambah parah, sebab syok secara nyata bermakna memiliki
korelasi dengan angka kematian. Beberapa penelitian membuktikan bahwa
penatalaksanaan syok dengan metode resusutasi cairan konvensional (menggunakan
regimen cairan yang ada) dengan penatalaksanaan syok dalam waktu singkat,
menunjukkna perbaikkan prognosis, derajat kerusakan jaringan diperkecil (pemantauan
kadar asam laktat), hipotermi dipersingkat dan koagulatif diperkecil kemungkinannya,
ketiganya diketahui memiliki nilai prognostic terhadap angka mortalitas.
Resustasi Cairan
Pemberian cairan intravena yang adekuat harus dilakukan, akses intravena yang
adekuat harus ada, terutama pada bagian ekstremitas yang tidak terkena luka bakar.
Adanya luka bakar diberikan cairan resusitasi karena adanya akumulasi cairan edema
tidak hanya pada jaringan yang terbakar, tetapi juga seluruh tubuh. Telah diselidiki
bahwa penyebab permeabilitas cairan ini adalah karena keluarnya sitokin dan
beberapa mediator, yang menyebabkan disfungsi dari sel, kebocoran kapiler. Tujuan
utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan mengembalikan perfusi
jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan cairan terbesar adalah pada 4 jam
pertama terjadinya luka dan akumulasi maksimum edema adalah pada 24 jam pertama
setelah luka bakar. Prinsip dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian
garam ekstraseluler dan air yang hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh.
Pemberian cairan paling popular adalah dengan Ringer laktat untuk 48 jam setelah
terkena luka bakar. Output urin yang adekuat adalah 0.5 sampai 1.5mL/kgBB/jam.
c. Perawatan Luka
Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan dilakukan
perawatan luka. Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari luka. Tujuan
dari semua perawatan luka bakar agar luka segera sembuh rasa sakit yang minimal.
- Luka dicuci dan dibersihkan dengan air steril dan antiseptic
- Bersihkan luka dengan kasa atau handuk basah, inspeksi tanda-tanda infeksi, keringkan
dengan handuk bersih dan re-dress pasien dengan menggunakan medikasi topikal. Luka
bakar wajah superficial dapat diobati dengan ointment antibacterial. Luka sekitar mata
dapat diterapi dengan ointment antibiotik mata topical. Luka bakar yang dalam pada
telinga eksternal dapat diterapi dengan mafenide acetat, karena zat tersebut dapat
penetrasi ke dalam eschar dan mencegah infeksi purulen kartilago.
- Obat- obat topical yang digunakan untuk terapi luka bakar seperti: silver sulfadiazine,
contoh Silvaden, Burnazine, Dermazine, dll.
- Kulit yang terkelupas dibuang, bulae (2-3 cm) dibiarkan
- Bula utuh dengan cairan > 5 cc dihisap, < 5 cc dibiarkan
Bula sering terjadi pada jalur skin graft donor yang baru dan pada luka yang ungraft.
Membrane basal lapisan epitel baru kurang berikatan dengan bed dari luka bakar.
Struktur ini dapat mengalami rekonstruksi sendiri dalam waktu beberapa bulan dan
menjadi bullae. Bulla ini paling baik diterapi dengan dihisap dengan jarum yang bersih,
memasang lagi lapisan epitel pada permukaan luka, dan menutup dengan pembalut
adhesif. Pembalut adhesive ini dapat direndam.
- Setelah luka dibersihkan dan didebridement, luka ditutup. Penutupan luka ini memiliki
beberapa fungsi :
1. dengan penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan epitel dan
meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur.
2. luka harus benar-benar tertutup untuk mencegah evaporasi pasien tidak hipotermi.
3. penutupan luka diusahakan semaksimal mungkin agar pasien merasa nyaman dan
meminimalkan timbulnya rasa sakit
- Pilihan penutupan luka sesuai dengan derajat luka bakar.
Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya barier
pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak perlu di balut, cukup dengan pemberian salep
antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu dapat diberi
NSAID (Ibuprofen, Acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan pembengkakan.
Luka bakar derajat II (superfisial), perlu perawatan luka setiap harinya, pertama-
tama luka diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut dengan perban katun dan
dibalut lagi dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup luka
sementara yang terbuat dari bahan alami (Xenograft (pig skin) atau Allograft
(homograft, cadaver skin) atau bahan sintetis (opsite, biobrane, transcyte, integra).
Luka derajat II (dalam) dan luka derajat III, perlu dilakukan eksisi awal dan
cangkok kulit (early exicision and grafting ).
- Pasien dipindahkan ke tempat steril
- Pemberian antibiotic boardspectrum bersifat profilaksis.
- Berikan analgetik untuk menghilangkan nyeri dan antacid untuk menghindari gangguan
pada gaster.
- Berikan ATS untuk menghindari terjadinya tetanus
- Pasang catheter folley untuk memantau produksi urine pasien
- Pasang NGT (Nasogastric tube), untuk menghindari ileus paralitic.
Penggantian balutan
Penatalaksanaan nutrisi pada luka bakar dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu : oral,
enteral dan parenteral. Untuk menentukan waktu dimulainya pemberian nutrisi dini pada
penderita luka bakar, masih sangat bervariasi, dimulai sejak 4 jam pascatrauma sampai
dengan 48 jam pascatrauma.
Dalam menentukan kebutuhan kalori basal pasien yang paling ideal adalah dengan mengukur
kebutuhan kalori secara langsung menggunakan indirek kalorimetri karena alat ini telah
memperhitungkan beberapa faktor seperti BB, jenis kelamin, luas luka bakar, luas permukan
tubuh dan adanya infeksi. Untuk menghitung kebutuhan kalori total harus ditambahkan faktor
stress sebesar 20-30%. Tapi alat ini jarang tersedia di rumah sakit.
Yang sering di rekomendasikan adalah perhitungan kebutuhan kalori basal dengan formula
HARRIS BENEDICK yang melibatkan faktor BB, TB dan Umur. Sedangkan untuk
kebutuhan kalori total perlu dilakukan modifikasi formula dengan menambahkan faktor
aktifitas fisik dan faktor stress.
Pria : 66,5 + (13,7 X BB) + (5 X TB) (6.8 X U) X AF X FS
Wanita : 65,6 + (9,6 X BB) + (1,8 X TB)- (4,7 X U) X AF X FS
Perhitungan kebutuhan kalori pada penderita luka bakar perlu perhatian khusus karena
kurangnya asupan kalori akan berakibat penyembuhan luka yang lama dan juga
meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas. Disisi lain, kelebihan asupan kalori dapat
menyebabkan hiperglikemi, perlemakan hati. Penatalaksanaan nutrisi pada luka bakar dapat
dilakukan dengan beberapa metode yaitu : oral, enteral dan parenteral.
Untuk menentukan waktu dimualinya pemberian nutrisi dini pada penderita luka bakar, masih
sangat bervariasi, dimulai sejak 4 jam pascatrauma sampai dengan 48 jam pascatrauma.
VII. Komplikasi
Gagal ginjal akut
Gagal respirasi akut
Syok sirkulasi
Sepsis
VIII. Prognosis
Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas permukaan badan
yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi, dan kecepatan pengobatan
medikamentosa. Luka bakar minor dapat sembuh 5-10 hari tanpa adanya jaringan parut.
Luka bakar moderat dapat sembuh dalam 10-14 hari dan mungkin menimbulkan luka
parut. Luka bakar mayor membutuhkan lebih dari 14 hari untuk sembuh dan akan
membentuk jaringan parut. Jaringan parut akan membatasi gerakan dan fungsi. Dalam
beberapa kasus, pembedahan diperlukan untuk membuang jaringan parut.
Telaah Kasus
Diagnosis luka bakar pada pasien ini (laki-laki, 47 tahun) ditegakkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dimana dalam penegakkan diagnosis luka
bakar didasarkan kepada :
1. Etiologi.
Dari anamnesi didapatkan bahwa pasien terkena ledakan api dari tiner dan lem perekat
yang meledak.
Pasien ini terkena luka bakar yang berasal dari api (thermal burn).
2. Derajat luka bakar.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan luka bakar yang yang ditandai dengan
ditemukannya kulit yang hiperemis, bula, dan luka bewarna merah muda dan putih
yang basah pada sebagian badan. pasien juga mengeluh kesakitan akibat luka bakar
yang dialami.
Dapat disimpulkan bahwa luka bakar mengenai lapisan epidermis dan dermis. Bula
yang terbentuk disebabkan oleh meningkatnya permeabilitas kapiler akibat terpajan
suhu yang tinggi. Rasa sakit disebabkan oleh ujung saraf sensorik yang ikut teriritasi.
Berbeda dengan luka bakar derjat III, dimana rasa sakit kadang tidak terlalu terasa
karena ujung saraf dan pembuluh darah sudah habis terbakar.
Pasien ini mengalami luka bakar derjat II-III
3. Luas luka bakar.
Berdasarkan rumus rule of nine dari Wallace maka diperkirakan luas luka bakar pada
pasien ini adalah 36% meliputi daerah wajah, leher, dada, sebagian perut, kedua
tangan.
f. Kepala dan leher :6%
g. Lengan masing-masing 9% : 18%
h. Badan depan : 12%
i. Badan belakang :-
j. Tungkai masing-masing 18% :-
k. Genetalia perineum :-
Total : 36 %
Berdasarkan American Burn Association, maka luka bakar pada pasien ini di
golongkan menjadi luka bakar berat, yang memenuhi kriteria :
1. Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa
2. Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak
3. Luka bakar derajat II 10% atau lebih
4. Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan genitalia/perinerium
5. Luka bakar dengan cedera inhalasi, disertai trauma lain.
Plan :
Diagnosis klinis : Luka bakar Api grade II-III luas 36 %
Manajemen :
- O2 2 L/menit
- Debridement luka dengan NaCl 0,9% + burnazyn zalf. Kemudian luka bakar dibalut
dengan kassa steril.
- Pasang three way : jalur pertama IVFD RL , 90 tts/menit ( habis dalam 8 jam I),
selanjutnya 30 tts/menit (habis dalam 16 jam); jalur kedua drip ketorolac 30 mg dalam
RL 20 tts/menit.
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV, allergy test
- Inj. Ranitidin 2 x 50 mg IV
- Inj. ATS I ampul, allergy test
- Pasang kateter
- Pada pasien ini diperlukan pemantauan yang intensif
- Rawat di ruangan khusus luka bakar (isolasi)
Konsultasi :
Konsultasi dilakukan dengan bagian bedah.
Pendidikan :
Memberikan edukasi kepada keluarga pasien tentang kondisi pasien, dan penanganan pertama
pada luka bakar.
Rujukan
Saat ini pasien belum perlu dilakukan rujukan.
Pemeriksaan fisik :
Labor :
Hb : 15,8
Leukosit : 9000
Hematokrit : 45
Trombosit : 252.000
EKG : dbn
Objektif/:
Vital sign :
Objektif/:
Vital sign :
Vital sign :
Vital sign :
Captopril 2x6,25 mg
Orbumin 3x1
Furosemide 2x1
Objektif/:
Vital sign :