Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Satu diantara 10 kanker tersering dan kanker ke-6 yang menyebabkan kematian pada
skala seluruh dunia adalah kanker esofagus. Kanker ini merupakan keganasan ke-3 pada
gastrointestinal setelah kanker gaster- kolorektal dan kanker hepatoseluler. Kanker esophagus
menunjukkan gambaran epidemiologi yang unik berbeda dengan keganasan lain. kanker
esophagus memiliki variasi angka kejadian secara geografis berkisar dari 3 per 100.000
penduduk di Negara barat samapai 140 kejadian per 100.000 penduduk di asia tengah. Kanker
esofagus adalah salah satu tumor dengan tingkat keganasan tinggi, prognosisnya buruk,
walaupun sudah dilakuakn diagnosis dini dan penatalaksanaan. Kanker esophagus juga
merupakan salah satu kanker dengan tingkat kesembuhan terendah, dengan 5 year survival
rata-rata kira-kira 10 %, survival rates ini terburuk setelah kanker hepatobilier dan kanker
pancreas. Dengan adanya fakta ini bahwa kejadian kanker esophagus yang meningkat
maka Refarat dibuat untuk mengenali dan mendiagnosis lebih detail lagi tentang keganasan
kanker ini.

B. Rumusan Masalah
Masalah pokok dalam pembahasan ini yaitu
1. Apa definisi kanker?
2. Apa definisi kanker esophagus?
3. Apa saja klasifikasi kanker esophagus?
4. Apa saja stadium kanker esophagus?
5. Bagaimana epidemiologi kanker esophagus?
6. Apa etiologi kanker esophagus?
7. Apa factor resiko kanker esophagus?
8. Bagaimana patofisiologi kanker esophagus?
9. Apa manifestasi klinis kanker esophagus?
10. Apa pemeriksaan penunjang kanker esophagus?
11. Bagaimana penangana/pengobatan kanker esophagus?
12. Apa saja komplikasi yang ditimbulkan oleh kanker esophagus?
13. Apa pencegahan kanker esophagus?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan umum:
Mahasiswa mampu untuk memahami tentang Konsep Penyakit Ca Esofagus
Tujuan khusus:
1. Mahasiswa mampu memahami definisi kanker
2. Mahasiswa mampu memahami definisi kanker esophagus
3. Mahasiswa mampu memahami klasifikasi kanker esophagus
4. Mahasiswa mampu memahami stadium kanker esophagus
5. Mahasiswa mampu memahami epidemiologi kanker esophagus
6. Mahasiswa mampu memahami etiologi kanker esophagus
7. Mahasiswa mampu memahami factor resiko kanker esophagus
8. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi kanker esophagus
9. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis kanker esophagus
10. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan penunjang kanker esophagus
11. Mahasiswa mampu memahami penanganan/pengobatan kanker esophagus
12. Mahasiswa mampu memahami komplikasi kanker esophagus
13. Mahasiswa mampu memahami pencegahan kanker esophagus
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini ditempuh metode penulisan deskriftif kualitatif, yakni metode
penulisan dengan cara mengumpulkan berbagai sumber sumber yang memuat tentang
Konsep Penyaki Ca Esofagus. Sumber dapat berupa buku, internet, dll. Sumber tersebut
kemudian diolah dengan cara menyusun suatu simpulan yang terdiri atas kalimat kalimat.

BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI KANKER

Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme
normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali.

Penyakit Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel
jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat, tidak
terkendali, dan akan terus membelah diri, selanjutnya menyusup ke jaringan
sekitarnya (invasive) dan terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-
organ penting serta syaraf tulang belakang.

Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah diri jika ada penggantian sel-sel
yang telah mati dan rusak. Sebaliknya sel kanker akan membelah terus meskipun tubuh tidak
memerlukannya, sehingga akan terjadi penumpukan sel baru yang disebut tumor ganas.
Penumpukan sel tersebut mendesak dan merusak jaringan normal, sehingga mengganggu
organ yang ditempatinya.
Kanker dapat terjadi diberbagai jaringan dalam berbagai organ di setiap tubuh, mulai
dari kaki sampai kepala. Bila kanker terjadi di bagian permukaan tubuh, akan mudah diketahui
dan diobati. Namun bila terjadi didalam tubuh, kanker itu akan sulit diketahui dan kadang -
kadang tidak memiliki gejala. Kalaupun timbul gejala, biasanya sudah stadium lanjut sehingga
sulit diobati.

B. DEFINISI KANKER EOFAGUS

Kanker esofagus merupakan keganasan yang terjadi pada esofagus. Keganasan yang
paling sering menyerang adalah jenis karsinoma epidermoid. Sedangkan jenis lainnya
leomiosarkoma, fibrosarkoma, atau melanoma malignum tapi sangat jarang terjadi.

Kanker esofagus adalah karsinoma yang berasal dari epitel berlapis gepeng yang
melapisi lumen esofagus. Kanker esofagus dimulai dari lapisan dalam (mukosa) dan tumbuh
higga ke dalam lapisan submukosa dan lapisan otot.

C. KLASIFIKASI KANKER ESOFAGUS

Kanker esofagus dibagi berdasarkan jenis sel yang terlibat. Mengetahui jenis kanker
esofagus yang anda miliki membantu menentukan pilihan perawatan yang harus anda jalani.
Jenis kanker esofagus antara lain:

1. Adenocarcinoma dimulai dari sel kelenjar penghasil lendir di dalam esofagus.


Adenocarcinoma terjadi paling sering pada bagian bawah esofagus.
2. Squamous cell carcinoma. Kanker ini rata dan tipis di permukaan esofagus. Squamous cell
carcinoma sering terjadi di bagian tengah esofagus. Squamous cell carcinoma adalah kanker
esofagus yang umum di seluruh dunia.

3. Jenis langka lainnya. Kanker esofagus langka antara lain choriocarcinoma, lymphoma,
melanoma, sarcoma dan kanker sel kecil.

D. STADIUM KANKER ESOFAGUS

Ada empat stadium kanker esophagus yaitu:


1. Stadium I. Kanker ditemukan hanya pada lapisan-lapisan atas dari sel-sel yang melapisi
esophagus.
2. Stadium II. Kanker melibatkan lapisan-lapisan yang lebih dalam dari lapisan esophagus, atau
ia telah menyebar ke nodus-nodus limfa yang berdekatan. Kanker masih belum menyebar ke
bagian-bagian lain tubuh.
3. Stadium III. Kanker telah menyerang lebih dalam kedalam dinding esophagus atau telah
menyebar ke jaringan-jaringan atau nodus-nodus limfa dekat esophagus. Ia masih belum
menyebar ke bagian-bagian lain tubuh.
4. Stadium IV. Kanker telah menyebar ke bagian-bagian lain tubuh. Kanker esophagus dapat
menyebar hampir kemana saja dalam tubuh, termasuk hati, paru-paru, otak, dan tulang-tulang.
E. EPIDEMIOLOGI

Kanker esofagus terbanyak dijumpai antara usia 50-70 tahun. Perbandingan faktor
resiko antara pria dan wanita adalah 3:1. Berdasarkan histologis terbagi menjadi 2 tipe:
squamous cell carcinoma dan adenocarcinoma. Di USA , squamous cell carcinoma lebih
banyak terjadi pada orang kulit hitam dibanding kulit putih. Pecandu alkohol dan perokok berat
meningkatkan faktor resiko squamous cell carcinoma. Resiko squamous sel karsinoma juga
meningkat pada pasien yang menderita tylosis ( penyakit yang jarang diturunkan dari autosomal
dominan dan manifestasi nya berupa hiperkeratosis di telapak tangan dan kaki), achalasia,
striktur esofagus, dan kanker kepala dan leher yang lain. Insiden tertinggi penyakit Squamous
sel karsinoma terdapat pada ras cina dan asia tenggara. Setengah dari semua kasus terjadi di
1/3 distal esofagus. Adenocarsinoma banyak terjadi pada kulit putih. Adenocarcinoma secara
dramatic meningkat sama seperti squamous sel karsinoma. Sebagian besar adenokarsinoma
terjadi karena komplikasi dari metaplasia barret sindrom karena kronik gastroesofagus refluks.
Sehingga adenocarcinoma banyak terjadi pada 1/3 diatal esofagus. obesitas juga sangat
berperan pada adenocarcinoma, meskipun telah kontrol gastroesofagus refluk. Walaupun tidak
ada tidak ada hubungan langsung yang menghubungkan hal tersebut.
Variasi angka kejadian secara geografis

Usia terbanyak pada dekade ke-6.

Perbandingan Pria:Wanita (3-7) : 1

Reseksi pilihan utama penanganan

Unresectable bypass atau feeding jejunostomi.

Tahun 2000

Kanker terbanyak nomor 8

412,000 kasus baru pertahun

Penyebab kematian nomor 6 dari kematian akibat kanker, 338,000 kematian pertahun

Tahun 2002

462,000 kasus baru

386,000 kematian
US estimates for 2005
14,520 kasus baru
11,220 laki-laki

3,300 perempuan

13,570 Kematian

Penyebab kematian no 6
F. ETIOLOGI

Beberapa sumber mengatakan bahwa iritasi kronik misalnya merokok, minum alkohol,
kebiasaan minum panas dan faktor diit pada beberapa penderita dapat menimbulkan terjadinya
karsinoma. Sedangkan sumber lain mengatakan bahwa berdasarkan pengalaman menunjukan
kebanyakan penderita yang menderita karsinoma di esofagus mempunyai riwayat penyakit
corrosive injuries yang lama, striktura kronis dan akhalasia.

G. FAKTOR RESIKO

Penyebab-penyebab yang tepat dari kanker esophagus tidak diketahui secara pasti.
Bagaimanapun, studi-studi menunjukan bahwa apa saja dari faktor-faktor berikut dapat
meningkatkan risiko mengembangkan kanker esophagus:

1. Umur. Kanker esophagus lebih mungkin terjadi ketika orang-orang menjadi tua; kebanyakan
orang-orang yang mengembangkan kanker esophagus adalah berumur diatas 60 tahun.
2. Kelamin. Kanker esophagus adalah lebih umum pada pria-pria daripada pada wanita-wanita.

3. Penggunaan Tembakau. Merokok sigaret-sigaret atau menggunakan tembakau yang tidak


berasap adalah satu dari faktor-faktor risiko utama untuk kanker esophagus.

4. Penggunaan Alkohol. Penggunaan alkohol yang kronis dan/atau berat adalah faktor risiko
utama yang lain untuk kanker esophagus. Orang-orang yang menggunakan keduanya alkohol
dan tembakau mempunyai suatu risiko yang terutama tinggi dari kanker esophagus. Ilmuwan-
ilmuwan percaya bahwa senyawa-senyawa ini meningkatkan efek-efek yang berbahaya lain
dari setiapnya.

5. Barrett's Esophagus. Iritasi jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker esophagus.
Jaringan-jaringan pada dasar dari kerongkongan dapat menjadi teiritasi jika asam lambung
secara sering balik masuk kedalam esophagus -- persoalan yang disebut gastric reflux. Melalui
waktu, sel-sel dibagian yang teriritasi dari esophagus mungkin berubah dan mulai menyerupai
sel-sel yang melapisi lambung. Kondisi ini, dikenal sebagaiBarrett esophagus, adalah kondisi
sebelum ganas (premalignant) yang mungkin berkembang kedalam adenocarcinoma dari
esophagus.

6. Tipe-Tipe Iritasi Lain. Penyebab-penyebab lain dari iritasi atau kerusakan yang signifikan
pada lapisan esophagus, seperti menelan cairan alkali atau senyawa-senyawa caustic (tajam)
lain, dapat meningkatkan risiko mengembangkan kanker esophagus.

7. Sejarah Medis. Pasien-pasien yang telah mempunyai kanker-kanker kepala dan leher lainya
mempuyai kesempatan yang meningkat dari pengembangan suatu kanker kedua pada area
kepala dan leher, termasuk kanker esophagus.

Mempunyai apa saja dari faktor-faktor risiko ini meningkatkan kemungkinan bahwa
seseorang akan mengembangkan kanker esophgus. Meski demikian, kebanyakan orang-orang
dengan satu atau bahkan beberapa dari faktor-faktor ini tidak mendapat penyakit ini. Dan
kebanyakan orang-orang yang mendapat kanker esophagus tidak mempunyai satupun dari
faktor-faktor risiko yang diketahui.

Mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan kesempatan-kesempatan seseorang


mengembangkan kanker esophagus adalah langkah pertama menuju pencegahan penyakit.
Kita telah tahu bahwa cara-cara terbaik untuk mencegah tipe kanker ini adalah berhenti (atau
tida pernah memulai) merokok sigaret-sigaret atau menggunakan tembakau yang tidak berasap
dan untuk meminum alkohol hanya tidak berlebihan. Peneliti-peneliti terus menerus
mempelajari penyebab-penyebab dari kanker esophagus dan untuk mencari cara-cara lain
untuk untuk mencegahnya. Contohnya, mereka sedang menyelidiki kemungkinan bahwa
meningkatkan masukan dari buah-buah dan sayur-sayuran seseorang, terutama yang mentah,
mungkin mengurangi risiko penyakit ini.
Peneliti-peneliti juga sedang mempelajari cara-cara untuk mengurangi risiko kanker
esophagus untuk orang-orang dengan Barrett's esophagus.

H. PATOFISIOLOGI

Merokok dan konsumsi alkohol yang tinggi merupakan faktor risiko penting bagi
pengembangan SCC (Squamous cell carcinoma). Merokok memiliki efek sinergis dengan
konsumsi alkohol berat, dan eksposur berat untuk kedua meningkatkan risiko SCC dengan
faktor lebih dari 100. Hal ini lebih rumit dengan peningkatan risiko kanker saluran lain
aerodigestive dalam orang yang merokok dan minuman alkohol.

Biasanya pasien mengalami lesi ulserasi esofagus yng luas sebelum gejala timbul.
Malignasi, biasanya sel squamosa tipe epidermoid, menyebar dibawah mukosa esofagus , atau
dapat menyebar langsung kedalamnya, melalui dan diatas lapisan otot ke limfatik. Pada tahap
lanjut, obstruksi esofagus terliat, dengan kemungkinan peforasi mediastinum dan erosi
pembuluh darah besar.

Makanan dan faktor lingkungan, dan gangguan kerongkongan tertentu (misalnya,


achalasia, diverticuli) yang menyebabkan iritasi kronis dan peradangan mukosa esofagus juga
dapat meningkatkan kejadian SCC. Plummer-Vinson sindrom-triad dari disfagia, anemia
defisiensi besi, dan kerongkongan web-telah dikaitkan dengan kanker ini, meskipun hal ini
menjadi semakin langka di negara maju sebagai nutrisi secara keseluruhan membaik. Ada
beberapa faktor genetik yang telah diidentifikasi sebagai penting dalam perkembangan
esophageal SCC. Satu pengecualian adalah tylosis, sebuah sindrom autosomal dominan
jarang berhubungan dengan hiperkeratosis telapak tangan dan telapak kaki dan tingkat tinggi
esophageal SCC. Infeksi agen juga telah terlibat dalam patogenesis esophageal SCC.
papillomavirus Manusia telah menerima perhatian yang besar. Hal ini diyakini bahwa hasil
infeksi pada hilangnya fungsi dari gen supresor tumor p53 dan Rb. Pentingnya mekanisme ini
tidak mapan.

Faktor risiko untuk AC (Adenocarcinoma) dari esofagus berbeda. Refluks


gastroesofagus kronik yang paling penting, dengan berat, gejala refluks lama meningkatkan
resiko kanker dengan faktor 40. Kronis penyakit gastroesophageal dikaitkan dengan
metaplasia Barrett (Barrett's esophagus), suatu kondisi di mana suatu epitel abnormal kolumnar
menggantikan epitel skuamosa berlapis yang biasanya garis esofagus distal. Kebanyakan
terserang ACS diyakini timbul dari Barrett's esophagus. Meskipun perubahan mukosa
tampaknya merupakan adaptasi menguntungkan bagi epitel refluks-kolumnar kronis tampaknya
lebih tahan terhadap cedera refluks-induced daripada metaplasia skuamosa asli-sel ini khusus
usus bisa menjadi displasia dan akhirnya ganas, dengan perubahan genetik yang mengaktifkan
proto- onkogen, gen penekan tumor menonaktifkan, atau keduanya. Faktor-faktor yang
meningkatkan risiko refluks gastroesofagus, seperti obesitas atau obat yang menurunkan nada
yang lebih rendah esophageal sphincter, dapat menyebabkan peningkatan risiko untuk AC
kerongkongan.

Sebuah etiologi infeksi untuk penyakit ini belum diidentifikasi dan, AC tidak seperti dari
kardia lambung, peran kolonisasi Helicobacter pylori dikenal. Perubahan genetik dan molekuler
yang mendasari perkembangan esophageal AC juga tetap kurang dipahami, meskipun kerugian
alelik di kromosom 4Q, 5q, 9p, 9q, dan 18q dan kelainan p53, Rb, siklin D1, dan c-myc telah
terlibat.

Esofagus itu sendiri memiliki beberapa sifat unik yang membedakan perilaku kanker di
organ dari para keganasan gastrointestinal lainnya. Berbeda dengan sisa saluran pencernaan,
esofagus telah serosa tidak, sehingga mengurangi perlawanan terhadap penyebaran lokal sel
kanker invasif. Selanjutnya, esofagus memiliki jaringan luas limfatik, yang memungkinkan untuk
tumor kemajuan daerah awal. Hasil akhirnya adalah lokal menyebar dan invasi ke jaringan
sekitarnya, dengan metastatik awal berkembang di sebagian besar pasien.

I. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala kanker esofagus antara lain:


Sulit menelan.
Hilang berat badan secara tiba-tiba.
Nyeri pada dada.
Lelah.
Ulsertiva esofagus tahap lanjut.
Disfagia, awalnya dengan makanan padat dan akhirnya dengan cairan.
Merasakan benjolan pada tenggorokan dan rasa nyeri saat menelan.
Nyeri atau begah substernal, regurgitasi makanan yang tak tercerna dengan bau nafas dan
akhirnya cegukan.
Mungkin terjadi hemoragi, dan kehilangan berat badan dan kekuatan secara progresif akibat
kelaparan.Pada tahap awal, kanker ini sering tanpa tanda atau gejala
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnosis kanker esofagus dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan


penunjang termasuk didalamnya imaging studies dan endoskopi.

1. Laboratorium

Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan diantaranya LED meningkat, terdapat gangguan faal
hati dan ginjal, dilihat dari nilai SGOT, SGPT, ureum dan creatinin yang mengalami peningkatan.
2. Imaging studies

a. Barium swallow

Pada uji ini, cairan yang disebut barium di telan. Barium akan melapisi dinding esofagus. Ketika
dilakukan penyinaran (sinar X), barium akan membentuk esofagus dengan jelas.

Tes ini dapat digunakan untuk melihat apakah ada kelainan pada permukaan dinding esofagus.
Tes barium biasanya menjadi pilihan utama untuk melihat penyebab disfagia. Bahkan sebagian
kecil tumor, dapat terlihat dengan menggunakan tes ini. Tes barium tidak dapat digunakan untuk
menentukan seberapa jauh kanker telah bermetastase.

b. CT Scan

CT Scan biasanya tidak digunakan untuk mendiagnosis kanker esofagus, tetapi CT Scan dapat
membantu dalam menentukan penyebaran dari kanker esofagus. CT Scan dapat menunjukkan
lokasi dimana kanker esofagus berada dan dapat membantu dalam menentukan apakah
pembedahan merupakan tatalaksana terbaik untuk kanker esofagus. Sebelum gambar diambil,
pasien diminta untuk minum cairan kontras, sehingga esofagus dan bagian usus dapat terlihat
jelas sehingga tidak terjadi pembiasan pada daerah sekitarnya.

3. Endoskopi

a. Upper Endoscopy

Endoskopi merupakan uji diagnostic yang paling utama untuk mendiagnosis kanker esofagus.
Dengan bantuan endoskopi, dokter dapat melihat kanker melalui selang dan melakukan biopsy
terhadap jaringan kanker maupun jaringan lain yang ada di sekitar kanker yang tampak tidak
normal. Contoh jaringan yang telah diambil kemudian dikirim ke laboratorium, dan dengan
bantuan mikroskop dapat ditentukan apakah jaringan tersebut merupakan jaringan yang bersifat
ganas (kanker). Jika kanker esophagus menutupi lumen esophagus, maka lumen tersebut
dengan bantuan alat dan endoskopi dapat dilebarkan sehingga makanan dan cairan dapat
melaluinya.

b. Endoscopic ultrasound
Merupakan jenis endoskopi yang
menggunakan gelombang suara untuk melihat gambar bagian dalam tubuh. Endoskopi jenis ini
sangat berguna untuk menentukan ukuran dari kanker esofagus dan seberapa jauh kanker
tersebut telah menyebar ke jaringan lain. Uji ini tidak memiliki dampak radiasi, sehingga aman
untuk digunakan.

Gambar 1. Endoskopi

4. Bronkoskopi dan Mediastinokopi

Bronkoskopi biasanya dilakukan, khususnya pada tumor pada sepertiga tengah dan atas
esofagus, untuk menentukan apakah trakea telah terkena dan untuk membantu dalam
menentukan apakah lesi dapat diangkat. Sedangkan mediastinoskopi digunakan untuk
menentukan apakah kanker telah menyebar ke nodus dan struktur mediastinal lain.

K. PENANGANAN/PEENGOBATAN

Perawatan untuk kanker esophagus tergantung pada sejumlah faktor-faktor, termasuk


ukuran, lokasi, dan luasnya tumor, dan kesehatan keseluruhan dari pasien. Pasien-pasien
seringkali dirawat oleh suatu team dari spesialis-spesialis, yang mungkin termasuk seorang
gastroenterologist (seorang dokter yang berspesialisasi dalam mendiagnosis dan merawat
kelainan-kelainan dari sistim pencernaan), ahli bedah (seorang dokter yang berspesialisasi
dalam mengeluarkan atau memperbaiki bagian-bagian tubuh), medical oncologist (seorang
dokter yang berspesialisasi dalam merawat kanker), dan radiation oncologist (seorang dokter
yang berspesialisasi dalam menggunakan radiasi untuk merawat kanker). Karena perawatan
kanker mungkin membuat mulut sensitif dan berisiko untuk infeksi, dokter-dokter sering
menasehati pasien-pasien dengan kanker esophagus untuk menemui seorang dokter gigi untuk
suatu pemeriksaan gigi dan perawatan sebelum perawatan kanker dimulai.

Banyak perawatan-perawatan dan kombinasi-kombinasi perawatan yang berbeda


mungkin digunakan untuk mengontrol kanker dan/atau untuk memperbaiki kwalitas hidup
pasien dengan mengurangi gejala-gejala.

1. Operasi adalah perawatan yang paling umum untuk kanker esophagus. Biasanya, ahli bedah
mengeluarkan tumor bersama dengan seluruh atau sebagian dari kerongkongan, nodus-nodus
limfa yang berdekatan, dan jaringan lain di area itu. Operasi untuk mengeluarkan esophagus
disebutesophagectomy. Ahli bedah menyambung bagian sehat yang tersisa dari kerongkongan
ke lambung sehingga pasien masih mampu untuk menelan. Adakalanya, tabung palstik atau
bagian dari usus digunakan untuk membuat sambungan. Ahli bedah mungkin juga melebarkan
bukaan antara lambung dan usus kecil untuk mengizinkan isi-isi lambung untuk lebih mudah
lewat kedalam usus kecil. Adakalanya operasi dilakukan setelah perawatan lain selesai.

2. Terapi Radiasi, juga disebut radioterapi, melibatkan penggunaan dari sinar-sinar berkekuatan
tinggi untuk membunuh sek-sel kanker. Terapi radiasi mempengaruhi sel-sel kanker hanya pada
area yang dirawat. Radiasi mungkin datang dari mesin diluar tubuh (external radiation) atau dari
material-material radioaktif yang ditempatkan di atau dekat tumor (internal radiation). Tabung
plastik mungkin dimasukan kedalam kerongkongan untuk mempertahankan ia terbuka selama
terapi radiasi. Prosedur ini disebutintraluminal intubation and dilation. Terapi radiasi mungkin
digunakan sendirian atau digabungkan dengan kemoterapi sebagai perawatan primer sebagai
gantinya dari operasi, terutama jika ukuran atau lokasi tumor akan membuat operasi menjadi
sulit. Dokter-dokter mungkin juga menggabungkan terapi radiasi dengan kemoterapi untuk
menyusutkan tumor sebelum operasi. Bahkan jika tumor tidak dapat dikeluarkan dengan
operasi atau dihancurkan seluruhnya dengan terapi radiasi, terapi radiasi dapat seringkali
membantu membaskan nyeri dan membuat menelan lebih mudah.

3. Kemoterapi adalah penggunaan dari obat-obat antikanker untuk membunuh sel-sel kanker.
Obat-obat antikanker yang digunakan untuk merawat kanker esophagus berjalan keseluruh
tubuh. Obat-obat antikanker yang digunakan untuk merawat kanker esophagus biasanya
diberikan dengan suntikan kedalam suatu vena (IV). Kemoterapi mungkin digabungkan dengan
terapi radiasi sebagai perawatan primer (sebagai gantinya operasi) atau untuk menyusutkan
tumor sebelum operasi.

4. Terapi Laser adalah penggunaan dari sinar yang berintensitas tinggi untuk menghancurkan
sel-sel tumor. Terapi laser mempengaruhi sel-sel hanya di area yang dirawat. Dokter mungkin
menggunakan terapi laser untuk menghancurkan jaringan yang bersifat kanker dan
membebaskan rintangan dalam kerongkongan ketika kanker tidak dapat dikeluarkan dengan
operasi. Pembebasan dari rintangan dapat membantu mengurangi gejala-gejala, terutama
persoalan-persoalan menelan.

5. Photodynamic therapy (PDT), tipe dari terapi laser, melibatkan penggunaan dari obat-obat
yang diserap oleh sel-sel kanker; ketika dipaparkan pada sinar khusus, obat-obat menjadi aktif
dan menghancurkan sel-sel kanker. Dokter mungkin menggunakan PDT untuk membebaskan
gejala-gejala dari kanker esophagus seperti sulit menelan.

Percobaan-percobaan klinik (studi-studi penelitian) untuk mengevaluasi cara-cara baru


untuk merawat kanker adalah opsi (pilihan) yang penting untuk banyak pasien-pasien dengan
kanker esophagus. Pada beberapa studi-studi, semua pasien-pasien menerima perawatan
yang baru. Pada yang lain-lainnya, dokter-dokter membandingkan terapi-terapi yang berbeda
dengan memberikan perawatan yang baru pada satu kelompok dari pasien-pasien dan terapi
yang biasa (standar) pada kelompok yang lain. Melalui penelitian, dokter-dokter belajar cara-
cara yang baru, yang lebih efektif untuk merawat kanker.

L. KOMPLIKASI

Karsinoma esofagus mudah meluas melalui dinding esophagus yang tipis karena tidak
adanya lapisan serosa. Struktur mediastinum penting yang berdekatan dengan esofagus
termasuk trakea, bagian kanan dan kiri dari bronkus, arkus aorta dan aorta descendens ,
perikardium, pleura, dan tulang belakang. Infiltrasi tumor ke dalam struktur yang paling serius
dan, kadang-kadang, komplikasi yang mengancam jiwa seperti kanker kerongkongan.
Kebanyakan komplikasi akibat kanker kerongkongan yang disebabkan obstruksi lumen dan
invasi tumor lokal. Pasien sering tidak sadar, mereka menyesuaikan diet makanan lunak atau
cairan untuk menghindari disfagia makanan padat. Ketidakmampuan progresif untuk menelan
makanan padat menyebabkan menurunnya berat badan dan kekurangan nutrisi. Regurgitasi
makanan atau cairan oral juga dapat terjadi dalam penentuan obstruksi lumen yang signifikan.
Mungkin halitosis stasis hadir karena makanan dan regurgitasi. komplikasi paru dari aspirasi
termasuk pneumonia dan abses paru. Massa tumor dapat menyebabkan obstruksi kompresi
dari cabang tracheobronchial, menyebabkan dispnea, batuk kronis, dan pada waktu pneumonia
postobstructive. Fistula esophagoairway dapat berkembang dengan invasi tumor trakea atau
bronkus. Airway fistula sangat rapuh dan dihubungkan dengan kematian yang signifikan karena
tingginya risiko komplikasi paru seperti pneumonia dan abses.

Meskipun arkus aorta dan aorta descendens terletak berdekatan dengan kerongkongan,
ekstensi ke dalam struktur ini kurang sering daripada invasi napas. Erosi melalui dinding aorta
dapat mengakibatkan pendarahan parah dan sering fatal. Pertumbuhan tumor dari perikardium
dilaporkan sebagai penyebab aritmia dan kelainan konduksi.
M. PENCEGAHAN

Tembakau dan alkohol adalah faktor risiko utama dalam pengembangan sel skuamosa
kanker esophagus,penghentian tembakau dan alkohol secara signifikan dapat mengurangi
resiko terjadinya kanker ini. Buah buahan dan sayur sayuran yang segar dibandingkan dengan
asupan makanan tinggi nitrosamine atau yang terkontaminasi dengan racun bakteri atau jamur
dapat menurunkan risiko sekitar 50%.

BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN

Dari paparan makalh ini dapat disimpulkan bahwa kanker esofagus merupakan
keganasan yang terjadi pada esofagus. Keganasan yang paling sering menyerang adalah jenis
karsinoma epidermoid. Sedangkan jenis lainnya leomiosarkoma, fibrosarkoma, atau melanoma
malignum tapi sangat jarang terjadi.

Penyebab kanker esofagus belum diketahui dengan pasti akan tetapi para peneliti
percaya bahwa beberapa faktor resiko seperti merokok dan alkohol, dapat menyebabkan
kanker esofagus dengan cara merusak DNA sel yang melapisi bagian dalam esofagus,
akibatnya DNA sel tersebut menjadi abnormal. Iritasi yang berlangsung lama pada dinding
esofagus, seperti yang terjadi pada GERD, Barretts esophagus dan akhalasia dapat memicu
terjadinya kanker.

Kanker esofagus ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang dialami pasien,


pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan penunjang lainnya. Dari gejala klinis, hal yang
paling sering menjadi keluhan pasien adalah disfagia (sulit menelan), merasakan benjolan pada
tenggorokan dan rasa nyeri saat menelan. nyeri pada dada, regurgitasi makanan yang tak
tercerna dengan bau nafas dan akhirnya cegukan serta perdarahan. Pada pemeriksaan fisik
tampak pasien menjadi kurus karena gangguan menelan dan anoreksia. Jika telah lanjut,
terdapat pembesaran kelenjar getah bening daerah supraklavikula dan aksila, serta
hepatomegali. Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan diantaranya LED meningkat, terdapat
gangguan faal hati dan ginjal, dilihat dari nilai SGOT, SGPT, ureum dan creatinin yang
mengalami peningkatan. Dari pemeriksaan penunjang lainnya seperti bubur barium, dapat
terlihat gambaran yang khas pada sebagian besar kasus di mana akan terlihat tumor dengan
permukaan yang erosif dan kasar pada bagian esofagus yang terkena. Pemeriksaan endoskopi
dan biopsi sangat penting untuk mendiagnosis karsinoma esofagus, terutama untuk
membedakan antara karsinoma epidermal dan adenokarsinoma. Paling tidak diperlukan
beberapa biopsi, oleh karena terjadi penyebaran ke submukosa dan adanya kecenderungan
tertutupnya karsinoma epidermal oleh sel epitel skuamus yang normal.

DAFTAR PUSTAKA

Alidina, A. Gaffar, F. Hussain, M. Islam, I. Vaziri, I. Burney, A. Valimohd & W. Jafri. Data survival
dan faktor prognosis pasien kanker esofagus di pakistan. Science direct 2004 citied 2010 july
28) available from:http://hennykartika.files.wordpress.com/2008/03/data-survival-dan-faktor-
prognosis-pasien-kanker-esofagus-di-pakistan.doc

Guy D eslick Ph.D, Mmed Sc. Esophageal cancer : a historical perspective. Science direct,
2009 march (citied 2010 july 28); available from : http://translate.google.co.id/translate?
hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0889855309000053

http://ordinaryphoo.blogspot.com/2011/07/tumor-esofagus.html, diakses tanggal 14 Februari


2012

Smeltzer and Brenda. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarata: EGC

Swearingen. 2001. Keperawatn Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Syamsul jamail. Karsinoma Esofagus.2010. (Cited 2010 agustus 3). Available from :
http://daengbantang.blogspot.com/2010/05/karsinoma-esofagus.html,diakses tanggal
14 Februari 2012

Anda mungkin juga menyukai