Anda di halaman 1dari 29

Tugas portopolio

Tema 7/Muatan IPS

SEKTOR- SEKTOR PEREKONOMIAN INDONESIA

Oleh : Sanwindayani
Indonesia merupakan negara kepulauan di Asia Tenggarayang
memiliki jumlah pulau sebanyak 17.504 pulau dan sekitar 6.000
pulau di antaranya tidak berpenghuni. Pulau pulau menyebar
di wilayah khatulistiwa sepanjang 3.977 mil di antara Samudra
Hindia dan Samudra Pasifik sehingga memberikan cuaca tropis
dan perbedaan letak geografis. Karena panjangnya pulau
pulau yang menyebar, menyebabkan pembagian waktu dan
mata pencarian penduduk di Indonesia berbeda beda.

Perekonomian di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai bidang,


biasanya bidang bidang tersebut berdasarkan letak geografis
pulau pulau di Indonesia. Adapun bidang bidang tersebut
antara lain sebagai berikut :
1. SEKTOR PERTANIAN DAN PERTERNAKAN.
Indonesia merupakan negara agraris, sehingga sebagian besar
rakyat indonesia bermata pencarian sebagai petani dan
peternak. Adapun kontribusi sektor pertanian dan peternakan
terhadap pertumbuhan dan perkembangan perekonomian di
Indonesia Sektor ini mencakup sub sector tanaman, bahan
makanan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan
periakanan. Sampai dengan tahun 2003 ini sector pertanian
masih merupakan andalan dalam membentuk perekonomian
Jombang, sekalipun peranannya cenderung mengecil. Pada
tahun 2000 sektor pertanian memberi kontribusi sebesar
42,05% dan pada tahun 2003 mengecil lagi menjadi 38,16%.
Subsektor terbesar dalam membentuk PDRB sector pertanian
adalah sub sector bahan makanan dengan memberikan peran
sebesar 27,83% (tahun 2003) terhadap PDRB. Sedangkan
subsektor lainnya seperti tanaman perkebunan, peternakan
kehutanan dan perikanan masing-masing memberikan peran
sebesar 3,89%, 5,541%, 0,62%, dan 0,40%.

antara lain sebagai berikut :

Kontribusi Produk

Pertanian dan peternakan sangat berperan dalam kehidupan


manusia terutama warga Indonesia yang kebutuhan pangannya
didominasi dengan bidang pertanian dan peternakan seperti
beras, sayuran, buah, daging, susu, kulit dan lain sebagainya.
Pertanian juga berperan sebagai penyuplai bahan baku yang
nantinya akan diolah oleh industri manufaktur.
Kontribusi Pasar

Dengan adanya pertanian dan peternakan dapat dibentuk


sebuah sistem pasar bebas yang di dalamnya terjadi berbagai
pertukaran kebutuhan pokok dengan uang. Dalam kondisi ini
Pemerintah juga ikut serta dalam penetapan harga harga yang
terjadi di pasar bebas.

Kontribusi devisa

Pertanian dan peternakan mampu memberikan devisa kepada


negara apabila pertanian dan peternakan mampu
meningkatkan kapasitas produksi dan meningkatkan daya saing
produk pertanian ataupun peternakan. Hal ini harus dilakukan
agar para petani dan peternak Indonesia mampu meningkatkan
ekpor dan mengurangi impor. Dalam proses perubahan ini,
pemerintah harus ikut seta membantu para petani dengan cara
menyediakan lahan yang di gunakan para petani, memberi
pelatihan dasar, memberikan subsidi mesin mesin dan bibit
unggul, serta menghimbau masyarakat untuk menggunakan
produk pertanian dan peternakan dalam negeri. Hal tersebut
bermanfaat untuk mengurangi impor dan menambah ekspor.

Pandangan negatif pada sektor pertanian dan peternakan.


Rendahnya ouput bidang pertanian di wilayah Indonesia
disebabkan adanya :

Perubahan Iklim

Dengan perubahan iklim kemarau para petani sangat


membutuhkan pasokan air untuk mengirigrasi daerahnya, maka
oleh karena itu harus ditemukan sebuah inovasi untuk
menangani masalah tersebut.

Lahan Pertanian

Dewasa ini lahan pertanian di Indonesia sudah semakin


berkurang, hal itu disebabkan karena adanya pembangunan
gedung gedung dan sebagainnya. Dalam menanggapi hal ini
sebaiknya pemerintah menetapkan undang undang
pengkhususan lahan pertanian.

Kualiatas SDM rendah

Petani di Indonesia pada umumnya masih tradisional, belum


menggunakan mesin mesin pembantu yang dialakukan seperti
negara negara maju lainnya, hal inilah yang menyebabkan
output pertanian belum bisa menyaingi hasil output dari luar
negeri.

Rendahnya penggunaan Teknologi

Langkah langkah yang dapat di lakukan oleh pemerintah


dalam menangani permasalahan bidang pertanian dan
peternakan antara lain :

melakukan penyediaan berbagai sarana pendukung


sektor pertanian dan peternakan untuk membuka lahan baru
sebagai tempat yang dapat membuka lapangan pekerjaan baru
bagi masyarakat Indonesia. Keberpihakan bagi sektor pertanian,
seperti ketersediaan pupuk dan sumber daya yang memberikan
konsultasi bagi petani dalam meningkatkan produktivitasnya,
perlu dioptimalkan kinerjanya. Keberpihakan ini adalah insentif
bagi petani untuk tetap mempertahankan usahanya dalam
pertanian. Karena tanpa keberpihakan ini akan semakin banyak
tenaga kerja dan lahan yang akan beralih ke sektor-sektor lain
yang insentifnya lebih menarik.

2. SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah.


Indonesia dapat menjadi negara maju apabila memiliki sumber
daya manusia yang unggul dalam menangani masalah sumber
daya alam. Banyak pertambangan di Indonesia dimiliki oleh
perusahaan asing sehingga kurang membantu untuk sebagai
penambahan devisa ekonomi negara. Peran industri
pertambangan semakin penting bagi perekonomian negara-
negara di dunia termasuk di Indonesia. Dewan Internasional
Pertambangan dan Mineral (ICMM) melaporkan baru-baru ini
melaporkan bahwa pada 2010 nilai nominal produksi mineral
dunia meningkat empat kali dibanding tahun 2002 senilai $474
miliar. Peningkatan ini sebagian besar didorong oleh
pertumbuhan yang tinggi dalam perekonomian China, India dan
kekuatan ekonomi berkembang lainnya.

Ada 20 negara dengan nilai produksi pertambangan terbesar di


dunia yang menguasai 88% produksi mineral dunia dan
Indonesia duduk pada urutan ke-11 dengan nilai produksi
mineral $12,22 miliar. Posisi 5 teratas adalah Australia ($71,95
M), China ($69,28 M), Brasil ($47,02 M), Chile ($31,27 M), dan
Rusia ($28,68 M).

Indonesia dengan nilai produksi mineral $12,22 miliar atau


setara dengan Rp109,98 triliun menyumbang 10,6% dari total
ekspor barang pada 2010.

Ada 40 negara yang tergantung kepada ekspor non-migas lebih


dari 25% ekspor barang negara tersebut. Tiga perempat dari 40
negara tersebut merupakan negara berpenghasilan menengah
dan rendah. Banyak dari 40 negara ini memiliki Indeks
Pembangunan Manusia yang rendah. Di banyak negara dengan
sektor pertambangan seperti Chile, Ghana dan Brasil,
pertambangan telah banyak berperan besar dalam pengentasan
kemiskinan dan kinerja pembangunan sosial dibanding negara-
negara tanpa sektor pertambangan.

Laporan ini menegaskan pandangan bahwa produksi dan


penciptaan pendapatan merupakan kekuatan utama dalam
pengentasan kemiskinan di mana industri pertambangan
memiliki peran penting yang semakin meningkat. Realitas ini
telah dipahami dan dicerminkan dalam agenda beberapa
perusahaan pertambangan dunia yang bertanggung jawab,
namun belum dipahami secara konsisten oleh pemerintah,
perusahaan, masyarakat madani dan pemangku kepentingan
lain di negara-negara yang memiliki investasi pertambangan
yang besar.

ICMM bekerjasama dengan perusahaan konsultan Oxford Policy


Management telah melakukan studi kasus di 10 negara untuk
mengetahui kontribusi pertambangan terhadap ekonomi makro
negara-negara tersebut. Fokus kajian ini adalah melihat
kontribusi pertambangan terhadap investasi langsung asing
(FDI), investasi dalam negeri, ekspor, penerimaan devisa,
pendapatan negara, produk domestik bruto, serta lapangan
kerja dan upah.

Hasilnya beragam. Dalam aspek investasi langsung asing,


kontribusi pertambangan sangat tinggi, lebih dari setengah dari
total FDI tahunan. Pertambangan memberikan kontribusi besar
bagi investasi dalam negeri. Pertambangan juga berkontribusi
besar bagi ekspor sampai 78% di Tanzania, 66% di Chile dan
19% di Brazil. Pertambangan juga mendatangkan banyak devisa
bagi negara terutama pada masa operasi. Penerimaan negara
dari pertambangan berbeda-beda di masing-masing negara. Di
Tanzania, pertambangan menyumbangkan 8% dari keseluruhan
penerimaan negara. Sumbangan pertambangan bagi produk
domestik bruto sekitar 2 4%. Lapangan kerja baru langsung
yang tercipta dari pertambangan sekitar 1,5% namun dengan
tingkat upah yang lebih tinggi dari rata-rata. Namun penciptaan
tenaga kerja tidak langsung (multiplier effect) melalui rantai
pasokan, pemasok dll mencapai 3 4 orang untuk setiap tenaga
kerja langsung.

Bila dilihat dari pertumbuhannya, sector ini setiap tahun terus


mengalami pertumbuhan yang negative. Pada tahun 2000
sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan
sebesar 1,24 persen, namun pada tahun 2001 sampai dengan
2003 mengalami pertumbuhan berturut-turut sebesar -4,46
persen; -8,06 persen dan -9,90 persen.

Pandangan positif terhadap sektor pertambangan dan


penggalian :

Membuka lapangan pekerjaan untuk warga Indonesia.

Meningkatkan pendapatan negara.

Menambah para penambang dan peneliti yang datang ke


indonesia, karena banyak di temukannya material material
pertambangan.
Membuka lahan investasi yang nantinya akan dijadikan
sebagai pendapatan negara.

Pandangan Negatif terhadap pertambangan dan penggalian.

Ekploitasi yang berlebihan dapat merusak kesimbangan


ekosistem lingkungan.

Menyisakan ampas ampas pertambangan yang akan


mencemari alam.

Ketidakmampuan Pemerintah dalam menyikapi


perusahaan asing yang menanamkan modalnya di Indonesia.
Seharusnya pemerintah mempunyai batasan quota yang tegas
kepada perusahaan asing agar tidak merugikan penduduk
Indonesia.

Upaya yang dapat dilakukan pemerintah beserta warganya :

Pemerintah memberikan batasan kepada para


penambang dalam mengeksploisasi agar sumber daya alam
tidak cepat habis.
Mencari cara agar hasil tambang yang ada di Indonesia
dapat digunakan seminim mungkin.

3. SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN (MANUFAKTUR)

Sektor industri yang berkembang sampai saat ini ternyata masih


didominasi oleh industri padat tenaga kerja, yang biasanya
memiliki mata rantai relatif pendek, sehingga penciptaan nilai
tambah juga relatif kecil. Akan tetapi karena besarnya populasi
unit usaha maka kontribusi terhadap perekonomian tetap besar.
Terdapat tiga unsur pelaku ekonomi yang mendukung
perkembangan sektor industri, yaitu Badan Usaha Milik Swasta (
BUMS ), Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan pengusaha
kecil / menengah, serta koperasi ( PKMK ).

Mencermati hasil pembangunan dan perkembangan industri


selama 30 tahun dan juga dalam rangka mencari jalan keluar
akibat krisis ekonomi pada tahun 1998, maka sasaran
pembangunan industri untuk masa 2005 sampai dengan 2009
ditetapkan sebagai berikut :

1. Sektor industri manufaktur (nonmigas) ditargetkan tumbuh


dengan laju rata rata 8,56 persen per tahun. Target
peningkatan kapasitas utilasi khususnya subsektor yang masih
berdaya asing sekitar 80 persen.

2. Target penyerapan tenaga kerja dalam lima tahun mendatang


adalah sekitar 500 ribu per tahun (termasuk industri
pengolahan migas).

3. Terciptanya iklim usaha yang lebih kondusif baik bagi industri


yang sudah ada maupun investasi baru dalam bentuk
tersedianya layanan umum yang baik dan bersih dari KKN,
sumber sumber pendanaan yang terjangkau, dan kebijakan
fiskal yang menunjang.

4. Peningkatan pangsa sektor industri manufaktur di pasar


domestik, baik untuk bahan baku maupun produk akhir.

5. Meningkatnya volume ekspor produk manufaktur dalam total


ekspor nasional.

6. Meningkatnya proses alih teknologi dari foreign direct


investment (FDI)
7. Meningkatnya penerapan standarisasi produk industri
manufaktur sebagai faktor penguat daya saing produk nasional.

8. Meningkatnya penyebaran sektor industri manufaktur ke luar


Pulau Jawa, terutama industri pengolahan hasil sumber daya
alam.

Program pokok pengembangan industri manufaktur, meliputi :

1. Program pengembangan industri kecil dan menengah. Dalam


hal ini, secara alami IKM memiliki kelemahan dalam
menghadapi ketidakpastian pasar, mencapai skala ekonomi, dan
memenuhi sumber daya yang diperlukan sehingga untuk
mencapai tujuan program ini, pemerintah membantu IKM
dalam mengatasi permasalahan yang muncul akibar dari
kelemahan alami tersebut.

2. Program peningkatan kemampuan teknologi industri. Hal ini


mengingat, secara umum pengelola industri nasional belum
memandang kegiatan pengembangan dan penerapan teknologi
layak dilakukan karena dianggap memiliki eksternalitas yang
tinggi berjangka panjang dan dengan tingkat kegagalan yang
tinggi. Ini dapat ditunjukkan dari masih miskinnya industri
nasional dalam kepemilikan sumber daya teknologi.
3. Program penataan struktur industri. Tujuan program ini
adalah untuk memperbaiki struktur industri nasional, baik
dalam hal penguasaan pasar maupun dalam hal kedalaman
jaringan pemasok bahan baku dan bahan pendukung,
komponen, dan barang setengah jadi bagi industri hilir.

Di Indonesia jumlah industri pengolahan besar dan sedang pada


tahun 2001 berjumlah 21,396 yang tersebar di jawa sebanyak
17.413 (81,38%) dan di luar jawa sebanyak 3,983 (18.62%).
Pada tahun 2002 berjumlah 21,396 yang tersebar di pulau Jawa
17,118 (80.95%) dan di luar pulau Jawa 4,028 (19.05%). Pada
tahun 2003 berjumlah 20,324 yaitu di pulau Jawa 16,607
(81.71%) dan diluar pulau Jawa 3.717 (18.29%). Pada tahun
2004 berjumlah 20,685 yaitu di pulau Jawa berjumlah 16,901
(81.71%) dan diluar pulau jawa 3,784 (18.29%). Dan pada tahun
2005 berjumlah 20,729 yaitu di pulau Jawa 16,995 (81.99%) dan
di luar pulau Jawa 3,734 (18.01%). Jika dilihat dari tahun 2001
sampai tahun 2005 jumlah industri di pulau Jawa masih
dominan, sedangkan jumlah industri di luar pulau Jawa dari
tahun 2001 sampai tahun 2005 jumlahnya kurang dari 20%. Ini
menunjukkan bahwa di Indonesia terjadi ketidak merataan di
sektor industri. Sektor industry di Indonesia masih
terkonsentrasi di pulau Jawa.
Indeks produksi industri besar dan sedang pada tahun 2003
sampai 2009. Pada tahun 2003 indeks produksi industri sebesar
113.56, pada tahun 2004 sebesar 117.34, pada tahun 2005
sebesar 118.85, pada tahun 2006 sebesar 116.92, pada tahun
2007 sebesar 123.44, pada tahun 2008 sebesar 127.15, dan
pada tahun 2009 sebesar 129.00. Indeks produksi industri dari
tahun ketahun mengalami kenaikan dan penurunan.

Pertumbuhan indeks produksi industri besar dan sedang pada


tahun 2003 sampai tahun 2009. Pada tahun 2003 indeks
produksi industri sebesar 5.46, pada tahun 2004 sebesar 3.33,
pada tahun 2005 sebesar 1.29,

pada tahun 2006 sebesar -1.63, pada tahun 2007 sebesar 5.57,
dan pada tahun 2008 sebesar 3.01, serta pada tahun 2009
sebesar 1.45. Sama halnya dengan indeks produksi,
pertumbuhan indeks produksi ini juga mengalami naik turun
dari tahun 2003 sampai tahun 2009.

Pandangan Positif mengenai sektor Industri :

Membuka lapangan pekerjaan sehingga mengurangi


pengangguran di Indonesia, khususnya di Ibu kota.
Menigkatkan SDM yang berkualitas karena bidang
industri membutuhkan pengetahuan pengetahuan mengenai
perkembangan dan pertumbuhan industri.

Dapat bersaing dengan negara luar dengan


meningkatkan kuaitas ouptut industri.

Pandangan negatif terhadap sektor Industri :

Diperlukannya kemampuan untuk peningkatan pemikiran


tentang industri.

Dibutuhkannya modal yang sangat besar dalam


menciptakan suatu industri.

4. SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN.


Seperti yang kita lihat sekarang, di setiap daerah yang ada di
Indonesia memiliki hotel dan retoran atau rumah makan. Dan
tidak dapat di ragukan lagi, sebagian besar yang mempengaruhi
perekonomian di Indonesia adalah kegiatan perdagangan,
namun tingkat konsumsi di Indonesia juga cukup besar.

Pandangan positif terhadap sektor perdagangan, hotel dan


restoran.

Membuka lapangan kerja baru bagi warga Indonesia.

Meningkatkan kerjasama terhadap warga asing untuk


penambahan pelatihan kemampuan di bidang tersebut.

Menambah pendapatan nasional Negara

Menciptakan bibit bibit uggul dalam inovasi-inovasi


terbaru di bidang hotel dan restoran maupun perdagangan.

Pandangan negatif terhadap sektor perdagangan, hotel dan


restoran.
Karena kurangnya pemikkirann dan perhitungan yang
matang sehingga banyak usaha perdagangan, hotel maupun
restoran negeri kalah saing dengan usaha asing yang di
tanamkan di Indonesia.

Upaya yang dapat dilakukan pemerintah dan perusahaan

Membutuhkan keahlian khusus dalam pengembangan


kemampuan di bidang tersebut.

Mampu melihat peluang peluang yang ada sehingga


dapat mengikuti perkembangan zaman.

mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung bagi


sektor lain yang akan menyerap pertumbuhan tenaga kerja
Indonesia. Sektor ini juga merupakan sektor yang jumlah tenaga
kerjanya banyak, yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran
serta industri pengolahan. Sarana pendukung seperti jalan,
pelabuhan, listrik adalah sarana utama yang dapat
mengakselerasi pertumbuhan di sektor ini.

Pemerintah berperan dalam mempromosikan sektor


sektor yang ada di dalam negeri, sehingga para konsumen lebih
memilih usaha di dalam negeri.
5. SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI

Pemerintah tetap optimistis sektor komunikasi dan transportasi


dapat menjadi penyumbang pertumbuhan tertinggi tahun
depan, meskipun pertumbuhan sektor komunikasi diperkirakan
mengalami kejenuhan. Bambang PS Brodjonegoro, Kepala
Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, mengatakan
tahun depan tren komunikasi turun, tetapi transportasi tetap
tinggi sehingga pertumbuhannya bisa 12,1%.

Menurutnya, tanda-tanda jenuhnya pertumbuhan sektor


komunikasi terlihat dari kinerja perusahaan telekomunikasi
yang jalan di tempat tahun ini. Sektor tersebut dinilai sulit
berkembang tahun depan karena belum terlihat berbagai
inovasi yang dilakukan, sehingga akan berdampak pada
pertumbuhannya.

Sektor yang mungkin akan memberikan dampak cukup baik


terhadap pertumbuhan ekonomi tahun depan adalah
transportasi. Hal ini terlihat dari terus meningkatnya
pertumbuhan sektor jasa angkutan udara, darat, dan laut yang
terkait dengan arus distribusi barang antarwilayah.

Pemerintah melihat kedua sektor tersebut masih menjadi


penyumbang pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berjalan
seiringan. Kedua kontribusi tersebut mengalahkan sumbangan
sektor manufaktur yang diperkirakan dapat tumbuh 6,5% tahun
depan dan sektor pertanian yang diperkirakan tumbuh 3,7%.
Untuk mencapai target pertumbuhan 6,8% tahun depan,
pemerintah harus mampu meningkatkan pertumbuhan
konsumsi rumah tangga sebesar 4,9%, konsumsi pemerintah
sebesar 6,7%, Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar
11,9%, dan ekspor neto 5,2%.

Dari pertumbuhan tersebut konsumsi harus berkontribusi


2,71%, konsumsi pemerintah 0,55%, PMTB 3,03%, dan ekspor
neto 0,55%. Sektor yang terus diupayakan agar mencapai target
pertumbuhan ekonomi adalah investasi yang harus mencapai
target Rp 390 triliun tahun depan.

Seiring dengan perkembangan zaman, komunikasi dan


informasi menjadi faktor utama perluasan globalisasi. Hal
tersebut mengakibatkan banyaknya dibentuk perusahaan di
bidang komunikasi. Indonesiapun banyak mengahasilkan
perusahaan perusahaan di bidang komunikasi, seperti
telepon, program televisi, iklan ataupun internet.

Pandangan positif terhadap perusahaan komunikasi

Menjadikan Indonesia sebagai negara global dengan


mengetahui informasi-informasi dari luar.

Meningkatkan kualitas intelegensi sumber daya manusia


di bidang IPTEK.

Membuka lapangan pekerja untuk mengurangi


pengangguran.

Menciptakan persaingan yang berunsur pengetahuan


dan teknolgi.

Semakin mudah mencari informasi informasi yang


tersebar di pelosok dunia.

Menambah pendapatan negara.


Pandangan Negatif terhadap perusahaan komunikasi.

Banyak orang yang menggunakan informasi untuk


sesuatu yang merugikan orang lain, seperti penipuan,
pembobolan data dan lain-lain.

Banyak informasi yang tidak bermoral yang tersebar,


namun perusahaan komunikasi tidak menyaring informasi
informasi tersebut.

6. SEKTOR JASA

Tidak hanya barang yang dapat diperdagangkan namun jasa


atau kemampuan pun dapat diperjual belikan misalnya seperti,
perusahaan asuransi, travel, akuntan publik, guru, dan masih
banyak lagi.

Pandangan positif terhadap sektor jasa

Mampu meningkatkan kulitas SDM Indonesia.


Banyaknya usaha usaha di bidang jasa sehingga
membuka lapangan pekerjaan.

Mempermudah kegiatan manusia

Menambah pendapatan Negara

Banyak membutuhkan tenaga kerja manusia sehingga


mengurangi pengangguran.

Pandangan negatif terhadap sektor jasa :

Manusia menjadi saling bersaing melakukan segala cara


untuk mendapat posisi terbaik.

Membuat manusia malas berusaha karena adanya


kemudahan yang diberikan oleh peusahaan jasa.
7. SEKTOR LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH

Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih yang merupakan sector


penunjang seluruh kegiatan ekonomi, dan sebagai infrastruktur
yang mendorong aktivitas seluruh sector kegiatan industri,
ternyata perkembangannya cukup pesat. Hampir seluruh
kegiatan di sector listrik dan air bersih dimonopoli oleh
pemerintah, sehingga sector ini bisa bebas dari persaingan
bisnis apapun.

Pada tahun 2003 sektor Listrik, Gas dan Air bersih tumbuh
sebesar 6,33 persen. Sumbangan sector Listrik, Gas dan Air
bersih terhadap perekonomian tidak terlalu besar dan hanya
menduduki posisi ketujuh, namun dengan perkembangan yang
cukup pesat paling tidak masih mapu mendongkrak
pertumbuhan ekonomi keseluruhan

Subsektor listrik yang memberikan peran terbesar belakangan


ini perkembangannya cukup menggembirakan. Sekalipun
gebrakan kenaikan tarip bertubi-tubi, namun kebutuhan akan
energi tetap meningkat. Pada tahun 2002 lalu subsektor listrik
tumbuh sebesar 4,45 persen, sedangkan pada tahun 2003
tumbuh menjadi 6,22 persen. Demikian juga halnya dengan
subsektor air bersih yang memberikan sumbangan kedua
terbesar dalam membentuk PDRB sector listrik, Gas dan Air
Bersih. Pada tahun 2000 subsektro ini tumbuh sebesar 6,42
persen, tahun 2001 tumbuh sebesar 7,52 persen, tahun 2002
tumbuh sebesar 8,91 persen dan pada tahun 2003 tumbuh
sebesar 10,80 persen.

8. SEKTOR KONTRUKSI

Hadirnya perusahaan-perusahaan industri pengolahan yang


bakal beroperasi di Tuban membawa pengaruh positif pada
sektor konstruksi. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tuban
mencatat, sektor ini mengalami lonjakan pertumbuhan lumayan
menjanjikan setahun terakhir. Prosentase pertumbuhannya
mencapai 15,64 persen. Meningkat jauh dari tahun sebelumnya
yang hanya mencapai 8,24 persen, jelas Bambang Indarto, Kasi
Statistik Sosial BPS Kabupaten Tuban, Rabo (12/12). Tahun-
tahun sebelumnya, lanjut Bambang Indarto, laju pertumbuhan
sektor konstruksi selalu fluktuatif. Pada 2007 pertumbuhannya
tercatat hanya sampai 5,79 %. Tahun berikutnya ada
peningkatan sedikit menjadi 6,62 %, namun di tahun 2009,
prosentase pertumbuhan sektor ini kembali menurun menjadi
5,41 %. Tren positif mulai tampak memasuki tahun 2010. Di
tahun tersebut sektor kontruksi mengalami kenaikan sebesar
8,24 % dan melonjak pesat tahun berikutnya hingga mencapai
15,64 %. Pada 2010, tercatat sektor konstruksi memberi
kontribusi sebesar Rp 86.513.410.000 atau 0,45 % dari total
PDRB berdasar harga berlaku (IDHB). Tahun berikutnya sektor
ini menyumbang Rp 110.689.580.000 atau 0,52 % pada PDRB
IDHB.

9. SEKTOR KEUANGAN, REAL ESTAT DAN JASA PERUSAHAAN

Pada rilis PDB Indonesia kemarin (5/2), salah satu sektor


ekonomi yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah sektor
Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan. Sektor ini
mencatat pertumbuhan 7.56% di tahun 2013, cukup jauh diatas
sektor-sektor lainnya. Pertumbuhan ini menandai meningkatnya
peran sektor tersebut dalam perekonomian Indonesia saat ini.
Sektor Properti Indonesia

Pada Oktober 2013, New York Times telah membahas mengenai


kebangkitan real estate di Indonesia. Harga sewa real estate
grade B telah meningkat dua kali lipat dalam tiga tahun terakhir,
dan untuk grade A bahkan sudah hampir tiga kali lipatnya.
Pembangunan gedung dan perumahan baru, khususnya
perumahan kelas menengah keatas, juga terus meluas seiring
pertumbuhan pesat golongan ekonomi menengah.

Perkembangan real estate ini cukup impresif, mengingat


banyaknya isu dan pro-kontra di sektor ini. Pertama adalah
regulasi Bank Indonesia. Sejak krisis 97/98, Bank Indonesia
telah menetapkan aturan yang tergolong ketat di bidang kredit
perumahan. Ini diperkuat lagi oleh kebijakan Loan to Value (LTV)
yang dirilis September 2013 lalu. Kebijakan tersebut melarang
kredit pada uang muka dan membatasi kredit yang bisa
diberikan untuk rumah kedua. Regulasi tersebut membuat
penyaluran kredit rumah melambat di kuartal keempat tahun
2013.

Isu kedua di real estate adalah dilema perumahan versus tanah


pertanian dan pelestarian lingkungan. Seiring dengan
pertumbuhan real estate, oposisi pun makin vokal menyerukan
pengetatan pemberian ijin pembangunan bangunan baru.
Gubernur Jakarta, Joko Widodo, bahkan telah membatasi
pemberian izin pembangunan gedung tinggi dan pusat
perbelanjaan.
Dengan beraneka isu tersebut, sektor properti Indonesia tahun
2014 kemungkinan akan mengalami pertumbuhan yang
beragam. Real estate di pulau Jawa nampaknya telah
mengalami kejenuhan di sisi suplai. Namun demikian,
perkembangan golongan ekonomi menengah akan mendorong
demand di sektor ini, khususnya untuk apartemen. Sedangkan
di luar Jawa, kebutuhan perumahan masih jauh dari terpenuhi,
dan ini merupakan kesempatan bagi para pengembang.

Dari bidang Keuangan, salah satu kontributor utama tak


terelakkan lagi adalah Perbankan Syariah. Apabila dibandingkan
dengan Bank Umum non-syariah, pertumbuhan Bank Syariah
tercatat lebih pesat, namun pangsa pasarnya masih rendah.
Hingga 2013, pangsa pasar Bank Syariah di Indonesia hanya
4,88% dari total pasar perbankan. Angka ini merefleksikan
penetrasi pasar yang melambat, mengingat pangsa pasar di
tahun 2012 adalah 4,58%, dan di tahun 2011 sebesar 3,98%.

Mengingat Indonesia adalah negara berpenduduk mayoritas


Muslim, situasi ini cukup memprihatinkan. Perbankan syariah
telah eksis di Indonesia sejak 1993; ini berarti pangsa pasar
bertahan dibawah 5% selama hampir dua dekade. Ada dua isu
utama yang masih menghambat penetrasi pasar Bank Syariah
hingga kini. Pertama adalah karena faktor religiusitas masih
menjadi faktor utama masyarakat menggunakan jasa perbankan
syariah, sedangkan edukasi tentang produk dan keunikan
perbankan syariah itu sendiri masih sangat kurang. Kedua,
modal perbankan syariah masih terbatas, dan ini menjadi
hambatan utama bagi bank syariah yang ingin melakukan
ekspansi ataupun memperbanyak jaringan kantor.

Terlepas dari berbagai masalah tersebut, pemerintah terus


optimis bahwa Perbankan Syariah di Indonesia akan terus
berkembang pesat. Bank Indonesia (BI) mengharapkan pangsa
pasar akan mencapai 5,25-6,25% pada akhir tahun 2014. Bulan
lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga telah
mencanangkan Gerakan Ekonomi Syariah (Gres!) dalam rangka
penguatan ekonomi domestik dan mendorong akselerasi
pertumbuhan lembaga keuangan syariah, termasuk Perbankan
Syariah.

NAMA : I GUSTI AYU ANGGARINI CAHYANI


KELAS/NO ABS :VC/13

Anda mungkin juga menyukai