Anda di halaman 1dari 18

Laporan Kasus

Rhinosinusitis Kronik, Hipokalemia dan Overweight

Disusun Oleh :

Maria Theresia Diegonia

11-2015-331

Pembimbing:

dr. Melani Rakhmi Mantu, SpA

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA, JAKARTA

RSUD TARAKAN, JAKARTA

PERIODE 10 JULI 16 SEPTEMBER 2017

1
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Terusan Arjuna No.6 kebon Jeruk-Jakarta Barat

STATUS ILMU PENYAKIT ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ANAK
RSUD TARAKAN, JAKARTA

Nama : Maria Theresia Diegonia TandaTangan


NIM : 11-2015-331
Dokter Pembimbing : dr. Melanie R. Mantu, Sp.A

IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap: An. NA Jenis Kelamin: Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir: 30 Mei 2005 Suku Bangsa: Jawa

Usia: 12 tahun 3 bulan Agama: Islam

Hubungan Dengan Orang Tua: Anak Kandung Pendidikan: SMP

Alamat: Jl. Petojo Binatu III No.3 RT005/008 Tanggal Masuk Rumah Sakit : 12 Agustus
2017

IDENTITAS ORANG TUA

Nama Ayah : Tn. BA Nama Ibu : Ny. R

Umur : 37 tahun Umur : 35 tahun

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan : IRT

2
A. ANAMNESIS
Tanggal Masuk RS : 12 Agustus 2017 Jam 16.15 WIB
Tanggal Pemeriksaan : 14 Agustus 2017 Jam 17.00 WIB
Dilakukan di : Bangsal Melati 5307

Diambil dari: Autoanamnesis dan Alloanamnesis dengan Ibu pasien

Keluhan Utama : Sakit kepala

Keluhan Tambahan : Demam, batuk pilek,

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RSUD Tarakan dengan keluhan kepala sakit sejak sore hari. Sakit
kepala muncul tiba-tiba namun anak sebenarnya sudah sering mengalami hal ini kira-kira
seminggu sekali. Sakit kepala dirasakan di kepala bagian depan, tidak menyebar sampai ke
belakang kepala dan anak tidak mengeluh nyeri pada kedua bola mata. Anak juga mengeluh
demam yang muncul sejak jam 3 sore. Suhu tubuh saat diukur di rumah 38oC. Ibu tidak
memberi obat penurun panas dan penghilang pusing. Anak sering mengeluh batuk berdahak
dan sering pilek.

Pagi hari saat anak bangun, hidung anak sering mampet kurang lebih selama 15 menit.
Hidung mampet berpindah-pindah sesuai dengan perubahan posisi. Hidung juga sering terasa
gatal sehingga anak mengusap-usap tangan pada hidungnya. Anak mengeluh sering ada dahak
yang tertelan lewat tenggorokannya. Anak juga sering bersin-bersin, mata anak sering gatal
dan berair. Keluhan sakit kepala dan batuk pilek sudah dirasakan sejak anak kelas 5 SD. Pasien
tidak ada mual muntah dan BAB cair, BAK anak lancar. Pasien tidak ada riwayat kejang, asma
atau alergi obat. Pasien juga mengaku tidak memiliki riwayat alergi makanan ataupun alergi
udara (dingin).

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien sudah sering mengeluh pusing sejak kelas 5 SD


Anak tidak ada riwayat alergi

3
Riwayat Penyakit Keluarga :

Penyakit Ya Tidak Hubungan

Alergi +

Asma +

Tuberkulosis +

Hipertensi +

Diabetes +

Kejang Demam +

Epilepsy +

Riwayat Sosial

Anak jarang berolahraga, lebih sering menghabiskan waktu di rumah untuk menonton TV
dan tidur sepulang sekolah, anak sering makan makanan dengan tinggi karbohidrat, lebih sering
mengantuk saat mengikuti pelajaran di sekolah.

Silsilah Keluarga

Riwayat Kehamilan dan Persalinan :

A. Kehamilan
- Perawatan antenatal : Teratur, kontrol 1 bulan 1 x.

4
- Penyakit kehamilan : Tidak ada
B. Kelahiran
- Tempat kelahiran : Rumah bersalin
- Penolong persalinan : Bidan
- Cara persalinan : spontan
- Masa gestasi : 39 minggu
C. Keadaan bayi
- Langsung menangis : Ya
- Berat badan lahir : 4000 gram
- Panjang badan lahir : 50 cm
- Lingkar kepala : tidak diketahui
- Pucat/biru/kuning/kejang : tidak ada
- Kelainan bawaan : tidak ada
Kesan : Neonatus cukup bulan dan sesuai masa kehamilan

Riwayat Perkembangan

Pertumbuhan gigi pertama : 8 bulan (normal 5-9 bulan)

Psikomotor

Tengkurap : 5 bulan (normal 4-6 bulan)

Duduk : 6 bulan (normal 6 bulan)

Merangkak : 9 bulan (normal 7-10 bulan)

Berdiri : 10 bulan (normal 9-12 bulan)

Menyebut mama : 12 bulan (normal 10-12 bulan)

Berjalan : 13 bulan (normal 13-18 bulan)

Kesan : tidak ada gangguan pada tumbuh kembang anak

5
Riwayat Imunisasi
Imunisasi dilakukan di puskesmas
Ibu pasien mengaku imunisasi dasar anak lengkap sampai campak (9 bulan)

(+) Hep. B, 4 kali


(+) BCG usia 1 bulan
(+) DPT, 3 kali
(+) Polio, 4 kali
(+) Campak usia 9 bulan
Kesan: Imunisasi dasar lengkap

Riwayat Nutrisi
Usia 0 sampai 6 bulan : ASI sehari 8-10 kali.

Usia 6 bulan sampai 1 tahun :

ASI sehari 8-10 kali.


MP-ASI 3 kali dalam sehari berupa biskuit, bubur saring, nasi tim, nasi dan sup ayam, ikan
dan telur.
Usia 1 tahun :

Makanan padat sama seperti orang tua


Susu 2-3 gelas / hari
Usia 10 tahun sampai sekarang:
Mie instan 4x seminggu dengan nasi putih
Jajan di luar setiap istirahat (coklat, permen, snack)
Jarang makan sayur dan buah-buahan

Kesan : Nutrisi baik.

6
A. Pemeriksaan Jasmani
13 Agustus 2017 Jam 15.00 WIB
Keadaan Umum: Tampak Sakit Sedang, Kesadaran Compos Mentis
Tanda-Tanda Vital:
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Suhu : 36,7 oC
Frekuensi Nafas : 22 x/menit
Frekuensi Nadi : 88 x/menit

Antropometri:
Tinggi Badan : 157 cm
Berat Badan : 55 kg
Lingkar Lengan Atas : 21 cm
BB/U : 127 %
TB/U : 102 %
BB/TB : 119 %
IMT : 22.31
IMT/U : > 1SD 2SD
Kesan : overweight

PEMERIKSAAN SISTEMATIS
Kepala : Normocephali, distribusi rambut merata, tidak mudah dicabut

Mata : Pupil bulat isokor, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, udem palpebra -/-,
lakrimasi -/-

Telinga : Normotia, serumen (-), sekret (-), Membran timpani intak

Hidung : Bentuk hidung normal, hiperemis (-), massa pada hidung luar (-), nyeri
tekan/ketok sinus maksilaris kanan dan kiri (+/+), Nyeri tekan/ketok sinus ethmoidalis kanan dan
(-/-), nyeri tekan/ketok sinus frontalis (+) mukosa konka inferior hiperemis (+), septum deviasi (-
), konka hipertrofi (-), sekret purulen sedikit, massa (-)

7
Mulut : Sianosis(-), tidak pucat, mukosa basah, halitosis (-)

Gigi : Lengkap, caries gigi (-)

Tenggorokan : Tonsil T1-T1, hiperemis -/-. Detritus -/-, kripte melebar -/-

Leher : KGB tidak membesar, kel.tiroid tidak teraba membesar

Thorax : Simetris, retraksi dada (-)

Paru-paru

Inspeksi :Bentuk thorax simetris pada keadaan statis-dinamis, bentuk dada (N),
retraksi sela iga (-)

Palpasi : nyeri tekan (-), pelebaran sela iga (-), massa (-), vokal fremitus kanan kiri sama

Perkusi : sonor di kedua hemithoraks

Auskultasi : Suara nafas vesikuler, Ronkhi -/-, Wheezing -/-

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba pada sela iga V linea axilaris anterior kiri

Perkusi

Batas kanan : sela iga IV linea sternalis kanan

Batas kiri : sela iga IV,1cm sebelah media linea midklavikula kiri.

Batas atas : sela iga II linea parasternal kiri.

Auskultasi : BJ I-II reguler, Gallop (-), Murmur (-)

Abdomen

8
Inspeksi : Datar

Auskultasi : Bising usus (+)

Palpasi : Supel, turgor kulit kembali cepat, nyeri tekan (-)

Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen

Ekstremitas : akral hangat, CRT<2, udem (-)

Kulit : pucat (-), sianosis (-)

Kekuatan: 4+ 4+ Sensorik: + +

4+ 4+ + +

Anus dan Rectum : tidak dilakukan


Genitalia : tidak dilakukan

B. Laboratorium & Pemeriksaan Penunjang Lainnya


Laboratorium Tanggal 12 Agustus 2017
Hematologi : Elektrolit

- Hemoglobin : 13,9 g / dl Na : 144 mEq/L

- Hematokrit : 41,9 % K :3,0 mEq/L

- Eritrosit : 5,64 juta / uL Cl : 101 mEq/L

- Leukosit : 22.150/ mm3

- Trombosit : 368.500/ mm3 GDS: 98 mg/dl

C. Ringkasan
Pasien anak perempuan usia 12 tahun dibawa oleh orang tuanya ke IGD dengan keluhan
kepala pusing sejak sore hari. Pusing muncul tiba-tiba, dirasakan di kepala bagian depan, tidak
menyebar sampai ke belakang kepala dan anak tidak mengeluh nyeri pada kedua bola mata.

9
Anak juga mengeluh demam yang muncul sejak jam 3 sore. Anak sering mengeluh batuk
berdahak dan sering pilek.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum anak tampak sakit sedang dan compos
mentis. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal, pemeriksaan pada hidung
didapat nyeri tekan/ketok sinus maksilaris kanan dan kiri (+/+), nyeri tekan/ketok sinus
frontalis, mukosa konka inferior hiperemis. Pada pemeriksaan laboratorium leukositosis.

D. Diagnosis Kerja
Cephalgia
Suspek sinusitis
Hipokalemia
Overweight

E. Diagnosa Banding
Migren
Cluster headache

F. Penatalaksanaan
Medikamentosa
Kaen 3B 1700 cc/24jam
Injeksi Cefotaxim 3x1 gr
Paracetamol sdo/ 6 jam (kalau perlu)

Non-medikamentosa
Tirah baring

G. Prognosis
- Ad vitam : dubia ad bonam
- Ad fungsionam : dubia ad bonam
- Ad sanationam : dubia ad malam

10
Follow Up
14 Agustus 2017
S : Nyeri kepala masih namun sudah berkurang, tidak demam, masih sering bersin dan gatal
pada hidung di pagi hari, dahak sering tertelan, masih batuk pilek
O : Tekanan darah 110/80, Nadi 80x/ menit, suhu 36,7oC, Nafas 22x/ menit
Nyeri ketok frontalis (+), nyeri ketuk pipi kanan kiri (+), suara nafas vesikuler, wheezing (-/-),
rhonki (-/-), abdomen supel, tidak tampak membuncit, BU (+), ekstremitas akral hangat, edema (-
A : Cephalgia
Suspect Sinusitis
Overweight
Hipokalemia

P : Infus KAEN 3B 10tpm makro


Injeksi cefotaxime lanjut
Tremenza tab 3 x 30 mg
Foto Waters AP/ lateral
Diit: 3x sehari

11
15 Agustus 2017
S : Nyeri kepala sudah berkurang, anak masih sering bersin dan gatal pada hidung di pagi
hari, dahak sering tertelan, batuk pilek berkurang, demam tidak ada
O : Tekanan darah 100/70, Nadi 85x/ menit, suhu 36,8oC, Nafas 22x/ menit
Nyeri ketok frontalis (+), nyeri ketuk pipi kanan kiri (+), suara nafas vesikuler, wheezing (-/-),
rhonki (-/-), abdomen supel, tidak tampak membuncit, BU (+), ekstremitas akral hangat, edema (-
A : Sinusitis
Overweight
Hipokalemia
P : Konsul THT
Injeksi cefotaxime lanjut
Tremenza tab 3 x 30 mg
16 Agustus 2017
S : Nyeri kepala berkurang, masih sering merasa ada dahak yang tertelan, batuk pilek
berkurang, demam tidak ada
O : Tekanan darah 100/60, Nadi 82x/ menit, suhu 36,6oC, Nafas 22x/ menit, Nyeri ketok
frontalis (+), nyeri ketuk pipi kanan kiri (+), retraksi (-), suara nafas vesikuler, wheezing (-/-),
rhonki (-/-), abdomen supel, tidak tampak membuncit, BU (+), ekstremitas akral hangat, edema (-
A : Rhinosinusitis kronik
Hipokalemia
Overweight
P : Amoxicillin clavulanat 3x1 caps
Tremenza 3 x 30 mg
Avamys 1 x 2 puff
cuci hidung 3x/hari
Boleh Pulang

12
Analisa Kasus
Sinusitis
Sinusitis didefiniskan sebagi inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya disertai aau
dipicu oleh rhinitis sehingga sering disebut sebagai rhinosinusitis. Penyebab utamanya ialah
selesma (common cold) yang merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi
bakteri. Bila mengenai bebrapa sinus disebut sebagai multisinusitis, sedangkan bila mengenai
semua sinus paranasal disebut pansinusitis. Yang paling sering terkena adalah sinus etmoid dan
maksila sedangkan sinus frontal lebih jarang dan sinus sfenoid lebih jarang lagi. Sinus maksila
disebut juga antrum Highmore, letaknya dekat akar gigi rahang atas, maka infeksi gigi mudah
menyebar ke sinus, disebut sinusitis dentogen. Beberapa etiologi dan predisposisi antara lain ISPA
akibat virus, bermacam rhinitis, terutama rhinitis alergi, polip hidung, deviasi septum, atau
hipertrofi konka, sumbatan kompleks osteomeatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan
imunologik dan diskinesia silia seperti pada sindroma Kartagener. Pada anak, hipertrofi adenoid
merupakan factor penting penyebab sinusitis sehingga perlu dilakukan adenoidektomi untuk
menghilangkan sumbatan dan menyembuhkan rinosinusitisnya. Hipertrofi adenoid dapat
didiagnosis dengan foto polos leher posisi lateral. Factor lain yang juga berpengaruh adalah
lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering, serta kebiasaan merokok. Keadaan ini lakma-lama
menyebabkan perubahan mukosa dan merusak silia.1
Pada sinusitis kornik adanya factor predisposisi harus dicari dan diobati secara tuntas.
Menurut berbagai penelitian, bakteri utama yang ditemukian pada sinusitis akut adalah
Streptococcus pneumonia (30-50%). Hemophylus influenza (20-40%) dan Moraxella catarrhalis
(4%). Pada anak, M.catarrhalis lebih banyak ditemukan (20%). Pada sinusitis kronik, factor
predisposisi lebih berperan, tetapi umumnya bakteri yang ada lebih condong kea rah bakteri negatif
gram dan anaerob.
Keluhan sinusitis kornik tidak khas sehingga sulit didiagnosis. Kadang-kadang hanya 1
atau 2 dari gejala-gejala di bawah ini yaitu sakit kepala kronik, post nasal drip, batuk kronik,
gangguan tenggorok, gangguan telinga akibat sumbatan kronik muara tuba Eustachius, gangguan
ke paru-paru seperti bronchitis (sino-bronkitis), bronkiektasis dan yang penting adalah serangan
asma yang meningkat dan sulit diobati. Pada anak, mukopus yang tertelan dapat menyebabkan
gastroenteritis.

13
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan posterior, pemeriksaan naso-
endoskopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang lebih tepat dan dini. Tanda khas ialah adanya
pus di meatus medius (pada sinusitis maksila, etmoid anterior dan frontal) atau di meatus superior
(pada sinusitis etmoid posterior dan sfenoid). Pada rhinosinusitis akut, mukosa edema dan
hiperemis. Pada anak sering ada pembengkakan dan kemerahan di daerah kantus medius.1
Pemeriksaan pembantu yang penting adalah foto polos atau CT scan. Foto polos posisi
Waters, PA dan lateral, umumnya hanya mampu menilai kondisi sinus-sinus besar seperti sinus
maksila dan frontal. Kelainan akan terlihat perselubungan, batas udara-cairan (air fluid level) atau
penebalan mukosa. CT scan sinus merupakan gold standard diagnosis sinusitis karena mampu
menilai anatomi hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus seara keseluruhan dan
perluasannya.
Pada kasus ini, berdasarkan anamnesis didapatkan anak mengalami sakit kepala sejak sore
hari. Sakit kepala yang dialami memang sudah sering dirasakan sejak anak kelas 5 SD.
Berdasarkan anamnesis pula dikatakan anak sering batuk pilek, hidungnya sering tersumbat, dan
anak merasa sering ada cairan seperti ingus yang lewat ditenggorokannya (post nasal drip). Anak
tidak ada riwayat asma. Pada pemeriksaan fisik anak didapatkan adanya secret di lubang hidung,
mukosa hidung terlihat kemerahan. Pada pemeriksaan gigi, tidak ada tanda-tanda gigi berlubang
ataupun karang gigi pada gigi rahang atas maupun rahang bawah, sehingga dapat dikatakan sumber
infeksi dari sinusitis ini bukan berasal dari dentogen. Dilakukan juga pemeriksaan transiluminasi
di ruang gelap, dan pada anak didapatkan cahaya dapat tembus namun tidak seluruhnya. Kemudian
pada anak dilakukan foto polos posisi Waters dan didapatkan gambaran air fluid level pada sinus
maksilaris kanan, kiri dan sinus frontalis.
Terapi
Antibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilihan pada sinusitis akut bacterial, untuk
menghilangkan infeksi dan pembengkakan mukosa serta membuka sumbatan ostium sinus.
Antibiotik yang dipilih adalah golongan penisilin seperti amoksisilin. Jika diperkirakan kuman
telah resisten atau memproduksi beta lactamase, maka dapat diberikan amoksisilin klavulanat atau
jenis sefalosporin generasi ke 2. Pada sinustis antibiotik diberikan selama 10-14 hari, meskipun
gejala klinik sudah hilang.

14
Pada kasus antibiotic yang diberikan adalah cefotaxime injeksi, dimana terapi ini sudah
sesuai dengan terapi pada teori sinusitis yaitu antibiotic untuk kuman gram negative anaerob
(golongan sefalosporin generasi 3). Kemudian setelah anak terdeteksi menderita rhinosinusitis,
anak diberi Avamys yang merupakan obat nasal spray yang biasa digunakan untuk mengobati
hidung tersumbat akibat rhinitis alergi ataupun sinusitis kronik.
Hipokalemia

Kalium adalah kation yang terbanyak kedua di dalam tubuh dan jumlah terbesar di dalam
cairan intraseluler (CIS). Kurang lebih 98% kalium tersebut berada di dalam sel-sel tubuh dnegan
konsentrasi di dalam intraseluler 140 sampai 150 mEq/L. Kandungan kalium di dalam cairan
ekstraseluler (CES) (3,5 sampai 5.0 mEq/L) sangat rendah. Hipokalemia umum ditemukan pada
anak, sebagian besar kasus disebabkan oleh gastroenteritis. Hipokalemi terjadi apabila kadar
kalium serum kurang dari 3,5 mEq/L (3,5mmol/L). Manifestasi hipokalemia adalah efek gangguan
potensial membrane pada system kardiovaskular, neuro-muskular dan gastrointestinal. Tanda dan
gejala dari kekurangan kalium jarang terjadi jika kadar serum kalium kurang dari 3,0 mEq/L.
Biasanya gejala datang pelan-pelan sehingga sulit terdeteksi. Akibat hypokalemia yang paling
serius adalah gangguan kardiovaskular. Hipotensi postural sering terjadi. Paralisis pernapasan
mungkin memerlukan ventilasi mekanik.2

Terapi

Faktor yang mempengaruhi terapi hipokalemia adalah kadar kalium, gejala klinis, fungsi
ginjal, adanya perpindahan kalium transselular, kehilangan yang sedang terjadi dan kemampuan
pasien untuk mentoleransi kalium oral. Hipokalemia simtomatik berat memerlukan terapi yang
agresif. Suplementasi harus dilakukan dengan lebih hati-hati apabila fungsi ginjal menurun karena
keterbatasan kemampuan ginjal dalam mengekskresikan kelebihan kalium.

Karena terdapat resiko hyperkalemia, kalium intravena (IV) harus digunakan secara hati-
hati. Kalium oral lebih aman, meski kurang cepat dalam keadaan darurat. Dosis kalium IV adalah
0,5 hingga 1 mEq/kgBB, biasanya diberikan selama 1 jam. Dosis maksimal pada dewasa adalah
40 mEq. Biasanya dipilih dosis konservatif. Bagi pasien dengan kehilangan yang berlebihan
melalui urin, diuretic hemat kalium ukup efektid namun perlu digunakan secara hati-hati pada
pasien dengan insufisiensi ginjal. Apabila terdapat hypokalemia, alkalosis metabolic, dan deplesi

15
volum, pemulihan volume intravascular akan mengurangi kehilangan kalium melalui urin. Terapi
yang spesifik untuk penyakit akan efektif pada banyak kelainan genetic tubulus.

Pada kasus anak mengalami hypokalemia karena kadar kalium dalam darahnya 3 mEq/L.
Untuk mendeteksi hipokalemi, dapat dilakukan anamnesis seperti pasien mengeluh lemah dalam
menggerakan kakinya. Pada pemeriksaan fisik didapat kurangnya kekuatan motoric terutama pada
ekstremitas bawah. Kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang dan didapatkan kadar kalium 3
mEq/L. Anak diberikan Kaen 3B 1700 cc/24 jam.

Overweight

Gizi lebih dan besitas pada anak dan remaja ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan antropometri dan deteksi dini komorbiditas yang dibuktikan
dengan pemeriksaan penunjang terkait. Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan
energi dengan keluaran energy, sehingga terjadi kelebihan energy yang selanjutnya disimpan
dalam bentik jaringan lemak. Kelebihan energy tersebut dapat disebabkan oleh asupan energy yang
tinggi atau keluaran energy yang rendah. Asupan energi tinggi disebabkan oleh konsumsi makanan
yang berlebihan, sedangkan keluaran energi rendah disebabkan oleh rendahnya metabolism tubuh,
aktivitas fisik, dan efek thermogenesis lebih rendah (3% dari total energi yang dihasilkan lemak)
dibandingkan karbohidrat (6-7% dari total energy yang dihasilkan karbohidrat) dan protein (25%
dari total energi yang dihasilkan protein). Lemak tubuh yang berlebihan berhubungan dengan
peningkatan resiko kesehatan, khususnya faktor resiko kardiovaskular. Indeks massa tubuh (IMT)
dan pengukuran berat badan terhadap tinggi badan merupakan metode yang berguna untuk menilai
lemak tubuh dan diukur dengan cara berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi
badan (dalam meter). Saat ini ada tiga klasifikasi yang digunakan untuk anak dan remaja yaitu
CDC 2000 (Center for Disease Control and Prevention 2000), IOTF (International Obesity Task
Force), dan WHO 2006 (World Health Organization 2006).3

Berasarkan anamnesis pada anak-anak dengan kelebihan berat badan, didapatkan gejala
seperti mengorok disertai henti nafas saat tidur, mengantuk di siang hari, nyeri perut kuadran kanan
atas, nyeri kolik hebat berulang, polidipsi, polifagi atau polyuria. Pemeriksaan fisik yang spesifik
dapat ditemukan pembesaran tonsil, sianosis pada bibir, jari, kulit, gejala gagal jantung kanan
seperti edema tungkai dan napas pendek, hepatomegaly ringan, hirsutisme, jerawat berlebih dan

16
akantosis nigrikans. Pada pemeriksaan penunjang dapat ditemukan kadar glukosa darah puasa
>126 mg/Dl, atau kadar glukosa darah sewaktu >200 mg/Dl. Kadar SGOT atau SGPT meningkat
> 2 kali nilai normal.

BB/TB INTERPRETASI STATUS GIZI

>120% Kegemukan (obesity)

110-120% Gizi lebih (overweight)

90-110% Gizi baik (normal)

80-90% Gizi sedang (mild malnutrition)

70-80% Gizi kurang (moderate malnutrition)

<70% Gizi buruk (severe malnutrition)

Pada kasus, berdasarkan kurva CDC 2000 BB/TB anak 119%, sedangkan berdasarkan
IMT/U anak berada di 85 th - < 95 th yang bila diinterpretasi artinya anak masuk dalam kategori
overweight. Berdasarkan riwayat nutrisi, anak sering mengkonsumsi makan yang banyak
mengandung karbohidrat dan kurang mengkonsumsi makanan seperti sayur dan buah-buahan.
Anak juga jarang berolahraga dan lebih sering menghabiskan waktu untuk tidur sepulang sekolah.
Untuk memperkirakan tercapainya tambahan kalori serta protein untuk mencapai tumbuh kejar
pada yang gizi kurang atau buruk atau pengurangan kalori pada yang gizi lebih atau obesitas dapat
menggunakan rumus sebagai berikut:

Kebutuhan kalori/protein: RDA* x BB ideal**

*Umur dimana TB saat ini berada pada presentil 50


** presentil 50 BB menurut height-age saat ini

Pada pasien didapatkan kebutuhan kalorinya: 47 x 46 = 2162 kkal/ hari.

Prinsip tatalaksana gizi lebih dan obesitas pada anak adalah menerapkan pola makan yang
benar, aktivitas fisis yang benar, dan modifikasi perilaku dengan orangtua sebagai panutan. Tujuan

17
tatalaksana gizi lebih dan obesitas pada anak harus disesuaikan dengan usia dan perkembangan
anak, penurunan beratnbadan mencapai 20% di atas berat badan ideal, serta pola makan dan
aktivitas fisik yang sehat dapat diterapkan jangka panjang untuk mempertahankan berat badan
tetapi tidak menghambat pertumbuhan dan perkembangan. Pemberian diet seimbang sesuai
requirement daily allowances (RDA) merupakan pengaturan diet pada anak gemuk karena anak
masih bertumbuh dan berkembang dengan metode food rules yaitu:3

1. Terjadwal dengan pola makan besar 3x/hari dan camilan 2 x/hari yang terjadwal (camilan
diutamakan dalam bentuk buah segar), diberikan air putih diantara jadwal makan utama
dan camilan serta lama makan 30 menit/kali.
2. Lingkungan netral dengan cara tidak memaksa anak untuk mengkonsumsi akanan tertentu
dan jumlah makanan ditentukan oleh anak.
3. Prosedur dilakukan dengan pemberian makan sesuai dengan kebutuhan kalori yang
diperoleh dari hasil perkalian antara kebutuhan kalori berdasarkan RDA menurut height
age dengan berat badan ideal menurut tinggi badan.

Daftar Pustaka
1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku ajar ilmu kesehatan telinga
hidung tenggorok kepala & leher. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2015. h. 122-30
2. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. Nelson ilmu kesehatan anak
esensial. Singapore: Saunders Elsevier; 2014. h.150
3. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diagnosis, tatalaksana dan pencegahan
obesitas pada anak dan remaja. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2014

18

Anda mungkin juga menyukai