Anda di halaman 1dari 2

Nama : Indah Retnowati

NPM : 1206255141
Kelas : Filsafat Hukum B
Review Filsafat Hukum 5
American & Scandinavian Realism
Aliran realis di bidang hukum tumbuh dari aliran realis dalam pemikiran filsafat umum.
Aliran realis berkembang dari ajaran James dan Dewey. James dikenal sebagai pencetus teori
pragmatis, suatu filsafat positif yang menolak sistem tertutup dan berlaku absolut dan asli dan
beralih pada pandangan tentang fakta-fakta, tindakan, dan kekuasaan (powers). Ini
mengandung arti bahwa dimungkinkannya untuk melawan hal-hal yang sifatnya dogmatik,
artifisial, dan menganggap ada kebenaran mutlak. Sedangkan, esensi ajaran Dewey adalah
memandang pentingnya studi empiris yang didasarkan pada penyelidikan
probabilitas/kemungkinan.
Dari kedua ide pakar realisme tersebut di atas, menimbulkan pemikiran realis khusus di
bidang hukum, yang pada dasarnya dapat dibedakan antara realisme Amerika Serikat dan
realisme Skandinavia. Para yuris yang beraliran realis pada umumnya berpendapat bahwa hukum
yang sesungguhnya dibangun dari suatu studi tentang hukum dalam pelaksanaannya (the law in
action). Bagi penganut realisme yuridis, law is as law does.
Karakteristik dari pendekatan yang digunakan oleh kaum realis yuridis terhadap masalah-
masalah hukum, adalah:
1. Suatu investigasi ke dalam unsur-unsur khas yang terdapat dalam kasus-kasus hukum;
2. Suatu kesadaran tentang faktor-faktor irasional dan tidak logis di dalam proses lahirnya
putusan pengadilan;
3. Suatu penilaian terhadap aturan-aturan hukum melalui evaluasi terhadap konsekuensi
penerapan aturan hukum itu;
4. Memperlihatkan hukum dalam kaitannya dengan faktor politik, ekonomi, dan lain-lain.
Sebagaimana dikatakan oleh Oliver Wendell Holmes Jr., dugaan-dugaan tentang apa
yang diputuskan oleh pengadilan itulah yang disebut dengan hukum. Pendapat Holmes ini
menggambarkan secara tepat pandangan realis Amerika yang pragmatis.
Pendekatan pragmatis tidak percaya pada bekerjanya hukum menurut ketentuan-
ketentuan hukum di atas kertas. Hukum bekerja mengikuti persitiwa-peristiwa konkret yang
muncul. Oleh karena itu, dalil-dalil hukum yang universal harus diganti dengan logika yang
fleksibel dan eksperimental sifatnya. Hukum pun tidak mungkin bekerja menurut disiplinnya
sendiri. Perlu ada pendekatan interdisipliner dengan memanfaatkan ilmu-ilmu seperti ekonomi,
sosilogi, kriminologi, dan psikologi. Dengan penyelidikan terhadap faktor sosial berdasarkan
pendekatan tersebut dapat disinkronkan antara apa yang dikehendaki hukum dan fakta fakta
(realita) kehidupan sosial. Semua itu diarahkan agar hukum dapat bekerja secara lebih efektif.
Sumber hukum utama aliran ini adalah putusan hakim, sebagaimana diungkapkan oleh
John Chipman Gray: All the law is judge made law, semua yang dimaksudkan dengan hukum
adalah putusan hakim. Hakim lebih sebagai penemu hukum dari pada pembuat hukum yang
mengandalkan peraturan perundang-undangan
Aliran Realisme Skandinavia bersama-sama dengan Aliran Realisme Amerika Serikat
merupakan suatu penolakan umum terhadap das sollen (the ought) dalam studi hukum dan
juga menolak spekulasi metafisik dalam penyelidikan kenyataan-kenyataan dari sistem hukum.
Akan tetapi, berbeda dengan Realisme Amerika Serikat, maka Realisme Skandinavia lebih
menitikberatkan perhatiannya pada aspek-aspek perilaku hakim dari pada pertanyaan-pertanyaan
tentang hukum yang tumbuh dari perhatian pada sifat hak-hak dan kewajiban-kewajiban subjek
subjek hukum.
Filsafat dasar dari Realisme Skandinavia adalah suatu penolakan dari konsep
kejiwaan; fenomena mental, demikian mereka sebutkan yang tidak lebih dari pada reaksi-
reaksi otak. Mereka mengistilahkannya dengan ideas yaitu hanya rasionalisasi tentang
eksistensi objektif belaka; berekspresi verbal belaka tentang reaksi-reaksi terhadap kenyataan-
kenyataan eksternal dan lingkungannya.

Anda mungkin juga menyukai