A. LATAR BELAKANG
Obat merupakan terapi primer yang berhubungan dengan penyembuhan penyakit.Tidak
peduli dimanapun klien menerima pelayanan kesehatan,rumah sakit,klinik,atau di
rumah,perawat memegang peranan penting dalam persiapan dan pemberian obat,mengajarkan
cara menggunakan obat dan mengevaluasi respons klien terhadap pengobatan.
Pada masa perawatan dan penyembuhan,perawat memegang peranan penting dalam
memberikan obat secara tepat waktu kepada klien,serta memastikan klien atau keluarganya
telah mengerti dan siap memberikan obat jika klien dipulangkan ke rumah. Di setiap tatanan
pelayanan kesehatan,perawat bertanggung jawab mengevaluasi efek obat terhadap kesehatan
klien,mangajari klien tentang obat dan efek sampingnya,memastikan kepatuhan terhadap
regimen obat,serta mengevaluasi kemampuan klien dalam menggunakan obat sendiri.Pada
beberapa kasus,perawat secara langsung mengajarkan dan mengevaluasi anggota keluarga
klien yang mampu memberikan obat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi aksi obat.
2. Pengolahan pemberian obat-obatan.
3. Tipe order pemberian obat.
4. Syarat dan komponen order pengobatan.
5. Askep dalam pemberian obat.
6. Beberapa hal yang dapat menyebabkan kesalahan dan pencegahan.
7. Cara menghitung dosis obat.
C. TUJUAN
1. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi aksi obat.
2. Bisa mengolah pemberiaan obat-obatan.
3. Mengetahui tipe order pemberian obat.
4. Mengetahui syarat dan komponen order pengobatan.
5. Mengerti askep dalam pemberian obat.
6. Mengerti beberapa hal yang dapat menyebabkan kesalahan dan pencegahan.
7. Mengetahui cara menghitung dosis dosis obat.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Perbedaan Genetik
Susunan genetik mempengaruhi biotransformasi obat. Pola metabolik dalam keluarga sering
kali sama. Fakktor genetik menentukan apakah enzim yang terbentuk secara alami ada untuk
membantu penguraian obat. Akibatnya, anggota keluarga sensitif terhadap suatu obat.
2. Variabel Fisiologis
Perbedaan hormonal antara pria dan wanita mengubah metabolisme obat tertentu. Hormon
dan obat saling bersaing dalam biotransformasi karena kedua senyawa tersebut terurai dalam
proses metabolik yang sama. Variasi diurnal pada sekresi ekstrogen bertanggung jawab untuk
fluktuasi siklik reaksi obat yang di alami wanita
Usia berdampak langsung pada kerja obat. Bayi tidak memiliki banyak enzim yang diperlukan
untuk metabolisme oabt normal. Jumlah perubahan fisiologis yang menyertai penuaan
mempengaruhi respon terhadap terapi obat. Sistem tubuh mengalami perubahan fungsi dan
struktur yang mengubah pengaruh obat. Perawat haus berupaya meminimalkan efek obat yang
berbahaya yang meningkatkkan kapasitas fungsi yang tersisa pada klien.
Apabila status nutrisi klien buruk, sel tidak dapat berfungsi dengan normal, sehingga
biotransformasi tidak berlangsung seperti semua fungsi tubuh, metabolisme obat bergantung
pada nutrisi yang adekkuat untuk membentuk enzim dan protein. Kebanyakan obat berikatan
dengan protein sebelum didistribusi ke tempat kerja obat.
Setiap penyakit yang merusak fungsi organ yang bertanggung jawab untuk farmakokinetik
normal juga dapat merusak kerja obat. Perubahan integritas kulit, penurunan absorpsi atau
motilitas saluran cerna, dan kerusakan fungsi ginjal dan hati hanya beberapa kondisi penyakit
yang berhubungan dengan kondisi yang dapat mengurangi kemanjuran obat atau membuat
kliien berisiko mengalami toksikasi obat.
3. Kondisi Lingkungan
Stres fisik dan emosi yang berat akan memicu respon hormonal yang pada akkhiirnya
mengganggu metabolisme obat pada klien. Radiasi ion menghasilkan efek yang sama dengan
mengubah kkecepatan aktivitas enzim.
Pajanan pada panas dan dingin dapat memengaruhi respon terhadap obat. Klien hipertensi
diberi vasodilator untuk mengontrol tekanan darahnya. Pada cuaca panas, dosis vasodilator
perlu dikurangi karena suhu yang tinggi meningkatkan efek obat.cuaca dingin cenderung
meningkatkan vasokontriksi, sehingga dosis vasodilator ditambah.
Reaksi suatu obat bervariasi, bergantung pada lingkungan obat itu digunakan. Klien yang
dilindungi dalam isolasi dan diberikan analgesik memperoleh efekk peredaan nyeri yang lebih
kecil dibandingkan klien yang dirawat di ruang tempat keluarga dapat mengunjungi klien.
Contoh lain, jika meminum alkohol sendirian ; efek yang timbul hanya mengantuk. Namun,
minum bersama sekelompok teman membuat individu menjadi ceria dan mudah bergaul.
4. Faktor Psikologis
Sejumlah fator psikologis mempengaruhi penggunaan obat dan respon terhadap obat. Sikap
seseorang berakar dari pengalaman sebelumnya atau pengaruj keluarga. Melihat orang tua
sering menggunakan obat obatan dapat membuat anak menerima obat sebagai bagian dari
kehidupan normalnya.
Makna obat atau signifikasi mengosumsi obat mempengaruhi reaksi klien terapi. Obat dapat
digunakan sebagai cara untuk mengatasi rasa tidak nyaman. Pada situasi ini klien bergantung
pada obat sebagai media koping dalam kehidupan. Sebaliknya jika klien kesal terhadap kondisi
fisik mereka, rasa marah dan sikap bermusuhan dapat menimbulkan reaksi yang diinginkan
terhhadap obat.
Obat sering kali memberikan rasa aman. Penggunaan secara teratur obat tanpa resep atau
obat yang dijual bebas mis. Vitamin, laksatif, dan aspirin membuat beberapa orang merasa
mereka dapat mengontrol kesehatannya.
Perilaku perawat saat memberikan obat sangat berdampak secara signifikan pada respon
klien terhadap pengobatan. Apabila perawat memberikan kesan bahwa obat dapat membantu,
pengobatan kemungkinan akan memberikan efek yang positif. Apabila perawat terllihat kurang
peduli saat pasien kurang nyaman, obat yang diberikan terbukti relatif tidak efektif.
5. Diet
Interaksi obat dan nutrien dapat mengubah kkerja obat atau nutrien . contoh, vit. K
(terkandung dalam sayur hijau berdaun) merupakan nutrien yang melawan efek warfarin
natrium (coumadin), mengurangi efeknya pada mekanisme pembekuan darah. Minyak mineral
mengurangi absorpi vitamin larutan lemak. Klien membutuhkan nutrisi tambahan saat
mengkonsumsi obat yang menurunkan efek nutrisi. Menahan konsumsi nutrien tertentu dapat
menjamin efek terapeutik obat.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Pengelolaan Obat mempunyai empat kegiatan yaitu
:
a. Perumusan kebutuhan (selection)
b. Pengadaan (procurement)
c. Distribusi (distribution)
d. Penggunaan / Pelayanan Obat (Use)
Masing-masing kegiatan di atas, dilaksanakan dengan berpegang pada fungsi manajemen
yaitu Planning, Organizing, Actuating dan Controlling. Ini berarti untuk kegiatan seleksi harus
ada tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan pengendalian, begitu
juga untuk ketiga kegiatan yang lain.
Keempat kegiatan pengelolaan obat tersebut didukung oleh sistem manajemen penunjang
pengelolaan yang terdiri dari :
a. Pengelolaan Organisasi
b. Pengelolaan Keuangan untuk menjamin pembiayaan dan kesinambungan
c. Pengelolaan informasi
d. Pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia
Pelaksanaan keempat kegiatan dan keempat elemen sistem pendukung pengelolaan
tersebut di atas didasarkan pada kebijakan (policy) dan atau peraturan perundangan (legal
framework) yang mantap serta didukung oleh kepedulian masyarakat.
Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek
perencanaan/ seleksi, pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat dengan memanfaatkan
sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana dan perangkat lunak (metoda dan
tatalaksana) dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan.
Seleksi :
meliputi kegiatan penetapan masalah kesehatan, keadaan sosial ekonimi masyarakat,
pemilihan jenis obat, serta penetapan jenis obat apa yang harus tersedia.
Pengadaan :
meliputi perhitungan kebutuhan dan perencanaan pengadaan, pemilihan cara pengadaan,
pelaksanaan pembelian, penerimaan dan pemeriksaan serta melakukan jaminan mutu.
Distribusi :
meliputi kegiatan pengendalian persediaan obat, dan penyimpanan
Penggunaan :
pelayanan farmasi.
Untuk terlaksananya pengelolaan obat dengan efektif dan efisien perlu ditunjang dengan
sistem informasi manajemen obat untuk menggalang keterpaduan pelaksanaan kegiatan-
kegiatan pengelolaan obat. Dengan adanya sistem ini pelaksanaan salah satu kegiatan
pengelolaan obat dapat dengan mudah diselaraskan dengan yang lain. Selain itu, berbagai
kendala yang menimbulkan kegagalan atau keterlambatan salah satu kegiatan dengan cepat
dapat diketahui, sehingga segera dapat ditempuh berbagai tindakan operasional yang
diperlukan untuk mengatasinya.
1. BENAR OBAT
Ketika obat pertama kali diprogramkan, perawat membandingkan tiket obat atau format
pencatatan unit-dosis dengan intruksi yang ditulis dokter. Ketika memberikan obat perawat
membandingkan label pada wadah obat dengan format atau tiket obat. Perawat melakukan ini
3x yaitu :
1. Sebelum memindahkan wadah obat dari laci/lemari.
2. Pada saat sejumlah obat yang diprogramkan dipindahkan dari wadahnya.
3. Sebelum mengembalikan wadah obat ketempat penyimpanan
Perawat hanya memeberikan obat yang dipersiakpkan. Jika terjadi kesalahan, perawat yang
memberikan obat bertanggung jawab terhadap efek obat. Pada kebanyakan kasus, intsruksi
obat telah diubah. Namun,pertanyaan klien bisa mengungkap suatu kesalahan. Perawat harus
tidak boleh memberikan obat tersebut sampai program dokter dipriksa kembali. Obat dosis
tunggal dan obat yang belum dikemas dapat dikembalikan ketempat penyimpanan, jika belum
dibuka.
2 BENAR DOSIS
Ketika sebuah obat harus disediakan dari volume atau kekuatan obat yang lebih besar atau
lebih kecil dari yang dibutuhkan atau jika seorang dokter memprogramkan suatu sistem
perhitungan obat yang berbeda dari yang disediakan oleh ahli farmasi, resiko kesalahan
meningkat pada situasi ini, perawat harus memeriksa perhitungan dosis yang dilakukan oleh
perawat lain. Setelah menghitung dosis, perawat menyiapkan obat dengan menggunakan alat
perhitungan standar. Klien sebaiknya melakukan perhitungan dengan menggunakan sendok
yang biasa digunakan didapur dari pada sendok teh dan sendok makan datar yang volumenya
bervariasi.
Untuk membelah tablet membentuk biji ( scored tablet ), perawat harus yakin bahwa
potongan tersebut rata. Sebuah tablet dapat dibagi 2 dengan menggunakan sisi pisau atau
dengan membungkus tablet dengan tisu kemudian membelahnya dengan jari. Setelah obat
dibelah, perawat dapat memberikan kedua bagian obat secara berurutan, namun hanya jika
bagian ke2 telah kembali dikemas dan dilabel. Alat penghancur harus selalu dibersihkan secara
keseluruhan sebelum tablet dihancurkan. Obat yang dihancurkan harus dicampur dengan air
atau makanan dalam jumlah yang sangat sedikit.
3. BENAR KLIEN
Langkah penting dalam pemberian obat yang aman adalah meyakinkan bahwa obat tersebut
diberikan kepada klien yang benar. Perawat yang bekerja dirumah sakit atau lingkungan
perawatan lain sering bertanggung jawab untuk memberikan obat pada banyak klien.
Untuk mengidentifikasi klien dengan tepat, perawat memeriksa kartu, format, atau laporan
pemberian obat yang dicocokan dengan gelang identifikasi klien dan meminta klien
menyebutkan namanya. Ketika menanyakan nama klien, perawat sebaiknya tidak menyebut
suatu nama dan berasumsi bahwa respons klien menunjukan bahwa klien adalah orang yang
benar. Hal ini sangat penting bahkan jika perawat telah merawat klien selama beberapa hari.
Supaya klien tidak merasa tidak nyaman, perawat dapat mengatakan bahwa dalam memberikan
obat secara rutin perawat harus meidentifikasi nama klien.
4. BENAR RUTE PEMBERIAN
Ketika sebuah intruksi obat tidak menerangkan rute pemberian obat, perawat
mengkonsultasikannya kepada dokter. Demikian juga bila rute pemberian obat bukan cara yang
direkomendasikan, perawat harus segera mengingatkan dokter.
Saat melakukan injeksi, rute yang benar sangat penting. juga sangat penting untuk
menyiapkan injeksi hanya dari preparat yang ditetapkan untuk penggunaan parenteral.
Menginjeksi cairan yang dirancang untuk penggunaan oral dapat menimbulkan komplikasi,
misalnya abses steril atau efek sistemik yang fatal. Perusahaan obat memberi label hanya
untuk injeksi pada obat-obatan parenteral.
5. BENAR WAKTU
Perawat harus mengetahui alasan sebuah obat diprogramkan untuk waktu tertentu dalam 1
hari dan apakah jadwal tersebut dapat diubah. Contoh, diprohgramkan 2 obat, satu q8h ( setiap
8 jam ) dan yang lain tid ( 3 kali sehari ). Ke 2 obat diberikan 3x dalam 24 jam. Tujuan dokter
memberikan obat q8h dalam hitungan jam ialah mempertahankan kadar terapeutik obat. setiap
institusi memiliki rekomendasi jadwal waktu untuk obat yang harus dengan interval sering.
Contoh, obat qid (4x sehari) dapat diberikan pada pukul 08.00, 12.00, 16.00, dan 20.00; obat
tid dapat diberikan pada pukul 08.00, 14.00, dan 20.00.
Apabila seorang perawat bertanggung jawab memberikan beberapa obat, maka obat yang
harus bekerja pada waktu-waktu tertentu harus diprioritaskan. Misalnya, insulin harus
diberikan pada interval yang tepat sebelum makan.
Beberapa obat memerlukan penilaian klinis perawat dalam menentukan waktu pemberian
yang tepat. Banyak klien yang dirawat memilih tidur lebih awal dari pada yang biasa mereka
lakuan dirumah. Namun, jika perawat menyadari bahwa sebuah prosedur dapat menggangu
tidur klien, sebaiknya pemberian obat ditunda sampai suatu waktu dimana klien dapat
memperolah manfaat optimal obat. perawat mengkaji tingkat nyeri klien untuk menentukan
tingkat ketidak nyamanannya. Apabila perawat menunggu sampai nyeri klien menjadi parah
maka efek anal gesik mungkin tidak cukup. Perawat mungkin perlu meminta dokter menambah
analgesik prn.
2. Diagnosa keperawatan
Pengkajian memberi data tentang kondisi klien, kemampuannya dalam menggunakan obat
secara mandiri, dan pola penggunaan obat.
Contoh diagnosa keperawatan NANDA untuk terapi obat.
Kurang pengetahuan tentang terapi obat yang berhubungan dengan :
1. Kurang informasi dan pengalaman
2. Keterbatasan kognitif
3. Tidak mengenal sumber informasi
Ketidakpatuhan tehadap terapi obat yang berhubungan dengan :
1. Sumber ekonomi yang terbatas
2. Keyakinan tentang kesehatan
3. Pengaruh budaya
Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan :
1. Penurunan kekuatan
2. Nyeri dan ketidaknyamanan
Perubahan sensori atau persepsi yang berhubungan dengan :
1. Pandangan kabur
Ansietas yang berhubungan dengan :
1. Status kesehatan yang berubah atau terancam
2. Status sosial ekonomi yang berubah atau terancam
3. Pola interaksi yang berubah atau terancam
Gangguan menelan yang berhubungan dengan :
1. Kerusakan neuromuscular
2. Iritasi rongga mulut
3. Kesadaran yang terbatas
Penatalaksanaan program terapiutik tidak efektif yang berhubungan dengan :
1. Terapi obat yang kompleks
2. Pengetahuan yang kurang
3. Perencanaan
Perawat mengatur aktivitas perawatan untuk memastikan bahwa tehnik pemberian obat
aman. Perawat juga dapat merencanakan untuk menggunakan waktu selama memberikan obat.
Pada situasi klien belajar menggunakan obat secara mandiri, perawat dapat merencanakan
untuk menggunakan semua sumber pengajaran yang tersedia. Apabila klien dirawat di rumah
sakit,sangat penting bagi perawat untuk tidak menunda pemberian intruksi sampai hari
kepulangan klien. Perawat harus mengkaji klien secara komprehensif dan mengidentifikasi
faktor fisik, psikologis, ekonomi atau sosial yang membuat klien tidak mampu dengan
konsisten menggunakan obat secara mandiri. Misalnya, klien menderita arthritis yang
membuatnya sulit pergi ke apotek. Perawat, dengan bantuan tenaga kesehatan lain,bekerja
sama mencari jalan keluar untuk masalah ini sebelum klien dipulangkan. Apabila klien baru
didiagnosis dan membutuhkan obat, misalnya, dalam rencana asuhan keperawatan, perawat
data merujuk klien untuk dirawat di rumah. Perawat penyelenggara perawatan kesehatan di
rumah dapat membantu klien menyusun jadwal pengobatan yang disesuaikan dengan rutinitas
di rumah.
Baik,seorang klien mencoba menggunakan obat secara mandiri maupun perawat
bertanggung jawab memberikan obat, sasaran berikut harus dicapai :
1. Tidak ada komplikasi yang timbul akibat rute pemberian obat yang digunakan.
2. Efek terapiutik obat yang diprogramkan dicapai dengan aman sementara kenyamanan klien
tetap dipertahankan.
3. Klien dan keluarga memahami terapi obat.
4. Pemberian obat secara mandiri dilakukan dengan aman.
4. Implementasi
Transkripsi yang benar dan mengomunikasikan program
Intervensi keperawatan berfokus pada pemberian obat yang aman dan efektif.Intervensi
dilakukan dengan menyiapkan obat secara cermat, memberikannya dengan benar, dan memberi
klien penyuluhan. Setiap kali suatu dosis obat disiapkan, perawat mengacu pada format atau
label obat. Dengan sistem unit-dosis, hanya satu diperlukan transkripsi, sehingga kemungkinan
terjadinya kesalahan dibatasi. Ketika mentranskripsi resep, perawat harus yakin bahwa
nama,dosis,dan simbol obat dapat dibaca. Perawat terdaftar (registered nurse) membandingkan
semua program yang ditranskripsi dengan program yang asli untuk memastikan keakuratan dan
kelengkapannya. Perawat yang memberi obat yang salah atau dosis yang tidak tepat
bertanggung jawab secara hukum.
5. Evaluasi
Perawat memantau respon klien terhadap obat secara berkesinambungan. Untuk
melakukan ini,perawat harus mengetahui kerja terapiutik dan efek samping yang umum
muncul dari setiap obat. Perawat harus mewaspadai reaksi yang akan timbul ketika klien
mengkonsumsi beberapa obat. Untuk mengevaluasi keefektifan intervensi keperawatan sambil
memenuhi sasaran keperawatan yang ditetapkan, perawat melakukan langkah-langkah evaluasi
untuk mengidentifikasi hasil akhir yang aktual.
Berikut adalah contoh langkah evaluasi untuk menentukan bahwa ada komplikasi yang
terkait dengan rute pemberian obat :
1. Mengobservasi adanya memar, implamasi , nyeri setempat, atau perdarahan di tempat injeksi.
2. Menanyaan klien tentang adanya rasa baal atau rasa kesemutan di tempat injeksi.
3. Mengkaji adanya gangguan saluran cerna, termasuk mual, muntah, dan diare pada klien.
4. Menginspeksi tempat IV untuk mengetahui adanya feblitis, termasuk demam, pembengkakkan
dan nyeri tekan setempat.
F. KESALAHAN PENGOBATAN
Kesalahan pengobatan adalah suatu kejadian yang dapat membuat klien menerima obat
yang salah atau tidak mendapat terapi obat yang tepat
- Kesalahan pengobatan dapat dilakukan oleh setiap individu yang terlibat dalam pembuatan
resp, transkripsi, persiapan, penyaluran, dan pemberian obat
- Sistem penyaluran obat di rumah sakit harus dirancang supaya ada sebuah sistem
pemeriksaan dan keseimbangan, hal ini akan membantu mengurangi kesalahan pengobatan.
- Perawat sebaiknya tidak menyembunyikan kesalahan pengobatan. Pada catatan status
klien, harus ditulis obat apa yang telah diberikan kepada klien, pemberitahuan kepada dokter,
efek samping yang klien alami sebagai respons terhadap kesalahan pengobatan, dan upaya yang
dilakukan untuk menetralkan obat.
- Perawat bertanggung jawab melengkapi laporan yang menjelaskan sifat insiden tersebut
- Laporan insiden bukan pengakuan tentang suatu kesalahan atau menjadi dasar untuk
memberi hukuman dan bukan merupakan bagian catatan medis klien yang sah. Laporan ini
merupakan analisis objektif tentang apa yang terjadi dan merupakan penatalaksanaan risiko
yang dilakukan institusi untuk memantau kejadian semacam ini. Laporan kejadian membantu
komite interdisiplin mengidentifikasi kesalahan dan menyelesaikan masalah sistem di rumah
sakit yang mengakibatkan terjadinya kesalahan.
Untuk mencegah kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien,perawat harus
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut ;
(1) seorang perawat harus teliti membaca label obat. Banyak obat atau produk tersedia dalam
kotak, warna dan bentuk yang sama.
(2) Pertanyakan pemberian banyak tablet atau vial untuk dosis tunggal.Kebanyakan dosis terdiri
dari satu atau dua tablet atau kapsul atau satu vial dosis tunggal. Intervensi yang salah terhadap
program obat dapat mengakibatkan pemberian dosis tinggi berlebihan.
(3) Mewaspadai obat-obatan yang bernama sama.Banyak nama obat terdengar sama misalkan
digoksin dan digitoksin, keflex dan keflin, orinase dan ornade.
(4) Mencermati angka di belakang koma. Beberapa obat tersedia dalam jumlah yang merupakan
perkalian satu sama lain. Contoh, tablet cournadin dalam tablet 2,5 dan 25 mg, thorazine dalam
spansules (sejenis kapsul) 30 dan 300 mg.
(5) Pertanyakan peningkatan dosis yang tiba-tiba dan berlebihan. Kebanyakkan dosis
diprogramkan secara bertahap supaya dokter dapat memantau efek terapiutik dan responnya.
(6) Ketika suatu obat baru atau obat yang tidak lazim diprogramkan, konsultasikan kepada
sumbernya. Jika dokter juga tidak lazim dengan obat tersebut,maka risiko pemberian dosis
yang tidak akurat menjadi masalah lebih besar.
(7) Jangan memberikan obat yang diprogramkan dengan nama pendek atau singkatan tidak resmi.
Banyak dokter menggunakan nama pendek atau singkatan tidak resmi untuk obat yang sering
diprogramkan. Apabila perawat atau ahli farmasi tidak mengenal nama tersebut, obat yang
diberikan atau dikeluarkan bisa salah.
(8) Jangan berupaya ubtuk menguraikan dan mengartikan tulisan yang tidak dapat dibaca. Apabila
ragu, sebaiknya menanyakan kepada dokter. Kesempatan terjadinya salah interpretasi sangat
besar, kecuali jika perawat mempertanyakan program obat yang sulit dibaca.
(9) Kenali klien yang memiliki nama akhir sama dan juga minta klien menyebutkan nama
lengkapnya atau perawat bisa mencermati nama yang tertera pada tanda pengenal. Seringkali,
satu atau dua orang klien memiliki nama akhir yang sama atau mirip. Label khusus pada
kardeks atau buku obat dapat memberi peringatan tentang masalah yang potensial.
(10) Perawat juga mencermati ekuivalen. Saat tergesa-gesa, salah membaca ekuivalen mudah
terjadi. Contoh,dibaca miligram padahal mililiter.
G. PENGHITUNGAN DOSIS OBAT
Perawat dapat menggunakan rumus sederhana dalam banyak tipe kalkulasi dosis. Rumus
berikut dapat digunakan ketika perawat mempersiapkan obat dalam benuk padat atau cair :
Dosis yang diprogramkan x Jumlah yang tersedia
Dosis yang tersedia = Jumlah yang akan diberikan
Dosis yang diprogramkan adalah jumlah obat murni yang diresepkan dokter untuk seorang
klien. Dosis yang tersedia adalah berat atau volume obat yang tersedia dalam satuan yang di
suplay oleh farmasi. Jumlah yang tersedia adalah satuan dasar atau jumlah obat yang
mengandung dosis yang tersedia. Jumlah yang akan diberikan selalu ditulis dalam satuan yang
sama dengan satuan jumlah yang tersedia
Contoh : dokter mengintruksikan kilen diberi versed 2,5 mg IM, berari dosis yang di
programkan adalah 2,5 mg. Obat tersedia dalam ampul yang mengandung 5 mg / 1 ml, berarti
dosis yang tersedia adalah 5 mg dalam sediaan 1 ml. Rumus diaplikasikan sebagai berikut :
Obat cair sering kali tersedia dalam volume lebih dari 1 ml. Pada situasi ini, rumus tetap
dapat digunakan. Contoh, instruksi obat adalah suspensi eritromisin 250 mg PO. Farmasi
memberikan botol berukuran 100 ml dan pada label tertera, 5 ml mengandung 125 mg
eritromisin.
Apabila perawat mengkalkulasi berdasarkan 100 ml yang tersedia, kesalahan berikut akan
terjadi :
Berdasarkan kalkulasi ini klien akan menerima dosis 20x lebih besar dari yang diinginkan.
Perawat harus selalu memeriksa kembali kalkulasi tersebut atau mengeceknya bersama
profesional lain, jika jawaban tampak tidak masuk akal
DOSIS PEDIATRIK
Menghitung dosis obat seorang anak memerlukan perhatian khusus. Pada kebanyakan kasus
dokter menghitung dosis yang aman untuk anak sebelum memerogramkan obat. Namun
perawat harus mengetahui rumus yang digunakan untuk menghitung dosis pediatrik dan
memeriksa kembali semua dosis sebelum obat diberikan. Kebanyakan referensi obat memuat
daftar rentang normal obat pediatrik. Metode penghitungan obat pediatrik yang paling akurat
didasarkan pada area permukaan tubuh. Area permukaan tubuh diperkirakan berdasarkan berat
tubuh. Nomogram standar atau grafik menggambarkan area permukaan tubuh berdasarkan
berat badan dan usia rata-rata. Rumus tersebut merupakan rasio area ppermukaan tubuh anak
dibdandingkan dengan area permukaan tubuh rata-rata orang dewasa ( 1,7 m persegi atau 1,7
m ).
Contoh, seorang dokter memprogramkan ampicilin untuk seorang anak dengan berat 12kg,
tetapi dosis tunggal normal dewasa adalah 250mg. Grafik numogram menunjukan bahwa
seorang anak dengan bera 12 kg memiliki permukaan tubuh seluas 0,54 m.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pemberian obat yang aman dan akurat merupakan salah satu tugas terpenting perawat. Obat
adalah alat utama terapi yang digunakan dokter untuk mengobati klien yang memiliki masalah
ksehatan. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat
menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya
bila tidak tepat diberikan. Perawat bertanggung jawab memahami kerja obat dan efek samping
yang ditimbulkkan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu
klien menggunakannnya dengan benar serta berdasarkan pengetahuan.
Perawat merupakan tenaga kesehatan yang paling tepat untuk memberikan obat dan
meluangkan sebagian besar bersama klien.Hal ini membuat perawat berada pada posisi yang
ideal untuk memantau respon klien terhadap pengobatan,memberikan pendidikan untuk klien
dan keluarga tentang pengobatan dan menginformasikan dokter kapan obat efektif,tidak
efektif,atau tidak lagi dibutuhkan. Perawat bukan sekedar memberikan obat kepada
klien.Perawat harus menentukan apakah seorang klien harus menerima obat pada waktunya
dan mengkaji kemampuan klien untuk menggunakan obat secara mandiri.Perawat
menggunakan proses keperawatan untuk mengintegrasi terapi obat ke dalam perawatan.
DAFTAR PUSTAKA
http://staff.ui.ac.id/internal/139903001/material/peranperawat.pdf
http://medindra.wordpress.com/2011/04/15/rute-pemberian-obat/
http://zianarmie.wordpress.com/2011/02/09/pemberian-obat/
Posting Komentar