Disusun Oleh:
Raditya Bagas Wicaksono G4A014067
Annisa Farah Fadhilah G4A016068
SEPTEMBER 2015
2
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
Raditya Bagas Wicaksono G4A014067
Annisa Farah Fadhilah G4A014068
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare merupakan penyakit infeksi saluran cerna yang masih menjadi
masalah utama di negara maju maupun negara berkembang. Setiap anak di
bawah usia lima tahun di negara berkembang akan memgalami episode diare
kurang lebih tiga sampai empat kali pertahun. Setiap balita di Indonesia akan
mengalami episode diare kurang lebih 1,6 2 kali pertahun. Sampai saat ini,
penyakit diare merupakan penyebab kematian utama balita di dunia
(Kemenkes RI, 2014; WHO, 2009).
Kejadian Luar Biasa (KLB) diare terjadi di Indonesia pada tahun 2013
sebanyak 646 kasus. Jumlah kasus terbanyak terjadi di Provinsi Jawa Tengah
yang mencapai 294 kasus. Pada tahun 2013, angka kematian karena diare di
Indonesia adalah sebesar 1,08%. Angka ini masih jauh dari harapan yaitu
sebesar <1% (Kemenkes RI, 2014).
Beberapa faktor risiko yang mampu meningkatkan angka kejadian diare
diantaranya dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Hannif, 2011), faktor bayi,
faktor ibu, dan faktor sosial ekonomi (Agus et al., 2009). Pemerintah telah
membuat kebijakan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian
karena diare pada balita dengan melaksanakan tatalaksana diare standar di
sarana kesehatan melalui program Lima Langkah Tuntaskan Diare (Lintas
Diare). Lintas diare meliputi pemberian oralit untuk mencegah dehidrasi,
pemberian zinc untuk mengurangi keparahan, durasi dan kambuhnya diare,
pemberian makanan, pemberian antibiotik selektif untuk disentri dan kolera,
serta pemberian nasihat kepada ibu untuk kembali ke petugas kesehatan
apabila menemukan tanda bahaya (Kemenkaes RI, 2011).
Praktik keluarga dalam pengobatan diare yang sesuai kebijakan
pemerintah dinilai masih rendah. Berdasarkan survei Indonesian
Demographic Health Survey (IDHS) tahun 2007, masih banyak bayi di bawah
enam bulan yang menderita diare tidak mendapatkan pengobatan apapun.
Hanya 15% 24% dari balita penderita diare yang mendapatkan pengobatan
cairan yang baik. Semantara itu, jumlah balita penderita diare yang
mendapatkan makanan hanya sebanyak 44% 48% (Kemenkes RI, 2011).
4
Berdasarkan fakta bahwa kejadian diare merupakan masalah yang belum bisa
ditangani dengan baik, peneliti tertarik untuk menganalisis dan melakukan
intervensi terhadap angka kejadian diare di Desa Pesantren Kecamatan
Tambak.
B. Tujuan
1) Tujuan Umum
Melakukan analisis kesehatan komunitas (Community Health Analysis) di
Desa Pesantren wilayah kerja Puskesmas II Tambak Kabupaten Banyumas
2) Tujuan Khusus
a. Menentukan faktor risiko diare di Desa Pesantren di Puskesmas II
Tambak
b. Mencari alternatif pemecahan masalah diare di Desa Pesantren di
Puskesmas II Tambak
a. Melakukan intervensi terhadap penyebab masalah diare untuk
mengatasi masalah kesehatan di Desa Pesantren di Puskesmas II
Tambak.
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Menjadi dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang
permasalahan kesehatan yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas II
Tambak.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi mahasiswa
Menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai masalah
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas II Tambak.
b. Bagi masyarakat desa
Memberikan informasi kesehatan (promotif, preventif, dan
rehabilitatif) kepada masyarakat Desa Pesantren untuk penelitian
khususnya berkaitan dengan diare.
5
A. Gambaran Umum
1. Keadaan Geografi
Puskesmas II Tambak merupakan wilayah timur jauh (tenggara)
dari Kabupaten Banyumas, dengan luas wilayah 1.432 Ha atau sekitar
1,1% dari luas kabupaten Banyumas. Wilayah Puskesmas II Tambak
terdiri dari 5 desa yaitu: Purwodadi, Karangpucung, Prembun, Purwodadi
dan Buniayu. Desa yang paling luas adalah Purwodadi yaitu 374 ha,
sedangkan desa yang wilayahnya paling sempit adalah Karangpucung
yaitu sekitar 218 ha.
h. Tenaga Sanitasi
Tenaga Sanitasi ada 1 orang dengan pendidikan D-I.Ratio 6/100.000
penduduk. Standar IIS 2010, 40/100.000 penduduk (6,5 tenaga
sanitasi). Kurang 5 orang tenaga sanitasi.
i. Tenaga Kesehatan Masyarakat
Tenaga Kesehatan Masyarakat ada 2 orang. Standar IIS tahun 2010,
40/100.000 penduduk (6,5). Masih kurang 4 orang tenaga kesehatan
masyarakat.
Tabel 1. Ratio Jumlah Tenaga Kesehatan terhadap Jumlah Penduduk di
Puskesmas II Tambak, tahun 2014.
Jumlah Ratio per Target IIS
No Jenis Tenaga Tenaga 100.000 per 100.000
Kesehatan penduduk penduduk
1 Dokter Umum 2 10 40
2 Dokter Spesialis 0 0 6
3 Dokter Gigi 0 0 11
4 Farmasi 0 0 10
5 Bidan 9 34,38 100
6 Perawat 5 24,56 117,5
7 Ahli Gizi 1 4,91 22
8 Sanitasi 1 6 40
Kesehatan
9 2 24 40
Masyarakat
Sumber: Data Primer Puskesmas II Tambak
D. Sarana Kesehatan
a. Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Labkes
Puskesmas II Tambak satu-satunya sarana kesehatan yang mempunyai
kemampuan Labkes di wilayah Puskesmas II Tambak.
b. Rumah Sakit Yang Menyelenggarakan 4 Pelayanan Dasar
Rumah Sakit yang menyelenggarakan 4 pelayanan dasar tidak ada.
9
Chart Title
18
16 16.6
14 14.76 14.7
13.4
12
10 9.87
8
6
4
2
0
2009 2010 2011 2012 2013
Gambar 1.
Grafik Angka Kematian Bayi Per 1.000 Kelahiran Hidup
Di Puskesmas II Tambak Tahun 2009 2013
c. HIV/AIDS
Kasus HIV tidak pernah ada yang terdeteksi dalam wilayah
kerja atau tidak pernah ada kasus positif HIV.Hal ini tidak bisa
menunjukan secara pasti tidak adanya kasus HIV, sebab bisa
dimungkinkan ada kasus tetapi tidak karena pemeriksaan laborat
untuk penderita HIV sementara baru dilakukan pada klinik VCT atau
12
30
25
20
15
10
5
0
2009 2010 2011 2012 2013
Gambar 2.
Grafik Kasus DBD Per 100.000 Penduduk Di Puskesmas II Tambak
Tahun 2009-2013
13
4 = Gawat
5 = Sangat gawat
Urgensi: (harus segera ditangani, apabila tidak menyebabkan kematian)
Skor : 1 = Tidak urgen
2 = Kurang urgen
3 = Cukup urgen
4 = Urgen
5 = Sangat urgen
Biaya: (biaya penanggulangan)
Skor : 1 = Sangat murah
2 = Murah
3 = Cukup mahal
4 = Mahal
5 = Sangat mahal
17
Penetapan nilai
Setelah nilai kriteria A, B, C, dan D didapatkan kemudian nilai
tersebut dimasukkan ke dalam formula sebagai berikut :
a. Nilai prioritas dasar (NPD) = (A+B) x C
b. Nilai prioritas total (NPT) = (A+B) x C x D
Tabel 6. Penetapan Prioritas Masalah
D Urutan
Masalah A B C D NPD NPT
P E A R L prioritas
Diare 1 10 3 1 1 1 1 1 1 33 33 1
ISPA 4 5 3 1 1 1 1 1 1 27 27 2
Dermatitis 2 5 3,5 1 1 1 1 1 1 24,5 24,5 3
Disentri 1 5 4 1 1 1 1 1 1 24 24 4
Myalgia 3 5 2,5 1 1 1 1 1 1 20 20 5
Febris 3 6 2 1 1 1 1 1 1 18 18 6
Dispepsia 2 5 2,5 1 1 1 1 1 1 17,5 17,5 7
Hipertensi 2 9 1,5 1 1 1 1 1 1 16,5 16,5 8
Asma 1 11 2 1 1 1 0 1 0 24 0 9
DM 1 8 2 1 0 1 1 1 0 18 0 10
Prioritas pertama masalah diperoleh dengan nilai NPT tertinggi.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Hanlon kuantitatif urutan
prioritas masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Diare
2. ISPA
19
3. Dermatitis
4. Disentri
5. Myalgia
6. Febris
7. Dispepsia
8. Hipertensi
9. Asma
10. Diabetes Mellitus
20
b. Faktor Ibu
1) Perilaku ibu dalam penanganan diare
Diare merupakan masalah yang masih dianggap berbahaya di
Indonesia oleh karena angka kejadiannya dinilai masih tinggi.
Diare lebih sering terjadi pada anak-anak, terutama usia balita.
Oleh karena sering terjadi pada balita inilah peran ibu sangat
penting untuk penatalaksanaan diare agar tidak terjadi dampak
yang lebih membahayakan. Salah satu penanganan yang penting
dilakukan oleh ibu saat anak diare adalah bagaimana mencegah dan
mengatasi keadaan dehidrasi. Pemberian cairan pengganti (cairan
rehidrasi) baik yang diberikan secara oral (diminumkan) maupun
parenteral (melalui infus) telah berhasil menurunkan angka
kematian akibat dehidrasi pada ribuan anak yang menderita diare
(IDAI 2008).
2) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada ibu
Penyakit diare diakibatkan oleh penyebaran kuman secara
fecal oral. Oleh karena itu, kondisi ini bisa dicegah dengan
perilaku hidup yang sehat. Selain menjaga kebersihan pada balita,
kebersihan pada ibu sebagai orang yang banyak berperan dalam
tumbuh kembang balita perlu diperhatikan. Penilaian ini bisa
dilihat dari berbagai indikator yang termasuk ke dalam penilaian
PHBS. Indikator ini diantaranya adalah pemberian ASI eksklusif,
penggunaan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun, serta penggunaan jamban sehat (Sari, 2012).
c. Faktor Lingkungan (Kriteria Rumah Sehat)
Kondisi fisik dan sanitasi rumah memiliki peranan penting
terhadap kejadian diare. Beberapa diantaranya adalah jarak sarana
pembuangan air limbah, jenis jamban, pengelolaan sampah, dan jenis
lantai (Fatmawati, 2008). Beberapa perilaku penghuni rumah, terutama
terkait sanitasi juga mampu mempengaruhi angka kejadian diare.
Penilaian terhadap lingkungan sekitar rumah, sanitasi rumah, serta
25
C. Hipotesis
1. Terdapat hubungan antara status gizi anak dengan kejadian diare pada
balita di Desa Pesantren Kecamatan Tambak tahun 2015.
2. Terdapat hubungan antara makanan yang dikonsumsi anak dengan
kejadian diare pada balita di Desa Pesantren Kecamatan Tambak tahun
2015.
3. Terdapat hubungan antara rutinitas mendapatkan suplementasi vitamin A
dengan kejadian diare pada balita di Desa Pesantren Kecamatan Tambak
tahun 2015.
4. Terdapat hubungan antara perilaku ibu dalam penanganan diare dengan
kejadian diare pada balita di Desa Pesantren Kecamatan Tambak tahun
2015.
5. Terdapat hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat ibu dengan
kejadian diare pada balita di Desa Pesantren Kecamatan Tambak tahun
2015.
6. Terdapat hubungan antara kondisi rumah dengan kejadian diare pada balita
di Desa Pesantren Kecamatan Tambak tahun 2015.
7. Terdapat hubungan antara pendapatan per kapita dengan kejadian diare
pada balita di Desa Pesantren Kecamatan Tambak tahun 2015.
27
V. METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian menggunakan studi observasional analitik dengan
pendekatan case control. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor resiko
diare pada balita di Desa Pesantren, Kecamatan Tambak.
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah status gizi anak, pendapatan per
kapita, kebiasaan konsumsi makanan pada anak, suplementasi vitamin A,
perilaku ibu dalam penanganan diare, perilaku ibu dalam hidup bersih
sehat, kondisi rumah, dan sanitasi lingkungan rumah. Variabel bebas
termasuk skala kategorik nominal.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah kejadian diare pada balita.
Variabel terikat termasuk skala kategorik nominal.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel dijelaskan pada Tabel 7.
Tabel 7. Definisi Operasional
VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL SKALA
Variabel Terikat
Kejadian Diare Definisi : Nominal
(Wulandari, 2009) Kejadian buang air besar cair atau lembek dengan
frekuensi lebih dari tiga kali dalam sehari selama tiga
bulan terakhir pada balita terpilih sebagai sampel.
Kategori :
Ya : diare
Tidak : tidak diare
Alat Ukur :
Kuesioner
29
Varibel Bebas
1. Faktor Anak
a. Status gizi anak Definisi : Nominal
(Alboneh, Status gizi pada sampel yang diukur menurut
2013) antropometri yang ditentukan dengan Z Score.
Kategori :
Status Gizi Baik : SD -2 sampai dengan 2
Status Gizi Tidak Baik : SD < -2 atau SD > 2
Alat Ukur :
Kuesioner untuk umur
Timbangan untuk berat badan
Microtoise untuk tinggi badan
b. Suplementasi Definisi : Nominal
vitamin A Riwayat pemberian vitamin A pada tahun 2015 pada
(Direktorat responden.
Bina Gizi Kategori :
Masyarakat, Suplementasi vitamin A baik :
2009) a. Anak usia 0 11 bulan : satu kali (Februari atau
Agustus)
b. Anak usia 12 59 bulan : dua kali (Februari dan
Agustus)
Suplementasi vitamin A tidak baik :
a. Anak usia 0 11 bulan : tidak pernah
b. Anak usia 12 59 bulan : < 2 kali
Alat Ukur :
Kuesioner
c. Kebiasaan Definisi : Nominal
konsumsi Frekuensi anak dalam membeli makanan di luar rumah
makanan pada dan atau frekuensi ibu dalam membeli makanan di luar
anak (Fitri, rumah untuk anak yang menurut ibu tidak higienis
2012). Kategori :
Sering : 2 kali sehari
Tidak sering : < 2 kali sehari
Alat Ukur :
Kuesioner
2. Faktor Ibu
a. Perilaku ibu Definisi : Nominal
dalam Hal-hal yang telah dilakukan responden untuk
penanganan penanganan diare berkenaan dengan pengetahuan yang
diare telah didapat.
(Purbasari, Kategori :
2009) Baik : jawaban benar responden >= 80% (skor >= 11)
Sedang : jawaban benar responden < 80% (skor < 11)
Alat Ukur :
Kuesioner
30
A. Hasil
1. Analisis Univariat
Berikut ini merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan di
Desa Pesantren Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas. Penelitian ini
dilakukan bersamaan dengan Posyandu Balita Desa Pesantren dengan
jumlah balita 30 orang. Penelitian ini dengan menggunakan metode
wawancara langsung pengisian kuesioner yang dipandu langsung oleh
peneliti. Anailis univariat yang digunakan dengan menggunakan distribusi
frekuensi pada masing-masing variabel dan persentasenya. Adapun
distribusi variabel beserta persentase masing-masing kategori telah tersaji
pada tabel 8.
Tabel 8. Distribusi Frekuensi
Variabel Kategori Frekuensi Persentase Total
Jenis Kelamin Perempuan 19 63,33%
100,00%
Laki-laki 11 36,67%
Diare Ya 15 50,00%
100,00%
Tidak 15 50,00%
Status Gizi Tidak Baik 11 36,67%
100,00%
Baik 19 63,33%
Suplementasi Tidak Baik 1 3,33%
100,00%
Vitamin A Baik 29 96,67%
Konsumsi Makanan Sering 10 33,33%
100,00%
Tidak Higienis Tidak Sering 20 66,67%
Perilaku Ibu Pada Tidak Baik 22 73,33%
100,00%
Penanganan Diare Baik 8 26,67%
PHBS Ibu Tidak Baik 13 43,33%
100,00%
Baik 17 56,67%
Pendapatan Rendah 15 50,00%
100,00%
Perkapita Tinggi 15 50,00%
Kondisi Rumah Tidak Sehat 17 56,67%
100,00%
Sehat 13 43,33%
Pada tabel 8 dapat dilihat bahwa sebanyak 19 (63,33%) sampel
adalah balita perempuan, dengan 11 (36,67%) balita laki-laki. Jumlah
kasus dan kontrol pada penelitian ini seimbang dengan perbandingan 1:1.
33
2. Analisis Bivariat
Hasil analisis bivariat antara variabel bebas (status gizi,
suplementasi vitamin A, konsumsi makanan tidak higienis, perilaku ibu
pada penanganan diare, perilaku hidup bersih dan sehat ibu, pendapatan
perkapita, serta kondisi rumah) dan variabel terikat (kejadian diare)
disajikan dalam tabel 9-15. Analisis dilakukan dengan menggunakan uji
Fisher Exact Test karena data tidak memenuhi syarat uji Chi Square yaitu
terdapat nilai expected (E) kurang dari lima.
Tabel 9. Analisis Fisher Exact Test Status Gizi dengan Kejadian Diare
Diare
OR 95%CI P
Ya Tidak Total
Tidak 9 2 11
Baik (60%) (13,3%) (36,7%)
Status Gizi
6 13 19 1,592-
Baik 9,75 0,021
(40%) (86,7%) (63,3%) 59,695
15 15 30
Total
(100%) (100%) (100%)
Berdasarkan tabel 9, balita dengan status gizi tidak baik yang
mengalami diare berjumlah lebih banyak (60%) daripada yang memiliki
status gizi baik (40%). Nilai p=0,021 (p<0,05) menunjukkan hubungan
yang secara statistik signifikan, antara status gizi yang tidak baik dengan
kejadian diare pada balita di Desa Pesantren, Tambak, Banyumas. Nilai
odds ratio (OR) 9,75 (OR>1) menunjukkan bahwa status gizi yang tidak
baik merupakan faktor yang dapat meningkatkan kejadian diare sebanyak
9,75 kali lebih tinggi dibandingkan status gizi yang baik. Nilai 95% CI
tidak mencakup angka 1, sehingga status gizi yang tidak baik secara
statistik signifikan dapat meningkatkan kejadian diare.
Tabel 10. Analisis Fisher Exact Test Suplementasi Vitamin A dengan
Kejadian Diare
Diare
OR 95%CI P
Ya Tidak Total
Tidak 1 0 1
Suplementas Baik (6,7%) (0%) (3,3%)
i Vitamin A 14 15 29 0,331-
Baik 0,483 1,000
(93,3%) (100%) (96,7%) 0,704
15 15 30
Total
(100%) (100%) (100%)
Tabel 12. Analisis Fisher Exact Test Perilaku Ibu pada Penanganan
Diare dengan Kejadian Diare
Diare
OR 95%CI P
Ya Tidak Total
Perilaku Tidak 14 8 22
Ibu Pada Baik (93,3%) (53,3%) (73,3%)
Penanganan 1 7 8 1,268-
12,25 0,035
Diare Baik (6,7%) (46,7%) (26,7%) 118,362
15 15 30
Total (100%) (100%) (100%)
35
Tabel 13. Analisis Fisher Exact Test PHBS Ibu dengan Kejadian Diare
Diare
OR 95%CI P
Ya Tidak Total
Tidak 4 13
9 (60%)
Baik (26,7%) (43,3%)
PHBS Ibu
11 17 0,883-
6 (40%) 4,125 0,139
Baik (73,3% (56,7%) 19,273
15 15 30
Total (100%) (100%) (100%)
Berdasarkan tabel 13, balita dengan PHBS ibu yang tidak baik
yang mengalami diare berjumlah lebih banyak (60%) daripada balita
dengan PHBS ibu yang baik (40%). Nilai p=0,139 (p>0,05)
menunjukkan hubungan yang secara statistik tidak signifikan, antara
PHBS ibu yang tidak baik dengan kejadian diare pada balita di Desa
Pesantren, Tambak, Banyumas. Walaupun nilai odds ratio (OR) 4,125
(OR>1) tetapi nilai 95% CI yang mencakup angka 1 menunjukkan bahwa
PHBS ibu yang tidak baik memiliki hubungan yang secara statistik tidak
signifikan dengan kejadian diare pada balita di Desa Pesantren, Tambak,
Banyumas.
36
Tabel 15. Analisis Fisher Exact Test Kondisi Rumah dengan Kejadian
Diare
Diare
OR 95%CI P
Ya Tidak Total
Tidak 11 17 4,125 0,883- 0,139
Kondisi Sehat (73,3%) 6 (40%) (56,7%) 19,273
Rumah 4 13
Sehat (26,7%) 9 (60%) (43,3%)
15 15 30
Total (100%) (100%) (100%)
kondisi rumah yang tidak sehat memiliki hubungan yang secara statistik
tidak signifikan dengan kejadian diare pada balita di Desa Pesantren,
Tambak, Banyumas.
B. Pembahasan
Penelitian ini meneliti mengenai identifikasi faktor resiko diare di Desa
Pesantren Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas. Hipotesis yang peneliti
ajukan yaitu terdapat keterkaitan faktor resiko yang teridentifikasi dengan
kejadian diare pada balita di Desa Pesantren Kecamatan Tambak. Responden
dikelompokkan ke dalam kelompok kasus dan kelompok kontrol. Responden
yang termasuk ke dalam kelompok kasus adalah balita yang menderita diare
selama tiga bulan terakhir sebanyak 50% dari keseluruhan total responden,
sementara responden yang termasuk ke dalam kelompok kontrol adalah balita
yang tidak menderita diare selama tiga bulan terakhir sebanyak 50% dari
keseluruhan total responden.
Efektivitas Urutan
Daftar Alternatif Jalan M I V Efisiensi Prioritas
No MxIxV/C
Keluar (C) Pemecahan
Masalah
1 Penyuluhan kepada ibu 4 3 4 4 12 2
mengenai penanganan diare
yang dapat dilakukan ibu
2 Penyuluhan kepada kader 4 4 5 5 16 1
mengenai penanganan diare
yang dapat dilakukan ibu
3 Penyebaran leaflet dan poster 4 2 3 2 12 2
mengenai penanganan diare
A. Latar Belakang
Diare merupakan penyakit infeksi saluran cerna yang masih menjadi
masalah utama di negara maju maupun negara berkembang. Setiap anak di
bawah usia lima tahun di negara berkembang akan memgalami episode diare
kurang lebih tiga sampai empat kali pertahun. Setiap balita di Indonesia akan
mengalami episode diare kurang lebih 1,6 2 kali pertahun. Sampai saat ini,
penyakit diare merupakan penyebab kematian utama balita di dunia
(Kemenkes RI, 2014; WHO, 2009).
Kejadian Luar Biasa (KLB) diare terjadi di Indonesia pada tahun 2013
sebanyak 646 kasus. Jumlah kasus terbanyak terjadi di Provinsi Jawa Tengah
yang mencapai 294 kasus. Pada tahun 2013, angka kematian karena diare di
Indonesia adalah sebesar 1,08%. Angka ini masih jauh dari harapan yaitu
sebesar <1% (Kemenkes RI, 2014). Kejadian diare di Desa Pesantren,
Kecamatan Tambak memiliki beberapa faktor risiko yang memiliki hubungan
signifikan dengan kejadian diare, yaitu status gizi yang tidak baik, seringnya
konsumsi makanan tidak higienis, perilaku ibu pada penanganan diare, dan
rendahnya status ekonomi yang dilihat melalui pendapatan perkapita.
Praktik keluarga dalam pengobatan diare yang sesuai kebijakan
pemerintah dinilai masih rendah. Berdasarkan survei Indonesian
Demographic Health Survey (IDHS) tahun 2007, masih banyak bayi di bawah
enam bulan yang menderita diare tidak mendapatkan pengobatan apapun.
Hanya 15% 24% dari balita penderita diare yang mendapatkan pengobatan
cairan yang baik. Semantara itu, jumlah balita penderita diare yang
mendapatkan makanan hanya sebanyak 44% 48% (Kemenkes RI, 2011).
Berdasarkan fakta bahwa kejadian diare merupakan masalah yang belum bisa
ditangani dengan baik, diperlukan intervensi terhadap angka kejadian diare di
Desa Pesantren Kecamatan Tambak secara efektif dan efisien melalui
perantara kader posyandu. Perilaku ibu pada penanganan diare merupakan
faktor risiko yang signifikan secara statistik berhubungan dengan kejadian
diare. Perilaku ibu tersebut erat kaitannya dengan pengetahuan ibu mengenai
penanganan diare.
45
E. Pelaksanaan
1. Personil
a) Kepala Puskesmas : dr. Harry Widyatomo
b) Pembimbing : Apriliani Dewi K., Amd.Keb
c) Pelaksana : Raditya Bagas Wicaksono
Annisa Farah Fadhilah
2. Waktu dan Tempat Penyuluhan:
a) Hari : Senin
b) Tanggal : 28 September 2015
c) Tempat : Balai Desa Pesantren, Tambak, Banyumas
d) Waktu : 09.00 WIB 11.00 WIB
F. Rencana Anggaran
Konsumsi : 20 x Rp5.000,00 = Rp100.000,00
Total : Rp100.000,00
3. Output
Rerata nilai post-test kader posyandu di Desa Pesantren Kecamatan
Tambak setelah mengikuti penyuluhan adalah minimal 80 dari skala
100.
48
A. Pelaksanaan
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan kader kesehatan dapat
membantu mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan diare di
Desa Pesantren. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dilaksanakan melalui 3
tahap, yaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Perizinan
Perizinan diajukan dalam bentuk lisan oleh dokter muda kepada
Kepala Puskesmas II Tambak, Preseptor Lapangan, Bidan Desa,
serta Kepala Desa Pesantren.
b. Materi
Materi yang disiapkan adalah materi penyuluhan tentang penanganan
diare yang bisa dilakukan ibu di rumah dalam bentuk power point
dan video edukatif.
b. Sarana
Sarana yang digunakan yaitu ruangan balai desa, proyektor, sound
system, leaflet mengenai diare, dan laptop.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Judul Kegiatan
Penyuluhan Mengenai Perilaku Ibu pada Penanganan Diare
b. Waktu
Senin, 28 September 2015 jam 09.45
c. Tempat
Balai Desa Pesantren Kecamatan Tambak
d. Penanggung Jawab
1) dr. Nendyah Roesti, Msi selaku pembimbing fakultas
2) dr. Harry Widyatomi selaku Kepala Puskesmas II Tambak,
sekaligus sebagai pembimbing lapangan
3) Apriliani Dewi K., Amd.Keb selaku bidan desa.
4) Pelaksana Raditya Bagas Wicaksono dan Annisa Farah Fadhilah
5) Peserta kader posyandu desa Pesantren Kecamatan Tambak
49
6) Penyampaian Materi
Penyuluhan materi diare diberikan pada kader posyandu Desa
Pesantren Kecamatan Tambak, yang mencakup definisi diare,
etiologi, faktor risiko dan sumber penularan, penanganan diare di
rumah, penanganan diare di pelayanan kesehatan, kapan ibu harus
membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan, serta apa saja
yang perlu dimonitoring setelah anak diberikan penanganan
disertai video edukatif.
B. Evaluasi
1. Input
a. Sasaran
Sebanyak 17 kader posyandu hadir dalam kegiatan penyuluhan. Maka
target penyuluhan terpenuhi, yaitu minimal 16 orang (80%) dari
keseluruhan kader posyandu di Desa Pesantren Kecamatan Tambak
yang menghadiri penyuluhan. Sasaran yang mengikuti kegiatan
penyuluhan terlihat antusias dalam mengikuti kegiatan. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh sasaran serta
sasaran yang ikut berinteraksi aktif menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang disampaikan oleh pemateri.
b. Sumber Daya
Ruangan dan proyektor telah disediakan dan disiapkan oleh
pemerintah Desa Pesantren. Konsumsi sebanyak 20 buah didapatkan
dari hasil iuran pelaksana kegiatan. Lembar jawab pretest dan postest
disediakan oleh pelaksana kegiatan, sedangkan alat tulis disediakan
oleh masing-masing peserta. Pemateri yaitu Annisa Farah Fadhilah
menyampaikan materi yang berisi definisi diare, etiologi, faktor risiko
dan sumber penularan, penanganan diare di rumah, serta kapan ibu
harus membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan. Pelaksana
kegiatan juga memberikan leaflet ringkasan materi yang dicetak
menggunakan printer pribadi. Sumber pembiayaan yang digunakan
cukup untuk menunjang terlaksananya kegiatan. Anggaran yang
50
A. Kesimpulan
1. Hasil analisis kesehatan komunitas (Community Health Analysis) di Desa
Pesantren wilayah kerja Puskesmas II Tambak Kabupaten Banyumas
menunjukkan bahwa diare menjadi prioritas masalah yang diambil.
2. Faktor risiko yang berhubungan signifikan secara statistik dengan
kejadian diare di Desa Pesantren, Kecamatan Tambak adalah status gizi
yang tidak baik, seringnya konsumsi makanan yang tidak higienis,
perilaku ibu pada penanganan diare yang tidak baik, serta status ekonomi
yang rendah. Adapun permasalahan yang diangkat untuk dilakukan
intervensi adalah perilaku ibu pada penanganan diare yang tidak baik.
3. Alternatif pemecahan masalah yang dipilih adalah melakukan
penyuluhan mengenai penanganan diare kepada kader posyandu di Desa
Pesantren, Kecamatan Tambak.
4. Penyuluhan berjalan lancar pada hari Senin, 28 September 2015 pukul
09.45-12.00 dan memenuhi target yaitu minimal 80% kader posyandu
hadir serta nilai postest mencapai 82,50 dengan kenaikan sebesar 39,5%
B. Saran
1. Perlu dilakukan survey lanjutan mengenai perilaku ibu pada penanganan
diare dalam 3-4 bulan kedepan untuk melihat apakah kader posyandu
berhasil menjelaskan kepada ibu balita di desa Pesantren, Tambak.
2. Perlu dilakukan evaluasi mengenai prevalensi diare di desa Pesantren,
Tambak 3-4 bulan kedepan.
52
DAFTAR PUSTAKA
Alboneh, F. A. 2013. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Diare pada Balita
Usia 2 5 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Karanganyar. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Solo. (Tidak dipublikasikan)
Atussoleha, M. I. 2012. Hubungan Antara Status Gizi, ASI Eksklusif, dan Faktor
Lain Terhadap Frekuensi Diare pada Anak Usia 10 23 Bulan di
Puskesmas Tugu, Depok Tahun 2012. Skripsi. Universitas Indonesia.
Depok. (Tidak Dipublikasikan)
Ayuningtyas, N. V. 2012. Hubungan Frekuensi Jajan Anak dengan Kejadian Diare
Akut pada Anak Sekolah Dasar di SDN Sukatani 4 dan SDN Sukatani 7,
Kelurahan Sukatani, Depok Tahun 2012. Skripsi. Universitas Indonesia.
Depok. (Tidak Dipublikasikan).
Devi, N. 2012. Gizi Anak Sekolah. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara
Direktorat Bina Gizi Masyarakat. 2009. Panduan Manajemen Suplementasi
Vitamin A. Jakarta : Departemen Kesehatan.
Depkes RI. 2007. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta : Direktorat
Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
Pemukiman Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Fatmasari, H. 2008. Hubungan Beberapa Faktor Resiko dengan Kejadian Diare
pada Anak Balita di Ruang Rawat Inap Puskesmas Kecamatan Jatibarang
Kabupaten Brebes Tahun 2008. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Semarang. Semarang. (Tidak Dipublikasikan).
Fatmawati, A. 2008. Hubungan antara Sanitasi Rumah dengan Kejadian Diare di
Desa Singosari Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali Tahun 2008.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Solo. (Tidak
Dipublikasikan)
Fitri, C. N. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Konsumsi
Makanan Jajanan pada Siswa Sekolah Dasar di SDN Rawamangun 01
Pagi Jakarta Timur Tahun 2012. Skripsi. Universitas Indonesia. Jakarta.
(Tidak Dipublikasikan)
Jannah, R. Gambaran Penderita Diare Serta Karakteristik yang Berobat pada
Bulan Juli di Puskesmas Peusangan Kabupaten Bireun Tahun 2005.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Aceh. Aceh. (Tidak Dipublikasikan)
World Health Organization (WHO). 2009. Diarrhoea: Why Children Are Still
Dying And What Can Be Done .World Health Organization (WHO).
Available from
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/44174/1/9789241598415_eng.pd
f (diakses pada tanggal 9 September 2015)
World Health Organization. 2005. The Treatment of Diarrhea : A Manual for
Physicians and Other Senior Health Workers 4th Review. Geneva : Who
Library Cataloguing.
Lampiran 1. Dokumentasi
Informed Consent
Responden
58
IDENTITAS
Nama anak balita
1.A. Laki-laki
Jenis Kelamin
2.B. Perempuan
VARIABEL BEBAS
Kejadian Diare
Apakah anak Ibu pernah
mengalami buang air besar cair
1.A. Ya
atau lembek dengan frekuensi
2.B. Tidak
lebih dari tiga kali dalam sehari
selama tiga bulan terakhir?
3.VARIABEL TERIKAT
4.1. FAKTOR ANAK
a. Status Gizi Anak
Tanggal lahir / /
a. Memuasakan a. 0
b. Memberi makan b. 1
Apa yang ibu lakukan saat anak seperti biasa
diare? c. Mengganti makanan c. 2
dengan yang lebih
lunak
Apakah ibu langsung membawa a. Ya a. 0
anak berobat pada saat awal diare? b. Tidak b. 1
Apakah ibu memberikan obat
a. Ya a. 0
antidiare pada awal anak ibu
b. Tidak b. 1
diare?
Apakah ibu memberikan minum a. Ya a. 1
lebih banyak? b. Tidak b. 0
Apakah ibu memberikan oralit a. Ya a. 1
saat anak ibu diare? b. Tidak b. 0
a. Memberi minum
a. 1
lebih banyak
b. Tetap memberikan
b. 1
ASI
Apa yang ibu lakukan jika anak c. 1
c. Memberikan cairan
ibu mengalami
oralit (cairan
dehidrasi/kekurangan cairan?
rehidrasi oral)
d. 1
d. Memberi makanan
yang mengandung
banyak air
Apakah ibu memberikan
a. Ya a. 1
suplemen zinc pada saat anak ibu
b. Tidak b. 0
diare?
Apakah ibu memberikan obat-
a. Ya a. 0
obatan tradisional saat anak ibu
b. Tidak b. 1
diare?
Kategori a. Baik
b. Sedang
60
c. Kurang
b. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Ibu
Ibu menggunakan air sungai untuk mencuci peralatan a. Ya a. 0
makan dan minum b. Tidak b. 1
Ibu menggunakan air sungai untuk mencuci peralatan a. Ya c. 0
makan dan minum b. Tidak d. 1
Ibu menggunakan air pompa, sumur gali, air ledeng, atau a. Ya a. 1
air kemasan untuk mencuci bahan makanan b. Tidak b. 0
Ibu menggunakan air pompa, sumur gali, air ledeng, atau a. Ya a. 1
air kemasan untuk mencuci tangan b. Tidak b. 0
Sumber air yang digunakan berjarak lebih dari 10 meter
a. Ya a. 1
dari tempat penampungan kotoran, limbah, atau septic
b. Tidak b. 0
tank
Ibu menyimpan air di tempat penampungan air yang a. Ya a. 0
terbuka b. Tidak b. 1
Ibu memberikan minum dari air yang dimasak sampai a. Ya a. 1
mendidih b. Tidak b. 0
a. Ya a. 0
Ibu menggunakan air sungai untuk mandi
b. Tidak b. 1
a. Ya a. 0
Ibu mencuci pakaian bayi di sungai
b. Tidak b. 1
a. Ya a. 0
Ibu mencuci peralatan masak di sungai
b. Tidak b. 1
Ibu langsung memegang makanan tanpa mencuci tangan
a. Ya a. 0
dengan menggunakan air bersih (tidak berwarna, tidak
b. Tidak b. 1
berasa, tidak berbau) dan sabun
Ibu mencuci tangan dengan air bersih (tidak berwarna,
a. Ya a. 1
tidak berasa, tidak berbau) dan sabun setelah buang air
b. Tidak b. 0
besar dan menceboki bayi
Ibu mencuci tangan saja tanpa menggunakan sabun a. Ya a. 0
sebelum melakukan sesuatu b. Tidak b. 1
a. Ya a. 0
Ibu melakukan buang air besar di sungai
b. Tidak b. 1
Ibu melakukan buang air besar di di jamban yang terletak a. Ya a. 1
dalam rumah b. Tidak b. 0
a. Ya a. 1
Ibu membuang tinja/kotoran bayi di jamban dalam rumah
b. Tidak b. 0
a. Ya a. 0
Ibu membersihkan jamban ketika terlihat kotor saja
b. Tidak b. 1
Ibu membuang tinja/kotoran bayi di pekarangan dekat a. Ya a. 0
rumah b. Tidak b. 1
a. Ya a. 1
Jamban yang digunakan bersih dan tidak berbau
b. Tidak b. 0
a. Ya a. 1
Tersedia air, sabun, dan alat untuk membersihkan jamban
b. Tidak b. 0
Kategori a. PHBS ibu baik
b. PHBS ibu
61
buruk
3. FAKTOR SOSIAL EKONOMI
Jumlah pendapatan suami
A. Rp
per bulan
Jumlah pendapatan istri per
B. Rp
bulan
Total pendapatan keluarga C. Rp
Jumlah anggota keluarga
yang menjadi tanggungan D. ....... orang
keluarga
Pendapatan perkapita E. Rp
F. a. Di atas pendapatan rata-rata per kapita
Kategori
G. b. Di bawah pendapatan rata-rata per kapita
62
4. FAKTOR LINGKUNGAN
Kriteria Rumah Sehat
a. Komponen Rumah (Bobot 31)
a. 0
a. Tidak ada b. 1
Langit-langit b. Ada, kotor, sulit dibersihkan, dan
rawankecelakaan
c. Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan c. 2
a. 1
a. 0
b. 1
Sarana Air Bersih a. Tidak ada
b. Ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi
syarat kesehatan c. 2
(SGL/SPT/PP/KU/
c. Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat
PAH) kesehatan d. 3
d. Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat
kesehatan
e. Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan e. 4
64
a. 0
b. 1
a. Tidak ada.
Jamban (saran b. Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup,
pembuangan disalurkan kesungai / kolam c. 2
kotoran) c. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, disalurkan ke
sungaiatau kolam d. 3
d. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septic tankAda,
leher angsa, septic tank.
a. 0
b. 1
Sarana Pembuangan a. Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di
halaman
Air Limbah (SPAL)
b. Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber air
(jarak sumber air (jarak dengan sumber air < 10m) c. 2
c. Ada, dialirkan ke selokan terbuka d. 3
d. Ada, diresapkan dan tidak mencemari sumber air
(jarak dengan sumber air > 10m) e. 4
e. Ada, dialirkan ke selokan tertutup (saluran kota)
untukdiolah lebih lanjut.
Saran Pembuangan a. Tidak ada a. 0
b. Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada tutup b. 1
Sampah/Tempat
c. Ada, kedap air dan tidak bertutup c. 2
Sampah d. Ada, kedap air dan bertutup. d. 3
c. Perilaku Penghuni (Bobot 44)
Membuka Jendela a. Tidak pernah dibuka a. 0
Kamar Tidur b. Kadang-kadang b. 1
c. Setiap hari dibuka c. 2
Membuka jendela a. Tidak pernah dibuka a. 0
Ruang Keluarga b. Kadang-kadang b. 1
c. Setiap hari dibuka c. 2
Mebersihkan rumah a. Tidak pernah a. 0
dan halaman b. Kadang-kadang b. 1
c. Setiap hari c. 2
Membuang tinja bayi a. Dibuang ke sungai/kebun/kolam sembarangan a. 0
dan balita ke jamban b. Kadang-kadang ke jamban b. 1
c. Setiap hari dibuang ke jamban c. 2
Membuang sampah a. Dibuang ke sungai / kebun / kolam sembarangan a. 0
pada tempat sampah b. Kadang-kadang dibuang ke tempat sampah b. 1
c. Setiap hari dibuang ke tempat sampah c. 2
Kategori a. Kriteria Rumah Sehat Terpenuhi
b. Kriteria Rumah Sehat Tidak Terpenuhi
Statistics
Sex
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Perempuan 19 63,3 63,3 63,3
Laki-laki 11 36,7 36,7 100,0
Total 30 100,0 100,0
Gizi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 19 63,3 63,3 63,3
Tidak Baik 11 36,7 36,7 100,0
Total 30 100,0 100,0
Vitamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 29 96,7 96,7 96,7
Tidak Baik 1 3,3 3,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
Makanan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Jarang 20 66,7 66,7 66,7
Sering 10 33,3 33,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
66
PHBS
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 17 56,7 56,7 56,7
Tidak Baik 13 43,3 43,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
Ekonomi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Di atas rata-rata 15 50,0 50,0 50,0
Di bawah rata-rata 15 50,0 50,0 100,0
Total 30 100,0 100,0
Rumah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Terpenuhi 13 43,3 43,3 43,3
Tidak Terpenuhi 17 56,7 56,7 100,0
Total 30 100,0 100,0
Penanganan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 8 26,7 26,7 26,7
Tidak Baik 22 73,3 73,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
67
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Gizi * Diare 30 100,0% 0 ,0% 30 100,0%
Vitamin * Diare 30 100,0% 0 ,0% 30 100,0%
Makanan * Diare 30 100,0% 0 ,0% 30 100,0%
PHBS * Diare 30 100,0% 0 ,0% 30 100,0%
Ekonomi * Diare 30 100,0% 0 ,0% 30 100,0%
Rumah * Diare 30 100,0% 0 ,0% 30 100,0%
Penanganan * Diare 30 100,0% 0 ,0% 30 100,0%
Gizi * Diare
Crosstab
Diare
Kontrol Kasus Total
Gizi Baik Count 13 6 19
Expected Count 9,5 9,5 19,0
% within Diare 86,7% 40,0% 63,3%
Tidak Baik Count 2 9 11
Expected Count 5,5 5,5 11,0
% within Diare 13,3% 60,0% 36,7%
Total Count 15 15 30
Expected Count 15,0 15,0 30,0
% within Diare 100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Gizi (Baik /
9,750 1,592 59,695
Tidak Baik)
For cohort Diare = Kontrol 3,763 1,036 13,675
For cohort Diare = Kasus ,386 ,188 ,791
N of Valid Cases 30
Vitamin * Diare
Crosstab
Diare
Kontrol Kasus Total
Vitamin Baik Count 15 14 29
Expected Count 14,5 14,5 29,0
% within Diare 100,0% 93,3% 96,7%
Tidak Baik Count 0 1 1
Expected Count ,5 ,5 1,0
% within Diare ,0% 6,7% 3,3%
Total Count 15 15 30
Expected Count 15,0 15,0 30,0
% within Diare 100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
For cohort Diare = Kasus ,483 ,331 ,704
N of Valid Cases 30
Makanan * Diare
Crosstab
Diare
Kontrol Kasus Total
Makanan Jarang Count 14 6 20
Expected Count 10,0 10,0 20,0
% within Diare 93,3% 40,0% 66,7%
Sering Count 1 9 10
Expected Count 5,0 5,0 10,0
% within Diare 6,7% 60,0% 33,3%
Total Count 15 15 30
Expected Count 15,0 15,0 30,0
% within Diare 100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Makanan
21,000 2,155 204,614
(Jarang / Sering)
For cohort Diare = Kontrol 7,000 1,067 45,938
For cohort Diare = Kasus ,333 ,165 ,672
N of Valid Cases 30
PHBS * Diare
Crosstab
Diare
Kontrol Kasus Total
PHBS Baik Count 11 6 17
Expected Count 8,5 8,5 17,0
% within Diare 73,3% 40,0% 56,7%
Tidak Baik Count 4 9 13
Expected Count 6,5 6,5 13,0
% within Diare 26,7% 60,0% 43,3%
Total Count 15 15 30
Expected Count 15,0 15,0 30,0
% within Diare 100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for PHBS
4,125 ,883 19,273
(Baik / Tidak Baik)
For cohort Diare = Kontrol 2,103 ,866 5,109
For cohort Diare = Kasus ,510 ,244 1,067
N of Valid Cases 30
Ekonomi * Diare
Crosstab
Diare
Kontrol Kasus Total
Ekonomi Di atas rata-rata Count 11 4 15
Expected Count 7,5 7,5 15,0
% within Diare 73,3% 26,7% 50,0%
Di bawah rata-rata Count 4 11 15
Expected Count 7,5 7,5 15,0
% within Diare 26,7% 73,3% 50,0%
Total Count 15 15 30
Expected Count 15,0 15,0 30,0
% within Diare 100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Ekonomi
(Di atas rata-rata / Di 7,563 1,499 38,152
bawah rata-rata)
For cohort Diare = Kontrol 2,750 1,126 6,717
For cohort Diare = Kasus ,364 ,149 ,888
N of Valid Cases 30
Rumah * Diare
Crosstab
Diare
Kontrol Kasus Total
Rumah Terpenuhi Count 9 4 13
Expected Count 6,5 6,5 13,0
% within Diare 60,0% 26,7% 43,3%
Tidak Terpenuhi Count 6 11 17
Expected Count 8,5 8,5 17,0
% within Diare 40,0% 73,3% 56,7%
Total Count 15 15 30
Expected Count 15,0 15,0 30,0
% within Diare 100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Rumah
(Terpenuhi / Tidak 4,125 ,883 19,273
Terpenuhi)
For cohort Diare = Kontrol 1,962 ,937 4,106
For cohort Diare = Kasus ,476 ,196 1,155
N of Valid Cases 30
Penanganan * Diare
Crosstab
Diare
Kontrol Kasus Total
Penanganan Baik Count 7 1 8
Expected Count 4,0 4,0 8,0
% within Diare 46,7% 6,7% 26,7%
Tidak Baik Count 8 14 22
Expected Count 11,0 11,0 22,0
% within Diare 53,3% 93,3% 73,3%
Total Count 15 15 30
Expected Count 15,0 15,0 30,0
% within Diare 100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for
Penanganan (Baik / Tidak 12,250 1,268 118,362
Baik)
For cohort Diare = Kontrol 2,406 1,305 4,436
For cohort Diare = Kasus ,196 ,031 1,262
N of Valid Cases 30