Anda di halaman 1dari 12

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini akan menjelaskan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk menjawab

pertanyaan peneliti Bagaimana pengalaman orang tua dalam mengasuh anak ADHD

(Attention Deficit Hyperactivity Disorder) di Kota Malang. Hasil penelitian ini diuraikan

menjadi dua bagian. Bagian pertama menjelaskan secara singkat gambaran karakteristik

partisipan. Bagian kedua membahas analisis tematik tentang pengalaman orang tua

dalam mengasuh anak ADHD

5.1 Gambaran Karakteristik Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak

ADHD dan mengasuh sendiri anaknya serta tinggal di Kota Malang. Sebanyak

5 partisipan berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipan terdiri dari 4

perempuan dan 1 laki-laki. Usia partisipan bervariasi antara 35 tahun sampai

dengan 49 tahun dengan rata-rata 39,8 tahun. Anak yang mengalami ADHD

berusia antara 10 tahun sampai dengan 13 tahun, yang berjenis kelamin

perempuan sebanyak 3 orang sedangkan 2 orang lainnya adalah laki-laki. Dari

ke lima anak tersebut empat diantaranya mengalami ADHD murni dan 1 anak

ADHD dengan down syndrome. Anak yang mengalami ADHD itu dilahirkan 3

orang sebagai anak kedua, dan 2 orang sebagai anak pertama. Lama pengasuhan

partisipan terhadap anak ADHD memiliki rata-rata yaitu 8,2 tahun. Partisipan

yang paling lama pengasuhannya adalah 10 tahun dan yang paling pendek

pengasuhannya adalah 5 tahun.

57
58

Tabel 5.1 Karakteristik partisipan berdasarkan agama, suku, pendidikan, dan


pekerjaan di Kota Malang tahun 2016
No Karakteristik Frekuensi %
1 Agama
- Islam 5 100 %
2 Suku
- Jawa 4 80 %
- Madura 1 20 %
3 Pendidikan
1 20 %
- SD
1 20 %
- SMP 2 40 %
- SMA 1 20 %
4 - S1
Pekerjaan 4 80 %
- IRT 1 20 %
- Wiraswasta

Berdasarkan tabel 5.1 dijelaskan bahwa seluruh partisipan beragama

Islam yaitu 100%. Partisipan mayoritas berasal dari suku Jawa dan hanya satu

pertisipan yang berasal dari suku Madura. Karakteristik partisipan berdasarkan

pendidikan terakhir sangat bervariasi yaitu 1 berpendidikan SD, 1 orang

berpendidikan SMP, 2 orang berpendidikan SMA, dan 1 orang berpendidikan

S1/sarjana. Pekerjaan dari partisipan terdiri dari 4 orang sebagai ibu rumah

tangga dan 1 orang bekerja sebagai wiraswasta.

5.2 Analisis Tematik

Bagian ini secara rinci akan menjelaskan 5 tema yang tersaturasi dari

hasil wawancara mendalam dengan 5 partisipan. Tema-tema tersebut adalah 1)

prinsip dan pola asuh yang diterapkan, 2) pencapaian orang tua dalam

pengasuhan, 3) kesulitan orang tua dalam mengasuh, 4) membutuhkan

dukungan orang lain, 5) memodifikasi pengobatan. Tema yang dihasilkan

dalam penelitian ini dibahas secara terpisah untuk mengungkap makna atau arti

dari berbagai pengalaman partisipan selama mengasuh anak ADHD. Meskipun


59

dibahas secara terpisah, namun tema-tema tersebut saling berhubungan satu

sama lain untuk menjelaskan esensi pengalaman partisipan dalam penelitian ini.

5.2.1 Prinsip dan Pola Asuh yng Diterapkan

Kategori tema

Mengasuh dengan sabar

Prinsip dan pola asuh yang


Menerima dengan ihklas
diterapkan

Adanya perlakuan tegas dari


orang tua

Skema 5.2 proses analisis tema 2 tentang pengalaman orang tua dalam
mengasuh anak ADHD
Kondisi yang dialami anak ADHD menimbulkan perlakuan yang

berbeda dari anak yang normal lainnya. orang tua harus lebih sabar dan lebih

mampu menahan diri dalam mengasuhnya. Kategori yang peneliti temukan

adalah mengasuh dengan sabar, menerima dengan ihklas, dan adanya

perlakuan tegas dari orang tua.

Kategori mengasuh dengan sabar dinyatakan oleh partisipan dengan

mengatakan bahwa dalam mengasuh anak ADHD dibutuhkan kesabaran dan

orang tua juga harus paham apa yang diinginkan oleh anak. Hal ini diungkapkan

oleh partisipan sebagai berikut:

...ya harus sabar mas, pertama itu kita harus paham maunya dia itu apa. Kita
kadang gini mas, harus mengerti posisinya dia, kita maklum dia itu tidak sama
dengan kondisi anak lain, kita tidak bisa menuntut. Makanya saya itu harus
belajar dari dia, misalnya kita membayangkan seandainya kita ada di posisi dia
tidak bisa bicara, apa sih maunya, makanya kita harus lebih banyak mengenal
apa maunya dia misalnya dia pengen ngomong ini tapi gak bisa hanya pakek
tangan, hanya pakek bahasa tubuh... (P1)
60

...ya gimana ya memang sudah dikasihnya seperti itu ya kita terima aja, sabar
kita harus telaten. dicarikan jalan keluar kemana biar anaknya seperti
temantemanya, gak minder, ya gimana caranya waktu sekolah ya disekolahkan...
(P2)
...Sebenarnya ya kalau merawat ini ya tambah parah, tapi kita kan sebagai
orang tua kan harus tabah. Melatih ini harus sabar... (P3)
...kalau ayahnya malah lebih sayang daripada saya (ketawa). Saya
kadangkadang masih ada ini ya, ya memang kita harus sabar... (P4)
Kategori berikutnya adalah menerima dengan ihklas. Meskipun

keadaan anak ADHD tidaklah sama dengan anak normal lainnya, namun

partisipan mampu menerimanya dengan ihklas dan tabah. Berikut pernyataan

pertisipan:

...saya punya pemahaman begini mas. Tuhan memilih saya dengan anak yang
seperti itu karena tuhan tahu saya ini mampu, terus kalaupun yakira di beri
kekurangan dia juga pasti mempunyai kelebihan. Buktinya dia itu gak pernah
bohong, gak pernah berani sama orang tua. Tapi kalu anak yang sempurna belum
tentu mas, buktinya saya sering kok mas share ke teman-teman. Gini, ada teman
curhat saya, anakku tiga sukses semua tapi dia itu beraninya sama saya minta
ampun, yang satu kenak narkoba, yang satu korupsi, yang satu tidak pernah
pulang menengok saya. Oh ternyata saya lebih beruntung dari pada dia. Itu tok,
saya menikmati, saya ihklas menerimanya... (P1)
...ya kita sadar bahwa itu intinya amanah juga dari Allah, ya kita harus sabar
di kasih anak gini. Orang kita katanya kalau punya anak kayak Akbar ini
orang hebat katanya pas seminar waktu dulu itu. Gak semua orang tua bisa kan
gak semua orang tua telaten... (P2)
...ya pokoknya harus ihklas aja, di terima. Anak itu kan amanah. Pasti nanti
Allah itu memberikan yang terbaik, mungkin nanti ada apa kan gak tahu...
(P4)
...orang lain kalau punya anak kayak gitu kadang di buang mas. Mau
bagaimana lagi orang di kasihnya gitu sama gusti Allah... (P5)

Sedangkan kategori adanya perlakuan tegas dari orang tua,

masingmasing partisipan memiliki caranya sendiri dalam perlakuan tegasnya.

Ada yang menggunakan intonasi keras, namua ada pula yang memukul anaknya

jika sudah terlanjur emosi. Ungkapan partisipan sebagai berikut:

...alhamdulillah dia terkendali diabandingkan anak autis yang sampai


melempar, mecahin barang dia masih terkendalai, dia dibilangin 1 2 dia sudah
61

ada rasa takut agak patuh, dia tidak pernah berontak gitu loh mas kalau disuruh,
ayo kembalikan yasudah dia nurut cuma harus ada intonasi keras... (P1)
...kalau memang dia salah sama ayahnya di cubit aja, pecumakan kita
teriakteriak, bentak-bentak kan anaknya gak ngerti, jadi kalau di cubitkan
berarti itu gak boleh, kalau kita ngomel aja malah dia gak tau, gak direken gitu
loh, gak ngerespon anaknya. Jadi ya cuma dicubit tapi ya gak keterlaluan... (P2)
...ya mau diajarin ngaji waktunya juga gak ada. Jadinya saya ikutin ngaji di
mosholla, tapi saya takut dia BAB disana makanya saya kasih pampers, soalnya
BAB, kencing itu dia gak bisa sendiri makanya saya pakaikan pampers. Ya saya
ngelatihnya itu kalau dia mau pipis saya bentak suruh ke kamar mandi, namanya
juga anak yang pikirannya kurang. Kalau gak gigih begitu ya bagaimana.. ya mau
dikasihkan ke siapa juga orang anak sendiri. Makanya mau tak taruh di madura
sama neneknya tapi takut neneknya kerepotan. Sebenarnya kalu saudara-saudar
saya itu banyak yang kesini istilahnya itu mau dipondokkan, mau ngerawat...
(P3)
...kalau ayahnya malah lebih sayang daripada saya (ketawa). Saya
kadangkadang masih ada ini ya, ya memang kita harus sabar tapi kadang-kadang
kalau uda terlalu emosi kadang ya saya pukul, tapi kalau ayahnya mesti bilang
jangan main tangan mendingan omong-omongan. Tapi kadang-kadang kalau
dikasih tahu ya gitu mas. Di kasih tahu tuh ya gak bisa gimana yaa... (P4)

...Bagaimana ya mas wong anak kayak gitu. Tapi senangnya itu saya suruh apa
aja anaknya mau. Kalau saya suruh tidur ya tidur. Kalau tiap hari makannya
gak mau ya saya paksa... (P5)

5.2.2 Pencapaian Orang Tua dalam Pengasuhan

Kategori tema

Sudah lebih mandiri dan lebih Pencapaian orang tua


mengerti dalam pengasuhan

Skema 5.5 proses analisis tema 5 tentang pengalaman orang tua dalam
mengasuh anak ADHD
Pencapaian partisipan dalam mengasuh anak ADHD sangat bervariasi.

Pencapaian tersebut diperoleh partisipan melalui beberapa macam modifikasi

pengobatan, salah satunya adalah terapi. 3 dari 5 partisipan pernah menjalani

terapi selama kurang lebih 7 bulan sampai dengan 4 tahun dengan rata-rata 1

tahun 8 bulan. Anak yang lebih mandiri serta perilaku yang lebih terkontrol

menjadi suatu kemajuan yang paling banyak dicapai oleh partisipan. Hal ini

seperti dinyatakan oleh partisipan sebagai berikut:


62

iya sudah lebih mandiri, kalau dulu semua tergantung sama saya. Makan di
suapin, pipis dianteri, terus sekarang dia sudah ngerti perintah misalnya sandal
tidak pada tempatnya tanpa disuruh dia sudah mengerti... (P1)
...sekarang sudah mendingan daripada dulu, sekarang sudah agak nurut.
Sekarang kalau sudah makan terus disuruh tidur ya tidur. Ini kalau gak di tata
meskipun duduk di kursi kencing mas, tapi kalau disuruh pipis ke kamar mandi
dia nurut, terus mandi mandi sendiri, sekarang sudah jarang di beri pampers...
(P3)
...makan sendiri sudah pintar, pakai sendok sendiri. Jalannya juga gitu, 4 tahun
lebih baru bisa jalan. Sebelumnya ya ngesot, dia juga sudah terapi kemanamana...
(P4)
...iya sekarang sudah mau mandi sendiri bisa, kalau mau buang air besar itu
sudah bisa ke kamar mandi sendiri, tapi saya masih hawaatir... (P5)
Pencapaian partisipan selanjutnya dalam mengasuh anak adalah
keberhasilannya menjadikan anak lebih mampu mengendalikan diri.
Hal ini diungkapkan oleh partisipan sebagai berikut:
...alhamdulillah dia terkendali diabandingkan anak autis yang sampai
melempar, mecahin barang dia masih terkendalai, dia dibilangin 1 2 dia sudah
ada rasa takut agak patuh, dia tidak pernah berontak gitu loh mas kalau disuruh,
ayo kembalikan yasudah dia nurut cuma harus ada intonasi keras... (P1)
...cuma sekarang sudah ngak, sudah agak diam, agak mengerti... (P3)
...sekarang ini uda agak mendingan mas, dulu itu semua-semua di bantingi,
apaapa di bantingi, dibuang gitu. Kalau sekarang ini kayak ngeledek gitu lo,
misalnya bantal sama sprei sudah kita atur nanti dibukain semua sambil ketawa-
ketawa kayak ngeledekin gitu loh aduh nak mama wes capek uda dirapiin ini
sambil ketawa-ketawa gitu ngambil bantal terus di buangin lagi, sprei di anuin
lagi. Bantal kursi itu di bolak balik ngeeeng ngeeng gitu... (P4)
63

5.2.3 Permasalahan Orang Tua dalam Mengasuh

Kategori Tema

Anak tidak bisa diam

Anak sulit berkonsentrasi


Permasalahan orang tua
dalam mengasuh
Membutuhkan biaya yang
mahal

Lingkungan tidak bisa


menerima

Skema 5.1 proses analisis tema 1 tentang pengalaman orang tua dalam
mengasuh anak ADHD

Sebagaian besar partisipan mengalami permasalahan dalam mengsuh

anak ADHD. Kategori yang peneliti temukan adalah anak tidak bisa diam,

anak sulit berkonsentrasi, membutuhkan biaya yang mahal, dan

lingkungan tidak bisa menerima.

Kategori anak tidak bisa diam yang terjadi berdasarkan hasil

wawancara dengan partisipan meliputi anak kalau dirumah diamnya itu Cuma

kalau dikasih HP, temannya duduk dia tidak mau duduk, kalau ada makanan

diberantakin. Pernyataan partisipan adalah sebagai berikut:

...hiperaktifnya misalnya dia dalam keadaan duduk mas tapi tangannya ini
gak bisa diam ada aja lah itu mas, diakan nonton TV tapi tangannya gerak
terus dia gak bisa diam sreeeet diam gitu gak bisa... (P1)

...pada saat dimasukin ke PAUD usia 4 tahun, gak sama dengan temannya.
Temannya duduk dia gak mau duduk, sempat setengah tahun saya masukin ke
TK biasa tingkah lakunya itu tetap aja. Kalau temannya nulis ya ikut nulis,
kalau diajarin gurunya nulis dia mau ngikutin tapi kalau dia jenuh dia langsung
jalan-jalan lagi... (P2)

...cuma kalau ada makanan itu di berantakin,di buka-buka, di kluarin


semua... (P3)
64

...ya gak bisa diam itu, terus sering ini mas dirumahkan suka kabur-kabur itu,
pokoknya kalau pintu pager itu gak ditutup hilang anaknya. Sudah berapa kali
ini, Zaki kan sudah 2 tahunan dirumah baru yang sekarang, kalau dulu di
kakeknya kan pintu gerbangnya di tutup terus, ini saya baru 2 tahun disini itu
sudah beberapa kali kabur. Suka kabur itu mas sampai sekarang... (P4)

...kalau dirumah diamnya itu cuma kalau dikasih HP sama tidur. Kalau HP
di lepas waah... (P5)

Sedangkan kategori sulit berkonsentrasi partisipan mengungkapkan

bahwa konsentrasi anaknya hanya beberapa menit dan tidak bisa lama, serta

kalau diajak berbicara tidak bisa memperhatikan dengan baik sebagaimana

diungkapkan oleh partisipan sebagai berikut:

...konsentrasinya hanya beberapa menit gitu mas, gak bisa lama. Misalnya diajak
ngomong gitu, kalau dia pengen ngajak ngomong ya dia ngomong. Mungkin dalam
bahasa tubuh dia saya pengen mama nyanyi upin ipin, kan saya mamanya sudah
tau ya maksut dia, ya cuma melihat tatapan mata, itupun cuma beberapa menit...
(P1)

...Kesehariannya minta apa, minta makan, minta mandi ya bisa cuma kalau dia
di ajak bercakap-cakap kalau di tanyain gak mau jawab, kalau nyebutin nama
temennya satu kelas bisa dia, nyebutin nama gurunya bu Yani bisa dia, Cuma
kalau diajak bercakap-cakap sama di tanya gak mau jawab, ya cuma itu aja...
(P2)

...ya cuma pikirannya yang kurang normal itu. Kalau di ajak berbicara itu gak
nyambung. Istilahnya kalau disuruh ke barat belum tentu ke barat kadang ke
timur. Arah-arah itu masih belum tahu. Makanya itu disekolahkan butuh
pendidikan biar dilatih... (P3)
...ya bicaranya itu agak ada perkembangan, tapi motoriknya kok masih gitu-gitu
aj ya, kayak nulis itu kok masih gitu, sampai dulu gurunya sebelum guru yang ini
bilang saya itu belum menemukan cara yang tepat untuk Zaki ini mau menulis
katanya gitu bagaimana caranya supaya dia ini mau nulis kok susah sekali saya
ini masih belum nemu caranya bagaimana. Menulis itu gak bisa dan gak mau
gitu loh, sampai sama guru PLA itu gini apa mungkin dia sakit ya bu di
tangannya itu kenapa kok gak mau nulis kayak gak minat gitu kalau nulis jadi
kalau ngerjain PR itu hanya beberapa menit aja sudah mas tsudah..tsuudah
cepat bosan... (P4)
65

Kategori selanjutnya adalah membutuhkan biaya yang mahal.

Hampir seluruh partisipan mengalami kesulitan biaya dalam mengasuh anak

ADHD. Terutama bagi anggota keluarga yang ekonomi menengah kebawah.

Mereka mengharapkan ada bantuan lebih dari pemerintah, sebagaimana

diungkapkan oleh partisipan sebagai berikut:

...terus terang dulu saya takut dengan biaya soalnya pernah denger 1 bulan 800
ribu itu wes saya mundur lah apa lagi saya sek tinggal di Kediri sana, informsi
gak ada seng masuk. Yaudah, kalau mungkin saya tinggal di malang ada temen
ngasih tau gitu kan bisa mas... (P1)
...Menyembuhkan itu sebenarnya kalau terapi juga bisa, tapi sekarang terapi
juga mahal, ini saja sebenarnya masih dalam keadaan terapi tapi saya gak ada
yang ngantarkan. Kalau di rumah sakit umumkan ribet... (P2)

...kadang ada orang yang ngomong supaya diterapikan kesana-sana ya saya


nurutin. Ya tinggal dananya itu mas. Terus ada bantuan dari pemerinah itu 3
bulan sekali kan mesti ada. Dulu masih dapat Rp 250.000 kan anak dua. Terus
yang satunya belum disekolahkan kan ditanya mas sama yang bantu itu anaknya
kayak gitu ko gak disekolahkan? Biar tahu, biar ngerti anaknya kayak gitu
disekolahkan gitu mas bilangnya. Terus saya bilangnya gini waduh dapat segitu
tapi disuruh menyekolahkan biayanya ini pak saya gak punya terus dia itu
nyuruh saya, dapat sekolahan dimana aja sekolah aja gitu loh mas. Terus saya
cari sendiri sekolahan. Terus ke YPAC, ke Sri Idayu itu. Itu mahal mas. Saya
tanya Rp 3.500.000. Satu bulannya itu Rp 500.000 saya dapat dari mana gitu
loh mas. Terus yang bantu ya saya gituin mas waduh ya mahal kalau segitu
terus saya cari lagi dapatnya tuh disini. Terus langsung ke pak Is (Kepala sekolah
Kedungkandang) itu saya... (P5)

Kategori selanjutnya adalah lingkungan tidak bisa menerima.

Sebagian partisipan mengatakan bahwa lingkungan tidak bisa menerima kondisi

anaknya. Bahkan ada salah satu partisipan yang anaknya mengalami perlakuan

tidak baik dari tetangganya. Pernyataan partisipan adalah sebagai berikut:

...gini, kadangkan yakira pengen main ke tempat tetangga gitu, tapi kan yakira
itu anaknya gak bisa diam. Begitu lihat kesukaan dia, dia paling suka sama
koran, kalau ada koran itu langsung diambil di orat-arit di ambil gambar apa
yang dia suka, lah itukan punya orang toh mas, kadang orangnya itu seng gak
terima jangankan sampai rumah, kadang di depan pagar aja itu sudah gak boleh
masuk... (P1)
...gak pernah saya mainkan ke tetangga. Biasa kalau disini ya main biasa, kalau
disekolahnya main sama teman-temannya cuma kalau kelihatan jajan itu langsung
di ambil, gak minta dulu langsung aja di ambil di tempatkan di kaosnya terus di
bawa pulang. Namanya juga anak yang pikirannya gak normal mas. Tapi kalau
66

toko-toko disni sudah mengerti mas soalnya sudah tak kasih tahu. Soalnya
anaknya ini biasanya langsung ngambil gak ngomong dulu kalau orang yang
normalkan ngomong dulu mau beli jajan kan gitu. Tapi kalau ini lihat jajan
itu langsung di ambil makanya itu pikiranya kan kurang cerdas... (P3)
...ya kitakan maunya seperti anak-anak yang normal, tapi ya untungnya temana-
temannya tatangga itu ya anu, kan biasanya ada ya saya dengar cerita ibu-ibu itu
ada yang di kerjain, di bulli apa gitu sama tetangga. Zaki waktu di kakeknya
gitu mas, itu tambah di takut-takuti, Zaki kan misalnya takut kalau dikasih
daun gini-gini, takutnya itu saya juga gak tahu kenapa mungkin dikiranya ulat
sama Zaki, kan teriak-teriak itu malah tambah di anuin sama temen-temennya
dulu di kakeknya tambah di takuti gini-gini sama anak-anak itu... (P4)
...Tetangganya gak ada yang suka. Gak suka sama Iza, tapi Iza jarang main
ke tetangga..... Kalau Iza manggil-manggil tetangganya tapi tetangganya gak ada
yang mau merespon... (P5)

Partisipan ke 2 menjelaskan bahwa tetangga bisa menerima kondisi

anaknya, namun anak partisipan jarang main ke tempat tetangga karena di

lingkungan partisipan jarang anak yang berusia sebaya dengan anaknya

partisipan. Hal ini berbeda dengan pengalaman partisipan lainnya yang telah

diungkapkan diatas. Penjelasan partisipan ke 2 adalah sebagai berikut:

...nerima sih, cuman orang kadang ngelihat kan kelihatan beda, ya akhirnya kan
nanyak, tapi Akbar ini jarang keluar rumah mas, disitukan jarang anak kecil.
Jadi ya kesehariannya hanya mainan sama adeknya di rumah, jarang keluar.
Kadang diajak kakaknya mainan keluar ke rumah tetangga tapi gak mau, dia
mendingan nonton TV... (P2)

5.2.4 Membutuhkan Dukungan Orang Lain

Kategori Tema

Dukungan keluarga
Membutuhkan dukungan
orang lain
Dukungan teman

Skema 5.3 proses analisis tema 3 tentang pengalaman orang tua dalam
mengasuh anak ADHD
Ada berbagai macam cara dan dukungan yang dapat mempengaruhi

keberhasilan partisipan dalam mengasuh anak ADHD. Kategori yang peneliti


67

temukan adalah adanya dukungan keluarga dan dukungan teman. Kategori

dukungan keluarga merupakan dukungan yang bersumber dari suami, isteri,

tante, kakek maupun nenek sangat besar pengaruhnya pada partisipan selama

mengasuh anak ADHD, hal ini seperti pernyataan partisipan sebagai berikut:

...motifasi saya ya support dari keluarga, yang selalu mendukung sehingga saya
menjadi lebih sabar... (P1)
...ya motivasinya itu kadang dari dorongan suami. Pokoknya jangan putus asa
dalam mengasuhnya... (P2)
...kalau ayahnya malah lebih sayang daripada saya (ketawa). Saya
kadangkadang masih ada ini ya, ya memang kita harus sabar tapi kadang-kadang
kalau uda terlalu emosi kadang ya saya pukul, tapi kalau ayahnya mesti bilang
jangan main tangan mendingan omong-omongan. Tapi kadang-kadang kalau
dikasih tahu ya gitu mas. Di kasih tahu tuh ya gak bisa gimana yaa... (P4)
Kategori selanjutnya adalah dukungan teman, dukungan yang

diberikan oleh teman partisipan dalam penelitian ini adalah support dan

informasi yang sangat membantu bagi partisipan dalam megasuh anak. Berikut

pernyataan partisipan:

...saya banyak bertanya dengan teman-teman gitu, awalnya saya gak ngerti begitu
saya kenal dengan orang dia tuh punya kelebihan khusus bak, dia itu sebenernya
anak pinter kok ada support gitu terus saya di ajak ke SLB kamu tidak
sendirian itu banyak teman terus ternyata wali murit itu menerima saya. Dia
(Yakira) itu juga gak mau diciptakan seperti ini, dia juga minta sempurna tapi
kalau tuhan sudah berkehendak lain kita mau bagaimana. Itu awalnya saya
mulai terbuka lalu saya sekolahkan dia... (P1)
...saya juga sering komunikasi sama ibunya teman-teman yang sama-sama
mengalami kondisi kayak saya. Kendalanya sama... (P2)
...ya curhat-curhatan sama ibu-ibu aja sudah, seringnya gitu. Sering bagi-bagi
pengalaman. Zaki kan suka kabur-kabur gitu. Begitu pintu di buka yasudah dia
keluar. Tapi sekarang sudah agak berubah, kata bu Alifi dia sudah mau anteng
duduk bu dulu kan dia jalan terus di kelas, gak pernah duduk anteng... (P4)
68

5.2.5 Memodifikasi Pengobatan

Kategori tema

Dibawa berobat kemana saja Memodifikasi pengobatan

Skema 5.3 proses analisis tema 4 tentang pengalaman orang tua dalam
mengasuh anak ADHD

Berbagai macam cara telah dilakukan oleh orang tua untuk mengobati

anak ADHD, seluruh partisipan melakukan modifikasi pengobatan terhadap

anaknya. Pengobatan yang pernah dilakukan oleh partisipan sangat bervariasi,

seperti di bawa berobat ke dokter spesialis, di bawa terapi, di pijat, bahkan ada

pula yang dibawa berobat ke kyai, habib serta dikasih panas sama batu giok

sebagaimana seperti diungkapkan oleh partisipan berikut:

...ya kalau ke dokter itu harus yang ke spesialis mas, kalau di bawa ke bidan
itu sudah gak bisa. Kendala saya ya gitu mas, kan sering to mas Panti Nirmala
itu sampe hafal semua... (P1)
...di kasih obat sama terapi, tapi terapinya itu baru saja dilakukan pada saat
dia baru masuk SDLB Sumber Dharma... (P2)
...Ini perkembangannya sudah banyak, saya berobat gak cuma ke dokter, ke
habib ke kiyai, ke dukun juga sudah, jadi ya sudah mendingan. Di gadang ada
tempat berobat itu saudaraku sendiri. Orang lumpuh, orang gak bisa bicara,
tangannya patah aja bisa sembuh. Cuma ini yang gak ada hasilnya. Ini sampai di
jaga setiap malam, orangnya sampai kesini jam 12 sampe jam 1 malam itu, tapi
memang gak ada hasilnya... (P3)
...Soalnyakan tumbuh kembangnya memang lambat smuanya. Jadi mulai dari
jalannya telat, umur 4 tahunan. Bicaranya ya juga sampai sekarang masih seperti
ini ya, masih satu-satu, merangkai kalimat itu masih susah, jadi mita makan gitu
gak pernah maeem maem gitu aja, susah merangkai. Terus yaitu waktu
hiperaktifnya itu kan, ini kan uda agak berubah hiperaktifnya soalnya pernah
diterapi juga di YPAC, zaki dulu ikut terapi wicara, terapi okupasi, terapi autis
juga untuk perilaku hiperaktifnya itu... (P4)
...terapinya cuma di kasih panas sama batu giok itu. Satu bulan Rp 200 ribu,
pulang perginya itu mas..... Jadi gak pernah lepas gitu, tapi kok gak ada
perkembangannya gitu loh saya terapikan gitu... (P5)

Anda mungkin juga menyukai