Pendahuluan
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Diturunkannya kasus baru kusta di wilayah kerja Puskesmas Legok
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya lokasi kasus kusta di wilayah kerja Puskesmas Legok
2. Diketahuinya masalah-masalah yang menyebabkan timbulnya kasus baru kusta di
Puskesmas Legok
3. Diketahuinya intervensi sebagai alternatif pemecahan masalah jangka pendek dan
memiliki daya ungkit yang besar dalam menunjang tujuan jangka menengah dan jangka
panjang yang diharapakan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Suatu metode dan prosedur dalam mendiagnosis penyakit atau masalah di suatu
masyarakat yang terjadi pada suatu waktu dan tempat serta penularannya yang bersifat
endemik, pandemik, sporadik, dan pandemik merupakan suatu diagnosis komunitas.1
2.1.2 Prinsip
Diagnosis komunitas memiliki suatu konsep dasar yaitu paradigma Blum, dimana
bagian dari paradigma Blum faktor-faktor yang mempengaruhi suatu derajat kesehatan
meliputi genetik, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, pendidikan, pekerjan, dan
lainnya), pelayanan kesehatan dan perilaku kesehatan.2
1. Demografi, seluruh angka - angka yang penting perlu di teliti dan diketahui
2. Sebab-sebab terjadinya morbiditas/mortalitas berdasarkan faktor kelompok umur
serta jenis kelamin.
3. Pemanfaatan pelayanan kesehatan yang termasuk didalamnya kesehatan ibu dan
anak
4. Pola gizi, pemberian makanan pada anak, dan pertumbuhan pada anak sebelum
sekolah dan sudah sekolah
5. Keadaan dalam komunitas, kebudayaan dan sosial ekonomi
6. Pola-pola kepemimpinan dan komunikasi dalam komunitas
7. Kesehatan mental dan dinilai sebab sebab umum terjadinya stres
8. Kondisi lingkungan, yang difokuskan pada penyediaan air, pemukiman tempat
tinggal dan vektor - vektor penyakit
9. Pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat yang berkaitan dengan kegiatan
yang berhubungan dengan kesehatan
10. Epidemiologi yang terperinci dari setiap kondisi endemik
11. Pelayanan dan sumber-sumber yang ada untuk perkembangan di bidang pertanian,
peternakan dan pelayanan sosial
12. Derajat keterlibatan masyarakat dalam menanggulangi kesehatan termasuk dukun
atau pengobatan tradisional
13. Sebab terjadinya kegagaglan pada program kesehatan masa lalu dan kesulitan
yang terjadi untuk menjalankan program.
Dalam suatu proses diagnosis komunitas diperlukan adanya interaksi dengan
komunitas, suatu perencanaan survei secara terperinci, metode pengujian awal,
pelaksaaan survei, dan analisis dari seluruh hasil survei.1
2.2.2 Epidemiologi
Cara penuluran Kusta sendiri hingga sekarang tidak dapat diketahui dengan jelas,
kontak langsung merupakan teori klasik yang paling memungkinkan.Teori lain
menyebutkan penularan dapat melalui inhalasi dikarenakan bakteri M.leprae dapat hidup
dalam droplet hingga beberapa hari. Masa inkubasi bakteri ini memiliki rentang waktu
yang sangat panjang antara 40 hari 40 tahun, tetapi data menunjukan paling sering hanya
beberapa tahun dengan rata-rata 3,5 tahun.4
Kasus baru pada tahun 2011 sekitar 219.075 menurut World Health Organization
(WHO) dimana paling banyak terdapat di regional Asia Tenggara ( 160.132 ). Negara di
Asia Tenggara dengan jumlah penderita Kusta terbanyak ialah India dengan jumlah
127.295 orang, sedangkan Indonesia menududuki peringkat kedua terbanyak di Asia
Tenggara dengan 20.023 orang.5,6
Faktor yang sangat berperan dalam penyebaran penyakit Kusta adalah lahir di
daerah endemik, paparan lingkungan, genetik, dan kemiskinan. Perlu diperhatikan bahwa
patogenesis, cara penularan dan sistem imunitas tiap manusia juga sangat berpengaruh
terhadap penyabaran penyakit ini. Semakin rendah ekonomi seseorang, dapat sangat
berpengaruh terhadap derajat dan komplikasi dari Kusta8.
2.1 Tabel Angka Insidensi Penyakit (di Luar Regional Eropa)
Regional WHO Jumlah kasus baru Jumlah kasus Kusta yang
terdaftar (prevalensi)
Afrika 12.673 15.006
Amerika 36.832 34.801
Asia Tenggara 160.132 117.147
Mediterania Timur 4.346 7.368
Pasifik Barat 5.092 7.619
Total 219.075 181.941
Sumber: World Health Organization, 2012
2.2.3 Etiologi
Penyakit kusta disebabkan oleh kuman yang dimakan sebagai Mycrobacterium
leprae yang ditemukan oleh G. Armanuer Hansen pada tahun 1874 di Norwegia.4
Mycrobacterium leprae adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang,
berukuran panjang 3-8 m dan lebar 0,2-0,5 m, biasanya berkelompok dan ada yang
tersebar satu-satu, hidup dalam sel terutama jaringan bersuhu dingin dan tidak dapat
dikultur dalam media buatan. Kuman ini mempunyai afinitas yang besar pada sel saraf
(Schwann cell) dan sel dari sistem retikuloendotelial. Kuman ini juga dapat menyebabkan
infeksi sistemik pada binatang armadilo.4
Usia
Data umur pada saat timbulnya penyakit mungkin tidak menggambarkan
resiko spesifik umur. Karena pada penyakit kronik seperti kusta, kejadian
penyakit sering terkait pada umur saat diketemukan dari pada saat timbulnya
penyakit.8,9
Penyakit ini dapat menyerang semua umur, tetapi anak-anak lebih rentan
dari pada dewasa. Di Indonesia penderita anak-anak di bawah umur 14 tahun
didapatkan 13%, tetapi anak di bawah 1 tahun sangat jarang.8
Saat ini usaha pencatatan penderita di bawah usia 1 tahun penting dilakukan
untuk mencari kemungkinan ada tidaknya kusta kongenital. Frekuensi tertinggi
terdapat pada kelompok umur antara 25-35 tahun.8,9
Jenis kelamin
Kusta dapat mengenai laki-laki dan perempuan. Namun pada perempuan
kejadiannya relatif lebih rendah. Hal ini mungkin terjadi karena laki-laki lebih
banyak terpapar dengan faktor resiko sebagai gaya hidupnya yang mempunyai
mobilitas yang lebih tinggi dibandingkan perempuan.8,9
Etnik dan suku
Bangsa Asia dan Afrika lebih banyak terkena penyakit kusta, hal ini dapat
disebabkan karena faktor predisposisi genetik yang berbeda. Di Myanmar
kejadian kusta lebih sering terjadi pada etnik Burma dibandingkan etnik India. Di
Malaysia kejadian kusta lebih banyak terjadi pada etnik China dibandingkan etnik
Melayu atau India. Sementara di Indonesia, etnik Madura dan Bugis lebih banyak
menderita kusta dibandingkan etnik Jawa ataupun Melayu.8,9
Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi sangat berperan pada kejadian kusta. Dengan adanya
peningkatan ekonomi, maka kejadian kusta sangat cepat menurun bahkan hilang.2
Umumnya negara-negara endemis kusta adalah negara dengan tingkat sosial
ekonomi rendah, seperti Asia, Afrika dan Amerika latin.9
2.2.5 Patogenesis
Pada tahun 1960 sebuah penelitian melakukan percobaan terhadap mencit untuk
mengetahui patogenesis dari penyakit Kusta dimana didapatkan hasil bahwa untuk pada
mencit yang sistem imunnya dilemahkan, didapatkan bahwa daerah yang lebih dingin
terisi oleh sel granuloma. Penelitian lain mendapatkan bahwa daya invasi dari bakteri ini
sangatlah rendah dan mebutuhkan jumlah yang optimal untuk berkembang biak dan
menyebabkan suatu penyakit. Sistem imunitas sangat berperan penting pada penyakit
Kusta ini, dimana ditemukan bukan karena jumlah bakteri yang banyak akan
menyebabkan gejala penyakit ini berat, tetapi pengaruh sistem imunlah yang
menyebabkan penyakit ini menjadi berat bahkan hingga menimbulkan komplikasi.
Apabila sistem imun mampu melawan bakteri ini, maka penyakit ini dapat sembuh
sendiri. Oleh karena itu penyakit Kusta disebut juga penyakit imunologik.4,11
Ketidakseimbangan antara derajat infeksi dengan derajat penyakit, tidak lain
disebabkan oleh respon imun yang berbeda, yang menggugah timbulnya reaksi
granuloma setempat atau menyeluruh yang dapat sembuh sendiri atau progresif. Oleh
karena itu penyakit kusta dapat disebut sebagai penyakit imunologik. Gejala klinis lebih
sebanding dengan tingkat reaksi selularnya daripada intensitas infeksinya.11
Meskipun cara masuk M.leprae ke dalam tubuh masih belum diketahui dengan
pasti, beberapa penelitian telah memperlihatkan bahwa yang tersering ialah melalui kulit
yang lecet pada bagian tubuh yang bersuhu dingin dan melalui mukosa nasal. Pengaruh
M.leprae terhadap kulit bergantung pada faktor imunitas seseorang, kemampuan hidup
M.leprae pada suhu tubuh yang rendah, waktu regenerasi yang lama, serta sifat kuman
yang avirulen dan nontoksik.11
2.2.8 Pengobatan
Tujuan utama program pemberantasan kusta adalah memutus rantai penularan
untuk menurunkan insiden penyakit, mengobati dan menyemuhkan penderita dan
mencegah timbulnya cacat. Untuk mencapai tujuan tersebut sampai sekarang strategi
pokok yang dilakukan masih didasarkan atas deteksi dini dan pengobatan penderita yang
tampaknya masih merupakan dua hal penting Pengobatan yang disarankan sejak tahun
1981 oleh WHO adalah Multi Drugs Therapy (MDT) dimana pengobatan berisi
kombinasi Dapson, Klofazimin, dan Rifampisin. Tahun 1998, WHO mengeluarkan
antibiotik lain untuk alternatif yaitu Oflosaksin, Minosiklin, dan Klaritomisim.10
2.2.10 Komplikasi
Tipe Kusta tuberkuloid paling sering menyebabkan kerusakan tulang terutama
pada tangan dan kaki dari trauma yang berulang. Kerusakan pada hidung dapat juga
terjadi yang menimbulkan saddle nose deffect. Iktiosis, atrofi pada testis yang
menyebabkan disfungsi ereksi sampai kemandulan, dan ulkus kaki yang disebabkan
rusaknya sistem saraf sensorik dan menyebabkan trauma berulang yang tidak dapat
dirasakan. 16
Neuropati menyebabkan pemendekan pada jari-jari kaki atau deformitas pada
seseorang diawali otot-otot yang menjadi lebih lemah dan menggangu kegiatan sehari-
hari. Reaksi Kusta yang berulang sendiri dapat menyebabkan sistem imun tubuh dapat
terganggu yang mangakibatkan kerusakan pada saraf lebih lanjut dan lesi akut. Beberapa
penelitian menyebutkan komplikasi Kusta dapat menyebabkan seseorang mangalami
glaukoma sampai kebutaan. Pada kasus yang lebih parah Kusta dapat menimbulkan
gangguan ginjal sampai gagal ginjal dan kematian.12,14,16
Gejala :
1. Kelainan Kulit
a. Lesi/ Bercak
Hipopigmentasi
2. Gangguan Saraf
Kusta a. Anestesi/
hipoanestesi/
hiperanestesi
b. Atropi
c. Anhidrosis
d. Alopesia
Komplikasi :
1. Gangguan Saraf
2. Gangguan Mata
3. Kecacatan
4. Kematian
5. Reaksi Kusta
Memperhatikan pada peta diatas, secara geografis wilayah kerja Puskesmas Legok bukan
merupakan daerah perbukitan, melainkan daerah dataran yang stabil dan mudah dilalui
dengan berbagai alat transportasi.
3.2 Data Epidemiologi
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas legok, pada tahun 2014
dilaporkan adanya kasus Kusta tipe MB sebanyak 3 kasus. Tahun 2015 kasus Kusta
meningkat dua kali lipat sebanyak 6 kasus Kusta dengan jumlah 1 kasus lama dan 5 kasus
baru.5 Tahun 2016 terdata sebanyak 3 kasus MB dan 3 kasus Kusta PB dari seluruh desa
di wilayah kerja Puskesmas Legok, hingga April 2017 terdata adanya 1 kasus kusta PB
dan 2 kasus Kusta MB dan 4 suspect Kusta.
Terdapat lima desa yang berada di dalam wilayah kerja Puskesmas Legok. Desa
Babakan menjadi desa dengan jumlah penyumbang penderita Kusta terbanyak di
Kecamatan Legok. Mulai tahun 2016 hingga 2017 telah terdata 4 orang warga positif
menderita Kusta dan 2 orang lainnya menjadi suspect Kusta.
0
Babakan Legok Rc.Gong S.Wetan Palasari Jumlah
2016 3 0 1 1 1 6
2015 1 1 0 0 1 3
b. Non fisik
- Biologis : masyarakat banyak yang mempunyai ternak ayam
Social,ekonomi
- Social: hubungan masyarakat antar tetangga baik
- Masyarakat umumnya kerja di pabrik
- Ekonomi: Masyarakat banyak yang berasal dari sosio-ekonomi
menengah kebawah
- Budaya : Warga menganggap bahwa kusta merupakan penyakit
kutukan dan penyakit keturunan
- Banyak warga yang mengganggap kusta merupakan aib yang harus
ditutup-tutupi
Tingginya Jumlah
Penderita Kusta di Medical Care
Lingkungan Wilayah Kerja Puskesmas Services
Legok
Perilaku
- Sebanyak 20% responden tidak peduli jika orang disekitarnya terkena
kusta
- Sebanyak 80% responden tidak mau melakukan pemeriksaan kusta
- Sebanyak 80% responden menjauhi pasien kusta
4.2 Skema Fishbone
Teknik pemecahan masalah dilakukan dengan teknik fishbone.
Sikap Perilaku
Tingginya
Jumlah
Penderita Kusta
LIFESTYLE di wilayah
kerjaPusksemas
Legok
Pengetahuan yang kurang
Kurangnya pengetahuan mengenai
dari tanda dan gejala awal
penyebab penyakit kusta
Kusta
Pengetahuan
Intervensi II
Tujuan
Tujuan
Kegiatan /
Masukan Pendek Menengah Panjang
Intervensi
(6 minggu) (1 tahun) (5 tahun)
Man 3 dokter Melakukan Tidak Berkurangn Berkuran
muda anamnesa menggunaka ya insidensi gnya
Money Rp. 300.000,- dan n handuk alat kusta di prevalens
Material Buku jadwal pemeriksaan mandi dll RT02/RW0 i kusta
PMO screening secara 6 Desa Dicegah
Obat kusta untuk bersamaan babakan nya
Kapas dan mencari Pasien kusta Meningkat insidensi
tusuk gigi tanda-tanda yang kan angka kusta di
Methods Kapas dan kusta pada mempunyai kesembuha RT02/
tusuk gigi keluarga keluhan di n kusta RW06De
Menentukan rujuk sa
pemilihan kepuskesmas babakan
pemegang legok untuk
PMO dilakukan
Memberika pemeriksaan
n buku dahak
jadwal
minum obat
Memberika
n handuk
Tabel 10
Perencanaan Intervensi
Pembukaan Kegiatan
Pre test
Pembagian leaflet
Penyuluhan
Post test
Pembukaan Kegiatan
pemegang program kusta dan kader membagi warga yang telah mengikuti penyuluhan
menjadi berpasangan
warga yang telah mengikuti penyuluhan melakukan simulasi yg diawasi oleh pemegang
program dan kader kesehatan
penutupan
Menjelaskan PMO dan pemberian buku jadwal obat (Pengawas Menelan Obat)
Penutup
6.3. Monitoring
CHECK DO
Mengevaluasi kegiatan yang dihadiri 67 Melakukan kegiatan penyuluhan tentang ayo
warga desa babakan pada tanggal 27 temukan bercak jadikan keluarga sebagai
april 2017 pukul 09.00 11.00 WIB penggerak pencegahan kusta berupa
Alat yang digunakan: proyektor, Pre-test
powerpoint, lcd,mik,snack, souvernir Pembagian foto copy powerpoint dan
Rata-rata peningkatan hasil pretest dan leftlet
posttest adalah 34,33% (lebih dari 20%) Penyuluhan
Tempat penyuluhan kurang kondusif Sesi Tanya jawab
karna banyaknya peserta yang Post-test
mengikuti penyuluhan melebihi Pembagian snack dan minuman
kapasitas Pembagian hadiah untuk peserta yang
bisa menjawab pada saat sesi jawab
Gambar 6.5 PDCA CycleIntervensi 1 :Penyuluhan tentang Kusta kepada Warga Desa
Babakan
Untuk kegiatan berikutnya agar dapat kusta dengan target pencapaian 100% pada
CHECK DO
Mengevaluasi kegiatan demonstrasi Melakukan kegiatan demonstasi screening
yang diikuti 67 warga desa babakan pada dan simulasi screening tes kulit kusta dengan
tanggal 27 april 2017 pukul 11.00 baik dan benar
11.30 WIB Melakukan demonstrasi screening tes
Kurang nya pemegang program dan kulit kusta oleh dokter muda
kader kesehatan dalam memantau Bidan dan kader membagi warga
warga pemeriksaan screening dengan berpasangan yang telah mengikuti
Jumlah yang diperiksa sebanyak 67 penyuluhan
warga Warga yang berpasangan bergantian
Hasil: tidak ditemukan Jumlah suspect melakukan simulasi tes kulit (screening)
kusta pada warga Desa Babakan yang kusta di bantu oleh pemegang program
datang 67 dari 50 warga. ( 15 warga ) kusta dan kader kesehatan
Gambar 6.6 PDCA CycleIntervensi II Screening tes kulitkusta yang dilakukan oleh
warga yang mengikuti penyuluhan diawasi satu orang kader dan satu orang
pemegang program kusta
CHECK DO
Mengevaluasi kegiatan anamnesa Melakukan anamnesa dan screening
pasien kusta hanya 22 orang yang obat dan informasi tentang penyakit
kusta
Gambar 6.7 PDCA Cycle Intervensi III :Melakukan kunjungan kepada enamkeluarga
penderita Kusta di Desa Babakan 02/06 dan melakukan screening kepada anggota
keluarga pasien
7.2.2.Intervensi II :Screening tes kulit kusta yang dilakukan oleh warga yang telah
mengikuti penyuluhan dan diawasi oleh satu orang pemegang program kusta dan
satu orang kader kesehatan
Metode yang digunakan dalam evaluasi program ini menggunakan Pendekatan Sistem
Environment
Input : Process :
- Man - Planning
- Money - Organizing Output Outcom Impact
- Material - Actuate e
- Method - Controlling
Feedback
Controlling
1. Mengevaluasi hasil 1. Adanya evaluasi 1. Terlaksananya 1. Tidak ada
pre-test dan post-test hasil pre-test dan evaluasi hasil
sesuai dengan post-test sesuai pre-test dan
jawaban yang benar dengan jawaban post-test
yang benar
3. Output
1. Input
Man
1. Dokter muda 1. 3 orang 1. 3 orang 1. Tidak ada
2. Ibu pemegang 2. 1 orang 2. 1 orang 2. Tidak ada
program kusta 3. 1 orang 3. 1 orang 3. Tidak ada
3. Kader
kesehatan
Money
Tidak ada
1. Alat simulasi Rp. 10.000,- Rp. 10.000,-
(kapas dan Sumber : dana Sumber : dana bersama
tusuk gigi) bersama
Material
1. Alat simulasi 1. 67 kapas linting 1. 67 kapas linting 1. Tidak ada
(kapas dan dan 67 tusuk gigi dan 67 tusuk gigi 2. Tidak ada
tusuk gigi) 2. 1 buah 2. 1 buah 3. Tidak ada
2. Mic 3. 67 buah 3. 67 buah
3. Bullpen
Method
Intervensi 2 Intervensi 2 Intervensi 2 Intervensi 2
1. Informed 1. Adanya informed 1. Terlaksananya 1. Tidak ada
consent lisan consent lisan informed consent 2. Tidak ada
2. Mendemonstra 2. Adanya lisan 3. Tidak ada
sikan tentang demonstrasikan
2. Terlaksananya 4. Tidak ada
pemeriksaan tentang
screening pemeriksaan demonstrasikan 5. Tidak ada
kusta oleh screening kusta tentang 6. Tidak ada
dokter muda 3. Adanya pemeriksaan
3. Membagi pembagian warga screening kusta
warga menjadi menjadi 3. Terlaksananya
berpasangan berpasangan pembagian warga
4. Warga 4. Adanya warga
menjadi
melakukan melakukan
simulasi simulasi berpasangan
pemeriksaan pemeriksaan 4. Terlaksananya
screening kusta warga melakukan
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 53 Page 53
No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Kesenjangan
Controlling
1. Mengevaluasi hasil 1. Semua warga 1. Dilakukan 2. Tidak ada
demonstrasi dan Desa Babakan
simulasi 02/06 mengerti
pemeriksaan tentang
screening kusta pemeriksaan
warga Desa Babakan screening kusta
02/06 dengan cara
obeservasi oleh
dokter muda
3. Output
1. Input
Man
1. Dokter muda 1. 3 orang 1. 3 orang 1. Tidak ada
2. Petugas 2. 1 orang 2. 1 orang 2. Tidak ada
puskesmas
Money
Material
1. Alat simulasi 1. 30 kapas linting 1. 30 kapas linting 1. Tidak ada
(kapas dan dan 30 tusuk gigi dan 30 tusuk gigi 2. Tidak ada
tusuk gigi) 2. 6 buku PMO 2. 6 buku PMO
2. Buku PMO
Method
Intervensi 3 Intervensi 3 Intervensi 3 Intervensi 3
1. Informed 1. Adanya Informed 1. Informed consent 1. Tidak ada
consent lisan consent lisan lisan terlaksana 2. Tidak ada
2. Kunjungan 2. Adanya kunjungan 2. Terlaksananya 3. Tidak ada
kepada 6 kepada 6 keluarga kunjungan kepada 6 4. Tidak ada
keluarga pasien pasien kusta keluarga pasien 5. Terlaksana
kusta 3. Adanya kusta
3. Pemeriksaan pemeriksaan 3. Terlaksananya
screening pada 6 screening pada 6 Pemeriksaan
anggota anggota keluarga screening pada 6
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 56 Page 56
No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Kesenjangan
Organizing
1. Mencari materi 1. Adanya materi 1. Tersedianya materi 1. Tidak ada
tentang pemeriksaan tentang tentang pemeriksaan 2. Tidak ada
screening kusta oleh pemeriksaan screening kusta 3. Tidak ada
dokter muda screening kusta 2. Tersedianya buku 4. Tidak ada
2. Pembuatan buku PMO 2. Adanya buku PMO PMO 5. Tidak ada
oleh dokter muda 3. Adanya alat yang 3. Tersedianya alat
3. Pencarian alat yang diperlukan yang diperlukan
diperlukan oleh dokter 4. Adanya jadwal 4. Tersedianya jadwal
muda kunjungan keluarga kunjungan keluarga
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 57 Page 57
4. Pembuatan jadwal pasien kusta di pasien kusta di Desa
kunjungan keluarga Desa Babakan Babakan 02/06
pasien kusta di Desa 02/06 5. Tersedianya ijin
Babakan 02/06 oleh 5. Adanya ijin kepada kepada keluarga
dokter muda keluarga pasien pasien kusta
5. Permohonan ijin kusta
kepada keluarga
pasien kusta oleh
dokter muda
Actuating
1. Melakukan inform consent 1. Adanya inform 1. Terlaksananya 1. Tidak ada
secara lisan kepada consent secara inform consent 2. Tidak ada
keluarga pasien kusta untuk lisan kepada secara lisan kepada 3. Tidak ada
4. Tidak ada
dilakukan anamnesa dan keluarga keluarga pasien
pemeriksaan screening pasien kusta kusta untuk
kusta untuk dilakukan
2. Melakukan anamnesa dilakukan anamnesa dan
tentang penyakit kusta pada anamnesa dan pemeriksaan
keluarga pasien kusta pemeriksaan screening kusta
3. Melakukan pemeriksaan screening 2. Terlaksananya
screening kusta pada kusta anamnesa tentang
keluarga pasien kusta 2. Adanya penyakit kusta pada
4. Menentukan PMO, anamnesa keluarga pasien
menjelaskan tentang isi tentang kusta
buku PMO dan memberi penyakit kusta 3. Terlaksananya
buku PMO pada keluarga pada keluarga pemeriksaan
pasien kusta pasien kusta screening kusta
3. Adanya pada keluarga
pemeriksaan pasien kusta
screening kusta 4. Terlaksananya
pada keluarga penentuan PMO,
pasien kusta penjelasan tentang
4. Adanya isi buku PMO dan
penentuan pemberian buku
PMO, PMO pada
penjelasan keluarga pasien
tentang isi kusta
buku PMO dan
pemberian
buku PMO
pada keluarga
pasien kusta
5. Feedback
Hasil output - Digunakan - Digunakan - Tidak ada
dijadikan sebagai
umpan balik
kepada
puskesmas
6. Impact
Tujuan jangka Belum dapat dinilai
menengah dan
jangka panjang
9.1. Kesimpulan
Data yang didapatkan dari Puskesmas Legok menunjukkan bahwa di Desa Babakan pada
tahun 2015 terdapat 3 kasus dari total 5 kasus. Tahun 2016 ditemukan sebanyak 2 kasus
Kusta dari total 5 kasus di Desa Babakan. Dua dari lima pasien merupakan anak usia 20-
40 tahun dimana pasien tersebut bertempat tinggal di Desa Babakan. Tahun 2017, 3
kasus Kusta yang terdapat di Desa Babakan terdiagnosis sebagai Kusta Multibasilar.
Cukup banyaknya angka kejadian Kusta di lingkungan Desa Babakan, maka dipilihlah
desa babakan tersebut sebagai scope tempat dilakukannya intervensi.
1. Masalah-masalah penyebab yang menyebabkan peningkatan insiden Kusta di
wilayah kerja Puskesmas Legok adalah :
Kurangnya kegiatan promotif dan preventif penyakit Kusta dari tenaga
kesehatan terutama mengenai tanda awal, pemeriksaan, pencegahan, biaya
pengobatan hingga komplikasi dari Kusta.
2. Intervensi sebagai bagian dari alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan
dalam jangka pendek dan memiliki daya ungkit yang besar dan menunjang tujuan
jangka menengah dan jangka panjang di harapkan
Melakukan penyuluhan tentang Kusta
Melakukan demonstrasi pemeriksaan screening kusta simulasi yang
dilakukan oleh warga yang telah mengikuti penyuluhan diawasi oleh
pemegang program kusta dan kader kesehatanMelakukan cross check
terhadap suspectKusta
Melakukan kunjungan 6 keluarga pasien kusta anamnesis, pemeriksaan
screening kust terhadap pasien dan keluarga pasien yang terdiagnosis Kusta