Anda di halaman 1dari 76

BAB 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Diagnosis komunitas adalah kegiatan untuk menentukan adanya masalah dengan cara
pengumpulan data di lapangan1. Menurut WHO, diagnosis komunitas adalah penjelasan
secara kuantitatif dan kualitatif mengenai kondisi kesehatan di komunitas serta faktor
yang mempengaruhi kondisi kesehatannya.2,3
Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah
Mycobacterium leprae yang bersifat intraselular obligat.. Bakteri ini mengalami proses
pembelahan cukup lama antara 23 minggu. Penyakit kusta selalu dikaitkan dengan
kondisi ekonomi yang rendah serta sanitasi yang buruk.4 Penatalaksanaan kasus yang
buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen
pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata.4
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) yang diperoleh dari 138
negara, prevalensi kusta di akhir tahun 2015 didapatkan 176.176 kasus (0.2 kasus per
10.000).5 Kasus baru dilaporkan secara global sebesar 199.992. Dari jumlah tersebut
paling banyak terdapat di regional Asia Tenggara (130.132), diikuti regional Amerika
(36.832), regional Afrika (12.673) dan sisanya berada di regional di dunia. Pada Asia
Tenggara jumlah kasus terbanyak pada Negara India dengan 107.295 diikuti oleh
Indonesia 20.160 kasus.5Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan (Kemenkes) pada
tahun 2015 prevalensi kusta sebesar 20.160 (7,89 per 10.000) angka tersebut naik dari
2014 dimana prevalensinya 19.949. Berdasarkan bebannya, kusta dibagi menjadi 2
kelompok yaitu beban kusta tinggi (high burden) dan beban kusta rendah (low burden).
Dimana pulau termasuk Jawa dalam katergori kusta tinggi (high burden).6 Berdasarkan
data Dinas Kesehatan Banten didapatkan pada tahun 2014 terdapat 1.029 penderita kusta
dengan jumlah kasus baru mencapai 705 orang. Jumlah tersebut naik dari tahun 2013
dimana tercatat 1019 penderita kusta dengan jumlah kasus baru sebanyak 683 orang.6
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tanggerang jumlah kasus baru
pada tahun 2014 ditemukan 291 kasus baru (57 kasus PB dan 234 kasus MB) dan
meningkat pada tahun 2015 sebesar 397 kasus baru (50 kasus PB dan 347 kasus MB).
Pada Puskesmas Legok, jumlah kasus baru kusta pada tahun 2014 berjumlah 3 kasus,
pada tahun 2015 naik dua kali lipat menjadi sebanyak 6 kasus baru , dan pada tahun 2016
6 kasus kasus baru. Pada tahun 2017 sampai bulan april sudah tercatat 3 kasus baru dan
4 suspek kusta.
Alasan dipilihanya kusta sebagai diagnosis komunitas berdasarkan data dari
Puskesmas Legok adalah kasus baru kusta dalam 2 tahun terakhir terjadi kenaikan dan
padah tahun 2017 sampai bulan april sudah terjadi penambahan 3 kasus baru dan 4 suspek
kusta. Alasan kedua adalah kusta merupakan penyakit yang dapat menyebabakan
kecacatan. Alasan ketiga adalah kusta merupakan penyakit menular. Sehingga penulis
merasa perlu melakukan intervensi di wilayah kerja Puksesmas Legok dengan tujuan
menurunya kasus baru kusta di wilayah kerja Puskesmas Legok.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Diturunkannya kasus baru kusta di wilayah kerja Puskesmas Legok
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya lokasi kasus kusta di wilayah kerja Puskesmas Legok
2. Diketahuinya masalah-masalah yang menyebabkan timbulnya kasus baru kusta di
Puskesmas Legok
3. Diketahuinya intervensi sebagai alternatif pemecahan masalah jangka pendek dan
memiliki daya ungkit yang besar dalam menunjang tujuan jangka menengah dan jangka
panjang yang diharapakan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diagnosis Komunitas

2.1.1 Definisi

Suatu metode dan prosedur dalam mendiagnosis penyakit atau masalah di suatu
masyarakat yang terjadi pada suatu waktu dan tempat serta penularannya yang bersifat
endemik, pandemik, sporadik, dan pandemik merupakan suatu diagnosis komunitas.1

2.1.2 Prinsip

Diagnosis komunitas memiliki suatu konsep dasar yaitu paradigma Blum, dimana
bagian dari paradigma Blum faktor-faktor yang mempengaruhi suatu derajat kesehatan
meliputi genetik, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, pendidikan, pekerjan, dan
lainnya), pelayanan kesehatan dan perilaku kesehatan.2

Komponen diagnosis komunitas1:

1. Demografi, seluruh angka - angka yang penting perlu di teliti dan diketahui
2. Sebab-sebab terjadinya morbiditas/mortalitas berdasarkan faktor kelompok umur
serta jenis kelamin.
3. Pemanfaatan pelayanan kesehatan yang termasuk didalamnya kesehatan ibu dan
anak
4. Pola gizi, pemberian makanan pada anak, dan pertumbuhan pada anak sebelum
sekolah dan sudah sekolah
5. Keadaan dalam komunitas, kebudayaan dan sosial ekonomi
6. Pola-pola kepemimpinan dan komunikasi dalam komunitas
7. Kesehatan mental dan dinilai sebab sebab umum terjadinya stres
8. Kondisi lingkungan, yang difokuskan pada penyediaan air, pemukiman tempat
tinggal dan vektor - vektor penyakit
9. Pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat yang berkaitan dengan kegiatan
yang berhubungan dengan kesehatan
10. Epidemiologi yang terperinci dari setiap kondisi endemik
11. Pelayanan dan sumber-sumber yang ada untuk perkembangan di bidang pertanian,
peternakan dan pelayanan sosial
12. Derajat keterlibatan masyarakat dalam menanggulangi kesehatan termasuk dukun
atau pengobatan tradisional
13. Sebab terjadinya kegagaglan pada program kesehatan masa lalu dan kesulitan
yang terjadi untuk menjalankan program.
Dalam suatu proses diagnosis komunitas diperlukan adanya interaksi dengan
komunitas, suatu perencanaan survei secara terperinci, metode pengujian awal,
pelaksaaan survei, dan analisis dari seluruh hasil survei.1

Lima proses dalam diagnosis komunitas1:

1. Peninjauan kepustakaan (library reconnaissance)


2. Peninjauan lapangan (field reconnasisssance)
3. Survei
4. Upaya memahami prilaku komunitas
5. Diagnosis

2.1.4 Langkah langkah diagnosis komunitas

Menurut Departemen Kesehatan Amerika Serikat, ada 10 langkah dalam


mendiagnosis komunitas, antara lain sebagai berikut1,2:

1. Membangun tim penilaian


2. Mengidentifikasi sumber daya
3. Mengidentifikasi dan memanfaatkan masyarakat
4. Mengumpulkan, menganalisi dan menyajikan data
5. Menetapkan prioritas kesehatan
6. Mengklarifikasi masalah
7. Menetapkan tujuan dan menilai kemajuan
8. Memilih strategi yang akan diterapkan
9. Mengembangkan kesehatan masyarakat
10. Mengelola dan mempertahankan proses
Untuk mengerti masalah kesehatan yang ada di masyarakat dan untuk membuat
penanganan atas masalah masalah tersebut perlu dilakukan identifikasi masalah;
identifikasi masalah penyebab dan alternatif pemecahan masalah; perencanaan
intervensi; pelaksanaan, pengawasan, pencatatan,pengolahan dan penyajian
intervensi; evaluasi terhadap program intervensi; kesimpulan dan saran.2
1. Identifikasi masalah
a. Analisis situasi
1. Data epidemiologis yang ada di lapangan (morbiditas, mortalitas,
kejadian luar biasa (KLB), prevalensi dan insiden).
2. Penyakit yang termasuk 10 besar penyakit termasuk di
puskesmas hasil survey basic six puskesmas yaitu promosi
kesehatan; kesehatan linggkungan; kesehatan ibu dan anak
termasuk keluarga berencana; penanggulangan penyakit dan
pengobatan .
3. Program kesehatan ( adanya kesenjangan pencapaian/tolak ukur)
4. Masalah spesifik yang ada diwilayah tersebut (diperoleh melalui
observasi, survey, wawancara dengan kepala
puskesmas/pemegang program/masyarakat).
b. Diagnosis komunitas
Untuk mengidentifikasi masalah yang ada dalam komunitas
digunakan konsep paradigm Blum yang mencakup 4 faktor yaitu
faktor genetik, pelayanan kesehatan, perilaku individu/masyarakat
dan lingkungan. Berikut penjelasan mengenai keempat faktor yang
berpengaruh pada status kesehatan dalam paradigma Blum.2
- Genetik
- Faktor yang bisa mempengaruhi imunitas seseorang terhadap
suatu penyakit
- Pelayanan kesehatan
- Mencakup kegiatan pencegahan, pengobatan, perawatan,
rehabilitasi dan peningkatan kesehatan
- Prilaku individu/masyarakat
- prilaku yang secara langsung dan tidak langsung berkaitan
dengan kesehatan
- Lingkungan
- Terbagi atas lingkungan fisik (kondisi air, tanah, udara,
habitat dan cuaca),Biologis (populasi kuman, vector, parasit
dan karier) dan social ekonomi budaya (legenda
kepercayaan, tabu yang berkaitan dengan kesehatan)
- Kemudian dilakukan penentuan prioritas masalah dengan
cara non scoring technique (cara Delphi dan Dellbeq) dan
scoring technique (cara Bryant)
2. Identifikasi masalah penyebab dan alternative pemecahan masalah
- Analisis SWOT (strength/kekuatan, weakness/kelemahan,
opportunity/peluang dan threat/ancaman) digunakan jika terdapat
masalah di pelayanan kesehatan
- Fishbone diagram digunakan jika terdapat masalah pada lifestyle
- Pendekatan system digunakan jika terdapat masalah di program
kesehtan
- Brain storming digunakan jika diperlukan untuk menunjukkan
bagaimana intervensi diperoleh yang belum jelas ditemukan
dengan ke 3 cara diatas
3. Perencanaan intervensi
- Penetapan tujuan jangka pendek, mengengah dan panjang. Untuk
mengukur keberhasilan tujuan jangka pendek diperlukan suatu
indicator yang bisa diperoleh standar operational procedure
(SOP)kegiatan di puskesmas, indicator program, kepustakaan,
wawancara dengan kepala puskesmas/pemegang program dan
dapat ditentukan sendiri oleh anggota kelompok dengan
berkonsultasi dengan ahli dalam bidang tersebut.
- Menyusun rencana kegiatan
- Menyusun jadwal kegiatan
4. Pelaksanaan , pengawasan, pencatatan, pengelolaan dan pengajian
hasil intervensi
5. Evaluasi
6. Kesimpulan dan saran
2.2 Kusta
2.2.1 Definisi
Pengertian kusta saat ini adalah penyakit infeksi kronik yang penyebabnya adalah
Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat yang menyerang saraf perifer,
kemudian kulit, mukosa saluran pernafasan bagian atas, lalu ke organ lain kecuali susunan
saraf pusat. Saraf merupakan tempat pertama untuk bakteri Kusta berkembang disusul
kulit dan sistem pernapasan bagian atas.4

2.2.2 Epidemiologi
Cara penuluran Kusta sendiri hingga sekarang tidak dapat diketahui dengan jelas,
kontak langsung merupakan teori klasik yang paling memungkinkan.Teori lain
menyebutkan penularan dapat melalui inhalasi dikarenakan bakteri M.leprae dapat hidup
dalam droplet hingga beberapa hari. Masa inkubasi bakteri ini memiliki rentang waktu
yang sangat panjang antara 40 hari 40 tahun, tetapi data menunjukan paling sering hanya
beberapa tahun dengan rata-rata 3,5 tahun.4
Kasus baru pada tahun 2011 sekitar 219.075 menurut World Health Organization
(WHO) dimana paling banyak terdapat di regional Asia Tenggara ( 160.132 ). Negara di
Asia Tenggara dengan jumlah penderita Kusta terbanyak ialah India dengan jumlah
127.295 orang, sedangkan Indonesia menududuki peringkat kedua terbanyak di Asia
Tenggara dengan 20.023 orang.5,6
Faktor yang sangat berperan dalam penyebaran penyakit Kusta adalah lahir di
daerah endemik, paparan lingkungan, genetik, dan kemiskinan. Perlu diperhatikan bahwa
patogenesis, cara penularan dan sistem imunitas tiap manusia juga sangat berpengaruh
terhadap penyabaran penyakit ini. Semakin rendah ekonomi seseorang, dapat sangat
berpengaruh terhadap derajat dan komplikasi dari Kusta8.
2.1 Tabel Angka Insidensi Penyakit (di Luar Regional Eropa)
Regional WHO Jumlah kasus baru Jumlah kasus Kusta yang
terdaftar (prevalensi)
Afrika 12.673 15.006
Amerika 36.832 34.801
Asia Tenggara 160.132 117.147
Mediterania Timur 4.346 7.368
Pasifik Barat 5.092 7.619
Total 219.075 181.941
Sumber: World Health Organization, 2012

2.2.3 Etiologi
Penyakit kusta disebabkan oleh kuman yang dimakan sebagai Mycrobacterium
leprae yang ditemukan oleh G. Armanuer Hansen pada tahun 1874 di Norwegia.4
Mycrobacterium leprae adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang,
berukuran panjang 3-8 m dan lebar 0,2-0,5 m, biasanya berkelompok dan ada yang
tersebar satu-satu, hidup dalam sel terutama jaringan bersuhu dingin dan tidak dapat
dikultur dalam media buatan. Kuman ini mempunyai afinitas yang besar pada sel saraf
(Schwann cell) dan sel dari sistem retikuloendotelial. Kuman ini juga dapat menyebabkan
infeksi sistemik pada binatang armadilo.4

2.2.4 Faktor Risiko


Kontak langsung merupakan factor resiko yang paling besar pengaruhnya
terhadap penularan Kusta, akan tetapi pengaruh gizi buruk dan sistem imun yang buruk
dapat mendukung berkembangya bakteri M. leprae. Sistem imun yang buruk dapat
disebabkan oleh penyakit kronis antara lain, Human Immundoeficiency Virus - Acquired
Imunne Deficiency Syndrome (HIV AIDS), Diabetes Melitus, dan gangguan jantung. Umur
yang lebih mudah sangat berhubungan dengan pembentukan sistem imun yang belum
sempurna sehingga faktor risiko lebih tinggi pada anak-anak dibandingkan pada dewasa.
Menurut data epidemiologi, negara-negara seperti Kongo, Ethiopia, Nigeria, India,
Bangladesh, Indonesia, Myanmar, Filipina dan Brazil merupakan daerah yang memiliki
faktor risiko yang tinggi untuk penularan Kusta. Dalam beberapa penelitian juga
ditemukan bahwa ekonomi sosial yang rendah dalam hal ini masalah sanitasi, keadaan
rumah, keadaan ekonomi, pendidikan dan nutrisi berpengaruh terhadap faktor risiko dari
penyakit Kusta yang diduga karena kepadatan tempat tinggal dan pengobatan yang tidak
dapat di jangkau atau dimengerti oleh beberapa orang.8,9 Terdapat banyak faktor yang
mendasari perjalanan penyakit kusta, hal ini berhubungan dengan pejamu, agen penyakit
dan lingkungan. faktor-faktor yang berperan dalam penularan adalah :

Usia
Data umur pada saat timbulnya penyakit mungkin tidak menggambarkan
resiko spesifik umur. Karena pada penyakit kronik seperti kusta, kejadian
penyakit sering terkait pada umur saat diketemukan dari pada saat timbulnya
penyakit.8,9
Penyakit ini dapat menyerang semua umur, tetapi anak-anak lebih rentan
dari pada dewasa. Di Indonesia penderita anak-anak di bawah umur 14 tahun
didapatkan 13%, tetapi anak di bawah 1 tahun sangat jarang.8
Saat ini usaha pencatatan penderita di bawah usia 1 tahun penting dilakukan
untuk mencari kemungkinan ada tidaknya kusta kongenital. Frekuensi tertinggi
terdapat pada kelompok umur antara 25-35 tahun.8,9
Jenis kelamin
Kusta dapat mengenai laki-laki dan perempuan. Namun pada perempuan
kejadiannya relatif lebih rendah. Hal ini mungkin terjadi karena laki-laki lebih
banyak terpapar dengan faktor resiko sebagai gaya hidupnya yang mempunyai
mobilitas yang lebih tinggi dibandingkan perempuan.8,9
Etnik dan suku
Bangsa Asia dan Afrika lebih banyak terkena penyakit kusta, hal ini dapat
disebabkan karena faktor predisposisi genetik yang berbeda. Di Myanmar
kejadian kusta lebih sering terjadi pada etnik Burma dibandingkan etnik India. Di
Malaysia kejadian kusta lebih banyak terjadi pada etnik China dibandingkan etnik
Melayu atau India. Sementara di Indonesia, etnik Madura dan Bugis lebih banyak
menderita kusta dibandingkan etnik Jawa ataupun Melayu.8,9
Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi sangat berperan pada kejadian kusta. Dengan adanya
peningkatan ekonomi, maka kejadian kusta sangat cepat menurun bahkan hilang.2
Umumnya negara-negara endemis kusta adalah negara dengan tingkat sosial
ekonomi rendah, seperti Asia, Afrika dan Amerika latin.9

2.2.5 Patogenesis
Pada tahun 1960 sebuah penelitian melakukan percobaan terhadap mencit untuk
mengetahui patogenesis dari penyakit Kusta dimana didapatkan hasil bahwa untuk pada
mencit yang sistem imunnya dilemahkan, didapatkan bahwa daerah yang lebih dingin
terisi oleh sel granuloma. Penelitian lain mendapatkan bahwa daya invasi dari bakteri ini
sangatlah rendah dan mebutuhkan jumlah yang optimal untuk berkembang biak dan
menyebabkan suatu penyakit. Sistem imunitas sangat berperan penting pada penyakit
Kusta ini, dimana ditemukan bukan karena jumlah bakteri yang banyak akan
menyebabkan gejala penyakit ini berat, tetapi pengaruh sistem imunlah yang
menyebabkan penyakit ini menjadi berat bahkan hingga menimbulkan komplikasi.
Apabila sistem imun mampu melawan bakteri ini, maka penyakit ini dapat sembuh
sendiri. Oleh karena itu penyakit Kusta disebut juga penyakit imunologik.4,11
Ketidakseimbangan antara derajat infeksi dengan derajat penyakit, tidak lain
disebabkan oleh respon imun yang berbeda, yang menggugah timbulnya reaksi
granuloma setempat atau menyeluruh yang dapat sembuh sendiri atau progresif. Oleh
karena itu penyakit kusta dapat disebut sebagai penyakit imunologik. Gejala klinis lebih
sebanding dengan tingkat reaksi selularnya daripada intensitas infeksinya.11
Meskipun cara masuk M.leprae ke dalam tubuh masih belum diketahui dengan
pasti, beberapa penelitian telah memperlihatkan bahwa yang tersering ialah melalui kulit
yang lecet pada bagian tubuh yang bersuhu dingin dan melalui mukosa nasal. Pengaruh
M.leprae terhadap kulit bergantung pada faktor imunitas seseorang, kemampuan hidup
M.leprae pada suhu tubuh yang rendah, waktu regenerasi yang lama, serta sifat kuman
yang avirulen dan nontoksik.11

2.2.6 Gejala klinis


Bila M. leprae masuk ke dalam tubuh seseorang, dapat timbul gejala klinis
sesuai dengan kerentanan orang tersebut. Bentuk tipe klinis bergantung pada sistem
imunitas seluler (SIS) penderita. SIS baik akan tampak gambaran klinis kearah
tuberkuloid, sebaliknya SIS rendah memberikan gambaran lepromatosa.4
World Health Organization (WHO) pada tahun 1981 mengklasifikasikan Kusta
menjadi dua (2) yaitu pausi basiler (PB) (indeterminate dan tuberculoid) dan multi
basiler (MB) (borderline dan lepromatous).5,10

Tabel 2.2 Tabel Diagnosis Klinis


PB (Pausibasilar) MB (Multibasilar)
Lesi kulit (makula 1-5 lesi >5 lesi
datar, papul yang hipopigmentasi
meninggi, infiltrat, plak /eritema Distribusi lebih
eritem, nodul ) Distribusi tidak simetris
simetris
Kerusakan saraf Hilangnya sensasi Hilangnya sensasi
yang jelas kurang jelas
Hanya satu cabang Banyak cabang
saraf saraf
BTA Negatif Positif
Tipe Indeterminate (I), Lepromatosa (LL),
Tuberkuloid (T), Borderline
Borderline tuberkuloid lepromatous (BL), Mid
(BT) borderline (BB)
Sumber : World Health Organization, 1995
Tabel 2.3 Gambaran Klinis Kusta tipe PB
Karakteristik TT BT I
Lesi
Bentuk Makula atau makula Makula dibatasi Hanya infiltrat
dibatasi infiltrat infiltrat; infiltrat saja
Jumlah Satu atau beberapa Satu dengan lesi satelit Satu atau beberapa
Distribusi Terlokasi dan simetris Bervariasi
asimetris
Permukaan Kering,skuama Kering, skuama Halus agak berkilat
Anestesia Jelas Jelas Tidak ada - tidak jelas
Batas Jelas Jelas Dapat jelas / tidak jelas
BTA
Pada lesi kulit Negatif Negatif, atau 1+ Biasanya negatif
Tes Lepromin Positif kuat (3+) Positif lemah Dapat positif lemah
atau negatif
Sumber : World Health Organization, 1995

Tabel 2.4 Gambaran Klinis Kusta tipe MB


Karakteristik Lepromatosa (LL) Borderline Mid-borderline (BB)
Lepromatosa (BL)
Lesi
Bentuk Makula,infiltrat Makula, plak, papul Plak, lesi bentuk kubah,
difus, papul, nodus lesi punched out
Jumlah Banyak distribusi Banyak tapi kulit Beberapa, kulit sehat
luas, praktis tidak sehat masih ada (+)
ada kulit sehat
Distribusi Simetris Cenderung simetris Asimetris
Permukaan Halus berkilat Halus berkilat Sedikit berkilap,
beberapa lesi kering
Anestesia Tidak jelas Tidak jelas Lebih jelas
Batas Tidak jelas Agak jelas Agak jelas
BTA
Pada lesi kulit Banyak Banyak Agak banyak
Sekret hidung Banyak Biasanya tidak ada Tidak ada
Tes Lepromin Negatif Negatif Biasanya negatif
Sumber : World Health Organization, 1995
Adapun 5 tipe perubahan saraf perifer pada Kusta yaitu11,12 :
1. Pembesaran saraf
Biasanya dianggap saraf asimetris, terutama yang dekat kulit dimana tempat
tersebut adalah tempat yang paling dingin suhunya. Contoh auricular magnus,
radial, superfisial peroneus, sural, dan posterior tibia.
2. Gangguan sensori pada lesi kulit
3. Kelemahan pada trunkus saraf baik dengan tanda-tanda dan gejala inflamasi atau
tanpa manifestasi yang jelas seperti neuropati, biasanya gangguan terjadi pada
sensorik maupun motorik (kelemahan/atrofi) apabila sudah lama akan terjadi
kontraktur.5
4. Stocking Glove Pattern of Sensory Impairment (S-GPSI) dimana terjadi
kehilangan secara perlahan serabut saraf tipe C yang melibatkan rasa panas dan
dingin sebelum nyeri atau sentuhan ringan pada daearah akral
5. Anhidrosis pada telapak tangan atau kaki.
Kecacatan merupakan hal yang paling ditakutkan pada penderita Kusta. Kecacatan pada
Kusta sendiri dibagi menjadi dua (2) yaitu, primer dan sekunder13. Cacat primer adalah
cacat yang disebabkan oleh sel granuloma yang muncul akibat reaksi terhadap bakteri
M.leprae, dimana terjadi kerusakan di jaringan sekitarnya (kulit, sistem pernapasan,
tulang, jari, dan wajah). Sedangkan cacar sekunder ialah deformitas yang disebabkan oleh
cacar primer terutama kerusakan pada sistem saraf perifer (otonom, sensorik, motorik )
yang berahkir dengan mutilasi. Berikut adalah gejala-gejala kerusakan saraf:
1. N. ulnaris
- Anestesia pada ujung jari anterior kelingking dan jari manis.
- Clawing kelingking dan jari manis.
- Atrofi hipotenar dan otot interseus serta kedua otot lumbrikalis medial.4
2. N. medianus
- Anestesia pada ujung jari bagian anterior ibu jari, telunjuk dan jari tengah.
- Tidak mampu aduksi ibu jari.
- Clawling ibu jari, telunjuk dan jari tengah.
- Ibu jari kontraktur.
- Atrofi otot tenar dan kedua otot lumbrikalis lateral4.
3. N. radialis
- Anestesia dorsum manus serta ujung proksimal jari telunjuk.
- Tangan gantung (wrist drop)
- Tidak mampu ekstensi jari-jari atau pergelangan tangan4.
4. N. poplitea lateralis
- Anestesia tungkai bawah, bagian lateral dan dorsum pedis.
- Kaki gantung (foot drop)
- Kelemahan otot peroneus.4
5. N. tibialis posterior
- Anestesia telapak kaki.
- Claw toes
- Paralisis otot intristik kaki dan kolaps arkus pedis.4
6. N. fasialis
- Cabang temporal dan zigomatik menyebabkan lagoftalmus.
- Cabang bukal, mandibular dan servikal menyebabkan kehilangan ekspresi
wajah dan kegagalan mengatupkan bibir.4
7. N. trigeminus
- Anestesia kulit wajah, kornea dan konjungtiva mata.4

2.2.7 Pemeriksaan penunjang


1. Pemeriksaaan bakterioskopik
Pemeriksaan bakterioskopik digunakan untuk membantu menegakkan
diagnosis dan pengamatan pengobatan. Sediaan dibuat dari kerokan jaringan kulit
atau usapan dan kerokan mukosa hidung yang diwarnai dengan pewarnaan
terhadap basil tahan asam, antara lain ziehl neelsen. Bakterioskopik negatif pada
seorang penderita bukan berarti orang tesebut tidak mengandung basil M. Leprae
Tentukan lesi di kulit yang diharapkan paling padat oleh basil, setelah terlebih
dahulu menentukan jumlah tempat yang akan diambil. Mengenai jumlah lesi juga
ditentukan oleh tujuannya, yaitu untuk riset atau rutin. Untuk riset dapat diperiksa
10 tempat dan untuk rutin sebaiknya minimal 4-6 tempat yaitu kedua cuping
telinga bagian bawah dan 2-4 lesi lain yang paling aktif yaitu daerah yang
eritematousa dan paling iritatif.4,11,14
2. Pemeriksaan histopatologi
Granuloma adalah akumulasi makrofag atau derivat-derivatnya.
Gambaran histopatologik tipe tuberkuloid adalah tuberkel dan kerusakan saraf
yang lebih nyata, tidak ada basil atau hanya sedikit dan bersifat non solid. Pada
tipe lepromatosa terdapat zona sunyi subepidermal (subepidermal clear zone),
yaitu suatu daerah langsung di bawah epidermis yang jaringannya tidak patologik.
Didapati sel Virchow dengan banyak basil. Pada tipe borderline, terdapat
campuran unsur-unsur tersebut14
3. Pemeriksaan serologik
Antibodi spesifik untuk Kusta adalah anthiphenolic glycolipid-1 (PGL-1)
dan antibodi 16kD serta 35kD dimana akan ditemukan saat seseorang terinfeksi
M.leprae.7 Kegunaan pemeriksaan serologik ini adalah dapat membantu diagnosis
kusta yang meragukan, karena tanda klinis dan bakteriologik tidak jelas.
Disamping itu dapat membantu menentukan kusta subklinis karena tidak didapati
lesi kulit, misalnya pada kontak serumah13

2.2.8 Pengobatan
Tujuan utama program pemberantasan kusta adalah memutus rantai penularan
untuk menurunkan insiden penyakit, mengobati dan menyemuhkan penderita dan
mencegah timbulnya cacat. Untuk mencapai tujuan tersebut sampai sekarang strategi
pokok yang dilakukan masih didasarkan atas deteksi dini dan pengobatan penderita yang
tampaknya masih merupakan dua hal penting Pengobatan yang disarankan sejak tahun
1981 oleh WHO adalah Multi Drugs Therapy (MDT) dimana pengobatan berisi
kombinasi Dapson, Klofazimin, dan Rifampisin. Tahun 1998, WHO mengeluarkan
antibiotik lain untuk alternatif yaitu Oflosaksin, Minosiklin, dan Klaritomisim.10

Program Multi Drugs Treatment (MDT)


Program MDT dimulai pada tahun 1981, yaitu ketika kelompok studi kemoterapi
WHO secara resmi mengeluarkan rekomendasi pengobatan kusta dengan regimen
kombinasi yang selanjutnya dikenal sebagai regimen MDT-WHO. Regimen ini terdiri
atas kombinasi obat-obatan diamino difenil sulfon (DDS), rifampisin dan klofazimin.
Selain untuk mengatasi resistensi DDS yang semakin meningkat, penggunaan MDT
dimaksudkan juga untuk mengurangi ketidaktaatan penderita dan menurunkan angka
putus obat (drop out rate) yang cukup tinggi pada masa monoterapi DDS. Disamping itu
duharapkan juga MDT dapat mengeliminasi persistensi kuman kusta dalam jaringan10
1. DDS (Dapsone)
Merupakan singkatan dari Diamino Diphenyl Sulfon, obat bersifat bakteriostatik
dimana memiliki kerja hambat enzim dihidrofolat sintase dan bekerja sebagai anti
metabolit 4-Amniobenzoic acid (PABA). Efek samping obat adalah drugs eruption,
anemia, leukopenia, Nekrolisis Epidermal Toxic (NET), neuropati, dan hepatitis Dosis
DDS yang digunakan sebagai MDT adalah 50-100 mg/hari diberikan sebagai dosis
tunggal untuk dewasa atau 2 mg/kgBB dosis tunggal untuk anak-anak.10
2. Rifampisin
Rifampisin bersifat bakterisidal kuat dengan menghambat enzim polimerase RNA yang
bersifat irreversibel. Efek samping dari obat ini adalah hepatotoksik, nefrotoksik, gejala
gastrointestinal dan erupsi kulit. Dosis tunggal 600 mg/hari atau 5-15 mg/kgBB mampu
membunuh kuman kira-kira 99,9% dalam waktu beberapa hari. Pemberian seminggu
sekali dengan dosis tinggi (900-1200 mg) dapat menimbulkan gejala yang disebut flu like
syndrome. Pemberian dosis 600 mg atau 1200 mg sebulan sekali ditoleransi dengan
baik.10
3. Klofazimin
Obat bakteriostatik yang mirip dengan Dapson dengan efek tambahan berupa anti
inflamasi. Efek samping hanya dapat terjadi apabila dosis tidak lazim berupa
hepatotoksik, nefrotoksik dan hiperpigmentasi. Dosis sebagai anti kusta ialah 50 mg
setiap hari atau 100 mg 3 kali seminggu atau 3x100 mg setiap bulan. Pada anak-anak
dapat diberikan 1 mg/kgBB setiap hari.10
4. Etionamid dan Protionamid
Kedua obat ini merupakan obat anti tuberkulosis dan hanya sedikit dipakai pada
pengobatan kusta. Dahulu dipakai sebagai pengganti klofazimin, pada kasus-kasus yang
keberatan karena pigmentasinya. Obat ini bekerja bakteriostatik, tetapi cepat
menimbulkan resistensi, lebih toksik, harganya mahal serta hepatotoksik, oleh karenanya
sekarang tidak dianjurkan lagi pada regimen pengobatan kusta.9 Dosis diberikan 5-10
mg/kgBB setiap hari. Distribusi protinamid dalam jaringan tidak merata, sehingga kadar
hambat minimalnya sukar ditentukan.
Penatalaksanaan Kusta menggunakan Multi Drug Therapy (MDT) menurut WHO tahun
1998 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.5 Skema Regimen MDT WHO Obat dan dosis regimen MDT-PB
OBAT DEWASA
BB<35 kg BB>35 kg
Rifampisin 450 mg/bln (diawasi) 600 mg/bln (diawasi)
Dapson 50mg/hari(1-2mg/kgBB/hari) 100 mg/hari
Sumber: World Health organization,1998

Tabel 2.6 Obat dan dosis regimen MDT-MB


OBAT DEWASA
BB<35 kg BB>35 kg
Rifampisin 450 mg/bln (diawasi) 600 mg/bln (diawasi)
Klofazimin 300 mg/bln (diawasi)
dan diteruskan 50 mg/hari
Dapson 50 mg/hari 100 mg/hari
(1-2mg/kgBB/hari)
Sumber: World Health organization,1998

Obat penyakit Kusta dari WHO :


Lamanya pengobatan Kusta tipe PB selama 6-9 bulan dan di bagi menjadi 6 dosis
pemberian
Pengobatan Kusta tipe MB selama 3 tahun yang dibagi menjadi 24 dosis
Minimal 6 bulan pada pasien PB dan 24 bulan pada pasien MB maka pasien
tersebut dapat dinyatakan sebagai Release from treatment (RFT)

2.2.9 Reaksi Kusta


Merupakan reaksi episode kronis yang terjadi pada perjalanan penyakit Kusta
yang disebabkan proses inflamasi maupun destruksi jaringan yang menyebabkan reaksi
imunitas. Reaksi Kusta sangat susah untuk ditangani butuh pengalaman dan
subspesialiasi untuk menangani kasus ini. Banyak kasus menganggap reaksi Kusta
merupakan efek samping atau komplikasi dari pengobatan Kusta, walaupun pada
beberapa kasus reaksi kasus terjadi sebelum maupun sesudah pemberian obat. Reaksi
Kusta sendiri memiliki dua (2) klasifikasi yaitu Tipe 1 (reaksi jopling tipe 1) atau biasa
disebut reaksi reversal dan tipe 2 (reaksi jopling tipe 2) yang biasa disebut Eritema
Nodosum Leprosum (ENL).16
a. Tipe 1 ( Reaksi Reversal )
Reaksi Kusta tipe ini sangat terpengaruh oleh reaksi Sistem Imun Seluler (SIS),
dimana Delayed Hypersensitvy Reactions (DTH) sangat mendukung reaksi tipe ini.
Reaksi tipe 1 lebih sering berhubungan proses upgrading .12,16
b. Tipe 2 (ENL)
Reaksi Kusta tipe ini sangat terpengaruh oleh reaksi sistem imun humoral. Terjadi
paling sering pada pasien tipe LL (75%) namun juga tidak jarang pada pasien BL.
Reaksi ini timbul akibat reaksi kusus Kusta yang menyerupai gambaran eritema
nodusum, rata-rata ENL timbul 1 tahun setelah pengobatan dan memerlukan waktu
yang panjang dalam pengobatannya.12,16
c. Fenomena Lucio
Merupakan reaksi Kusta yang sangat berat yang dapat terjadi pada Kusta tipe
lepromatosa non nodular difus. Gambaran klinis sendiri dapat berupa plak atau
inflitrat difus. Lesi diawali pada ekstremitas kemudian menyebar keseluruh tubuh,
dengan bentuk irreguler, warna lesi merah muda sampai kemerahan disertai dengan
rasa nyeri diikuti purpura dan bula hingga pada ahkirnya menjadi nekrosis yang
apabila sembuh akan menimbulkan jaringan parut.16

2.2.10 Komplikasi
Tipe Kusta tuberkuloid paling sering menyebabkan kerusakan tulang terutama
pada tangan dan kaki dari trauma yang berulang. Kerusakan pada hidung dapat juga
terjadi yang menimbulkan saddle nose deffect. Iktiosis, atrofi pada testis yang
menyebabkan disfungsi ereksi sampai kemandulan, dan ulkus kaki yang disebabkan
rusaknya sistem saraf sensorik dan menyebabkan trauma berulang yang tidak dapat
dirasakan. 16
Neuropati menyebabkan pemendekan pada jari-jari kaki atau deformitas pada
seseorang diawali otot-otot yang menjadi lebih lemah dan menggangu kegiatan sehari-
hari. Reaksi Kusta yang berulang sendiri dapat menyebabkan sistem imun tubuh dapat
terganggu yang mangakibatkan kerusakan pada saraf lebih lanjut dan lesi akut. Beberapa
penelitian menyebutkan komplikasi Kusta dapat menyebabkan seseorang mangalami
glaukoma sampai kebutaan. Pada kasus yang lebih parah Kusta dapat menimbulkan
gangguan ginjal sampai gagal ginjal dan kematian.12,14,16

2.2.11 Pencegahan cacat


Penderita Kusta dengan diagnosis yang terlambat, tidak mendapat penangangan
lebih awal dan reaksi refersal. Kusta tipe MB dan adanya gangguan saraf (pembesaran)
mempunyai resiko tinggi untuk terjadi kerusakan apda saraf.
Kerusakan saraf yang paling sering dialami adalah hilangnya indera peraba dan
kurangnya kekuatan otot. Sadarnya pasien akan kerusakan diawali dengan luka yang tidak
disadari dan mulainya susah melakukan pekeraan sehari-hari. Pencegahan dapat
dilakukan dengan diagnosis dini Kusta, pemberian obat MDT cepat dan tepat dan
mengenali kerusakan saraf sejak awal. Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan
berupa pemeriksaan luka ataupun rangsang raba guna mengetahui kecacatan lebih
lanjut.14,15
2.2.12 Kerangka Teori

Faktor Resiko : Penularan :


1. Usia 1. Droplet
2. Suku dan etnik 2. Kontak Langsung
3. Imunitas
4. Ekonomi
5. Status Gizi

Gejala :
1. Kelainan Kulit
a. Lesi/ Bercak
Hipopigmentasi
2. Gangguan Saraf
Kusta a. Anestesi/
hipoanestesi/
hiperanestesi
b. Atropi
c. Anhidrosis
d. Alopesia

Komplikasi :
1. Gangguan Saraf
2. Gangguan Mata
3. Kecacatan
4. Kematian
5. Reaksi Kusta

Gambar 2.1. Kerangka Teori


BAB 3
Identifikasi Masalah

3.1. Analisis Situasi


Lokasi Puskesmas Legok tepat berada di jalan Raya Legok Karawaci Kabupaten
Tangerang, kurang lebih 300 meter dari Kantor Kecamatan Legok, lokasinya strategis
sehingga mudah dilalui oleh berbagai kendaraan umum. Selain gedung puskesmas yang
berdampingan dengan pasar legok yang merupakan pusat perbelanjaan masyarakat
Legok dan sekitarnya serta berdekatan dengan 3 ( tiga ) gedung Sekolah Dasar ( SD )
menjadikan puskesmas Legok mudah diakses dengan semua jenis kendaraan, sedangkan
Kecamatan Legok Kabupaten Tangerang yang memiliki luas wilayah 19.892 Km2 itu
sendiri berada di sebelah Barat Ibukota Kabupaten Tangerang, yang berjarak lebih
kurang 20 Km yang dihubungkan dengan ruas jalan Provinsi dan jalan Kabupaten serta
masuk di dalam wilayah Provinsi Banten. Luas wilayah kerja Puskesm as Legok 19.892
km2, secara geografis batas-batas wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Legok adalah
sebagai berikut :

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Panongan


Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pagedangan
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Curug dan Kecamatan Kelapa
Dua
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Parung Panjang yang
termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.
Wilayah kerja Puskesmas Legok meliputi 1 ( satu ) kelurahan dan 4 (
empat ) desa, yang terdiri dari 44 RW dan 154 RT. Adapun nama-nama
kelurahan / desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas Legok adalah
sebagai berikut :
1. Kelurahan Babakan
2. Desa Legok
3. Desa Rancagong
4. Desa Serdang Wetan
5. Desa Palasari
Gambar 3.1

Peta wilayah Kerja Puskesmas Legok

Sumber : Kantor BPS Kabupaten Tangerang.

Memperhatikan pada peta diatas, secara geografis wilayah kerja Puskesmas Legok bukan
merupakan daerah perbukitan, melainkan daerah dataran yang stabil dan mudah dilalui
dengan berbagai alat transportasi.
3.2 Data Epidemiologi

Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas legok, pada tahun 2014
dilaporkan adanya kasus Kusta tipe MB sebanyak 3 kasus. Tahun 2015 kasus Kusta
meningkat dua kali lipat sebanyak 6 kasus Kusta dengan jumlah 1 kasus lama dan 5 kasus
baru.5 Tahun 2016 terdata sebanyak 3 kasus MB dan 3 kasus Kusta PB dari seluruh desa
di wilayah kerja Puskesmas Legok, hingga April 2017 terdata adanya 1 kasus kusta PB
dan 2 kasus Kusta MB dan 4 suspect Kusta.
Terdapat lima desa yang berada di dalam wilayah kerja Puskesmas Legok. Desa
Babakan menjadi desa dengan jumlah penyumbang penderita Kusta terbanyak di
Kecamatan Legok. Mulai tahun 2016 hingga 2017 telah terdata 4 orang warga positif
menderita Kusta dan 2 orang lainnya menjadi suspect Kusta.

3.3 Hasil survey basic six


Terdapat 4 dari 6 Program pokok Puskesmas yang terlaksana dengan
diadakannya program intervensi, diantaranya adalah :
1. Promosi kesehatan
2. Kesehatan lingkungan
3. Kesehatan ibu dan anak, serta keluarga berencana
4. Pengendalian penyakit dan perbaikan lingkungan
5. Perbaikan gizi masyarakat
6. Pengobatan

3.4 Scope tempat


Data yang didapatkan dari Puskesmas Legok menunjukkan bahwa di Desa
Babakan pada tahun 2015 terdapat 3 kasus dari total 5 kasus. Tahun 2016 ditemukan
sebanyak 2 kasus Kusta dari total 5 kasus di Desa Babakan. Dua dari lima pasien
merupakan anak usia 20-40 tahun dimana pasien tersebut bertempat tinggal di Desa
Babakan. Tahun 2017, 3 kasus Kusta yang terdapat di Desa Babakan terdiagnosis sebagai
Kusta Multibasilar. Cukup banyaknya angka kejadian Kusta di lingkungan Desa
Babakan, maka dipilihlah sekolah tersebut sebagai scope tempat dilakukannya intervensi.
7

0
Babakan Legok Rc.Gong S.Wetan Palasari Jumlah
2016 3 0 1 1 1 6
2015 1 1 0 0 1 3

Gambar 3. Distribusi Kasus Kusta di Puskesmas Legok Tahun 2015-22016


Sumber : Data Puskesmas Legok

3.4 Identifikasi Masalah Menggunakan Paradigma Blum


Identifikasi masalah menggunakan mini survey dan wawacara kepada 30
responden
Pada tanggal 17 April 2017 yang merupakan masyarakat yang datang berobat ke
Puskesmas Legok dengan pendidikan rata-rata SMP, yang bertujuan untuk mengetahui
tingkat pengetahuan terhadap penyakit kusta, didapatkan data sebagai berikut :
Genetik : tidak dilakukan analisis situasi genetik
Medical care service :
a. Promotif dan Preventif
(berdasarkan hasil diskusi dengan dokter dan pemegang program kusta)
- Kurangnya kegiatan penyuluhan penyakit kusta, terutama di desa
Babakan
b. Pengobatan
- Kurangnya edukasi tentang cara minum dan efek dari obat kusta
- Tidak tersedianya obat kusta tipe MB periode Januari Mei 2017
c. Kurangnya tenaga medis dan kader kesehatan yang memberikan informasi
mengenai kusta
Life Style
Berdasarkan hasil diskusi dan data mini survey serta wawancara yang diambil dari
30 pasien yang datang untuk berobat ke Puskesmas Legok yang bertujuan untuk
mengetahui pengetahuan tentang penyakit kusta serta sikap dan perilaku terhadap
penyakit kusta, didapatkan data sebagai berikut
Pengetahuan
- Seluruh pasien mengetahui tentang penyakit kusta
- Sebanyak 23,3 % responden mengetahui penyakit kusta disebabkan oleh
kuman
- Sebanyak 26,67 % responden mengetahui penularan penyakit kusta
melalui kontak langsung dan lama
- Sebanyak 13,3 % responden mengetahui gejala awal dari penyakit kusta
- Sebanyak 40% responden mengetahui penyakit kusta menyerang semua
umur
- Sebanyak 23,3% responden mengetahui pencegahan penyakit kusta
- Sebanyak 26.67% responden mengetahui penyakit kusta dapat
disembuhkan
Sikap
- Seluruh responden yang mengisi kuesioner merasa penting untuk
mengetahui tentang penyakit kusta
- Seluruh responden bersedia menghadiri kegiatan penyuluhan mengenai
penyakit kusta
- Sebanyak 83,3% Responden menganggap kusta adalah penyakit kutukan
- Sebanyak 80% Responden menganggap kusta adalah penyakit
memalukan
- Sebanyak 66,6% Responden menganggap kusta dapat sembuh sendiri
tanpa diobati
- Sebanyak 20 % Responden menganggap kusta tidak dapat menyebabkan
kecacatan
- Sebanyak 16,6% Responden menganggap kusta dapat menyebabkan
kematian
- Sebanyak 80% responden merasa perlu menjauhi pasien kusta
Perilaku
- Sebanyak 20% responden tidak peduli jika orang disekitarnya terkena
kusta
- Sebanyak 80% responden tidak mau melakukan pemeriksaan kusta
- Sebanyak 80% responden menjauhi pasien kusta
Lingkungan
a. Fisik :
- Tidak ada transportasi umum dari desa Babakan menuju Puskesmas Legok
- Lingkungan padat penduduk

- Lingkungan yang tidak bersih

b. Non fisik
- Biologis : masyarakat banyak yang mempunyai ternak ayam
Social,ekonomi
- Social: hubungan masyarakat antar tetangga baik
- Masyarakat umumnya kerja di pabrik
- Ekonomi: Masyarakat banyak yang berasal dari sosio-ekonomi
menengah kebawah
- Budaya : Warga menganggap bahwa kusta merupakan penyakit
kutukan dan penyakit keturunan
- Banyak warga yang mengganggap kusta merupakan aib yang harus
ditutup-tutupi

3.5 Penentuan Prioritas Masalah


Setelah dilakukan identifikasi masalah dengan paradigm BLUM, dilakukan
penentuan prioritas masalah dengan cara non-scoring (Delphi). Dari hasil diskusi , faktor
lifestyle pada paradigma BLUM dipilih karena menjadi masalah utama dilihat dari
kurangnya pengetahuan tentang penyakit kusta, alur pengobatan penyakit kusta ditambah
adanya sikap yang beranggapan bahwa kusta merupakan aib serta penyakit kutukan.
Kami harap dengan adanya intervensi pada aspek lifestyle, akan meningkatnya
pengetahuan tentang penyakit kusta, alur pengobatan penyakit kusta serta hilangya
persepsi masyarakat terhadap penyakit kusta sebagai penyakit kutukan yang nantinya
dapat berguna terhadap pencegahan penyakit kusta.
Genetik

Tingginya Jumlah
Penderita Kusta di Medical Care
Lingkungan Wilayah Kerja Puskesmas Services
Legok

1. Kusta termasuk dalam


Fisik : Lifestyle program puskesmas
1. Tidak ada angkuntan umum
dari desa Babakan menuju
2. Tidak ada kader
Puskesmas Legok khusus untuk penyakit
2. Lingkungan padat penduduk Pengetahuan : kusta
3. Lingkungan yang tidak bersih 1. Kurangnya pengetahuan mengenai 3. Kurangnya kegiatan
4. Non-fisik : penyebab penyakit kusta
5. Social,ekonomi promotif dan preventif
2. Kurangnya pengetahuan tentang tanda dari Puskesmas.
Social:
o Hubungan masyarakat dan gejala kusta 4. Poli kusta hanya buka
antar tetangga baik 3. Kurangnya pengetahuan tentang setiap rabu dan kamis
o Masyarakat umumnya pengobatan dan komplikasi kusta
kerja di pabrik dan dibarengkan dengan
4. Kurangnya Pengetahuan mengenai pasien TB
Ekonomi:
o Masyarakat banyak yang penularan kusta
berasal dari sosio-ekonomi Sikap :
menengah kebawah 1. Masyarakat merasa penting untuk
o Pendidikan masyarakat
pada Masyarakat
umumnya SMP bersedia mengetahui tentang penyakit kusta
6. Budaya : 2. Masyarakat menganggap Kusta adalah penyakit keturunan, kutukan
Banyak warga yang dan memalukan.
menganggap kusta merupakan 3. Masyarakat bersedia mengikuti penyuluhan kusta
kutukan
4. Masyarakat menganggap Kusta dapat sembuh sendiri tanpa diobati
5. Masyarakatr menganggap Kusta tidak dapat menyebabkan kecacatan
dan kematian.
6. Masyarakat tidak peduli pada penderita kusta
Perilaku :
1. Masyarakat tidak mau melakukan pemeriksaan kusta
2. Masyarakat mengucilkan pasien kusta
3. Masyarakat tidak peduli pada penderita kusta

Gambar 3.3. Paradigma Blum Penyakit Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas


Legok
BAB 4
Identifikasi Masalah Penyebab dan Alternatif Pemecahan Masalah

4.1 Identifikasi Masalah Penyebab dan Alternatif Pemecahan Masalah


Penetapan prioritas masalah dilakukan dengan cara Non-scoring Technique
Delphi. Masalah yang diperoleh berupa culture di Desa Babakan di Kecamatan
Legok.Tehnik pemecahan dan alternatif jalan keluar dilakukan dengan skema fishbone.
Data yang diambil berdasarkan dari hasil mini survey di Puskesmas Legok
terhadap 20 responden, serta hasil diskusi dan wawancara dengan kepala Puskesmas,
dokter puskesmas dan bidan desa di Puskesmas Legok adalah
Pengetahuan
- Seluruh pasien mengetahui tentang penyakit kusta
- Sebanyak 23,3 % responden mengetahui penyakit kusta disebabkan oleh
kuman
- Sebanyak 26,67 % responden mengetahui penularan penyakit kusta
melalui kontak langsung dan lama
- Sebanyak 13,3 % responden mengetahui gejala awal dari penyakit kusta
- Sebanyak 40% responden mengetahui penyakit kusta menyerang semua
umur
- Sebanyak 23,3% responden mengetahui pencegahan penyakit kusta
- Sebanyak 26.67% responden mengetahui penyakit kusta dapat
disembuhkan
Sikap
- Seluruh responden yang mengisi kuesioner merasa penting untuk
mengetahui tentang penyakit kusta
- Seluruh responden bersedia menghadiri kegiatan penyuluhan mengenai
penyakit kusta
- Sebanyak 83,3% Responden menganggap kusta adalah penyakit kutukan
- Sebanyak 80% Responden menganggap kusta adalah penyakit
memalukan
- Sebanyak 66,6% Responden menganggap kusta dapat sembuh sendiri
tanpa diobati
- Sebanyak 20 % Responden menganggap kusta tidak dapat menyebabkan
kecacatan
- Sebanyak 16,6% Responden menganggap kusta dapat menyebabkan
kematian
- Sebanyak 80% responden merasa perlu menjauhi pasien kusta

Perilaku
- Sebanyak 20% responden tidak peduli jika orang disekitarnya terkena
kusta
- Sebanyak 80% responden tidak mau melakukan pemeriksaan kusta
- Sebanyak 80% responden menjauhi pasien kusta
4.2 Skema Fishbone
Teknik pemecahan masalah dilakukan dengan teknik fishbone.

Sikap Perilaku

Masyarakat tidak setuju Masyarakat tidak peduli


Masyarakat menganggap pada penderita kusta
bahwa kusta dapat
menyebabkan kematian kusta penyakit kutukan
dan kecacatan
Masyarakat tidak mau
melakukan pemeriksaan
Masyarakat menganggap
kusta
kusta dapat sembuh sendiri
Masyarakat menjauhi
penderita kusta

Tingginya
Jumlah
Penderita Kusta
LIFESTYLE di wilayah
kerjaPusksemas
Legok
Pengetahuan yang kurang
Kurangnya pengetahuan mengenai
dari tanda dan gejala awal
penyebab penyakit kusta
Kusta

Kurangnya pengetahuan mengenai


Pengetahuan yang kurang penyebab penyakit kusta
bahwa kusta dapat
disembuhkan

Pengetahuan

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 31 Page 31
BAB 5
Perencanaan Intervensi

5.1. Penyusunan Intervensi


Setelah melakukan proses penetapan prioritas identifikasi masalah
danmasalah penyebab, maka dilakukan perencanaan intervensi untuk mengatasi
masalah yang ada. Intervensi dibagi menjadi 3 bagian yang dilakukan mulai dari
pemberian edukasi pada masyarakat melalui penyuluhan, pembekalan kepada kader
dan bidan desa, ,screening keluarga pasien kusta

5.1.1 Intervensi I: Penyuluhan Kepada Masyarakat di Desa Babakan RT 02/06


1. Kegiatan :
Perkenalan
Pembagian pretest
Penyuluhan mengenai Kusta
Sesi tanya jawab
Pembagian post test
2. Sasaran :
Masyarakat di Desa Babakan RT 02/06 sejumlah 50 orang
Tempat : Mushola Desa Babakan
3. Waktu : Kamis, 27April 2017, pukul 10.00 11.00 WIB
4. Indikator penilaian :
Terdapat peningkatan pengetahuan terhadap penyakit kusta oleh wargaDesa
Babakan RT 02/06 dari hasil pretest dan post test. Peningkatan pengetahuan tersebut
dapat terlihat dari rata-rata persentase peningkatan nilai post test seluruh warga setelah
mengikuti penyuluhan lebih dari 20% dari nilai pre test seluruh warga sebelum
mengikuti penyuluhan.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 32 Page 32
5.1.2 Intervensi II : Demonstrasi oleh 2 orang dokter muda dan simulasi screening tes
kulit kusta yang dilakukan oleh warga yang mengikuti penyuluhan diawasi
satu orang kader kesehatan dan satu orang pemegang program kusta
1. Kegiatan :
a. Dokter muda mendemonstrasikan tes kulit (screening) kusta
b. Pemegang program kusta dan kader kesehatan membagi warga berpasangan
yang telah mengikuti penyuluhan
c. Warga yang berpasangan bergantian melakukan simulasi tes kulit
(screening) kusta di bantu oleh pemegang program kusta dan kader
kesehatan
2. Sasaran : warga yang telah mengikuti penyuluhan kusta
3. Cara Demonstrasi :
a. Dua orang dokter muda menjelaskan langkah-langkah melakukan screening
kusta.
b. Dua orang dokter muda menandai bentuk lingkaran dengan pulpen pada
lengan dalam sebagai gambaran bercak putih.
c. Dua orang dokter muda secara bergantian melakukan tes rasa dan raba
menggunakan kapas dan tusuk gigi pada lingkaran dan pada luar lingkaran
untuk membedakan perasaan dan perabaan pada screening kusta.
4. Tempat : Mushola Desa Babakan
5. Waktu :Kamis, 27 April 2017, pukul 11.00-11.20 WIB.
6. Indikator penilaian :Dokter muda mengobservasi warga dapat melakukan tes kulit
(screening) kusta mandiri.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 33 Page 33
5.1.3. Intervensi III : Melakukan kunjungan kepada enam keluarga penderita
Kusta di Desa Babakan 02/06 dan melakukan screening kepada anggota
keluarga pasien kusta

Screening Anggota Keluarga Pasien Kusta


1. Kegiatan :
Melakukan anamnesa dan screening Kusta kepada anggota keluarga pasien kusta.
2. Sasaran :
Seluruh anggota keluarga yang tinggal serumah dengan enam penderita kusta di Desa
Babakan 02/06
3. Tempat : Rumah masing-masing penderita kusta
4. Waktu : Jumat 28 April 2017, pukul 13.00 15.00
5. Indikator penilaian :
Ditemukannya suspect kusta pada anggota keluarga yang tinggal serumah dengan 6
pasien kusta

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 34 Page 34
a. Log Frame
Intervensi I
Tujuan
Kegiatan / Pendek Menengah Panjang
Masukan
Intervensi
(4 minggu) (1 tahun) (5 tahun)

Man 3 dokter muda Pretest Meningkatkan Mencegah Mencegah


mengenai pengetahuan warga insidensi insidensi
Money - Rp. 1.000.000, - Kusta RT 02/RW06 Desa Kusta Kusta
- Sumber dana: Penyuluhan Babakan mengenai Menurunkan
bersama Kusta penyakit kustayaitu : prevalensi
Material - Poster Post test penyebab, cara kusta
- Leaflet mengenai penularan, gejala
- Snack Kusta awal, komplikasi ,
- Souvenir (handuk Kuis pentingnya komitmen
dan pulpen) berhadiah pengobatan kusta
- Soal pretest dan Sesi tanya
post test jawab
Methods - Pre test Kusta
- Pembagian
leafletKusta
- Penyuluhan Kusta
- Sesi tanya jawab
- Post test Kusta

Intervensi II
Tujuan

Kegiatan / Pendek Menengah Panjang


Masukan
Intervensi
(6 minggu) (1 tahun) (5 tahun)

Man 3 dokter muda Dokter muda Peningkatan Mencegah Menurunka


Mendemonstrasi pengetahuan insidensi n prevalensi
Money - Rp. 20.000,- kan bagaimana masyarakat Kusta kusta
- Sumber dana: cara pemeriksaan tentang Menurunkan Mencegah
bersama screening kusta pemeriksaan prevalensi insidensi
Material - Kapas (bercak putih) kusta kusta Kusta
- Tusuk gigi untuk suspect
kusta
Methods - Membagikan kapas
Pemegang
dan tusuk gigi
program kusta
- Mengajarkan
dan kader
pemeriksaan fisik
membagi warga
bercak putih untuk
berpasangan
suspect kusta
yang telah

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 35 Page 35
- Melakukan mengikuti
pemeriksaan fisik penyuluhan
bercak putih untuk Warga yang
suspect kusta berpsangan
melakukan
simulasi tes kulit
screening kusta
di awasi oleh
bidan dan kader

Tabel 9.Log Frame Goals Intervensi 3

Tujuan
Kegiatan /
Masukan Pendek Menengah Panjang
Intervensi
(6 minggu) (1 tahun) (5 tahun)
Man 3 dokter Melakukan Tidak Berkurangn Berkuran
muda anamnesa menggunaka ya insidensi gnya
Money Rp. 300.000,- dan n handuk alat kusta di prevalens
Material Buku jadwal pemeriksaan mandi dll RT02/RW0 i kusta
PMO screening secara 6 Desa Dicegah
Obat kusta untuk bersamaan babakan nya
Kapas dan mencari Pasien kusta Meningkat insidensi
tusuk gigi tanda-tanda yang kan angka kusta di
Methods Kapas dan kusta pada mempunyai kesembuha RT02/
tusuk gigi keluarga keluhan di n kusta RW06De
Menentukan rujuk sa
pemilihan kepuskesmas babakan
pemegang legok untuk
PMO dilakukan
Memberika pemeriksaan
n buku dahak
jadwal
minum obat
Memberika
n handuk

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 36 Page 36
5.3.Planning of Action

Tabel 10

Kegiatan Tujuan dan Sasaran Tempat Waktu Biaya PIC Rencana


target penilaian
Permintaan Mendapatkan Kepala Puskesmas 10 April - Evan, -
izin mencari izin Puskesmas Legok 2017 vini
data dan Kepala Evi
penanggung
jawab kusta
Puskesmas
Mengumpulka Mendapatkan Puskesmas 17 April - Evan, -
n data dasar data dasar (mini Legok 2017 vini
survey) Evi

Permintaan Mendapatkan Kepala Puskesmas 21 April - Evan, -


izin izin Puskesmas, Legok, 2017 vini
melakukan Kepala mushola Evi
intervensi penanggung babakan
jawab
program kusta
Puskesmas,
Bidan Desa,
Kepala Desa
Rencana Penyuluhan Masyarakat Mushola 27April Rp.1.000.00 Evan, Peningkatan
Intervensi I kusta RT 02 / RW 06 Desa 2017 0 vini hasil pre test
Desa Serdang Babakan Evi dan post test
Babakan warga RT 02 /
RW 06 Desa
Babakan20%
Rencana Mendemonstras Kader Mushola 27 April Rp 20.000 Evan, Peningkatan
Intervensi II ikan bagaimana kesehatan RT Desa 2017 vini selisih hasil Pre
cara 02/RW06 Babakan Evi Test dan Post
pemeriksaan Desa Babakan Test kusta dan
screening kusta Warga Desa pemeriksaan
untuk suspect Babakan screening kusta
kusta dan Kader
Kesehatan Desa
Babakan20%
Rencana Melakukan Pasien kusta Rumah 28 April Rp. 200.000 Evan, Pasien kusta
Intervensi III dan keluarga pasien Desa 2017 vini datang kontrol
kunjungan Babakan Evi ke poli kusta
kepada 6 Puskesmas
keluarga Legok untuk
melakukan
kusta didesa pemeriksaan
babakan dahak

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 37 Page 37
BAB 6

Perencanaan Intervensi

6.1. Flow Chart Kegiatan

6.1.1. Flow Chart Intervensi 1

Pembukaan Kegiatan

Pre test

Pembagian leaflet

Penyuluhan

Post test

Sesi tanya jawab

Gambar Flow Chart Intervensi 1

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 38 Page 38
6.1.2. Flow chart Intervensi 2

Pembukaan Kegiatan

dokter muda mendemonstrasikan bagaimana cara screening kusta

pemegang program kusta dan kader membagi warga yang telah mengikuti penyuluhan
menjadi berpasangan

warga yang telah mengikuti penyuluhan melakukan simulasi yg diawasi oleh pemegang
program dan kader kesehatan

penutupan

Gambar Flow Chart Intervensi 2

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 39 Page 39
6.1.3. Flow Chart Intervensi 3

kunjungan kepada 5 keluarga kusta desa babakan

Penjelasan, anamnesa dan pemeriksaan screening pada keluarga kusta

Menjelaskan PMO dan pemberian buku jadwal obat (Pengawas Menelan Obat)

Penutup

GambarFlow Chart Intervensi 3

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 40 Page 40
6.2. Deskripsi Proses Intervensi Secara Detail
Deskripsi Proses Intervensi 1
Penyuluhan tentang Kusta, dilaksanakan pada tanggal 27 April 2017 pukul 10.00-
11.00 kepada warga RT 01 / RW 06 Desa Babakan. Kegiatan dimulai dengan
perkenalan dan meminta kesediaan peserta dalam mengisi soal yang akan diberikan,
kemudian dilanjutkan dengan pre test, lalu pembagian leaflet kusta, penyuluhan
tentang Kusta dengan menggunakan poster,powerpoint, sesi tanya jawab, post test,
pemberian door prize kepada salah satu peserta penyuluhan dan penutupan dengan
ucapan terimakasih atas kehadiran dan partisipasi peserta.
Deskripsi Proses Intervensi 2
Dokter muda mendemonstrasikan Pemeriksaan fisik dan screening kusta,
dilaksanakan pada tanggal 27 April 2017 pukul 11.00-11.30 kepada kader dan warga
Desa Babakan. Kegiatan dimulai dengan perkenalan, pemegang program kusta dan
kader kesehatan membagi warga yang telah mengikuti penyuluhan untuk
berpasangan, warga melakukan simulasi tscreening kusta yang diawasi pemegang
program kusta dan kader kesehatan. pemberian door prize kepada salah satu peserta
penyuluhan dan penutupan dengan ucapan terimakasih atas kehadiran dan partisipasi
peserta.
Deskripsi Proses Intervensi 3
Kunjungan kerumah pasien kusta, melakukan anamnesa dan pemeriksaan screening
pada keluarga pasien kusta, menentukan pemegang PMO pada keluarga, memberikan
jadwal buku minum obat dan handuk, dilaksanakan pada tanggal 28 April 2017 pukul
11.00-13.30 kepada pasien kusta di RT 02 / RW 06 Desa Babakan. Kegiatan dimulai
dengan perkenalan lalu penjelasaan tentang kusta, anamnesis, pemeriksaan fisik pada
keluarga,pemantauan minum obat dengan diberikan buku, untuk mencegah
penyebaran ke orang-orang di sekitarnya, lalu penutupan dengan ucapan terimakasih
atas kehadiran dan partisipasi peserta.

6.3. Monitoring

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 41 Page 41
6.3.1. Jadwal Monitoring dan Pelaksanaan
Penyuluhan tentang kusta mengajarkan kader cara pemeriksaan dan screening kusta
bersifat one time event, sehingga monitoring dilakukan saat berjalannya kegiatan yaitu pada
tanggal 26 April 2017.

6.3.2. Kendala yang Dihadapi

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 42 Page 42
6.2.2 PDCA Cycle
6.2.2.1 PDCA CycleIntervensi 1 : Penyuluhan tentang Kusta kepada Warga Desa
Babakan RT02/RW06

Meningkatkan dan melanjutkan Menyusun kegiatan untuk meningkatkan


kegiatan penyuluhan mengenai ayo kesadaran warga atas penyakit kusta melalui
temukan bercak jadikan keluarga penyuluhan mengenai ayo temukan bercak
sebagai penggerak pencegahan kusta jadikan keluarga sebagai penggerak

Untuk penyuluhan berikutnya agar pencegahan kusta dengan target pencapaian

tempat lebih kondusif dan bisa 20% pada .

memenuhi kapasitas warga Tempat : Mushola Desa Babakan


Tanggal : 27 april 2017
Waktu : 11.00-11.30 WIB
Sasaran : Warga Desa Babakan RT 02/06
Jumlah sasaran : 50 orang
Alat yang digunakan: proyektor, powerpoint,
ACT PLAN

CHECK DO
Mengevaluasi kegiatan yang dihadiri 67 Melakukan kegiatan penyuluhan tentang ayo
warga desa babakan pada tanggal 27 temukan bercak jadikan keluarga sebagai
april 2017 pukul 09.00 11.00 WIB penggerak pencegahan kusta berupa
Alat yang digunakan: proyektor, Pre-test
powerpoint, lcd,mik,snack, souvernir Pembagian foto copy powerpoint dan
Rata-rata peningkatan hasil pretest dan leftlet
posttest adalah 34,33% (lebih dari 20%) Penyuluhan
Tempat penyuluhan kurang kondusif Sesi Tanya jawab
karna banyaknya peserta yang Post-test
mengikuti penyuluhan melebihi Pembagian snack dan minuman
kapasitas Pembagian hadiah untuk peserta yang
bisa menjawab pada saat sesi jawab

Gambar 6.5 PDCA CycleIntervensi 1 :Penyuluhan tentang Kusta kepada Warga Desa
Babakan

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 43 Page 43
6.2.2.2 PDCA Cycle Intervensi 2 : Screening tes kulit kusta yang dilakukan oleh warga
yang telah mengikuti penyuluhan diawasi oleh satu orang pemegang program
dan satu orang kader kesehatan

Meningkatkan dan melanjutkan Menyusun kegiatan untuk meningkatkan


kegiatan demonstrasi pemeriksaan kesadaran warga atas penyakit kusta melalui
screening kusta drngan baik dan benar demonstrasi dan simulasi Screening tes kulit

Untuk kegiatan berikutnya agar dapat kusta dengan target pencapaian 100% pada

menambahkan kader untuk yang dilakukan oleh warga yang telah

pemantauan screening mengikuti penyuluhan dan diawasi satu orang


pemegang program dan satu orang kader
kesehatan
Tempat : Mushola Desa Babakan
Tanggal : 27 april 2017
Waktu : 11.00-11.30 WIB
Sasaran : Warga Desa Babakan RT 02/06
ACT PLAN

CHECK DO
Mengevaluasi kegiatan demonstrasi Melakukan kegiatan demonstasi screening
yang diikuti 67 warga desa babakan pada dan simulasi screening tes kulit kusta dengan
tanggal 27 april 2017 pukul 11.00 baik dan benar
11.30 WIB Melakukan demonstrasi screening tes
Kurang nya pemegang program dan kulit kusta oleh dokter muda
kader kesehatan dalam memantau Bidan dan kader membagi warga
warga pemeriksaan screening dengan berpasangan yang telah mengikuti
Jumlah yang diperiksa sebanyak 67 penyuluhan
warga Warga yang berpasangan bergantian
Hasil: tidak ditemukan Jumlah suspect melakukan simulasi tes kulit (screening)
kusta pada warga Desa Babakan yang kusta di bantu oleh pemegang program
datang 67 dari 50 warga. ( 15 warga ) kusta dan kader kesehatan

Gambar 6.6 PDCA CycleIntervensi II Screening tes kulitkusta yang dilakukan oleh
warga yang mengikuti penyuluhan diawasi satu orang kader dan satu orang
pemegang program kusta

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 44 Page 44
6.2.2.3 PDCA CycleIntervensi III : Melakukan kunjungan kepada enam keluarga
penderita Kusta di Desa Babakan 02/06 dan melakukan screening kepada
anggota keluarga pasien

Meningkatkan dan melanjutkan Menyusun kegiatan untuk


anamnesis dan pemeriksaan meningkatkan pengetahuan tentang
screening kusta penyakit kusta melalui kunjungan
Untuk kegiatan berikutnya kepada enamkeluarga penderita kusta
dilanjutkan screening dilanjutkan dan melakukan screening kepada
pada anggota keluarga yang belum anggota keluarga pasien
diperiksa oleh dokter muda Tempat : rumah masing-masing
penderita kusta
Tanggal : jumat 28 April 2017
Pukul : 13.00-15.00 WIB
Sasaran : seluruh anggota keluarga yang
tinggal serumah dengan 6 keluarga
kusta Desa Babakan
Alat yang digunakan : kapas,tusuk gigi,
poster ,buku PMO,
ACT PLAN

CHECK DO
Mengevaluasi kegiatan anamnesa Melakukan anamnesa dan screening

dan screening kusta pada anggota mencari tanda-tanda kusta pada

keluarga pasien kusta pada tanggal anggota keluarga pasien kusta

28 april 2017 pukul 11.00-13.00 Menentukan PMO dari salah satu

Ditemukan suspect Kusta sebanyak 3 keluarga

warga(2 laki-laki, 1perempuan) Memberikan buku pada keluarga

Dari 30 orang anggota keluarga pasien yang berisikan jadwal minum

pasien kusta hanya 22 orang yang obat dan informasi tentang penyakit

mengikuti pemeriksaan screening kusta

kusta

Gambar 6.7 PDCA Cycle Intervensi III :Melakukan kunjungan kepada enamkeluarga
penderita Kusta di Desa Babakan 02/06 dan melakukan screening kepada anggota
keluarga pasien

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 45 Page 45
BAB 7
HASIL INTERVENSI

7.1. Pengolahan Data


Data yang didapatkan dari hasil pretest dan post test digunakanuntukmenilai
peningkatan pengetahuan responden tentang penyakit Kusta. Hasil post
testdidapatkan setelah dilakukannya penyuluhan mengenai Kustakepada Warga Desa
Babakan RT 02/06. Data tersebutdiolahsecara manual serta di kalkulasisecara digital.

7.2. Penyajian Data


7.2.1. IntervensiI :Penyuluhan Kepada Masyarakat di Desa Babakan RT/RW 02/06
Intervensi I dilakukan di mushola, dihadiri oleh 67 warga Desa Babakan. Usia
rata-rata (mean) dari peserta yang hadir adalah 46 tahun.
Sebelum memulai penyuluhan, peserta dibagikan soal pretest. Setelah
dilakukan penyuluhan, peserta kemudian diberikan soal post test. Terdapat 35 soal
pada masing-masing pretest maupun post test. Terdapat kenaikan nilai pretest
dimana pada pretest rata-rata nilai warga adalah 48,03 sedangkan pada post test nilai
rata-rata warga adalah 63,76.Nilai rata-rata selisih antara pretest dan post test adalah
15,74 yaitu 32,76%.

7.2.2.Intervensi II :Screening tes kulit kusta yang dilakukan oleh warga yang telah
mengikuti penyuluhan dan diawasi oleh satu orang pemegang program kusta dan
satu orang kader kesehatan

Dokter muda mendemonstrasikan tes kulit (screening) kusta ,pemegang program


kusta dan kader membagi warga berpasangan yang telah mengikuti penyuluhan. Warga yang
berpasangan bergantian melakukan simulasi tes kulit (screening) kusta di bantu oleh satu
orang pemegang program kusta dan satu orang kader kesehatan untuk mencari bercak pada
tubuh warga. Pemeriksaan ini dilakukan pada tanggal 27April 2017 di Mushola Desa
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 46 Page 46
Babakan. Jumlah seluruh warga desa babakan yang hadir sebanyak 67 warga dan seluruhnya
berpartisipasi dalam simulasi screening kusta. Dari hasil pemeriksaan screening pada seluruh
warga yang mengikuti penyuluhan tidak didapatkan warga yang suspect kusta.
Dari pengamatan dokter muda, seluruh warga yang telah mengikuti demonstrasi
screening kusta dapat melakukan simulasi screening kusta seperti tanda awal kusta, yaitu
menemukan bercak pada kulit secara mandiri.

7.2.3. IntervensiIII :: Melakukan kunjungan kepada enamkeluarga penderita Kusta


di Desa Babakan 02/06 dan melakukan screening kepada anggota keluarga pasien
Screening Anggota Keluarga Pasien KustaMelakukan anamnesa dan screening Kusta
kepada anggota keluarga pasien kusta. Intervensi ini dilakukan Jumat 28 April 2017, pukul
11.00- 13.00 di Desa Babakan, dilakukan pada Seluruh anggota keluarga yang tinggal
serumah dengan enam penderita kusta di Desa Babakan 02/06 bertempat tinggal di Rumah
masing-masing penderita kustaIndikator penilaian : Ditemukannya suspect kusta yang
didapatkan dari enam keluarga
Warga yang terlibat adalah 3 orang suspect penderita kusta dari 6 keluarga penderita
kusta yang berjumlah seluruhnya 30 orang dan yang mengikuti pemeriksaan screening kusta
sebanyak 22 orang. Seluruh warga yang terlibat bersedia dilakukan pemeriksaan fisik
terhadap dirinya (100%).
Hasil akhir dari intervensi III adalah didapatkannya total 3 orang suspect yang terdiri dari
6 keluarga penderita kusta yang berjumlah seluruhnya 30 orang. Suspect tersebutdidapatkan
dari hasil pemeriksaan fisik meliputi tanda awal Kusta yaitu ditemukannya bercak
(hipopigmentasi), hingga didapatkannya beberapa tanda Kusta yaitu allopesia dan
anesthesia. Selain itu. Selanjutnya dilakukan pendataan, edukasi, pemilihan keluarga PMO
kusta,pemberian buku PMO dan follow up terhadap pasien yang sudah terkena Kusta

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 47 Page 47
BAB 8
Evaluasi Kegiatan

8.1. Metode Evaluasi

Metode yang digunakan dalam evaluasi program ini menggunakan Pendekatan Sistem

Environment

Input : Process :
- Man - Planning
- Money - Organizing Output Outcom Impact
- Material - Actuate e
- Method - Controlling

Feedback

Gambar 8.2 Pendekatan Sistem

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 48 Page 48
8.2 Hasil Evaluasi
Tabel 8.1 Evaluasi Program Penyuluhan Kusta
No. Variabel Tolak Ukur Pencapaian Kesenjangan
1. Input
Man
1. Dokter muda - 3 orang 3 orang Tidak ada
2. Petugas - 1 orang 1 orang Tidak ada
puskesmas
Money

1. Air minum Rp. 1.000.000 ,- Rp. 1.200.000,- Ada


gelas Sumber : dana Sumber : dana bersama
2. Snack bersama
3. Kertas pre-tes
4. Kertas post-test
5. Souvenir
Material
1. Power point
presentation 1. 16 slide 1. 16 slide 1. Tidak ada
2. Laptop 2. 1 buah 2. 1 buah 2. Tidak ada
3. LCD proyektor 3. 1 buah 3. 1 buah 3. Tidak ada
4. Mic 4. 1 buah 4. 1 buah 4. Tidak ada
5. Kertas pre-test 5. 67 rangkap 5. 67 rangkap 5. Tidak ada
6. Kertas post-test 6. 67 rangkap 6. 67 rangkap 6. Tidak ada
7. Leaflet kusta 7. 67 rangkap 7. 67 rangkap 7. Tidak ada
8. Bullpen 8. 67 buah 8. 67 buah 8. Tidak ada
9. Souvenir 9. 67 buah 9. 67 buah 9. Tidak ada
Method
Intervensi 1 Intervensi 1 Intervensi 1 Intervensi 1
1. Pre-test 1. Adanya pre-test 1. Terlaksananya pre- 1. Tidak ada
2. Pembagian 2. Adanya test 2. Tidak ada
leaflet pembagian leaflet 2. Terlaksananya 3. Tidak ada
3. Penyuluhan 3. Adanya pembagian leaflet
4. Tidak ada
4. Sesi tanya penyuluhan 3. Terlaksananya
jawab tentang kusta penyuluhan 5. Tidak ada
5. Post-test 4. Adanya sesi tanya 4. Terlaksananya 6. Tidak ada
6. Pembagian jawab post-test 7. Tidak ada
snack 5. Adanya post-test 5. Terlaksananya sesi
7. Pemberian 6. Adanya tanya jawab
souvernir pembagian snack 6. Terlaksananya
dan minuman pembagian snack
7. Adanya dan minuman
pembagian 7. Terlaksananya
souvenir pembagian
souvenir

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 49 Page 49
No Variable Tolak ukur Pencapaian Kesenjangan
2 Process
Planning
1. Merencanakan 1. Direncanakanny 1. Tersedianya 1. Tidak ada
sasaran, lokasi, dan a sasaran, sasaran, lokasi, 2. Tidak ada
intervensi penyuluhan lokasi, dan dan intervensi 3. Tidak ada
2. Merencanakan jadwal intervensi penyuluhan 4. Tidak ada
intervensi penyuluhan 2. Tersedianya 5. Tidak ada
3. Mempersiapkan slide 2. Direncanakanny jadwal 6. Tidak ada
powerpoint a jadwal intervensi 7. Tidak ada
4. Mempersiapkan intervensi 3. Tersedianya
leaflet 3. Dipersiapkanny slide
5. Mempersiapkan a slide powerpoint
soal pre-test dan post- powerpoint 4. Tersedianya
test 4. Dipersiapkanny soal pre-test
6. Merencanakan budget a soal pre-test dan post-test
yang diperlukan dan post-test
7. Mempersiapkan 5. dipersiapkan 5. Tersedianya
souvernir dan snack soal pre-test dan soal pre-test
1. post-test dan post-test
6. Direncanakanny
a budget yang 6. Tersedianya
diperlukan budget yang
7. Dipersiapkanny diperlukan
a souvernir dan
snack 7. Tersedianya
souvernir dan
snack
Organizing
1. Membuat materi 1. Adanya materi 1. Tersedianya 1. Tidak ada
penyuluhan tentang penyuluhan materi 2. Tidak ada
kusta oleh dokter tentang kusta penyuluhan 3. Tidak ada
muda 2. Adanya tentang kusta
2. Membuat powerpoint, 2. Tersedianya
powerpoint, leaflet leaflet tentang powerpoint, 4. Tidak ada
tentang kusta oleh kusta leaflet tentang
dokter muda 3. Adanya soal pre- kusta
3. Membuat soal pre- test dan post-test 3. Tersedianya 5. Tidak ada
test dan post-test tentang kusta soal pre-test dan 6. Tidak ada
tentang kusta oleh 4. Adanya jadwal post-test tentang 7. Tidak ada
dokter muda pelaksanaan kusta 8. Tidak ada
4. Pembuatan jadwal penyuluhan 4. Tersedianya 9. Tidak ada
pelaksanaan jadwal
penyuluhan oleh 5. Adanya ijin pelaksanaan
dokter muda untuk dilakukan penyuluhan
5. Pembuatan ijin untuk acara penyuluhan 5. Tersedianya ijin
dilakukan acara mengenai Ayo untuk dilakukan
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 50 Page 50
penyuluhan Temukan Bercak, acara
mengenai Ayo jadikan Keluarga penyuluhan
Temukan Bercak, menjadi mengenai Ayo
jadikan Keluarga penggerak Temukan
menjadi penggerak pencegahan Bercak, jadikan
pencegahan penyakit Keluarga
penyakit 6. Adanya snack menjadi
6. Pemesanan snack dan minuman penggerak
dan minuman oleh 7. Adanya pencegahan
dokter muda pertanyaan untuk penyakit
7. Mempersiapkan sesi tanya jawab 6. Tersedianya
pertanyaan untuk 8. Adanya alat snack dan
sesi tanya jawab penyuluhan minuman
8. Mempersiapkan alat 9. Adanya leaflet 7. Tersedianya
penyuluhan dan souvenir pertanyaan
9. Mempersiapkan untuk sesi tanya
leaflet dan souvenir jawab
8. Tersedianya alat
penyuluhan
9. Tersedianya
leaflet dan
souvenir
Actuating
1. Melakukan pre test 1. Adanya pre test 1. Terlaksananya 1. Tidak ada
2. Melakukan 2. Adanya pre test 2. Tidak ada
penyuluhan tentang penyuluhan 2. Terlaksananya 3. Tidak ada
4. Tidak ada
kusta tentang kusta penyuluhan
5. Tidak ada
3. Melakukan sesi 3. Adanya sesi tanya tentang kusta 6. Tidak ada
tanya jawab jawab 3. Terlaksananya
4. Melakukan post test 4. Adanya post test sesi tanya jawab
5. Melakukan 5. Adanya pemberian 4. Terlaksananya
pemberian snack, snack, minuman post test
minuman dan dan souvenir 5. Terlaksananya
souvenir pemberian
snack, minuman
dan souvenir

Controlling
1. Mengevaluasi hasil 1. Adanya evaluasi 1. Terlaksananya 1. Tidak ada
pre-test dan post-test hasil pre-test dan evaluasi hasil
sesuai dengan post-test sesuai pre-test dan
jawaban yang benar dengan jawaban post-test
yang benar
3. Output

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 51 Page 51
1. Meningkatnya 1. Peningkatan rata- 1. Tercapainya 1. Tidak ada
pengetahuan warga rata nilai pretest peningkatan
Desa Babakan 02/06 dan post test rata-rata nilai
pretest ke post
tentang Kusta 20%
test (32,76%)
dengan rata-rata
nilai dari 48,03
menjadi 63,76

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 52 Page 52
Tabel 8.2 Evaluasi Program Pemeriksaan Screening Kusta
No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Kesenjangan

1. Input
Man
1. Dokter muda 1. 3 orang 1. 3 orang 1. Tidak ada
2. Ibu pemegang 2. 1 orang 2. 1 orang 2. Tidak ada
program kusta 3. 1 orang 3. 1 orang 3. Tidak ada
3. Kader
kesehatan
Money
Tidak ada
1. Alat simulasi Rp. 10.000,- Rp. 10.000,-
(kapas dan Sumber : dana Sumber : dana bersama
tusuk gigi) bersama

Material
1. Alat simulasi 1. 67 kapas linting 1. 67 kapas linting 1. Tidak ada
(kapas dan dan 67 tusuk gigi dan 67 tusuk gigi 2. Tidak ada
tusuk gigi) 2. 1 buah 2. 1 buah 3. Tidak ada
2. Mic 3. 67 buah 3. 67 buah
3. Bullpen

Method
Intervensi 2 Intervensi 2 Intervensi 2 Intervensi 2
1. Informed 1. Adanya informed 1. Terlaksananya 1. Tidak ada
consent lisan consent lisan informed consent 2. Tidak ada
2. Mendemonstra 2. Adanya lisan 3. Tidak ada
sikan tentang demonstrasikan
2. Terlaksananya 4. Tidak ada
pemeriksaan tentang
screening pemeriksaan demonstrasikan 5. Tidak ada
kusta oleh screening kusta tentang 6. Tidak ada
dokter muda 3. Adanya pemeriksaan
3. Membagi pembagian warga screening kusta
warga menjadi menjadi 3. Terlaksananya
berpasangan berpasangan pembagian warga
4. Warga 4. Adanya warga
menjadi
melakukan melakukan
simulasi simulasi berpasangan
pemeriksaan pemeriksaan 4. Terlaksananya
screening kusta warga melakukan
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 53 Page 53
No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Kesenjangan

screening 5. Adanya satu orang simulasi


kusta petugas puskesmas pemeriksaan
5. Satu orang dan satu orang screening kusta
petugas kader kesehatan
5. Terlaksananya satu
puskesmas dan memantau warga
satu orang yang melakukan orang petugas
kader simulasi puskesmas dan satu
kesehatan 6. Adanya dokter orang kader
memantau muda yang kesehatan
warga yang mengobservasi memantau warga
melakukan yang melakukan
simulasi
simulasi
6. Dokter muda
mengobservasi 6. Terlaksananya
dokter muda yang
mengobservasi

No Variable Tolak ukur Pencapaian Kesenjangan


2 Process
Planning
1. Merencanakan 1. Adanya sasaran, 1. Sasaran 1. Tidak ada
sasaran, lokasi, dan lokasi, dan intervensi hadir, 2. Tidak ada
intervensi penyuluhan intervensi tersedianya 3. Tidak ada
4. Tidak ada
2. Merencanakan jadwal penyuluhan lokasi, dan
intervensi 2. Adanya jadwal intervensi
3. Merencanakan alat- intervensi penyuluhan
alat demonstrasi 3. Adanya alat-alat 2. Tersedianya
pemeriksaan screening demonstrasi jadwal intervensi
kusta yang diperlukan pemeriksaan 3. Tersedianya
seperti kapas dan screening kusta alat-alat
tusuk gigi yang diperlukan demonstrasi
4. Merencanakan budget seperti kapas dan pemeriksaan
yang diperlukan tusuk gigi screening kusta
2.
4. Adanya budget yang diperlukan
yang diperlukan seperti kapas dan
tusuk gigi
4. Tersedianya
budget yang
diperlukan

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 54 Page 54
Organizing
1. Mencari materi 1. Adanya materi 1. Tersedianya 1. Tidak ada
tentang pemeriksaan tentang materi tentang 2. Tidak ada
screening kusta oleh pemeriksaan pemeriksaan 3. Tidak ada
dokter muda screening kusta screening kusta
2. Pembuatan jadwal 2. Adanya jadwal 2. Tersedianya
pelaksanaan intervensi pelaksanaan jadwal
oleh dokter muda intervensi pelaksanaan
3. Permohonan ijin untuk 3. Adanya ijin untuk intervensi
dilakukan dilakukan 3. Tersedianya ijin
pemeriksaan screening pemeriksaan untuk dilakukan
oleh dokter muda screening pemeriksaan
screening
Actuating
1. Melakukan 1. Adanya 1. Terlaksananya 1. Tidak ada
demonstrasi tentang demonstrasi demonstrasi 2. Tidak ada
pemeriksaan tentang tentang 3. Tidak ada
screening kusta oleh pemeriksaan pemeriksaan
dokter muda screening kusta screening kusta
2. Membagi warga 2. Adanya warga 2. Terlaksananya
menjadi berpasangan menjadi warga menjadi
3. Mengajak warga berpasangan berpasangan
untuk melakukan 3. Adanya warga 3. Terlaksananya
simulasi untuk melakukan warga
simulasi melakukan
simulasi

Controlling
1. Mengevaluasi hasil 1. Semua warga 1. Dilakukan 2. Tidak ada
demonstrasi dan Desa Babakan
simulasi 02/06 mengerti
pemeriksaan tentang
screening kusta pemeriksaan
warga Desa Babakan screening kusta
02/06 dengan cara
obeservasi oleh
dokter muda
3. Output

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 55 Page 55
1. Mendemonstrasikan 1. 67 warga Desa 1. 67 warga Desa 1. Tidak ada
warga untuk Babakan 02/06 Babakan 02/06
melakukan mengerti cara dapat
pemeriksaan melakukan
pemeriksaa screening
screening kusta screening kusta
kusta dengan benar

8.3 Tabel intervensi 3

No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Kesenjangan

1. Input
Man
1. Dokter muda 1. 3 orang 1. 3 orang 1. Tidak ada
2. Petugas 2. 1 orang 2. 1 orang 2. Tidak ada
puskesmas
Money

1. Alat simulasi 1. Rp. 10.000,- 1. Rp. 10.000,- 1. Tidak ada


(kapas dan 2. Rp. 30.000,- 2. Rp .30.000,- 2. Tidak ada
tusuk gigi)
2. Buku PMO Sumber : dana Sumber : dana
bersama bersama

Material
1. Alat simulasi 1. 30 kapas linting 1. 30 kapas linting 1. Tidak ada
(kapas dan dan 30 tusuk gigi dan 30 tusuk gigi 2. Tidak ada
tusuk gigi) 2. 6 buku PMO 2. 6 buku PMO
2. Buku PMO

Method
Intervensi 3 Intervensi 3 Intervensi 3 Intervensi 3
1. Informed 1. Adanya Informed 1. Informed consent 1. Tidak ada
consent lisan consent lisan lisan terlaksana 2. Tidak ada
2. Kunjungan 2. Adanya kunjungan 2. Terlaksananya 3. Tidak ada
kepada 6 kepada 6 keluarga kunjungan kepada 6 4. Tidak ada
keluarga pasien pasien kusta keluarga pasien 5. Terlaksana
kusta 3. Adanya kusta
3. Pemeriksaan pemeriksaan 3. Terlaksananya
screening pada 6 screening pada 6 Pemeriksaan
anggota anggota keluarga screening pada 6
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 56 Page 56
No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Kesenjangan

keluargaoleh oleh dokter muda anggota keluarga


dokter muda dan dan bidan oleh dokter muda
bidan pemegang pemegang system dan bidan pemegang
system kusta kusta system kusta
4. Pemilihan PMO 4. Adanya pemilihan 4. Terlaksananya
pada keluarga PMO pada Pemilihan PMO
pasien keluarga pasien pada keluarga
5. Pemberian buku 5. Adanya pemberian pasien
PMO pada buku PMO pada 5. Terlaksananya
keluarga keluarga Pemberian buku
PMO pada keluarga

No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Kesenjangan


2. Process
a) Planning
1. Merencanakan sasaran 1. Adanya sasaran 1. Tersedianya sasaran 1. Tidak ada
intervensi intervensi intervensi 2. Tidak ada
2. Merencanakan jadwal 2. Adanya jadwal 2. Tersedianya jadwal 3. Tidak ada
intervensi intervensi intervensi 4. Tidak ada
3. Mencari rumah pasien 3. Ditemukannya 3. Tersedianya rumah 5. Tidak ada
intervensi rumah pasien pasien intervensi 6. Tidak ada
4. Merencanakan materi intervensi 4. Tersedianya materi
intervensi 4. Adanya materi intervensi
5. Merencanakan intervensi 5. Tersedianya
pembuatan buku PMO 5. Adanya pembuatan pembuatan buku
6. Mempersiapkan alat- buku PMO PMO
alat pemeriksaan 6. Adanya alat-alat 6. Tersedianya alat-alat
screening kusta pemeriksaan pemeriksaan
screening kusta screening kusta

Organizing
1. Mencari materi 1. Adanya materi 1. Tersedianya materi 1. Tidak ada
tentang pemeriksaan tentang tentang pemeriksaan 2. Tidak ada
screening kusta oleh pemeriksaan screening kusta 3. Tidak ada
dokter muda screening kusta 2. Tersedianya buku 4. Tidak ada
2. Pembuatan buku PMO 2. Adanya buku PMO PMO 5. Tidak ada
oleh dokter muda 3. Adanya alat yang 3. Tersedianya alat
3. Pencarian alat yang diperlukan yang diperlukan
diperlukan oleh dokter 4. Adanya jadwal 4. Tersedianya jadwal
muda kunjungan keluarga kunjungan keluarga
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 57 Page 57
4. Pembuatan jadwal pasien kusta di pasien kusta di Desa
kunjungan keluarga Desa Babakan Babakan 02/06
pasien kusta di Desa 02/06 5. Tersedianya ijin
Babakan 02/06 oleh 5. Adanya ijin kepada kepada keluarga
dokter muda keluarga pasien pasien kusta
5. Permohonan ijin kusta
kepada keluarga
pasien kusta oleh
dokter muda
Actuating
1. Melakukan inform consent 1. Adanya inform 1. Terlaksananya 1. Tidak ada
secara lisan kepada consent secara inform consent 2. Tidak ada
keluarga pasien kusta untuk lisan kepada secara lisan kepada 3. Tidak ada
4. Tidak ada
dilakukan anamnesa dan keluarga keluarga pasien
pemeriksaan screening pasien kusta kusta untuk
kusta untuk dilakukan
2. Melakukan anamnesa dilakukan anamnesa dan
tentang penyakit kusta pada anamnesa dan pemeriksaan
keluarga pasien kusta pemeriksaan screening kusta
3. Melakukan pemeriksaan screening 2. Terlaksananya
screening kusta pada kusta anamnesa tentang
keluarga pasien kusta 2. Adanya penyakit kusta pada
4. Menentukan PMO, anamnesa keluarga pasien
menjelaskan tentang isi tentang kusta
buku PMO dan memberi penyakit kusta 3. Terlaksananya
buku PMO pada keluarga pada keluarga pemeriksaan
pasien kusta pasien kusta screening kusta
3. Adanya pada keluarga
pemeriksaan pasien kusta
screening kusta 4. Terlaksananya
pada keluarga penentuan PMO,
pasien kusta penjelasan tentang
4. Adanya isi buku PMO dan
penentuan pemberian buku
PMO, PMO pada
penjelasan keluarga pasien
tentang isi kusta
buku PMO dan
pemberian
buku PMO
pada keluarga
pasien kusta

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 58 Page 58
Controlling
1. Mendapatkan suspek kusta 1. Adanya suspek 1. Dilakukan 1. Tidak ada
dari keluarga pasien kusta kusta dari 2. Dilakukan 2. Tidak ada
2. Mendapatkan PMO untuk keluarga
pasien kusta pasien kusta
2. Adanya PMO
untuk pasien
kusta
3. Output
1. Melakukan screening kusta 1. Dari 30 orang 1. Dari 30 orang 1. Tidak ada
pada keluarga pasien kusta anggota anggota keluarga
keluarga pasien pasien kusta yang
kusta yang telah telah di anamnesa
di anamnesa dan diperiksa,
dan diperiksa, didapatkan 3 pasien
didapatkan suspek kusta
suspek kusta

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 59 Page 59
No. Variablel Tolak ukur Pencapaian kesenjangan
Environtment
Fisik - Pada intervensi 3, - Ruangan yang - Tidak ada
- transportasi akses menuju digunakan tidak - Tidak ada
Non Fisik rumah keluarga dapat menampung
sulit di temukan seluruh warga desa
babakan saat
penyuluhan
- Sehingga Ruangan
dibagi menjadi dua
- Ruangan dapat
digunakan untuk
demonstrasi dan
simulasi pemeriksaan
screening kusta

5. Feedback
Hasil output - Digunakan - Digunakan - Tidak ada
dijadikan sebagai
umpan balik
kepada
puskesmas

6. Impact
Tujuan jangka Belum dapat dinilai
menengah dan
jangka panjang

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 60 Page 60
BAB 9
KESIMPULAN DAN SARAN

9.1. Kesimpulan
Data yang didapatkan dari Puskesmas Legok menunjukkan bahwa di Desa Babakan pada
tahun 2015 terdapat 3 kasus dari total 5 kasus. Tahun 2016 ditemukan sebanyak 2 kasus
Kusta dari total 5 kasus di Desa Babakan. Dua dari lima pasien merupakan anak usia 20-
40 tahun dimana pasien tersebut bertempat tinggal di Desa Babakan. Tahun 2017, 3
kasus Kusta yang terdapat di Desa Babakan terdiagnosis sebagai Kusta Multibasilar.
Cukup banyaknya angka kejadian Kusta di lingkungan Desa Babakan, maka dipilihlah
desa babakan tersebut sebagai scope tempat dilakukannya intervensi.
1. Masalah-masalah penyebab yang menyebabkan peningkatan insiden Kusta di
wilayah kerja Puskesmas Legok adalah :
Kurangnya kegiatan promotif dan preventif penyakit Kusta dari tenaga
kesehatan terutama mengenai tanda awal, pemeriksaan, pencegahan, biaya
pengobatan hingga komplikasi dari Kusta.

2. Intervensi sebagai bagian dari alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan
dalam jangka pendek dan memiliki daya ungkit yang besar dan menunjang tujuan
jangka menengah dan jangka panjang di harapkan
Melakukan penyuluhan tentang Kusta
Melakukan demonstrasi pemeriksaan screening kusta simulasi yang
dilakukan oleh warga yang telah mengikuti penyuluhan diawasi oleh
pemegang program kusta dan kader kesehatanMelakukan cross check
terhadap suspectKusta
Melakukan kunjungan 6 keluarga pasien kusta anamnesis, pemeriksaan
screening kust terhadap pasien dan keluarga pasien yang terdiagnosis Kusta

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 61 Page 61
3. Hasil intervensi yang dilakukan adalah :
Terjadi peningkatan rata-rata nilai pretest 48,03 menjadi 63,76 saat post test.
Terdapat 67 warga desa babakan RT 02/06 yang dilakukan pemeriksaan
screening penyakit Kusta, dan tidak didapatkan suspek Kusta
Hasil screening pada keluarga pasien didapatkan terdapat 3 orang suspect
kusta dari 6 orang anggota keluarga yang menderita Kusta
Hasil follow-up pasien didapatkan terawasinya pasien dalam meminum obat
dan adanya PMO didalam keluarga pasien
9.2. Saran
9.2.1. Saran bagi Peserta yang Mengikuti Penyuluhan dan Pemeriksaan
1. Memberikan Informasi tentang Kusta, yaitu penyebab, pemeriksaan,
pencegahan, pengobatan, dan komplikasi dari Kusta kepada orang-orang
yang tidak hadir atau ikut dalam penyuluhan dan pelatihan
2. Melakukan pemeriksaan apabila mendapatkan keluhan serupa

9.2.2. Saran bagi Puskemas Kecamatan Legok


1. Meningkatkan kegiatan promotif dan preventif Kusta kepada masyarakat
sekitar
2. Melanjutkan intervensi yang telah dilakukan
3. Memantau hasil intervensi yang telah dilakukan
4. Melakukan program penyuluhan dan pemeriksaan Kusta secara rutin oleh
kader dan petugas kesehatan di Puskesmas Kecamatan legok

9.2.3. Saran bagi Tim Selanjutnya


1. Memantau hasil intervensi yang telah dilakukan
2. Melakukan penyuluhan ulang mengenai Kusta dan pencegahannya bersama
dengan petugas kesehatan puskesmas di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Legok yang belum mendapatkan penyuluhan sebelumnya.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 62 Page 62
Persenta
U- Pendi- -se
No Nama Pre-test Post-test Selisih Keterangan
sia dikan peningka
-tan nilai
1 SD 65.55 91.20 25.7 Meningkat 39.13%
2 SD 57.00 76.95 20.0 Meningkat 35.00%
3 SMP 34.20 54.15 20.0 Meningkat 58.33%
Tidak
4 54.15 65.55 11.4 Meningkat 21.05%
sekolah
5 SMP 34.20 54.15 20.0 Meningkat 58.33%
6 SD 37.00 65.55 28.6 Meningkat 77.16%
7 SD 59.85 65.55 5.7 Meningkat 9.52%
8 SD 48.50 68.40 19.9 Meningkat 41.03%
Tidak
9 17.10 54.15 37.1 Meningkat 216.67%
sekolah
10 SMP 37.00 48.50 11.5 Meningkat 31.08%
Tidak
11 28.50 37.00 8.5 Meningkat 29.82%
sekolah
12 SD 59.85 65.55 5.7 Meningkat 9.52%
13 SMP 37.00 57.00 20.0 Meningkat 54.05%
Tidak
14 37.00 48.50 11.5 Meningkat 31.08%
sekolah
Tidak
15 34.20 37.00 2.8 Meningkat 8.19%
sekolah
16 SD 48.50 57.00 8.5 Meningkat 17.53%
Tidak
17 48.50 57.00 8.5 Meningkat 17.53%
sekolah
Tidak
18 34.20 57.00 22.8 Meningkat 66.67%
sekolah
19 SD 48.50 71.25 22.8 Meningkat 46.91%
20 SMP 48.50 91.20 42.7 Meningkat 88.04%
Tidak
21 19.95 62.70 42.8 Meningkat 214.29%
sekolah
Tidak
22 22.80 68.40 45.6 Meningkat 200.00%
sekolah
Tidak
23 31.35 57.00 25.7 Meningkat 81.82%
sekolah
24 SMP 62.70 62.70 0.0 Meningkat 0.00%
25 SD 34.20 59.85 25.7 Meningkat 75.00%
26 SD 48.50 71.25 22.8 Meningkat 46.91%
27 SD 34.20 54.15 20.0 Meningkat 58.33%
28 SD 59.85 62.70 2.9 Meningkat 4.76%
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 63 Page 63
29 SD 34.20 59.85 25.7 Meningkat 75.00%
30 SMP 62.70 65.55 2.8 Meningkat 4.55%
Tidak
31 59.85 65.55 5.7 Meningkat 9.52%
sekolah
32 SMP 62.70 71.25 8.6 Meningkat 13.64%
33 SD 34.20 54.15 20.0 Meningkat 58.33%
34 SD 59.85 62.70 2.9 Meningkat 4.76%
Tidak
35 57.00 59.85 2.9 Meningkat 5.00%
sekolah
Tidak
36 22.80 71.25 48.5 Meningkat 212.50%
sekolah
Tidak
37 59.85 65.55 5.7 Meningkat 9.52%
sekolah
Tidak
38 19.95 54.15 34.2 Meningkat 171.43%
sekolah
39 SMK 57.00 85.50 28.5 Meningkat 50.00%
40 SD 34.20 57.00 22.8 Meningkat 66.67%
41 SD 31.35 57.00 25.7 Meningkat 81.82%
42 SD 57.00 76.95 20.0 Meningkat 35.00%
43 SMP 54.15 68.40 14.3 Meningkat 26.32%
44 SD 57.00 65.55 8.6 Meningkat 15.00%
45 SD 54.15 57.00 2.9 Meningkat 5.26%
Tidak
46 54.15 62.70 8.6 Meningkat 15.79%
sekolah
47 SD 54.15 71.25 17.1 Meningkat 31.58%
48 SD 54.15 62.70 8.6 Meningkat 15.79%
49 SMK 57.00 76.95 20.0 Meningkat 35.00%
50 SD 34.20 54.15 20.0 Meningkat 58.33%
51 SD 62.70 71.25 8.6 Meningkat 13.64%
52 SD 34.20 54.15 20.0 Meningkat 58.33%
53 SMP 71.25 76.95 5.7 Meningkat 8.00%
54 SD 62.70 71.25 8.6 Meningkat 13.64%
Tidak
55 48.50 54.15 5.7 Meningkat 11.65%
sekolah
56 SD 54.15 62.70 8.6 Meningkat 15.79%
57 SD 54.15 57.00 2.9 Meningkat 5.26%
58 SMK 62.70 71.25 8.6 Meningkat 13.64%
59 SD 65.55 91.20 25.7 Meningkat 39.13%
60 SD 57.00 76.95 20.0 Meningkat 35.00%
61 SMP 62.70 76.95 14.3 Meningkat 22.73%
62 SD 54.15 57.00 2.9 Meningkat 5.26%

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 64 Page 64
Tidak
63 48.50 57.00 8.5 Meningkat 17.53%
sekolah
64 SD 57.00 65.55 8.6 Meningkat 15.00%
65 SD 65.55 71.25 5.7 Meningkat 8.70%
66 SD 48.50 54.15 5.7 Meningkat 11.65%
67 SD 54.15 57.00 2.9 Meningkat 5.26%
Total 3217.90 4272.15 1054.25 32.76%
Mean 48.03 63.76 15.74 32.76%

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 65 Page 65
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 66 Page 66
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 67 Page 67
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 68 Page 68
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 69 Page 69
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 70 Page 70
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 71 Page 71
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 72 Page 72
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 73 Page 73
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 74 Page 74
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 75 Page 75
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 3 April 2017 27 Mei 2017 76 Page 76

Anda mungkin juga menyukai