Anda di halaman 1dari 3

5.

Sistem dalam Pengambilan Keputusan Manajemen


Manajemen organisasi merupakan suatu sistem yang bergerak dalam perilaku yang kompleks
dimana salah satu perilaku dari organisasi tersebut akan melibatkan sejumlah komponen personel, tujuan
informasi, prosedur dan teknik. Manajemen memutuskan apa saja yang akan dilakukan dan memperoleh
suatu tindakan, serta dalam situasi tertentu suatu keputusan harus mendahului pelaksanaan (Marimin,
2004).
Keberhasilan dan kegagalan pada hasil akhir akan ditentukan oleh keputusan dan efektifitas dalam
pelaksanaannya, serta peran penting dari suatu kepemimpinan, komunikasi dan motivasi. Efektifitas dari
suatu pelaksanaan keputusan ditentukan oleh lingkungan. Keberhasilan keputusan akan ditentukan oleh
penerimaan di lingkungan tersebut. Efektifitas keputusan yang terpilih dipengaruhi oleh
ketidaksempurnaan informasi, hambatan waktu dan biaya, serta keterbatasan dimensi pemikiran atau
rasionalitas (Syafaruddin, 2004).
Suatu keputusan dihasilkan melalui proses sistem analisis yang dipakai oleh seorang manajer.
Sistem analisis juga merupakan bagian dari proses penting untuk mencatat kemungkinan alternatif,
menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi setiap alternatif dan membangun nilai yang berhubungan
dengan variabel (Syafaruddin, 2004).

6. Proses Pengambilan Keputusan Manajemen


Sebagai suatu sistem kerja manajemen, pengambilan suatu keputusan memiliki proses atau langkah
langkah tertentu (Syafaruddin, 2004). Langkah- langkah dalam proses pengambilan suatu keputusan adalah
sebagai berikut: (Schermerhorn, 2010)
1. Identifikasi dan penetapan masalah
Langkah yang pertama dalam pengambilan suatu keputusan adalah menemukan dan menetapkan
suatu permasalahan yang sedang dihadapi. Pada tahap ini, masalah harus didefinisikan terlebih dahulu
sehingga terlihat dengan jelas perbedaan antara masalah dan bukan masalah (misalnya isu). Untuk
mengetahui penyebab timbulnya masalah, kita harus memperoleh data dan informasinya terlebih
dahulu. Dengan kata lain, langkah awal yang kita lakukan adalah mengumpulkan data terlebih dahulu.
Data tersebut kemudian diolah menjadi informasi tentang penyebab timbulnya masalah. Pada tahap
ini, fungsi unit pengolah data sangat penting sebab tidak menutup kemungkinan akan ada informasi
yang tidak dapat dipertanggungjawabkan (Griffin, 2004). Mengumpulkan informasi dan membuat
pertimbangan merupakan hal yang sangat penting dalam tahap ini. Cara untuk menemukan suatu
permasalahan akan berdampak besar pada cara pemecahan masalah tersebut, dan cara tersebut sangat
penting untuk menentukan keputusan apa yang harus diambil. Semakin spesifik tujuan yang ingin
dicapai, maka akan semakin mudah juga untuk mengevaluasi hasil setelah keputusan dijalankan
(Schermerhorn, 2010).
2. Mencari dan mengevaluasi tindakan
Setelah menentukan masalah, maka tindakan selanjutnya yang akan dilakukan adalah
mengumpulkan fakta dan informasi yang dapat membantu memecahkan masalah tersebut. Saat ini
kita harus memperjelas apa saja yang kita ketahui dan apa saja yang perlu kita ketahui. Dari
alternatif yang diperoleh, kita harus mempertimbangkan kekurangan dan kelebihan yang dapat
diperoleh, serta hal yang dapat dicapai harus lebih besar, sehingga hasil yang diperoleh setelah
tahap ini bisa optimal. Untuk itu, kita harus mengajak beberapa orang dalam proses pengumpulan
informasi dan memberi pendapat mengenai masalah yang akan dipecahkan (Schermerhorn, 2010).
3. Memutuskan tindakan yang digunakan
Dalam tahap ini, suatu keputusan dibuat dengan memilih alternatif tindakan apa saja yang
akan dilakukan untuk memecahkan masalah dan siapa saja yang akan memecahkan masalah
tersebut (Schermerhorn, 2010). Dalam mengevaluasi dan memilih alternatif tindakan yang akan
diambil seharusnya juga mempertimbangkan kemungkinan penerapan dari keputusan tersebut.
Apabila keputusan tersebut sulit diterapkan, maka keputusan itu tidak ada artinya (Griffin, 2004).
Dalam teori manajemen, terdapat beberapa perbedaan dalam membuat suatu keputusan, antara lain
cara classical dan behavioral (Schermerhorn, 2010).
a. Classical decision model
Menurut teori ini, manager harus bertindak rasional dengan menemukan masalah dan
mengetahui semua alternatif yang memungkinkan serta mengetahui konsekuensinya. Manager
harus bisa membuat suatu keputusan yang memberi solusi terbaik bagi masalah tersebut
(optimizing decision) (Schermerhorn, 2010).
b. Behavioral decision model
Teori ini beranggapan bahwa orang akan bertindak sesuai dengan situasi yang sedang
mereka hadapi. Persepsi yang dimiliki oleh orang seperti ini sering kali kurang tepat, oleh
karena itu orang yang membuat suatu keputusan memiliki sedikit pengetahuan tentang
alternatif yang akan dipilih beserta konsekuensinya. Sehingga alternatif pertama yang muncul
yang akan terpilih sebagai solusi (Schermerhorn, 2010).
4. Melaksanakan tindakan/ keputusan
Setelah memilih suatu alternatif sebagai solusi, maka tindakan harus segera diambil. Tidak
akan terjadi apa-apa apabila belum melakukan tindakan untuk memecahkan masalah. Seorang
manager tidak hanya harus memiliki kreativitas dalam membuat suatu keputusan, tetapi juga harus
memiliki kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan tindakan (Schermerhorn, 2010).
Tahap pertama hingga ketiga akan berdampak besar dalam pelaksanaan keputusan yang
telah dibuat. Kesulitan utama dalam tahap ini adalah kurangnya partisipasi. Manager harus
memutuskan dengan bijaksana siapa saja yang akan terkait dalam pemecahan masalah sejak awal.
Partisipasi orang orang dalam hal pembuatan suatu keputusan akan membuat mereka memiliki
informasi dan dapat membangun komunikasi yang diperlukan dalam menjalankan putusan tersebut
(Schermerhorn, 2010).
Dalam tahap ini, sering kali keputusan yang baik sekalipun mengalami kegagalan karena
tidak diterapkan dengan benar. Keberhasilan dari penerapan suatu keputusan yang diambil oleh
pimpinan tidak hanya menjadi tanggung jawab dari pimpinan tersebut, akan tetapi dibutuhkan
komitmen dari bawahan yang juga memegang peranan yang penting dalam melaksanakan
keputusan tersebut (Griffin, 2004).
5. Mengevaluasi hasil
Proses pengambilan suatu keputusan tidak akan selesai hingga hasilnya dapat dievaluasi.
Jika hasil yang diinginkan belum atau tidak tercapai, maka harus diambil tindakan untuk
memperbaiki hal tersebut (Schermerhorn, 2010). Penilaian suatu keputusan didasarkan atas sasaran
dan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan yang bersifat khusus dan mudah diukur dapat
mempercepat pimpinan untuk menilai keberhasilan suatu keputusan tersebut (Griffin, 2004).

Anda mungkin juga menyukai