TINJAUAN TEORI
1.1 Syok Kardiogenik
1. Definisi Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik adalah suatu kondisi dimana jantung secara tiba-tiba
tidak mampu memompa darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Kondisi ini merupakan kegawatdaruratan medis dan memerlukan penanganan
secara cepat. Penyebab paling umum syok kardiogenik adalah kerusakan otot
jantung akibat serangan jantung. Namun, tidak semua pasien dengan serangan
jantung akan mengalami syok kardiogenik. Rata-rata, sekitar 7% pasien dengan
serangan jantung akan mengalami kondisi ini (National Heart, Lung, and Blood
Institute, 2011).
Syok merupakan sindroma klinis yang kompleks yang mencakup
sekelompok keadaan dengan manifestasi hemodinamika yang bervariasi, tetapi
petunjuk yang umum adalah tidak memadainya perfusi jaringan ketika
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah mengalami kerusakan
(Muttaqin, 2010).
Syok kardiogenik adalah suatu sindroma yang diakibatkan oleh gangguan
sirkulasi, akibat utama dari aktivitas pompa jantung yang lemah. Biasanya terjadi
secara tiba-tiba dan mengakibatkan efek yang sangat besar terhadap organ-organ
vital (Eliastam et al., 1998 dalam Muttaqin 2010).
Syok kardiogenik merupakan keadaan gawat darurat jantung yang
menuntut penatalaksanaan cepat dan tepat. Syok ini dapat timbul akibat infak
miokard akut (IMA) atau sebagai fase terminal beberapa penyakit jantung
lainnya. Syok kardiogenik adalah kelainan jantung primer yang mengakibatkan
perfusi jaringan tidak cukup untuk mendistribusi bahan-bahan makanan dan
pengambilan sisa-sisa metabolik tubuh. Darisegi hemodinamik ayok kardiogenik
adalah kelainan jantung primer yang mengakibatkan hal-hal berikut:
a. Tekanan arterial sistolik < 90 mmHg (hipotensi absolut) atau paling tidak 60
mmHg dibaah tekanan basal (hipotensi relatif).
b. Gangguan aliran darah ke organ-organ penting (kesadaran menurun,
vasokonstriksi perifer, oliguria (urine < 30 ml/jam).
c. Tidak adanya gangguan pre-load atau proses non-miokardial sebagai etiologi
syok (artimia, asidosid atau antidepresan jantung secara farmakologik maupun
fisiologik).
Adanya gangguan miokardial primer secara klinik dan laboratorik (Bakta dan
Suastika, 1999 dalam Mayoclinic, 2014).
Kekurangan oksigen pada otak, ginjal, kulit, dan bagian tubuh lainnya akan
menimbulkan tnda dan gejala syok kardiogenik. Bebarapa tanda gejala dibawah
ini biasanya timbul dua atau lebih ttanda gejala, yaitu:
a. Penurunan kesadaran sampai kehilangan kesadaran
b. Denyut jantung yang tiba-tiba cepat
c. Diaforesis
d. Kulit pucat
e. Nadi lemah
f. Napas cepat
g. Penurunan atau tidak ada produksi urin
h. Tangan dan kaki dingin (National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011)
Menurut Mubin (2010), diagnosis syok kardiogenik adalah berdasarkan
1) Keluhan Pokok
Oliguri (urin < 20 mL/jam).
Mungkin ada hubungan dengan IMA (infark miokard akut).
Nyeri substernal seperti IMA.
2) Tanda Penting
Tensi turun < 80-90 mmHg
Takipneu dan dalam
Takikardi
Nadi cepat
Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru
Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar
Sianosis
Diaforesis (mandi keringat)
Ekstremitas dingin
Perubahan mental
3) Kriteria
Adanya disfungsi miokard disertai :
Tekanan darah sistolis arteri < 80 mmHg.
Produksi urin < 20 mL/jam.
Tekanan vena sentral > 10 mmH2O
Ada tanda-tanda: gelisah, keringat dingin, akral dingin, takikardi (Mubin,
2010).
d. Prosedur Bedah
Prosedur bedah dilakukan jika obat-obatan dan penggunaan lat bantu medis
tidak bisa mengatasi syok kardiogenik. Prosedur bedah akan megembalikan
aliran darah dan memperbaiki kerusakan jantung. Prosedur bedah yang
dilakukan dalam 6 jam setelah onset terjadinya tanda gejala syok akan
meningkatkan harapan hisup lebih besar. Tipe prosedur bedah yang digunakan
antara lain:
Percutaneous coronary intervention (PCI) dan stent
PCI yang juga dikenal dengan nama coronary angiplasty, merupakan
prosedur yang digunakan untuk membuka arteri koroner yang mengalami
obstruksi. Kemudian pada saat itu juga digunakan stent yang berfungsi
untuk menjaga arteri koroner tetap terbuka selama prosedur PCI.
Coronary artery bypass grafting
Pada prosedur ini, arteri dan vena yang berasal dari baggian tubuh lainnya
digunakan untukmembuat jalan pintas pada arteri kornaria. Kemudian akan
terbentuk sebuah jalan baru untuk memberikan perfusi ke jantung.
Pembedahan untuk memperbaiki katup jantung
Pembedahan untuk memeprbaiki ruptur septal (didning antar
ventrikel)
Transplantasi jantung
Pembedahan jenis ini jarang dilakukan dalam keadaan emergensi seperti
ini. Tindakan ini direkomendasikan jika ini merupakan jalan yang paling
baik untuk meningkatkan harapan hisup pasien (National Heart, Lung, and
Blood Institute, 2011).
Adapun diagram pedoman penatalaksanaan syok kardiogenik (Panja et al.,
2010):
9. Komplikasi Syok Kardiogenik
Komplikasi yang bisa terjadi akibat dari syok kardiogenik adalah:
Gagal ginjal
Kerusakan hati
(National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011)
DAFTAR PUSTAKA
1. Pemeriksaan Diagnostik
1) Electrocardiography (elektrokardiografi)
Elevasi segmen ST dapat terobservasi. Right-sided leads dapat
menunjukkan suatu pola infark ventrikel kanan, yang mengindikasikan
terapi yang berbeda dari terapi untuk penyebabpenyebab lainnya dari
syok kardiogenik.
Pada pasien karena infark miokard akut dengan gagal ventrikel kiri
(LV failure), gelombang Q (Q waves) dan/atau >2-mm ST elevation
pada multiple leads atau left bundle branch block biasanya tampak.
Lebih dari setengah (> 50%) dari semua infark yang berhubungan
dengan syok adalah anterior. Global ischemia karena severe left main
stenosis biasanya disertai dengan depresi ST berat (>3 mm) pada
multiple leads.
2) Radiografi
Radiografi dada (chest roentgenogram) dapat terlihat normal pada
mulanya atau menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif akut
(acute congestive heart failure), yaitu:
- Cephalization karena dilatasi pembuluh darah-pembuluh darah
pulmoner.
- Saat tekanan diastolik akhir ventrikel kiri (left ventricular end-diastolic
pressures) meningkat, akumulasi cairan interstitial ditunjukkan secara
radiografis dengan adanya gambaran fluffy margins to vessels,
peribronchial cuffing, serta garis Curley A dan B. Dengan tekanan
hidrostatik yang sangat tinggi, cairan dilepaskan (exuded) ke alveoli,
menyebabkan diffuse fluffy alveolar infiltrates.
- Gambaran foto/rontgen dada (chest x-ray) lainnya yang mungkin
tampak pada penderita syok kardiogenik:
Kardiomegali ringan
Edema paru (pulmonary edema)
Efusi pleura
Pulmonary vascular congestion
Ukuran jantung biasanya normal jika hasil syok kardiogenik berasal dari
infark miokard yang pertama, namun membesar jika ada riwayat infark
miokard sebelumnya.
3) Bedside echocardiography
Ini berguna untuk menunjukkan:
Fungsi ventrikel kiri yang buruk (poor left ventricular function).
Menilai keutuhan katub (assessing valvular integrity).
Menyingkirkan penyebab lain syok, seperti: cardiac tamponade.
4) Laboratorium
Penemuan laboratorium :
Hitung leukosit secara khas meningkat disertai dengan left shift.
Tidak adanya prior renal insufficiency, fungsi ginjal pada mulanya
normal, namun blood urea nitrogen (BUN) dan creatinine meningkat
secara cepat (rise progressively).
Hepatic transaminases jelas meningkat karena hipoperfusi hati (liver
hypoperfusion).
Perfusi jaringan yang buruk (poor tissue perfusion) dapat
menyebabkan anion gap acidosis dan peningkatan (elevation) kadar
asam laktat (lactic acid level).
Gas darah arteri (arterial blood gases) biasanya menunjukkan
hypoxemia dan metabolic acidosis, dimana dapat dikompensasi oleh
respiratory alkalosis.
Petanda jantung (cardiac markers), creatine phosphokinase dan MB
fractionnya, jelas meningkat, begitu juga troponins I dan T.
22
3 : Moderate deviation from normal 1.10 Kolaborasi pada pemeriksaan ulang EKG , foto dada,
range. pemeriksaan data laboratorium (enzim jantung,GDA,elektrolit).
4 : Mild deviation from normal range. 1.11 Kolaborasi dalam pemberian obat antidisritmia sesuai indikasi,
5 : No deviation from normal range. dan bila digunakan bantu pemasangan/mempertahankan pacu
jantung.
No Diagnosa
Tujuan Kriteria Standart Intervensi TT
Dx Keperawatan
2 Gangguan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 Ventilation Assistance
pertukaran gas b.d jam, terdapat perbaikan oksigenasi jaringan. 1. Pertahankan kepatenan airway
perubahan 2. posisikan klien untuk mengurangi dispnea
membrane kapiler NOC 3. posisikan untuk meringankan respirasi klien
1. Cardiopulmonary Status. ( meninggikan bed)
2. Respiratory status 4. monitor efek dari posisi terhadap saturasi
No Indikator 1 2 3 4 5 Oksigen
1 RR 5. auskultasi suara nafas
6. monitor otot bantu nafas.
2 Saturasi Oksigen 7. monitor status respirasi dan oksigen
8. ajarkan teknik pursed lip-breathing
24
Keterangan Penilaian :
1 : Severe deviation from normal range.
2 : Substantial deviation from normal range.
3 : Moderate deviation from normal range.
4 : Mild deviation from normal range.
5 : No deviation from normal range.
No Diagnosa
Tujuan Kriteria Standart Intervensi TT
Dx Keperawatan
3 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1. Activity Theraphy
b.d 3x24 jam, kemampuan aktifitas klien membaik 1.1 Monitoring kemampuan pasien untuk
ketidakseimbangan NOC melakukan aktivitas spesifik seperti duduk di
pemenuhan O2 1. activity tolerance tempat tidur, berjalan, buang air kecil di kamar
terhadap kebutuhan No Indikator 1 2 3 4 5 mandi.
1.2 Bantu pasien dan keluarga mengidentifikasi
25
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
2.1 Pengkajian Keperawatan
2.1.1 Identitas Pasien
Nama : Tn.H
Tanggal lahir : 18/11/1952 (65 tahun)
Jenis kelamin : Laki-lai
No.MR : 04.77.41
Diagnosa Medis : Syok Kardiogenik
2.1.2 Keluhan Utama
Klien mengeluh sesak napas dan nyeri dada sebelah kiri saat duduk
sampai menembus kebelakang yang dirasakan terus menerus makin lama
makin terasa sangat nyeri, dengan skala nyeri 9(nyeri berat), nyeri juga
dirasakan saat menarik napas (inspirasi).
Triase : prioritas pertama ( MERAH)
2.1.3 Data Primer
1. Airway : Jalan napas paten, tidak ada cairan maupun darah
pada jalan napas
2. Breathing : Bentuk dada simetris, RR : 34 kali per menit, suara
napas vesikuler tidak ada suara napas tambahan,
tampak retraksi dada (menggunakan otot bantu
bernapas)
3. Circulation : Tekanan darah tidak terukur jika menggunakan
sfigmomanometer manual, saat menggunakan
sfiggmomanometer digital di dapat hasil 114/79
mmHg, Nadi 68 kali per menit. Nadi radialis
tidak teraba, CRT > 2 detik, SPO2 88 %, akral
teraba dingin.
4. Disability : Keadaan umum klien tampak lemah, saat diruang
triase pasien masih dengan kesadaran compos
mentis dengan GCS 15 (E4V5M6), namun setelah
20 menit kemudian pasien pengalami penurunan
27
Glukosa
1. 349 Mg/dl < 200
sewaktu
2) Pemeriksaan Radiologi
- Pemeriksaan EKG tampak sinus takikardia
3) Terapi
Tanggal Terapi indikasi
29/08/2017 Infus NaCl 0,9 % drip syok kardiogenik,
Dopamin (loading) kondisi hipotensi
berat atau
kecenderungan syok
setelah mendapat
terapi cairan.
Infus NaCl 0,9 % Cairan pengganti
loading untuk plasma isotonik
yang hilang, dan
pengganti cairan saat
kondisi alkalosis
hipokloremia.
Injeksi Sulfas Atropin Asistole atau PEA
lambat, bradikardi
selain AV blok derajat
II atau derajat III.
Injeksi ephinefrin Untuk menangani
reaksi alergi aut yang
bisa menyebabkan
pembengkakan di
mulut dan lidah,
ganggua pernapasan,
kolaps, dan hilangnya
kesadaran.
Sp. Raivas Untuk mengontrol
tekanan darah pada
keadaan hipotensi
akut. Untuk
memperbaiki dan
mempertahankan
tekanan darah yang
adekuat saat denyut
jantung dan ventilasi
jantung telah dicapai
dengan cara lain.
Mahasiswa,
ANALISA DATA
No. Data subyektif dan Kemungkinan Masalah
obyekif penyebab
1. DS : penyakit kritis Cemas
keluarga menanyakan
keadaan klien terus penurunan kesadaran
menerus, bagaimana ( coma)
perkembangan
kesehatan ayahnya takut kematian/
DO : kehilangan
Keluarga tampak
menangis
Keluarga tampak
gelisah
PRIORITAS MASALAH
RENCANA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
Tanda
tangan dan
Hari / Tanggal Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama
Perawat
29- 08- 2017 Diagnosa 1 S:-
Airway Managemen O:
1. Membuka jalan napas dengan tekhnik head till chin status oksigen (SPO2) = 87 %
lift
terpasang ETT
2. Memposisikan klien berbaring terlentang untuk
memaksimalkan ventilasi terpasang CVP
3. Mengidentifikasikan klien perlu pemasangan jalan terpasang monitor
napas buatan CRT > 2 detik
4. Melakukan pemasangan Orofharingeal tube (OPA) Kesadaran coma, GCS 3
untuk membuka jalan napas serta dilakukan bagging TTV
5. Melakukan suction TD : tidak terukur
6. Memonitor status respirasi dan SPO2 pada BSM yang
N : 31 x / menit
sudah terpasang
7. Melakukan pijat jantung (CPR) RR :46x/ menit
Oxygen therapi S : 36 C
8. Mempertahankan jalan napas yang paten
9. Memonitor aliran oksigen
38
Tanda tangan
Hari / Tanggal Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Nama Perawat
29 08 - 2017 Diagnosa 2 S : keluarga klien mengatakan sudah merelakan
ayah mereka untuk pergi
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
1. Menggunakan pendekatan yang menenangkan O:
2. Menyatakan dengan jelas harapan terhadap
pelaku pasien Keluarga almarhum menangis
3. Menjelaskan semua prosedur dan apa yang Keluerga almarhum tampak gelisah
dirasakan selama prosedur kepada klien dan Keluarga almarhum tampa selalu ingin
keluarga
dekat dengan almarhum
4. Memahami prespektif pasien dan keluarga
terhadap situasi stres A : masalah tidak teratasi
5. Menemani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut pasien dan P : hentikan intervensi pasien meninggal dunia
keluarga pukul 11.15 wib
6. Memberikan informasi faktual mengenai
diagnosis, tindakan prognosis kepada keluarga
pasien
7. Menganjurkan keluarga pasien untuk berdoa