Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki,
perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia
bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000
kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Meskipun pada tahun
2007 mulai terjadi penurunan insiden TBC, Indonesia adalah negara kelima
terbesar dengan masalah TBC di dunia (2009). Survei prevalensi TBC yang
dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa
prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 0,65%. Sedangkan menurut
laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun
2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256
kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus
baru. Tahun 2007 total kasus TB 528.000 dan tahun 2008 sebanyak 429.730
kasus.
Diperkirakan setiap tahun 430.000 kasus baru TBC dimana sekitar 1/3
penderita terdapat disekitar puskesmas, 1/3 ditemukan di pelayanan rumah sakit
atau klinik pemerintah dan swasta, praktek swasta dan sisanya belum terjangku
unit pelayanan kesehatan. Sedangkan kematian karena TB diperkirakan 175.000
per tahun. Penyakit TB merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar
karena TB merupakan penyebab kematian nomor dua terbesar di Indonesia.
Pengobatan TBC harus dilakukan secara terus-menerus tanpa terputus
walaupun pasien telah merasa lebih baik atau sehat. Pengobatan yang terhenti
ditengah jalan dapat menyebabkan bakteri menjadi resistendan TBC akan sulit
untuk disembuhkan dan membutuhkan waktu yang lebih lama maka butuh
keterlibatan anggota keluarga untuk mengawasi dan jika perlu menyiapkan
obat. Dukungan keluarga penderita sangat dibutuhkan untuk menuntaskan
pengobatan agar benar-benar tercapai kesembuhan
1
Banyaknya kasus TB paru dan masih rendahnya angka penyembuhan,
kasus kambuh dan kegagalan pengobatan dan resistensi kuman karena kurang
disiplinnya pasien dalam minum obat maka penulis berkeinginan untuk
menyusun makalah asuhan keperawatan keluarga dengan TBC.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah bagaimanakah asuhan
keperawatan keluarga dengan penyakit TBC?

C. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan keluarga pada klien dengan TBC
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui konsep tahap perkembangan
2. Mengetahui tinjauan medis TBC meliputi pengertian, etiologi,
manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan, dan prognosis
3. Mengetahui ciri-ciri klien TBC dengan melakukan pengkajian
keperawatan
4. Mengetahui intervensi keperawatan pada klien dengan TBC
5. Mengetahui tindak lanjut intervensi dalam evaluasi keperawatan
pada klien TBC
6. Mengetahui konsep proses keperawatan keluarga

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tahap Perkembangan


Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan. Seperti individu-
individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berturut-
turut, keluarga juga mengalami tahap perkembangan yang berturut-turut. Adapun
tahap-tahap perkembangan menurut Duvall dan Miller dalam Friedman (1998)
adalah :
a. Tahap I : keluarga pemula
Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru
dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang
intim.
b. Tahap II : keluarga sedang mengasuh anak
Dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan.
c. Tahap III : keluarga dengan anak usia pra sekolah
Dimulai ketika anak pertama berusia dua setengah tahun, dan berakhir ketika
anak berusia lima tahun.
d. Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah
Dimulai ketika anak pertama telah berusia enam tahun dan mulai masuk
sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja.
e. Tahap V : keluarga dengan anak remaja
Dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, berlangsung selama
enam hingga tujuh tahun. Tahap ini dapat lebih singkat jika anak
meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal di
rumah hingga berumur 19 atau 20 tahun.
f. Tahap VI : keluarga yang melepas anak usia dewasa muda
Ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir
dengan rumah kosong, ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap
3
ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak
yang belum menikah yang masih tinggal di rumah. Fase ini ditandai oleh
tahun-tahun puncak persiapan dari dan oleh anak -anak untuk kehidupan
dewasa yang mandiri.
g. Tahap VII : orangtua usia pertengahan
Dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
pensiun atau kematian salah satu pasangan.
h. Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiun dan lansia
Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun,
hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lainnya
meninggal. Sedangkan tugas-tugas perkembangan keluarga dengan anak usia
sekolah menurut Duvall dan Miller, Carter dan McGoldrik dalam Friedman
(1998) yaitu :
1) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah
dan mengembangkan hubungan dengan teman seba ya yang sehat
2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
3) Kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
B. Konsep Masalah Kesehatan
2.2.1 Definisi
TBC adalah penyakit infeksi menular dan menahun yang disebabkan
oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis, kuman tersebut biasanya masuk
kedalam tubuh manusia melalui udara (pernafasan) kedalam paru-paru,
kemudian kuman tersebut menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang lain
melalui penyebaran darah, kelenjar limfe, saluran pernafasan, penyebaran
langsung ke organ tubuh lain (Sylvia Anderson 1995 : 753)
2.2.2 Etiologi
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan
bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam
(BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal
4
24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi
nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut
sebagai Koch Pulmonum (KP).

2.2.3 Tanda dan Gejala


a. Batuk-batuk dengan atau tanpa dahak lebih dari 3 minggu.
b. Demam ringan, tetapi kadang-kadang dapat mencapai 40 410C.
c. Sesak nafas
d. Nyeri dada
e. Batuk darah
f. Badan terasa lemas
g. Kehilangan nafsu makan
h. Berat badan turun
i. Rasa kurang enak badan (malaise)
j. Berkeringat malam padahal tidak ada kegiatan.
k. Penatalaksanaan
2.2.4 Cara Penularan

Droplet Nucles yang merupakan partikel 1-10 mikron, dikeluarkan oleh


penderita penyakit TBC dengan cara batuk-batuk, bersin, bicara, penderita
meludah ke tanah kemudian kuman tersebar ke udara. Oleh karena itu
penyakit ini disebut Airbone Infection. Orang dapat terinfeksi kalau
droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan.

2.2.5 Patofisiologi
Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan menjadi terinfeksi.
Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli,tempat dimana mereka
berkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri dalam sistem imun tubuh
dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neurofil & makrofagi) menelan
banyak bakteri, limfosit spesifik tuberculosis melisis (menghancurkan) basil
dan jaringn normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat
dalam alveoli akan terjadi gangguan pertukaran gas karena sputum
5
menumpuk akan menutupi jalan nafas, dan sputum bergerak maju ke
bronkus, maka akan terjadi ganguan jalan nafas. (Brunner & Suddart, 2002 :
585).
2.2.6 Komplikasi
a. Pneumonia (radang parenkim paru)
b. Efusi pleura (cairan yang keluar ke dalam rongga pleura)
c. Pneumotorak (adanya udara dan gas dalam rongga selaput dada)
d. Empiema
e. Lasingitis
f. Menjalar ke organ lain (spt, usus)
2.2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan untuk individu dengan TB aktif memerlukan waktu lama karena
basil resisten terhadap sebagian besar antibiotic dan cepat bermutasi apabila
terpajan antibiotic yang semula masih efektif. Saat ini terapi untuk pasien
dengan infeksi aktif adalah kombinasi empat obat dan berlangsung paling
kurang 9 bulan dan biasanya lebih lama. Apabila pasien tidak berespons
terhadap obat-obatan tersebut, maka obat dan protocol pengobatan lain akan
dicoba. Individu yang memperlihatkan uji kulit tuberculin positif setelah
sebelumnya negative biasanya mendapat antibiotic selama 6-9 bulan untuk
membantu respons imunnya dan meningkatkan kemungkinan eradikasi basil
total.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN KELUARGA: TAHAPAN KELUARGA DENGAN TBC

6
A. DATA UMUM
1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Ibu S
2. Umur KK : 29 tahun
3. Alamat : Jalan kaca piring II/33 RT.01 RW.03,
kelurahan patrang
4. Pekerjaan KK : Penjahit
5. Pendidikan KK : SD
6. Komposisi keluarga :

No Nama Jenis Hub. Umur Pendidikan Agama Pekerjaan keterangan


Kelamin Dg KK
1 An. E P anak 5 th TK Islam - Imunisasi
lengkap
2 Tn. Su L adik 22 th SMP Islam Buruh -
bangunan

Genogram:

7
Bpk. Y (..th) Ibu K (th)
Bpk... (..th) Ibu S (th)

Bpk T (37th)

An.E ( 5 th)

Keterangan :
: laki-laki : laki-laki meninggal

: perempuan sakit : perempuan meninggal

: perempuan : cerai

7. Tipe Keluarga: keluarga single parent yaitu keluarga yang terdiri dari satu
orang tua (ibu) dengan anak karena proses ditinggalkan.
8. Suku Bangsa: ibu S mengatakan: Ibu S berasal dari suku jawa, setelah
menikah Ibu S menetap di Jember dan bahasa yang digunakan bahasa jawa

8
dengan campuran bahasa madura. Keyakinan yang berhubungan dengan
kesehatan keluarga Ibu S adalah membiarkan dahulu dan mengobati
semampunya dengan bantuan obat-obat yang dapat dibeli di warung, jika
tidak sembuh dapat pergi ke puskesmas terdekat.
9. Agama: Ibu S mengatakan: kepercayaan yang dianut keluarga ibu S adalah
Islam. Menurut ibu S, ibu S biasanya melaksanakan ibadah di rumah dan
kadang-kadang melakukanya di masjid didekat rumahnya.
10. Status Sosial Ekonomi Keluarga: Ibu S mengatakan ia bekerja sebagai
penjahit, penghasilan yang diperoleh per bulan Rp.200.000,-. Penghasilan
tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya sehingga
Ibu S mencari tambahan dengan menerima jahitan dirumahnya, menurut
ibu S.
11. Aktivitas Rekreasi Keluarga: Ibu S mengatakan: biasanya ibu S mengajak
An.Emi jalan-jalan ke alun-alun tetapi hal ini jarang dilakukan hanya
ketika ibu S mempunyai uang.

B. RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


12. Tahap perkembangan keluarga saat ini: keluarga berada pada tahap
perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah.
Tugas perkembangan yang ditempuh keluarga adalah:
a. Membantu anak untuk bersosialisasi
Ibu S sudah mampu untuk membantu anak bersosialisasi. Ibu S
mengatakan bahwa anak E biasanya di ajak bermain kerumah tetangga.
Anak E juga sering mengajak teman-temanya bermain dirumahnya.
Hasil observasi didapatkan: anak E terlihat ceria, ketika di ajak bicara
dia menjawab.
b. Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)

9
Ibu S mengatakan: orang tua ibu S sudah meninggal tetapi ibu S masih
menjalin hubungan yang baik dengan bibinya yang tinggal di depan
rumahnya. Ibu S setiap hari bermain dan menonton tv dirumah bibinya.
Dilingkungan sekitarnya ada tetangga yang baik ada juga tetangga yang
kurang baik. Ibu S menyikapinya dengan sabar. Kadang ketika ibu S
mempunyai makanan ibu S juga sering membagikan ke tetangganya
begitu juga sebaliknya, menurut ibu S.
c. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak
Ibu S mengatakan: setiap pagi sebelum dia berangkat kerja dia
menyempatkan untuk memasak makanan buat anaknya setelah itu dia
memandikan dan mengantarkan anaknya ke sekolah dan ibu S berangkat
kerja. Ketika anak E pulang dari sekolah ibu S sudah pulang dari kerja.
Ketika ibu S terlambat pulang kerumah biasanya Ibu S menitipkan
anaknya ke bibinya yang tinggal didepan rumahnya.
d. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
Anak ibu S masih berusia 5 tahun sehingga dalam anggota keluarga ibu
S tidak ada pembagian tanggung jawab. Setiap pagi ibu S memandikan
anak E. Anak E sudah bisa menggunakan seragamnya dengan mandiri
kemudian ibu S menyuapi anak E dan mengantarkannya ke sekolah.
e. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
Ibu S mengatakan: setiap hari anak E pergi ke sekolah ditaman kanak-
kanak yang letaknya dekat dengan rumahnya.
13. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi: Dari pengkajian
yang didapatkan ada tugas perkembangan yang belum terpenuhi, adanya
masalah yang kompleks pada keluarga Ibu S. Ibu S mangatakan: ibu S
masih tidur dengan anak E sehingga belum ada privasi bagi anak E karena
ibu S mengungkapkan bahwa anak E belum berani tidur sendiri. Ibu S
belum mampu memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan
tempat tinggal privasi dan rasa aman.

10
14. Riwayat keluarga inti: Ibu S mengatakan: Ibu S sudah lama menetap di
jember sejak menikah. Ibu S sekarang tinggal di jember dengan anak E dan
menantunya.
15. Riwayat keluarga sebelumnya: Ibu S mengatakan: kedua orang tua Bp.T
tinggal di Kediri dan sebagian keluarga besarnya tinggal disana sedangkan
kedua orang tua Ibu S berada dijember dan sudah meninggal, ada satu
orang adik yang tinggal bersama ibu S, ketika ibu S melahirkan, adik dari
ibu S yang membantu merawat ibu S. Ibu S mengatakan: setelah
mempunyai anak Bp.T mencari pekerjaan di bali untuk menafkahi keluarga
dan setelah bekerja disana Bp.T ternyata menikah lagi dan tidak pernah
pulang kerumah. Bp.T sudah lama meninggalkan ibu S dan anak E.

C. LINGKUNGAN
16. Karekteristik Lingkungan Rumah : rumah yang ditempati adalah rumah
pribadi berukuran 6m x 8m yang ditempati oleh ibu S dan Anak E. Rumah
terdiri dari 4 ruangan yaitu ruang tamu, dua kamar tidur dan dapur.
Terdapat dua jendela di ruang tamu, satu jendela di kamar tidur depan yang
ditempati oleh anak dan kamar tidur kedua ditempati ibu S tanpa jendela.
Tembok rumah hanya berupa anyaman bambu, ruangan depan yang
dibangun dari batu bata. Di dalam dapur terdapat kandang ayam yang
bersebelahan dengan kamar tidur anak dan ibu.
17. Karakteristik Tetangga dan Komunitas : ibu S bertempat tinggal di
perkampungan dengan jarak rumah antar tetangga yang cukup dekat.
18. Mobilitas Geografis Keluarga: ibu S dan anaknya setiap hari berjalan kaki
untuk bekerja. Tidak ada kendaraan lain yang dimiliki keluarga ibu S.
Setiap hari ibu S mengantarkan an. E pergi ke sekolah, kemudian
dilanjutkan menuju tempat bekerjanya hingga pukul 10 siang.
19. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat: ibu S
mengatakan bahwa setiap hari berkumpul dengan An. E setelah pulang
kerja. Dan ibu S memiliki perkumpulan pengajian yang diikuti secara rutin.
11
Ibu S mengungkapkan bahwa tetangganya ada yang menyukai dan tidak
menyukai ibu S.
20. Sistem Pendukung Keluarga: keluarga Ibu S. mendapatkan dukungan dari
pamannya, bibinya yang tempat tinggalnya berdekatan dengan ibu S. ibu S
juga mengatakan bahwa jarang memiliki permasalahan serius sehingga
harus melibatkan keluarga.
denah rumah:

7
8
6 pintu

3 5

jendela U
pintu

Keterangan:
1. Ruang Tamu : meja dan kursi
2. Ruang dapur : mesin jahit
3. Tempat tidur anak : perabotan dapur
4. Tempat tidur emi
5. Kandang ayam
6. Kamar mandi
7. Ladang
8. Sumur

Keadaan lingkungan dalam rumah :


Luas rumah :6mx8m

12
Tipe rumah : Status kepemilikan milik sendiri

Jumlah ruangan : 4 ruangan

Jumlah jendela : 3 buah

Pemanfaatan ruangan : Terdiri dari 2 kamar dengan 1


kamar untuk anak dan ibu S, 1
kamar untuk Tn. Su, 1 kamar mandi
di luar, 1 dapur.

Peletakan perabotan : 5 kursi diletakkan di ruang tamu, di


pojok sebelah pintu diletakkan
mesin jahit ibu S. Tempat tidur
anak E terletak bersebelahan
dengan almari di kamar anak E.

Jenis septic tank : tidak memiliki, karena BAB


keluarga di sungai.

Sumber air minum : Air sumur

13
Sistem Pendukung dan Jaringan Sosial Keluarga (eco map):

Tetangga (ibu S)

Tempat bekerja

Keluarga besar ibu S

Ibu S (29 th)


Kelompok pengajian Bpk T (37th)

Teman-teman sekolah

An.E ( 5 th)

D. STRUKTUR KELUARGA
21. Pola Komunikasi Keluarga : ibu S menyampaikan bahwa anak E senang
bercerita tentang temannya di sekolah dan ibu S menanggapinya dengan
senang, bertanya tentang dapat tugas apa di sekolah, bagaimana tadi
sekolahnya, dan sebagainya. Namun kadang kala ibu S pernah marah
mana kala anaknya nakal, rewel, atau minta sesuatu yang menurut ibu S
tidak bisa memenuhinya. Di dalam keluarga tersebut juga ada adik
kandungnya yang bernama Tn. Su. Komunikasi ibu S dengan Tn. Su tidak
begitu terbuka atau jarang berkomunikasi dengan alasan Tn. Su malu
untuk berbicara apalagi masalah pribadinya. Tn. Su sering keluar bersama
temannya dengan alasan bosan di rumah (penuturan ibu S). Dari
penuturan ibu S, biasanya adiknya kalau ada masalah dia suka diam,
menyendiri dan wajahnya terlihat sedih atau cemberut dan ibu S

14
memancing pengakuan dari Tn. Su dengan cara bertanya kenapa kok
terlihat sedih, pucat, cemberut. Namun dari sikap Tn. Su yang kurang
terbuka ini ibu S tidak mempermasalahkannya karena ada teman-
temannya yang Tn. Su ajak untuk berdiskusi terhadap masalahnya.
22. Struktur Kekuasaan Keluarga: Ibu S pemegang keputusan terakhir dalam
keluarga selama suaminya Bp. T lama tidak pulang sehingga dia yang
menjadi kepala keluarga. Adiknya pun juga nurut saja tanpa banyak
komentar terhadap keputusan ibu S (dari penuturan ibu S).
23. Struktur Peran :
a. Ibu S berperan sebagai ibu sekaligus sebagai kepala keluarga, pencari
nafkah, ibu rumah tangga, pembimbing anak-anak, dan pengatur
rumah tangga.
b. Anak E berperan sebagai anak tunggal dalam keluarga, penghibur
keluarga dengan gerak-geriknya serta ucapannya yang lucu.
c. Sukirman tidak mempunyai peran yang sangat penting didalam
keluarga ibu S karena statusnya hanya anggota keluarga tambahan.
24. Nilai dan Norma Budaya:
Norma yang dianut yaitu : sopan santun, menghargai orang lain,
menghormati orang yang lebih tua, dan lainnya. Anak E kadang kala
mendapat cubitan dan jeweran bila tidak mau segera pulang saat bermain
dengan teman-temannya.

E. FUNGSI KELUARGA
25. Fungsi Afeksi : ibu S mengatakan bahwa Anak E pernah mengungkapkan
perasaannya pada saat meminta sesuatu padanya misalnya dengan
merengek-rengek saat minta dibelikan susu, minta jalan-jalan ke alun-
alun (dari penuturan ibu S).
26. Fungsi Sosialisasi : Ibu S menyekolahkan anak E ke sekolah formal dan
diperbolehkan bermain dengan teman sebaya dan anak S juga sering
bermain di rumah tetangga, ke sungai kecil bersama teman-temannya
15
kecuali pada malam hari hanya bermain ke rumah kakeknya (paman ibu
S) (hasil pengamatan dan penuturan ibu S).
27. Fungsi perawatan keluarga: keluarga ibu S. mengatakan bahwa keadaan
kesehatannya sudah mulai membaik namun masih perlu pengobatan
secara rutin. Meski masih sering batuk-batuk namun sudah tidak seperti
beberapa bulan yang lalu. Meski penghasilan per bulan hanya Rp 200.000
per bulan namun Ibu. S masih merasa mampu biayai kebutuhan keluarga.
Menu makanan tiap hari berbeda-beda, sayuran diambil dari halaman
belakang atau berbelanja, lauk pauknya kadang telur, tahu tempe, atau
hanya sambal saja. Ketika terjadi gangguan kesehatan, ibu S langsung
membawanya ke puskesmas patrang.
28. Fungsi reproduksi : ibu S mengatakan dari dulu tidak punya kelainan
reproduksi. Anak E juga dilahirkan secara normal. Ibu S tidak pernah
mengalami keguguran.
29. Fungsi Ekonomi : ibu S mengatakan: gaji yang diperoleh belum cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan anaknya. Untuk menambah
penghasilannya ibu S menjual sayuran dan telur hasil ternak, (penuturan
ibu S).

F. STRESS DAN KOPING KELUARGA


30. Stressor jangka pendek : ibu S mengatakan kadang anak E merengek
atau bahkan menangis minta dibelikan susu, baju baru, ataupun jalan-
jalan ke alun-alun. Namun oleh ibu S dibiarkan saja dengan alasan itu
hanya keinginan sesaat anak E dan lebih baik uangnya dipakai untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari.
31. Stressor jangka panjang : keadaan perekonomian yang sulit terutama
setelah Bp. T pergi kerja ke Bali dan lama tidak pulang sehingga ibu S
harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bersama
anaknya. Ibu S mengatakan gaji yang didapat sebagai seorang penjahit
hanyalah Rp. 200.000/bulan dan itu sangat kurang. Penyakit TBC
16
yang sudah lama dideritanya dianggap biasa olehnya sudah jarang
kambuh.
32. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor : ibu S sangat
mampu dan sabar dalam menghadapi masalah yang muncul di dalam
keluarganya. Ibu S mengatakan bahwa manusia hidup pasti ada
masalah. Namun kita harus menghadapi itu dengan penuh kesabaran.
Apalagi masalah ekonomi yang sangat minimal sekali. Ibu S jarang
mengeluh saat kesulitan keuangan dan tidak pernah bersikap kasar
terhadap anak S karena masalah yang dipikirkannya.
33. Strategi koping yang digunakan : menurut ibu S koping yang
digunakan untuk membantu meringankan masalah ekonomi adalah
menjual sayuran yang ditanam di belakang rumahnya. Selain itu
menjual ayam dan telurnya serta menerima jahitan di rumah.
34. Strategi adaptasi disfungsional : ibu S mengatakan tidak ada perilaku
yang menyimpang dalam menghadapi masalahnya. Semua masalah
yang ada dihadapi dengan sabar.

G. Hasil Pengkajian Fisik


No Pemeriksaan Ibu S Anak E
Fisik
1 Keluhan saat ini Kadang batuk Tidak ada keluhan
2 Kepala Rambut hitam Rambut hitam
Mata bersinar Mata bersinar
Warna kulit muka sawo Warna kulit muka sawo
matang. matang.
Bibir kecokelatan Bibir kecokelatan
Lidah merah muda, permukaan Lidah merah muda,
berbintik. permukaan berbintik.
Gigi bersih. Gigi bersih.
3 Leher Tidak ada pembengkakan Tidak ada pembengkakan
kelenjar tyroid. kelenjar tyroid.

17
Teraba denyutan vena Teraba denyutan vena
jugularis. jugularis.
4 Thorax Suara nafas vesikuler. Suara nafas vesikuler.
Perbandingan diameter Perbandingan diameter
anteroposterior: transversal= anteroposterior: transversal=
1:2 1:2
5 Abdomen Inspeksi, perkusi, palpasi: Inspeksi, perkusi, palpasi:
tidak ada pembesaran organ. tidak ada pembesaran organ.
Warna kulit kecokelatan. Warna kulit kecokelatan
Terdengar bising usus. Terdengar bising usus.
6 Ekstremitas atas Tangan kanan dan kiri Tangan kanan dan kiri
simetris. simetris.
Teraba arteri brakhialis. Teraba arteri brakhialis.
Warna kulit kecokelatan. Warna kulit kecokelatan
Tidak menderita kelumpuhan Tidak menderita
(kekuatan otot baik) kelumpuhan (kekuatan otot
baik)
7 Ekstremitas Kaki kanan dan kiri simetris. Kaki kanan dan kiri simetris.
bawah Warna kulit kecokelatan. Warna kulit kecokelatan
Tidak menderita kelumpuhan Tidak menderita
(kekuatan otot baik) kelumpuhan (kekuatan otot
baik)

H. HARAPAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN KESEHATAN


KELUARGA
a. Persepsi terhadap masalah: Ibu S mengatakan bahwa dalam kehidupan pasti
ada masalah dan harus diatasi dengan sabar.
b. Harapan terhadap masalah: harapan Ibu S kedepannya yaitu membahagiakan
anak.

18
ANALISA DATA

No. Data Etiologi Masalah

1. Tahap I Keluarga tidak Gangguan jalan nafas


mampu mengambil
DS :
keputusan
- Ibu S, air limbah memodifikasi
dibiarkan mengalir di lingkungan rumah
selokan di sekitar rumah. untuk menyelesaikan
permasalahan
- Ibu. H mangatakan
lingkungan disekitar
kandang ayam berada di
rumah
dalam rumah

- Menurut keluarga,
kandang ayam seharusnya
berada di luar. Tetapi
tidak ada biaya untuk
membuat kandang.

- kamar anak E
berdekatan dengan kamar
Ibu S dan kandang ayam

DO:

- Tidak terdapat
Jendela kamar di
kamar ibu S. 19

- Lingkungan tidak
layak ( kandang
hewan di sekitar
rumah).

- air kotor di buang di


selokan.

- Sanitasi rumah buruk

- ventilasi kurang,
tembok dari bambu.

Tahap II

Keluarga tidak mampu


memelihara atau
memodifikasi lingkungan
yang sehat.

2. Tahap I Ketidakmampuan
keluarga merawat
DS :
anggota keluarga
- Ibu S mengatakan, yang sakit
kurangnya perhatian yang
diberikan kepada anak E

- ibu S merasa kesulitan


saat anak E berkata
kangen dengan bapaknya
(Bp. T)

DO:

- Ibu S hanya
lulusan SD

- Anak E
20
Berpisah dengan
bapak T sejak
balita

- Perhatian dari
ayah kurang kepada
anak E.

- Tahap II

Ketidakmampuan
keluarga dalam mengenal
dampak situasi pada
perubahan peran

21
PRIORITAS MASALAH

Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga:

Gangguan jalan nafas Ibu S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat


anggota keluarga yang TBC.

Skoring Diagnosa Keperawatan Keluarga:

No. Kriteria Bobot Nilai Pembenaran


1. Sifat masalah 1 3/3x1=1/3 Ibu S menyadari keadaan
Aktual = 3 kesehatannya sekarang ini dapat
mengakibatkan anak E tertular
penyakitnya.
2. Kemungkinan 2 1/2x2=1 Keadaan kesehatan ibu S yang
masalah diubah menderita TB paru ini dapat
Sebagian = 1 diubah dengan cara melakukan
pengobatan ke puskesmas
Patrang.
3. Potensial masalah 1 2/3x1= 2/3 Proses pengobatan secara berkala
dicegah dan teratur serta interaksi yang
Cukup = 2 diperhatikan dapat
meminimalkan penularan
penyakit.
4. Menonjolnya 1 2/2x1=1 Masalah sangat dirasakan ada
masalah dan memerlukan penanganan
Masalah ada dan untuk menghindari dampak
perlu ditangani=2 lainnya.
Jumlah 3

22
BAB IV

PEMBAHASAN

Kegiatan pembinaan keluarga dilakukan di area kerja Puskesmas Patrang


dengan keluarga binaan ditentukan oleh petugas puskesmas. Keluarga binaan yang
ditunjuk oleh Puskesmas adalah keluarga ibu S, dengan anggota keluarga anak S.
Pembagian mahasiswa sesuai dengan tanggung jawab tiap langkah asuhan
keperawatan keluarga seperti yang telah ditentukan sebelumnya. Dilakukan supervisi
oleh dosen pembimbing seharusnya dilakukan minimal 3 kali sesuai dengan kontrak
program mata kuliah asuhan keperawatan keluarga

Pengaplikasian teori keperawatan keluarga dilakukan oleh mahasiswa mulai


dari pengkajian, perencanaan, intervensi dan evaluasi dengan tujuan agar keluarga
mampu melakukan 5 tugas kesehatannya, yaitu mengenal masalah kesehatan, mampu
memutuskan tindakan kesehatan, mampu merawat anggota keluarga yang sakit,
mampu menciptakan lingkungan yang sehat dan mampu memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada dimasyarakat. Dengan dicapainya tujuan tersebut,
diharapkan keluarga secara mandiri dapat menilai status kesehatannya sehingga status
kesehatan keluarga dan masyarakat meningkat.

Pengkajian keluarga dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan sesuai dengan


kesepakatan dengan keluarga ibu S. Dalam proses pengkajian, keluarga ibu S sangat
kooperatif. Setiap pertanyaan yang diberikan oleh pengkaji dijawab dengan baik oleh
ibu S dan pernyataan ibu S disampaikan secara jelas. Pengkajian terhadap keluarga
dilakukan selama dua kali pertemuan sedangkan pengkajian terhadap individu selama
1 kali pertemuan. Pendekatan yang diguanakan mahasiswa dalam melaksanakan
praktik klinik keperawatan keluarga adalah problem solving approach (pendekatan
menggunakan model pemecahan masalah) sehingga antusiasme keluarga sangat
tinggi untuk menerima mahasiswa sebagai pembina kesehatan dalam keluarganya.

23
Perumusan diagnosa keparawatan dianalisis berdasarkan dari hasil pengkajian
terhadap adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga,
struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga, dan koping keluarga, yang bersifat actual,
resiko atau kesejahteraan, dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab
melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga dan berdasarkan
kemampuan dan sumber daya keluarga. Perumusan diagnosa yang disepakati oleh
keluarga dan kelompok kami adalah resiko penularan infeksi (penyakit) pada anak E
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan rumah
untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan disekitar rumah (paparan agen
infeksi, kondisi hidup kurang bersih), kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan
rumah berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga menentukan keputusan yang
tepat untuk menangani masalah pemeliharaan rumah keluarga, perubahan penampilan
peran keluarga terutama ibu S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit.

Perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan dilaksanakan secara


beruntun dikarenakan menyesuaikan jadwal keluarga dan kelompok. Setelah
penyusunan perencanaan dilakukan oleh kelompok meliputi penyusunan prioritas,
penetapan tujuan, identifikasi sumber daya keluarga, dan menyeleksi intervensi
keluarga ditetapkan selanjutnya adalah pelaksanaan asuhan. Intervensi dilaksanakan
oleh kelompok dengan melibatkan keluarga ibu S yang dilaksanakan sesuai dengan
jadwal pertemuan yang telah disepakati. Tidak terdapat kendala berarti selama
pelaksanaan asuhan keperawatan.

Rata-rata dalam waktu singkat mahasiswa mampu menyelesaikan tugas


perawatan keluarga sesuai dengan tujuan, yaitu sampai mampu melakukan evaluasi.
Pada tahapan evaluasi, kelompok melakukan penilaian terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan. Namun terdapat kendala diantaranya pembagian dosen pembimbing
untuk dilakukan supervisi masih belum berjalan secara optimal. Kami menyadari dan
memaklumi tentang keberadaan hal tersebut.

24
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

a. Pengkajian keluarga dan individu di dalam keluarga dapat memberikan data


yang sesuai untuk permasalahan kesehatan keluarga

b. Diagnosa keperawatan keluarga ditentukan bersama-sama dengan keluarga


sesuai dengan masalah kesehatan keluarga
c. Penyusunan perencanaan dilakukan dengan menentukan prioritas, menetapkan
tujuan, identifikasi sumber daya keluarga, dan menyeleksi intervensi keluarga

d. Tindakan keperawatan keluarga sesuai dengan rencana yang telah ditentukan


dengan memobilisasi sumber-sumber daya yang ada di keluarga, masyarakat,
dan pemerintah

B. Saran
a. Diharapkan keluarga secara mandiri dapat menilai status kesehatannya
sehingga status kesehatan keluarga dan masyarakat meningkat.
b. Mahasiswa dan perawat dapat memahami karakteristik budaya termasuk
didalamnya adalah bahasa daerah agar proses keperawatan dapat berlangsung
dengan baik.

25
DAFTAR PUSTAKA

__________ 2008. Asuhan Keperawatan Tuberculosis


(TBC).http://www.indonesianursing.com [didownload tanggal 13 desember
2010]

Freedman, M.1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

Kautsar. 2008. Penyakit TBC Perlu Dikenali Bukan Ditakuti. http://www.


kautsarku.wordpres.com [didownload tanggal 13 desember 2010]

Piogama. 2009. Mengatasi TBC Dengan Pengobatan yang Sesuai.


http://www.piogama.ugm.ac.id [didownload tanggal 13 desember 2010]

http://www.medicalzone.org/2010/index.php?option=com_content&view=article&id=534:t
b-kini-indonesia-peringkat-ke-5&catid=11:info

26

Anda mungkin juga menyukai