Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN

METABOLISME KALSIUM

Oleh
KELOMPOK 6
(162310101103)
Silvia Andriani (162310101112)
Meta Nuraini Arinda (162310101189)
Moh. Kholil Fadel R. (162310101203)
Anggara Hikmayani (162310101215)
Wiwit Ulansari (162310101282)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017
LAPORAN

METABOLISME KALSIUM

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Patologi dalam Keperawatan

Dosen Pengajar: Ns. Nur Widayati, S.Kep., MN


NIP 198106102006042001

Oleh
KELOMPOK I/ F
Reka Wage Puspitasari (162310101103)
Silvia Andriani (162310101112)
Meta Nuraini Arinda (162310101189)
Moh. Kholil Fadel R. (162310101203)
Anggara Hikmayani (162310101215)
Wiwit Ulansari (162310101282)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 3. KALSIUM

3.1 Definisi Kalsium


Kalsium adalah elemen mineral yang paling banyak terdapat dalam
tubuh. Dalam tubuh terdapat kurang lebih 1200 gram kalsium dan 99% berada
dalam tulang dan 1 % nya dalam jaringan lain dan cairan tubuh yang
didistribusikan ke seluruh tubuh. Jika tubuh mengalami kekurangan kalsium,
maka tubuh akan mengambil dari tulang. Usaha mempertahankan kadar kalsium
darah dalammkeadaan normal tergantung pada keseimbangan antara masukan dan
pengeluaran kalsium dari aliran darah. Sumber kalsium dari aliran darah adalah
diperoleh dengan diet yang menfandungf garam kalsium. Kalsim memiliki peran
dalam tubuh yang sangat penting. Fungsi kalsium adalah sebagai berikut
(www.uraian sehat.com, 2017):
1. Membentuk tulang dan gigi
2. Berpengaruh pada sistem saraf
3. Berperan penting pada kontraksi otot.
4. Membantu perkembangan dan kesehatan otak
5. Melindungi dari kanker payudara dan kanker usus besar
6. Menurunkan tensi tinggi
7. Melenturkan otot
8. Mengatasi wasir, rematik, sakit pinggang
9. Menjaga kestabilan tekanan dalam darah
10. Mencegah penyakit jantung
11. Mencegah pendarahan pada akar gigi
12. Mengatasi pecah pecah dan kering pada pada kulit tangan dan kaki
13. Mecegah osteoporosis pada tulang

3.2 Mekanisme Metabolisme Kalsium

3.3 Peran Hipotalamus


Hipotalamus adalah bagian dari otak tengah untuk mengontrol sistem
endokrin (terutama pada hipofisis anterior) dengan cara menerima informasi dari
otak dan mengintegrasikan ke sistem endokrin sesuai dengan kondisi lingkungan
yang ada. Cara mengatur hipofisis anterior adalah dengan menghasilkan hormon
pendukung (releasing hormon = TSH) dan hormon penghambat (inhibiting
hormon). (Susilowarno.2010) Hipotalamus mengontrol hormon yang disekresikan
oleh kelenjar hipofisis. Fungsi hipotalamus adalah :
1. Untuk mengontrol pelepasan hormon utama oleh kelenjar hipofisis
2. Untuk mengontrol suhu
3. Mengontrol asupan makanan, asupan air, dan rasa haus
4. Mengontrol seksul danfungsi reproduksi
5. Mengontrol siklus harian fisiologis dan irama sirkandian
6. Mengontrol emosional
Aktivitas pada kelenjar endokrin dikontrol oleh hipotalamus yang
menghubungkan dengan persyarafan secara langsung maupun tak langsung.
Dalam merespon input ataupun output pada beberapa area hipotalamus
mensekresikan hormon pamicu dan hormon penghambat.
3.4 Etiologi Gangguan Hormon
Hormon berperan mengatur dan mengontrol fungsi organ. Pelepasannya
bergantung pada perangsangan atau penghambatan melalui faktor yang spesifik.
Hormon dapat bekerja di dalam sel yang menghasilkan hormone itu sendiri
(autokrin), mempengaruhi sel sekirtar (parakrin), atau mencapai sel target di organ
lain melalui darah (endokrin). Di sel target, hormon berikatan dengan reseptor dan
memperlihatkan pengaruhnya melalui berbagai mekanisme transduksi sinyal
selular. Hal ini biasanya melalui penurunan faktor perangsangan dan pengaruhnya
menyebabkan berkurangnya pelepasan hormon tertentu, berarti terdapat siklus
pengaturan dengan umpan balik negatif.
Pada beberapa kasus, terdapat umpan balik positif (jangka yang terbatas),
berarti hormon menyebabkan peningkatan aktifitas perangsangan sehingga
meningkatkan pelepasannya. Istilah pengontrolan digunakan bila pelepasan
hormon dipengaruhi secara bebas dari efek hormonalnya. Beberapa rangsangan
pengontrolan dan pengaturan yang bebas dapat bekerja pada kelenjar penghasil
hormon. Berkurangnya pengaruh hormon dapat disebabkan oleh gangguan
sintesis dan penyimpanan hormon. Penyebab lain adalah gangguan transport di
dalam sel yang mensintesis atau gangguan pelepasan. Defisiensi hormon dapat
juga terjadi jika kelenjar hormon tidak cukup dirangsang untuk memenuhi
kebutuhan tubuh, atau jika sel penghasil hormon tidak cukup sensitive dalam
bereaksi terhadap rangsangan, atau jika sel panghasil hormon jumlahnya tidak
cukup (hipoplasia, aplasia). Berbagai penyebab yang mungkin adalah
penginaktifan hormon yang terlalu cepat atau kecepatan pemecahannya
meningkat. Pada hormon yang berikatan dengan protein plasma, lama kerja
hormon bergantung pada perbandingan hormon yang berikatan. Dalam bentuk
terikat, hormon tidak dapat menunjukkan efeknya, pada sisi lain, hormon akan
keluar dengan dipecah atau dieksresi melalui ginjal. Beberapa hormon mula-mula
harus diubah menjadi bentuk efektif di tempat kerjanya. Namun, jika pengubahan
ini tidak mungkin dilakukan, misalnya defek enzim, hormon tidak akan
berpengaruh. Kerja hormon dapat juga tidak terjadi karena target organ tidak
berespons (misal, akibat kerusakan pada reseptor hormone atau kegagalan
transmisi intra sel) atau ketidakmampuan fungsional dari sel atau organ target .
Penyebab meningkatnya pengaruh hormon meliputi, yang pertama
peningkatan pelepasan hormon. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh
rangsangan tunggal yang berlebihan. Peningkatan sensitivitas, atau terlau banyak
jumlah sel penghasil hormon (hyperplasia, adenoma). Kelebihan hormon dapat
juga disebabkan oleh pembentukan hormon pada sel tumor yang tidak
berdiferensiasi diluar kelenjar hormonnya (pembentukan hormon ektopoik).
Peningkatan kerja hormon juga diduga terjadi jika hormone dipecah atau
diinaktifkan terlalu lambat, missal pada gangguan inaktivasi organ (ginjal atau
hati). Pemecahan dapat diperlambat dengan meningkatnya hormon ke protein
plasma, tetapi bagian yang terikat dengan protein.
Jadi kesimpulannya hormon pada tubuh akan menyebabkan sebuah
ganguan bila jumlahnya belebihan atau kekurangan hal ini dapat di sebabkan oleh
berberapa faktor yaitu pembentukan hormon yang tidak terdiferensiasi di luar
kelenjar hormon,sintesis dan penyimpanan hormon tidak seimbang ,dan
pengatifan hormon terlalu cepat yang dapat terjadi karena kerusakan reseptor
hormon atau kegagalan transmisi intra sel.
3.5 Gangguan Metabolisme Kalsium

Adapun kelainan yang disebabkan oleh gangguan kadar kalsium tubuh


diantaranya yaitu:

a. Steatorea

Steatotorea terjadi akibat dari peningkatan hebat ekskresi kalsium feses,


ditemukan bila absorbs kalsium berkurang (DN, Baron, 1995).

b. Hipokalsemia
Disebabkan oleh defiseansi masukan dan atau absorbsi kalsium karena
hipoparatiroidisme atau karena kehilangan kalsium yang berlebihan melalui ginjal
pada kerusakan tubulus atau asidosis. Sering hipokalsemia merupakan sindroma
kegagalan ginjal kronik. Kadang-kadang juga terlihat pada pankreatitis akut. Pada
neonates, hal ini mungkin disebabkan oleh makan yang tinggi fosfat, sehingga
meningkatkan kalsium di dalam usus. (DN. Baron, 1995).

Hipokalsemia menyebabkan hiperekstabilitas sistem syaraf, yang secara


klinis dapat dipresentasikan sebagai konvulsi, serta sebagai rasa baal dan
parastesia. Efek lain dari hipokalsemia jangka lama adalah katarak, waktu
koagulasi yang memanjang dan depresi mental. (DN. Baron, 1995)

c. Hiperkalsemia

Hiperkalsemia biasanya karena kelebihan pemecahan tulang, baik karena


hiperparatiroidisme, maupun karena keganasan, termasuk mielomatosis atau
kadang-kadang karena imobilisasi. Penyebaran tersering adalah metastasis-
metastasis osteolitik didalam tulang. Hal ini hanya akibat absorbsi berlebihan bila
terdapat kelebihan dosis atau hipersensitivitas terhadap vitamin D atau kelebihan
kemasukan alkali beserta kalsium didalam diet. Hiperkalsemia menyebabkan
kelemahan otot, gejala-gejala gastrointestinalis, giddiness, haus hebat dan
kelemahan yang nyata serta kerusakan ginjal disertai polyuria (DN. Baron,1995).

d. osteoporosis

Pada osteoporosis, terdapat pengurangan masa tulang yang normal,


matriks dan kalsium. Osteoporosis timbul jika pembentukan mastriks tidak
sempurna, walaupun konsentrasi kalsium adekuat untuk klasifikasi, ini terlihat
jika ada cacat fungsi osteoblast atau pada gangguan metabolisme pasien tertentu.
Bila ada efek kalsium yang memanjang, dekstruksi tulang mungkin meningkat
dan gangguan tulang akibatnya dapat menyerupai osteoporosis. Pada osteoporosis
kronika, umumnya kadar kalsium ke dalam urin dapat meningkat (DN. Baron,
1995).

4. Proses metabolism kalsium

Proses Absorbsi kalsium, yang terutama terjadi di dalam bagian atas usus
halus di tingkatkan oleh 1,25-
BAB 4. PENUTUP
4.1 Hasil Diskusi
1. Grysha Viofananda A. K. A (NIM 162310101292)
Pertanyaan :
a) Menurut kelompok anda benar atau salah jika Hipotalamus adalah
pabrik,
sedangkan Hipofisis adalah ajudannya ?
b) Apakah perbedaan dari akromegali dan gigantisme?
Jawaban :
a) Benar, Hipotalamus akan menerima sinyal dari tubuh apabila tubuh dalam
keadaan yang tidak stabil atau terganggu karena Hipotalamus sebagai
Pusat pengumpul informasi (Binus), nantinya hipotalamus akan
memberikan perintah kepada kelenjar hipofisis. Karena Kelenjar hipofisi
juga terhubung ke sistem saraf melalui bagian otak yang disebut juga
dengan hipotalamus yang lain untuk mengatasi hal tersebut. Tugas kelenjar
hipofisis / kelenjar pituitary ini yakni mengawasi kelenjar lain dan
menjaga kadar hormon. Hal ini dapat membawa perubahan dalam produksi
hormin di tempat lain dalam sistem dengan melepaskan hormon sendiri.
b) Akromegali berasal dari istilah Yunani yaitu akron (ekstremitas) dan
megale (besar), yang didasarkan atas salah satu temuan klinis akromegali,
yaitu pembesaran tangan dan kaki (Silvani, Melati). Akromegali terjadi
setelah penutupan epifiseal (dewasa), sehingga menyebabkan penebalan
tulang, pertumbuhan dan viseromegali melintang.
Gambar 1.2 Akromegali pada orang dewasa
Sedangkan Gigantisme ditandai oleh peningkatan ukuran tubuh secara
menyeluruh dengan lengan dan tungkai yang memanjang secara tidak
proporsional. Gigantisme mulai terjadi sebelum penutupan epifiseal dan
menyebabkan pertumbuhan proporsional berlebihan disemua jaringan
tubuh (pada masa kanak-kanak).

Gambar 1.3 Gigantisme pada anak

2. Mifta Maulana Akbar Firdaus (NIM 162310101284)


Pertanyaan :
a) Pada slide ppt kelompok anda di sebutkan bahwa Hormon Antidiuretik
(ADH) dapat menyebabkan gangguan seperti Eletrolit, Mual, Muntah,
Pusing, Kram, Penyakit bagaimana hal tersebut bisa terjadi ?
Jawaban :
a) Hormon Antidiuretik (ADH) membantu mempertahankan air dalam tubuh
dengan mengurangi jumlah cairan yang terbuang melalui ginjal dalam
bentuk urin. Apabila produksi hormon ADH berkurang atau ketika ginjal
tidak lagi merespon seperti biasanya maka ginjal terlalu banyak
mengeluarkan cairan akibatnya tubuh merasa haus dan mual.

4. 2 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa:
1. Hipotalamus terletak di batang otak tepatnya di dienchepalon, dekat dengan
ventrikel otak ketiga (ventrikulus tertius).
2. Hormon-Hormon yang disekresi oleh hipotalamus antara lain: CRH, TRH,
GnRH, PRH, GRH.
3. Peran hipotalamus untuk mengontrol sistem endokrin (terutama pada
hipofisis anterior) dengan cara menerima informasi dari otak dan
mengintegrasikan ke sistem endokrin sesuai dengan kondisi lingkungan yang
ada.
4. hormon pada tubuh akan menyebabkan sebuah ganguan bila jumlahnya
belebihan atau kekurangan karena berberapa faktor diantaranya pembentukan
hormon yang tidak terdiferensiasi di luar kelenjar hormon, sintesis dan
penyimpanan hormon tidak seimbang ,dan pengatifan hormon terlalu cepat.
5. Terdapat perbedaan antara akromegali dan gigantisme. Akromegali yaitu
pembesaran tangan dan kaki, sedangkan gigantisme ditandai oleh peningkatan
ukuran tubuh secara menyeluruh dengan lengan dan tungkai yang memanjang
secara tidak proporsional.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Paul D. 1996. Anatomi dan Fisologi Tubuh Manusia. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Despopoulos, A. 1998. Atlas Berwarna dan Teks Fisiologi. Jakarta: Hipokrates.

Hendrik. 2006. Problema Haid Tinjauan Syariat Islam dan Medis. Solo: Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri

Rumahorbo, H. 1997. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Endokrin. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Rumanta, M. 2007. Fisiologi Hewan. Jakarta: Universitas Terbuka

Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC

Susilowarno, R. Gunawan. 2010. Siap Menghadapi Ujian Nasional SMA/MA


2010 Biologi. Jakarta: Grasindo

Syaifuddin.(2013). Anatomi Fisisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetisi Untuk


Keperawatan & Kebidanan,Ed.4. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Zakrinal & Purnama, S. Jago Biologi SMA. Jakarta: Media Pusindo

http://www.news-medical.net/health/What-is-the-Hypothalamus-
(Indonesian).aspx (Diakses pada 25 April 2017 pukul 17.00)

Silvani, Melati,dkk. . .Akromegali Dan Gigantisme. Medan: Departemen Ilmu


Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/62885/5_8971140384361
145.pdf;jsessionid=40CB935895BEE441A607A5DDE0C5FD7A?sequence=1
(Diakses pada 20 April 2017 pukul12.30)

https://books.google.co.id/books?
id=ioutLfU1ZTYC&pg=PA122&dq=hipotalamus+adalah&hl=en&sa=X&ved=0a
hUKEwjakpqYy7_TAhVINY8KHX-
2AHAQ6AEIIjAA#v=onepage&q=hipotalamus%20adalah&f=false (Diakses
pada 25 April 2017 pukul 18.00)

https://www.scribd.com/doc/56791346/KELENJAR-HIPOFISIS (Diakses pada 25


April 2017 pukul 21.00)

Anda mungkin juga menyukai