Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI


PEMERINTAHAN

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 32


mengamanatkan bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Standar
akuntansi pemerintahan tersebut disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan yang
independen dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat
pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan.

Penyusunan SAP Berbasis Akrual dilakukan oleh KSAP melalui proses baku penyusunan
(due process). Proses baku penyusunan SAP tersebut merupakan pertanggungjawaban
profesional KSAP yang secara lengkap terdapat dalam Lampiran III. Penyusunan PSAP
dilandasi oleh Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan, yang merupakan konsep dasar
penyusunan dan pengembangan Standar Akuntansi Pemerintahan, dan merupakan acuan bagi
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, penyusun laporan keuangan, pemeriksa, dan
pengguna laporan keuangan dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum
diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Keuangan Negara tersebut, Pemerintah telah


menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan. Standar Akuntansi Pemerintahan tersebut menggunakan basis kas untuk
pengakuan transaksi pendapatan, belanja dan pembiayaan, dan basis akrual untuk pengakuan
aset, kewajiban, dan ekuitas dana.

Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 masih bersifat sementara


sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara yang menyatakan bahwa selama pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan
pengukuran berbasis kas. Pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual
menurut Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dilaksanakan paling
lambat 5 (lima) tahun. Oleh karena itu, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 perlu
diganti.

Lingkup pengaturan Peraturan Pemerintah ini meliputi SAP Berbasis Akrual dan SAP
Berbasis Kas Menuju Akrual.SAP Berbasis Akrual terdapat pada Lampiran I dan berlaku
sejak tanggal ditetapkan dan dapat segera diterapkan oleh setiap entitas. SAP Berbasis Kas
Menuju Akrual pada Lampiran II berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap
untuk menerapkan SAP Berbasis Akrual.

Penerapan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual ini dilaksanakan sesuai dengan jangka waktu
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II.Selanjutnya, setiap entitas pelaporan, baik pada
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah wajib melaksanakan SAP Berbasis
Akrual.Walaupun entitas pelaporan untuk sementara masih diperkenankan menerapkan SAP
Berbasis Kas Menuju Akrual, entitas pelaporan diharapkan dapat segera menerapkan SAP
Berbasis Akrual.

Laporan keuangan yang dihasilkan dari penerapan SAP Berbasis Akrual dimaksudkan untuk
memberi manfaat lebih baik bagi para pemangku kepentingan, baik para pengguna maupun
pemeriksa laporan keuangan Pemerintah, dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.Hal
ini sejalan dengan salah satu prinsip akuntansi yaitu bahwa biaya yang dikeluarkan sebanding
dengan manfaat yang diperoleh.

Selain mengubah basis SAP dari kas menuju akrual menjadi akrual, Peraturan Pemerintah ini
mendelegasikan perubahan terhadap PSAP diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan.Perubahan terhadap PSAP tersebut dapat dilakukan sesuai dengan dinamika
pengelolaan keuangan negara. Meskipun demikian, penyiapan pernyataan SAP oleh KSAP
tetap harus melalui proses baku penyusunan SAP dan mendapat pertimbangan dari BPK.

PERBEDAAN PP 71 TAHUN 2010 DENGAN PP 24 TAHUN 2005

Ruang Lingkup dan Basis Akuntansi

Laporan keuangan untuk tujuan umum disusun dan disajikan dengan basis akrual.Pernyataan
Standar ini berlaku untuk entitas pelaporan dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan laporan keuangan konsolidasian, tidak termasuk
perusahaan negara/daerah.

Komponen komponen dalam Laporan Keuangan

Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan keuangan terdiri dari laporan
pelaksanaan anggaran (budgetary reports) dan laporan finansial, sehingga seluruh komponen
menjadi sebagai berikut:

1. Laporan Realisasi Anggaran


2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
3. Neraca
4. Laporan Operasional
5. Laporan Arus Kas
6. Laporan Perubahan Ekuitas
7. Catatan atas Laporan Keuangan

Laporan Arus Kas hanya disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi perbendaharaan
umum dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang hanya disajikan oleh Bendahara
Umum Negara dan entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan konsolidasiannya.

PP 24 Tahun 2005 PP 71 Tahun 2010


LAPORAN PERUBAHAN SAL LAPORAN PERUBAHAN SAL

Tidak ada laporan tersendiri Laporan Perubahan SAL menyajikan


secara komparatif dengan periode
NERACA sebelumnya pos-pos berikut:

Ekuitas Dana terbagi; 1. Saldo Anggaran Lebih awal;


2. Penggunaan Saldo Anggaran
Ekuitas Dana Lancar: selisih Lebih;
antara aset lancar dan 3. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan
kewajiban jangka pendek, Anggaran tahun berjalan;
termasuk sisa lebih pembiayaan 4. Koreksi Kesalahan Pembukuan
anggaran/saldo anggaran lebih tahun Sebelumnya; dan
Ekuitas Dana Investasi: 5. Lain-lain;
mencerminkan kekayaan 6. Saldo Anggaran Lebih Akhir.
pemerintah yang tertanam
dalam investasi jangka NERACA
panjang, aset tetap, dan aset
lainnya, dikurangi dengan Hanya Ekuitas, yaitu kekayaan bersih
kewajiban jangka panjang pemerintah yang merupakan selisih
Ekuitas Dana Cadangan: antara aset dan kewajiban pemerintah
mencerminkan kekayaan pada tanggal laporan.
pemerintah yang dicadangkan
untuk tujuan tertentu sesuai Saldo ekuitas di Neraca berasal dari
dengan peraturan perundang- saldo akhir ekuitas pada Laporan
undangan. Perubahan Ekuitas

LAPORAN ARUS KAS LAPORAN ARUS KAS

Disajikan oleh unit yang Disajikan oleh unit yang


mempunyai fungsi mempunyai fungsi
perbendaharaan (Par 15) perbendaharaan umum (Par 15)
Arus masuk dan keluar kas
Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas aktivitasoperasi, investasi,
operasi, investasi aset non keuangan, pendanaan, dan transitoris
pembiayaan, dan non anggaran

LAPORAN KINERJA
KEUANGAN LAPORAN OPERASIONAL

Bersifat optional Merupakan Laporan Keuangan


Disusun oleh entitas pelaporan Pokok
yang menyajikan laporan Menyajikan pos-pos sebagai
berbasis akrual berikut:
Sekurang-kurangnya
menyajikan pos-pos : 1. a) Pendapatan-LO dari kegiatan
operasional;
1. a) Pendapatan dari kegiatan 2. b) Beban dari kegiatan
operasional; operasional ;
2. b) Beban berdasarkan 3. c) Surplus/defisit dari Kegiatan
klasifikasi fungsional dan Non Operasional, bila ada;
klasifikasi ekonomi; 4. d) Pos luar biasa, bila ada;
3. c) Surplus atau defisit. 5. e) Surplus/defisit-LO.

LAPORAN PERUBAHAN LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS


EKUITAS
Merupakan Laporan Keuangan
Bersifat optional Pokok
Sekurang-kurangnya Sekurang-kurangnya menyajikan
menyajikan pos-pos: pos-pos:

1. a) Sisa Lebih/Kurang 1. a) Ekuitas awal;


Pembiayaan Anggaran; 2. b) Surplus/defisit-LO pada
2. b) Setiap pos pendapatan dan periode bersangkutan;
belanja beserta totalnya seperti 3. c) Koreksi-koreksi yang langsung
diisyaratkan dalam standar- menambah/mengurangi ekuitas,
standa lainnya, yang diakui misalnya: koreksi kesalahan
secara langsung dalam ekuitas; mendasar dari persediaan yang
3. e) Efek kumulatif atas terjadi pada periode-periode
perubahan kebijakan akuntansi sebelumnya dan perubahan nilai
dan koreksi kesalahan yang aset tetap karena revaluasi aset
mendasar diatur dalam suatu tetap.
standar terpisah . 4. d) Ekuitas akhir.

CALK CALK

Pada dasarnya hampir sama dengan PP Perbedaan yang muncul hanya


baru dikarenakan komponen laporan
keuangan yang berbeda dengan PP
lama.

Anda mungkin juga menyukai