Anda di halaman 1dari 122

Ni Gusti Ayu Made Dwi Adhi Suastuti. TIP 95294.

Pemanfaatan Hasil Samping


Industri Pertanian (Molase dan Limbah Cair Tahu) sebagai Sumber Karbon dan
Nitrogen untuk Produksi Biosurfaktan oleh Bacilllrs sp. Galur Komersial dan Lokal.

Industri pertanian menghasilkan keluaran bempa hasil utama dan hasil samping.
Hasil samping ini umumnya masih mengandung bahan organik seperti karbohidrat,
lemak dan protein yang dapat digunakan sebagai sumber karbon dan nitrogen untuk
pertumbuhan mikroba tertentu dalam menghasilkan produk yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia
Molase dan limbah cair tahu (LCT) merupakan hasil samping industri pertanian
yang potensial untuk dimanfaatkan lebih lanjut Menumt data statistik BPS bahwa
produksi molase di Indonesia tahun 1994 dan 1995 bertumt-turut 1 195 730 ton dan
1 120 919 ton Berdasarkan konversi produksi tahu dari data statistik BPS tahun 1994
dan 1995, produksi LCT tahun 1994 dan 1995 bertumt-tumt sebesar 245 246 ton dan
1 324 119 ton Jumlah limbah yang relatif besar ini jika tidak ditangani dengan baik,
maka dapat menimbulkan pencemaran lingkungan
Salah satu alternatif pemanfaatan hasil samping industri pertanian adalah
sebagai sumber karbon dan nitrogen untuk produksi biosurfaktan. Biosurfaktan
merupakan salah satu produk yang dihasilkan oleh mikroba yang mempunyai lcelebihan
dibandingkan dengan surfaktan sintetis yaitu tidak bersifat racun dan mudah
didegradasi secara biologis Dengan demikian, biosurfaktan diharapkan dapat
menggantikan surfaktan sintetis karena dapat mengurangi pencemaran lingkungan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi media terbaik dari hasil
sampins industri pertanian (molase dan LCT) sebagai sumber karbon dan nitrogen
untuk produksi biosurfaktan oleh Bacill~rssp, galur komersial (B. s~rbtilisATCC
21332) dan lokal (Bacillzrs sp. BMN 14).
Penelitian diawali dengan melakukan persiapan media hasil samping industn
pertanian seperli pengenceran, penyaringan, pencampuran dan pengkayaan media.
Selain itu ditentukan pola propagasi untuk mengetahui waktu propagasi yang tepat
untuk kultivasi selanjutnya Kultivasi bakteri komersial dan lokal untuk masing-masing
media perlakuan dilakukan pada waterbath shaker (dalam erlenmeyer 250 mi dengan
volume k e j a 75 ml), suhu 37"C, pH awal 6,62 dan kecepatan agitasi 140 rpm
Pengamatan dilakukan terhadap tegangan permukaan, produksi biomassa, p y kadar
biosurfaktan, kadar karbon sisa dan kadar nitrogen sisa Parameter kinetika yang
diamati adalahi nilai p maks, Yx/s, Yplx dan Ypls
Produksi biomassa diukur dengan menimbang biomassa dalam wadah yang
telah diketahui berat konstannya. Dari hasil pengamatan, produksi biomassa oleh
bakteri komersial dan lokal pada media Cooper lebih tinggi daripada media lainnya
masing-masing sebesar 4,552 gA dan 4,978 gA dengan waktu kultivasi 30 jam Pada
media hasil samping industri pertanian, produksi biomassa bakteri komersial dan lokal
pada media campuran molase l%:LCT (1:l) yang diperkaya lebih tinggi daripada
media lainnya masing-masing sebesar 3,868 g/l dan 4,348 d l .
Kadar biosurfaktan diukur dengan HPLC (high perjvrnlailce liq~rid
chrvmalogmphy). Kadar biosurfaktan hasil kultivasi bakteri komersial dan pada
media Cooper lebih tinggi daripada media lainnya masing-masing sebesar 2,322 g/l dan
2,453 g/l dengan waktu kultivasi masing-masing 30 jam. Kadar biosurfaktan yang
dihasilkan oleh bakteri komersial dan lokal pada media campuran molase l%.LCT
(1 1) yang diperkaya lebih tinggi daripada media lainnya masing-masing sebesar 2,205
g/l dan 1,922 dl dengan waktu kultivasi masing-masing 30 jam
Tegangan permukaan terendah hasil kultivasi bakteri komersial dan lokal
terjadi pada media Cooper masing-masing sebesar 27,I mNIn dan 26,l f i l m
Tegangan permukaan terendah hasil kultivasi bakteri komersial dan lokal pada media
hasil samping industri pertanian, terjadi pada media campuran molase l%:LCT (I:])
yang diperkaya masing-masing sebesar 27,3 mNIm dan 26,7 mN/m.
Konsumsi sumber karbon mempakan selisih antara total karbon pada media
awal dengan total karbon sisa pada fase stasioner Konsumsi sumber karbon oleh
bakteri komersial dan lokal pada media campuran molase l%:LCT (1:l) yang
diperkaya lebih tinggi daripada media lainnya masing-masing 1,41% dan 1,15%.
Hasil penghitungan parameter kinetika menunjukkan bahwa laju pertumbuhan
spesifik maksimum (p maks) dari bakteri komersial dan lokal pada media Cooper lebih
tinggi daripada media lainnya masing-masing sebesar 0,097 jam-' dan 0,110 jam.'.
Pada media hasil samping industri pertanian, laju pertumbuhan bakteri komersial dan
lokal media campuran molase l%:LCT(l:l) yang diperkaya lebih tinggi dalipada
media lainnya masing-masing sebesar 0,091 jam" dan 0,080 jam-' .
Rendemen biomassa per substrat (Yxls) bakteri komersial dan lokal tertinggi
pada media campuran molase l%:LCT (1:l) masing-masing sebesar 0,441 g/g dan
0,444 g/g, sedangkan pada media Cooper diperoleh nilai Yxls masing-masing sebesar
0,433 g/g dan 0,432 g/g. Nilai rendemen pembentukan produk per satuan biomassa
(Yplx) bakteri komersial dan lokal tertinggi pada media campuran molase l%:LCT
(1:l) yang diperkaya masing-masing sebesar 0,528 glg dan 0,520 g/g. Nilai Yp/x
bakteri komersial dan lokal pada media Cooper masing-masing sebesar 0,378 g/g dan
0,370 g/g. Nilai rendemen produk per jumlah substrat yang digunakan oleh bakteri
komersial dan lokal (Ypls) pada media campuran molase l%:LCT (1:l) yang
diperkaya masing-masing sebesar 0,143 gig dan 0,149 g/g. Nilai Ypis bakteri
komersial dan lokal pada media Cooper masing-masing sebesar 0,265 9/9 dan
0,173 g/g.
Media hasil samping industri pertanian dapat digunakan sebagai sumber karbon
dan nitrogen untuk produksi biosurfaktan. Pengkayaan media hasil samping industri
pertanian dapat meningkatkan produksi hiosurfaktan yang dihasilkan. Media terbaik
untuk produksi biosurfaktan oleh bakteri komersial dan lokal adalah campuran molase
I%:LCT (1:l) yang diperkaya, dengan nilai masing-masing sebesar 2,205 dl dan
1,922 gil.

Anda mungkin juga menyukai