Anda di halaman 1dari 22

asuhan keperawatan apendisitis

BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar belakang


Appendiks merupakan suatu bagian sepertoi kantong yang non fungsional dan terletak di
bagian inferior seikum (smeltzer, 2002).
Berdasarkan data WHO tahun 2005 didapatkan bahwa jumlah penderita apendiksitis
berjumlah sekitar 50 %. Adapun jumlah penderita penyakit apendiksitis pada tahun 2009 di Indonesia
berjumlah sekitar 27% dari jumlah penduduk Indonesia, di Kalimantan Timur berjumlah 26% dari
jumlah penduduk di Kalimantan Timur, di Samarinda berjumlah 25% dari jumlah penduduk
Samarinda.
Penyakit radang usus buntu ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, namun faktor
pencetusnya ada beberapa kemungkinan yang sampai sekarang belum dapat diketahui secara pasti.
Di antaranya faktor penyumbatan (obstruksi) pada lapisan saluran (lumen) appendiks oleh timbunan
tinja/feces yang keras (fekalit), hyperplasia (pembesaran) jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit,
benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur. Diantara beberapa faktor diatas, maka yang
paling sering ditemukan dan kuat dugaannya sebagai penyabab adalah faktor penyumbatan oleh
tinja/feces dan hyperplasia jaringan limfoid. Penyumbatan atau pembesaran inilah yang menjadi
media bagi bakteri untuk berkembang biak. Perlu diketahui bahwa dalam tinja/feces manusia sangat
mungkin sekali telah tercemari oleh bakteri/kuman Escherichia Coli, inilah yang sering kali
mengakibatkan infeksi yang berakibat pada peradangan usus buntu.
Makan cabai bersama bijinya atau jambu klutuk beserta bijinya sering kali tak tercerna dalam tinja
dan menyelinap kesaluran appendiks sebagai benda asin, Begitu pula terjadinya pengerasan
tinja/feces (konstipasi) dalam waktu lama sangat mungkin ada bagiannya yang terselip masuk
kesaluran appendiks yang pada akhirnya menjadi media kuman/bakteri bersarang dan berkembang
biak sebagai infeksi yang menimbulkan peradangan usus buntu tersebut.
Pembedahan segera dilakukan, untuk mencegah terjadinya ruptur (peca), terbentuknya
abses atau peradangan pada selaput rongga perut (peritonitis).
Pada hampir 15% pembedahan usus buntu, usus buntunya ditemukan normal. Tetapi penundaan
pembedahan sampai ditemukan penyebab nyeri perutnya, dapat berakibat fatal. Usus buntu yang
terinfeksi bisa pecah dalam waktu kurang dari 24 jam setelah gejalanya timbul. Bahkan meskipun
apendisitis bukan penyebabnya, usus buntu tetap diangkat. Lalu dokter bedah akan memeriksa perut
dan mencoba menentukan penyebab nyeri yang sebenarnya. Pembedahan yang segera dilakukan
bisa mengurangi angka kematian pada apendisitis. Penderita dapat pulang dari rumah sakit dalam
waktu 2-3 hari dan penyembuhan biasanya cepat dan sempurna. Usus buntu yang pecah,
prognosisnya lebih serius. 50 tahun yang lalu, kasus yang ruptur sering berakhir fatal. Dengan
pemberian antibiotik, angka kematian mendekati nol.(medicastore)
Dari fakta diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat asuhan keperawatan pada klien
dengan kasus apendiksitis.

1.2 Tujuan penulisan


1.2.1 Tujuan umum
Mengetahui asuhan keperawatan klien dengan apendiksitis
1.2.2 Tujuan khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada dengan Appendiksitis.


b. Merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat pada klien dengan Appendiksitis.
c. Menetapkan perencanaan keperawatan pada klien dengan Appendiksitis.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Appendiksitis.
e. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada klien dengan Appendiksitis.

1.3 Manfaat penulisan


a. Bagi institusi
1. Menghasilkan lulusan DIII Keperawatan yang mampu menjalankan tugas dan kewajiban
sesuai dengan kompetensi dan moral yang berlaku
2. Menghasilkan lulusan DII Keperawatan yang mampu menjalankan asuhan keperawatan
dengan tanggungjawab sesuai ketentuan.
b. Bagi rumah sakit
Memberikan penanganan yang baik dan benar pada klien dengan apendiksitis.
c. Bagi masyarakat
Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang bagaimana cara mengatasi masalah
appendiks

1.4 Sistematika penulisan


Penyusunan makalah ini terdiri dari 3 bab dengan urutan sebagai berikut :
Bab I : pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika
penulisan
Bab II : tinjauan pustaka terdiri dari konsep dasar apendiksitis dan konsep dasar asuhan keperawatan
apendiksitis.
Bab III : penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB 2
Tinjuan Pustaka

A. Konsep Dasar Apendiksitis


1. Pengertian

Appendiks merupakan suatu bagian sepertoi kantong yang non fungsional dan terletak di
bagian inferior seikum (smeltzer, 2002).
Apendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat
sembuh tanpa perawatan, tapi banyak kasus memerlukan laparatomi dengan penyingkiran umbai
cacing yang terinfeksi bila tidak di terawat, angka kematian cukup tinggi, di karenakan oleh peritonitis
dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur (Anonim, Apendisitis,2007).
Apendiksitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu
bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal
usus besar atau sekum. Usus buntu besarnya sebesar kelingking tangan dan terletak di perut kanan
bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun lendirnya banyak mengandung kelenjar yang
senantiasa mengeluarkan lender (Anonim, apendisitis, 2007).
2. Anatomi dan fisiologi
Saluran pencernaan berfungsi sebagai penerima makanan dan mempersiapkan untuk
diasimilasi oleh tubuh . Saluran pencernaan terdiri atas: mulut, faring, oesofagus, lambung, dan usus
halus yang terdiri dari duedonum, yeyunum dan ileum, usus besar : seikum, appendiks, colon
desenden , colon tranversum, colon sigmoid, rectum, anus .

a. Anatomi Apendiks
Merupakan organ berbentuk tabing, kurang lebih 10 cm dan berpangkal diseikum lumennya
sempit dibagian proximal dan melebar dibagian distal apendiks dilapisi oleh lapisan sub mukosa yang
mengandung banyak jaringan limfe .
Apendiks diperdarahi oleh arteri apendikular . Pada posisinya yang normal apendiks terletak pada
dinding abdomen dibawah titik Mc Burney.
b. Fisiologi
Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam lumen
dan selanjutnya mengalir ke seikum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan
pada patogenesis appendisitis.
Immunoglobulin sekreator yang dihasilkan oleh GALT ( Gut Associated Lymphoid Tissue ) yang
terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks , ialah IgA immunoglobulin ini sangat efektif
sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun
tubuh sebab jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlah di saluran cerna
dan seluruh tubuh.

3. Etiologi
a. Fekalit
b. Streptococcus
c. Cacing ascariasis
d. Hyperplasia jaringan limfe
e. Trauma daerah abdomen
f. Adanya fekalit dalam lumen appendiks karena penyumbatan feces, lumen melebar dan mengadakan
perangsangan terhadap pembuluh darah.

4. Tanda dan gejala


Gejala klinis pada appendisitis adalah nyeri perut. Pada mulanya nyeri perut ini hilang timbul
seperti kolik dan terasa disekitar umbilicus, bila penderita platus atau BAB rasa sakitnya akan
berkurang, bila proses radang telah menjalar ke peritonium parietal setempat, maka akan timbul nyeri
local pada perut kanan bawah daerah Mc Burney bila terjadi perforasi untuk sementara rasa sakit
ynag hebat diseluruh perut. Anoreksi hampir selalu terdapat dan muntah merupakan hal yang khas.
Biasanya terjadi konstipasi tetapi pada anak-anak dan pada penderita yang appendiks dekat
rectum sering terjadi diare. Gejala umum lainnya adalah demam mula-mula demam tidak begitu tinggi
tetapi menjadi hiperpireksi bila terjadi perforasi.

5. Patofisiologi

- Fekalit
- Streptococcus
- Cacing ascariasis
- Hyperplasia jaringan limfe

Peningkatan tekanan intra abdomen

Fekalit

Kurang terpaparnya informasi

Sumber informasi kurang

Tekanan pada area lambung

Merangsang nervus X (vagus)

Modula oblongata (trigerson)

Mual muntah
Merangsang RAS

Otak siaga

sadar

Obstruksi lumen appendiks

Bendungan mucus

Peningkatantekanan intra lumen

Aliran limfe terhambat

Edema diapedesis bakteri dan ulserasi mukosa

Menstimulasi substansi B,P,L,H

Menstimulasi nosiseptor

Transmisi
Modulasi

Persepsi

Menekan syaraf motorik

Kelemahan fisik

Salah interpretasi informasi

Stress meningkat

Kurang support orang terdekat

Koping tidak efektif

Terputusnya kontuinitas jaringan


6. Klasifikasi
Appendisitis dibagi menjadi beberapa klasifikasi yaitu :
a. Appendisitis akut : yaitu peradangan yang terjadi pada umbai cacing secara mendadak dan meluas
melalui peritoneum parietal sehingga timbul rasa sakit yang mendadak.
b. Appendisitis infiltrat peradangan umbai cacing yang melekat pada dinding perut.
c. Appendisitis kronis peradangan appendiks yang terjadi secara menahun yang merupakan kelanjutan
appendiks infiltrat yang tidak mendapat pengobatan dan perawatan intensif sehingga gejalanya
menghilang dan suatu saat akan timbul lagi gejala tersebut.
d. Appendisitis abses yaitu kelanjutan dari appendicitis kronis yang kurang perawatannya dan kuman
cukup ganas sehingga menimbulkan abses.

7.Komplikasi
Komplikasi apendiksitis adalah sepsis yang dapat berkembang menjadi : perforasi, abses,
peritonitis. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah nyeri. Gejala nyeri antara lain demam suhu
37,50C38,50C atau lebih tinggi, penampilan toksik, meningkatnya nyeri, spasme otot dinding perut
kuadran kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi ileus,
demam, malaise, dan lekositosis. (Seymour, 2003).

8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah rutin akan menunjukan lekostosis ringan dan hitung jenis bergeser kekiri
pada perforasi terjadi lekositosis yang lebih tinggi.
Pemeriksaan urine penting untuk membedakan appendicitis dengan kelainan ginjal, kadang-
kadang ditemukan lekosit pada urine penderita appendicitis.
Pemeriksaan photo polos abdomen tidak menunjukan tanda pasti appendicitis tetapi mempunyai
arti penting dalam membedakan appendicitis dengan obstruksi usus halus atau batu ureter kanan.
Adanya fekolit merupakan hal ini sangat jarang ditemukan udara dibawah diafragma menunjukan
adanya perforaasi.

9.Penatalaksanaan
a. Appendisitis infiltrat.
Ukuran kurang dari 5 cm : operasi
Ukuran lebih dari 5 cm : konservatif (terapi obat obatan )
b. Appendisitis akut :Appendektomi.
c. Appendisitis perforasi :appendektomi perlaparatomi.
Penatalaksanaan Appendektomi.
1) Tindakan pre operative
Penderita dirawat, diberikan antibiotik dan kompres untuk menurunkan suhu badan penderita.
Bilas terlihat adanya gangguan keseimbangan cairan maka segera diberikan cairan parenteral Nacl
0,9 % sesuai dengan keadaan hidrasi, berikan sedatif intramuskular. Daerah perut bawah dan pubis
dibersihkan dan dicukur. Premedikasi diberikan 30 menit sebelum rencana dioperasi dilakukan
diberikan petidin, sulfas atropin dan DBP.
2) Tindakan operatif Appendektomi.
3) Tindakan post operatif.
Observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan didalam. Syok hyperemi dan
gangguan pernapasan angkat sonde lambung bila penderita telah sadar sehingga aspirasi cairan
lambung dapat dicegah. Kemudian baringkan penderita pada posisi fowler penderita dapat dikatakan
baik bila dalam 2 jam tidak terjadi gangguan dan selama itu pasien puasa bila tindakan operasi besar
yaitu perforasi atau peritonitis umum maka puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal,
kemudian berikan minum mulai 15 ml/ jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam. Keesokan
harinya diberikan makanan saring dan berikutnya makanan lunak. Satu hari pasca bedah penderita
dianjuran untuk duduk tegak ditempat selama 2 x 30 menit. Hari kedua pasca bedah dapat berdiri dan
duduk diluar kamar hari ketujuh pasca bedah luka operasi dapat di angka dan penderita boleh
pulang.
Merawat luka post appendektomi dengan tehnik aseptik dan anti septic untuk mencegah
terjadinya infeksi.

10. Prognosis
Apendiktomi yang dilakukan sebelum perforasi prognosisnya baik. Kematian dapat
terjadi pada beberapa kasus. Setelah operasi masih dapat terjadi infeksi pada 30%
kasus apendiks perforasi atau apendiks gangrenosa

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Proses keperawatan merupakan kerangka kerja perawat saat memberikan asuhan
keperawatan pada pasien. Proses keperawatan merupakan pendekatan kerja yang sistematis
terorganisasi, fleksibel dan berkelanjutan. Tahap tahap dalam proses keperawatan saling
ketergantungan satu dengan lainnya dan bersifat dinamis dan disusun secara sisematis untuk
menggambarkan perkembangan dari tahap yang satu ketahap yang lain.

1. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data baik subyek maupun
obyek, adapun tujuan pengkajian adalah memberikan gambaran yang terus menerus mengenai
kesehatan pasien.
Pada tahap pengkajian ini ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan antara lain :
a. Mengumpulkan tentang data pasien
Data dasar adalah data yang menyangkut semua aspek dari pasien yang terdiri dari data data
biografi, keluhan utama, riwayat sebelum sakit, riwayat penyakit sekarang, riwayat kesehatan
keluarga, riwayat kesehatan lingkungan keadaan psiksosisal dan aspek spiritual biasanya data dasar
ini diperoleh pada saat pertama kali perawat kontak dengan pasien. Sedangkan data yang
difokuskan kepada pasien masalah kesehatan pada saat itu adalah:
Aktivitas / istirahat dengan gejala malaise.
Sirkulasi darah memperlihatkan tanda takikardi.
3) Eliminasi dengan gejala konstipasi pada awitan awal, diare (kadang-kadang) serta tanda distensi
abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan/tidak ada bising usus.
4) Integritas ego dengan gejala perasan cemas, takut marah, apatis, faktor-faktor stress multiple ,
misalnya finansial, hubungan gaya hidup , disertai dengan tanda tidak dapat beristirahat,
peningkatan ketegangan peka rangsang, stimulai simpatis.
5) Makanan / cairan anoreksia , mual/muntah.
6) Nyeri / kenyamanan dengan gejala nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus yang meningkat
berat dan terlokalisasi pada titik Mc Burney ( setengah jarak antara umbilicus dengan tulang ileum
kanan ) meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam ( nyeri tiba-tiba diduga perforasi
atau infark pada appendisitis ). Kalau berbagai rasa nyeri / gejala tak jelas ( sehubungan dengan
lokasi appendiks, contoh retrosekal atau sebelah ureter ) dengan perilaku berhati-hati berbaring
kesamping atau terlentang dengan lutut ditekuk meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah
karena posisi ekstensi kaki kanan/ posisi duduk tegak, nyeri lepas pada sisi kiri di duga inflamasi
peritoneal.
7) Keamanan tandanya demam biasanya rendah. Pernafasan tandanya takipnea, pernapasan dangkal.
8) Penyuluhan atau pembelajaran riwayat kondisi lain yang berhubungan dengan nyeri abdomen contoh
pielitis acut batu uretra, salpingitis acut,ileitis regional.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan didapat setelah data-data yang terkumpul dianalisa, diagnosa
keperawatan pada dasarnya adalah kesimpulan dari masalah kesehatan yang dialami klien.
Diagnosa keperawatan merupakan uraian atau penafsiran tentang masalah kesehatan dimana
perawat dapat menanganinya dalam bentuk tindakan kepeawatan yang ditujukan untuk mencegah,
mengatasi atau mengurangi masalah tersebut.
Diagnosa keperawatan menurut NANDA, 2012-2014 yang mungkin muncul pada klien dengan
appendiksitis adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
b. mobilitas fisik, hambatan berhubungan dengan nyeri
c. defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif
d. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik ( nyeri )
diagnose yang muncul dengan ksus appendiks menurut rumusan diagnose NANDA antara lain :
a. Pre operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,muntah.
b. Post operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera.
2. Resiko kehilangan volume cairan berhubunmgan dengan asupan cairan yang tidak adekuat.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
4. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif

4. Perencanaan keperawatan
Pre Operasi
No Diagnosa Tujuan dan criteria hasil Intervensi
1. Nyeri akut Klien akan dapat 1. Minta klien untuk menilai
melaporkan nyeri nyeri atau ketidaknyamanan
berkurang dalam waktu 3 pada skala 0 10
jam dengan criteria hasil2. Gunakan bagan alir nyeri
: untuk memantau peredaan
- Klien mengeluh nyeri nyeri oleh analgesic dan
jarang kemungkinan efek
- Skala nyeri 4 sampingnya.
- Rileks 3. Kaji dampak agama, budaya,
- Selera makan normal kepercayaan, dan lingkungan
- Tidak ada bukti nyeri terhadap nyeri dan respon
yang diamati klien
- Dapat melakukan teknik4. Dalam mengkaji nyeri klien,
relaksasi nafas dalam gunakan kata-kata yang sesuai
dengan usia dan tingkat
perkembangan pasien.
5. Informasikan kepada pasien
tentang prosedur yang dapat
meningkatkan nyeri dan
tawarkan strategi koping yang
disarankan.
6. Pemberian analgesic :
menggunakan agen-agen
farmakologi untuk mengurangi
atau menghilangkan nyeri

1. Identifikasi factor pencetus


mual dan muntah
Klien akan dapat 2. Catat warna, jumlah, dan
melaporkan asupan frekuensi muntah
makanan dan cairan 3. Instruksikan pasien agar
2. Nutrisi, adekuat dengan criteria menarik napas dalam perlahan
ketidakseimbangan hasil : dan menelan secara sadar
: kurang dari - Berat badan meningkat 1 untuk mengurangi mual dan
kebutuhan tubuh kg muntah
- Komponen gizi adekuat 4. Tawarkan hygiene mulut
- Menoleransi diet-diet sebelum makan
yang dianjurkan 5. Berikan obat anti emetic dan /
analgesic sebelum makan atau
sesuai dengan jadwal yang
dianjurkan

Post Operasi
No. Diagnose Tujuan dan criteria hasil intervensi
keperawatan
1. Nyeri akut Klien akan dapat 7. Minta klien untuk menilai
melaporkan nyeri nyeri atau ketidaknyamanan
berkurang dalam waktu 3 pada skala 0 10
jam dengan criteria hasil8.: Gunakan bagan alir nyeri
- Klien mengeluh nyeri untuk memantau peredaan
jarang nyeri oleh analgesic dan
- Skala nyeri 4 kemungkinan efek
- Rileks sampingnya.
- Selera makan normal 9. Kaji dampak agama, budaya,
- Tidak ada bukti nyeri kepercayaan, dan lingkungan
yang diamati terhadap nyeri dan respon
- Dapat melakukan teknik klien
relaksasi nafas dalam 10. Dalam mengkaji nyeri klien,
gunakan kata-kata yang sesuai
dengan usia dan tingkat
perkembangan pasien.
11. Informasikan kepada pasien
tentang prosedur yang dapat
meningkatkan nyeri dan
tawarkan strategi koping yang
disarankan.
12. Pemberian analgesic :
menggunakan agen-agen
farmakologi untuk mengurangi
atau menghilangkan nyeri

1. Kaji kebutuhan terhadap


bantuan pelayanan kesehatan
di rumah dan kebutuhan
terhadap peralatan pengobatan
Klien akan dapat yang tahan lama
melaporkan tidak 2. Ajarkan klien tentang dan
2 Mobilitas fisik, mengalami gangguan pantau penggunaan alat bantu
hambatan dalam waktu 2 x 24 jam mobilitas ( misalnya tongkat,
dengan criteria hasil : walker, kruk atau kursi roda )
- Tidak mengalami 3. Ajarkan dan bantu pasien dan
gangguan sendi dan otot proses berpindah ( misalnya
- Bisa berjalan dari tempat tidur ke kursi )
- Bisa bergerak dengan 4. Rujuk ke ahli terapi fisik
mudah untuk program latihan
5. Berikan penguatan positif
selama aktifitas
6. Bantu pasien untuk
menggunakan alas kaki anti
selip yang mendukung untuk
berjalan

1. Periksa keakuratan umpan


balik untuk memastikan bahwa
pasien memahami program
terapi dan informasi lainnya
yang relevan
2. Penyuluhan individual :
tentukan kebutuhan belajar
pasien, lakukan penilaian
terhadap tingkat pengetahuan
Klien akan dapat pasien saat ini dan pemahaman
melaporkan deskripsi terhadap materi
rasional untuk apendiks3. Kaji daya belajar pasien
3. Defisiensi dalam waktu 2 jam 4. Beri penyuluhan sesuai
pengutahuan dengan criteria hasil : dengan tingkat pemahaman
- Klien dan keluarga dapat pasien, ulangi informasi bila
mengidentifikasikan diperlukan
kebutuhan informasi 5. Gunakan berbagai pendekatan
tambahan tentang program penyuluhan, redemonstrasi,
terapi dan berkaitan umpan balik
- Memperlihatkan secara verbal dan tertulis
kemampuan menjelaskan 6. Beri informasi tentang
kembali materi yang telah sumber-sumber komunitas
disampaikan yang dapat menolong pasien
dalam mempertahankan
program terapi

1. Tentukan efek samping


pengobatan terhadap pola tidur
pasien
2. Pantau pola tidur pasien dan
catat hubungan factor-faktor
fisik ( misalnya :
nyeri/ketidaknyamanan dan
berkemih )
3. Anjurkan klien untuk
membatasi asupan cairan di
sore hari untuk menurunkan
kemungkinan terbangun di
malm hari karena ingin
berkemih
Klien akan dapat 4. Bantu klien untuk memilih
melaporkan kualitas tidur aktifitas fisik dan social di
tidak terganggu dalam siang hari yang sesuai dengan
waktu 1 x 24 jam dengan kemampuan fungsionalnya (
criteria hasil : misalnya berjalan )
4. Insomnia - Jumlah jam tidur 5. Gunakan lampu malam hari
setidaknya 5 jam/24 jam untuk keamanan pasien
- Perasaan segar setelah6. Pertimbangkan menggunakan
tidur pispot di samping tempat tidur
- Terbangun di waktu yang untuk digunakan di malam hari
sesuai meskipun tidak digunakan di
siang hari

5. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien post operasi appendicitis mengacu pada
rencana keperawatan yang sesuai dengan teori Doenges , ME meliputi : mempertahankan istirahat,
mendorong ambulasi dini, memberikan intake cairan adekuat, mempertahankan keseimbangan
cairan, memberikan informasi tentang prosedur pembedahan/prognosis, kebutuhan pengobatan dan
potensial komplikasi, memberikan dukungan dan support, melakukan pencucian tangan yang baik,
melakukan perawatan luka secara aseptic dan antiseptik.
Pada tahap pelaksanaan yang dilakukan adalah melaksanakan tindakan tindakan keperawatan
yang telah direncanakan dan dianjurkan dengan pendokumentasian semua tindakan yang telah
dilakukan.

5. Evaluasi
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan. Evaluasi asuhan keperawatan adalah tahap akhir dari keseluruhan tindakan keperawatan
yang telah dilakukan. Hasil akhir yang diharapkan dari perawatan pasien post operasi appendisitis
adalah komplikasi dapat dicegah / minimal, nyeri terkontrol , prosedur bedah/prognosis, program
terapi dapat dipahami, kecemasan pada pasien / keluarga dapat berkurang /teratasi, tidak terjadi
inekfsi/keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan
Evaluasi ini bersifat formatif, yaitu evaluasi yang dilakukan secara terus menerus untuk menilai
hasil tindakan yang dilakukan disebut juga evaluasi tujuan jangka pendek. Dapat pula bersifat sumatif
yaitu evaluasi yang dilakukan sekaligus pada akhir semua tindakan yang dilakukan sekaligus disebut
juga mengevaluasi tujuan jangka panjang

BAB 3
Penutup

3.1 Kesimpulan
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini mengenai semua umur baik laki-laki maupun
perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10 sampai 30 tahun (Mansjoer, 2000).
Pengkajian pada klien dengan apendiksitis diantaranya adalah sebagai berikutAktivitas /
istirahat dengan gejala malaise, Sirkulasi darah memperlihatkan tanda takikardi, Eliminasi dengan
gejala konstipasi pada awitan awal, diare (kadang-kadang) serta tanda distensi abdomen, nyeri
tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan/tidak ada bising usus, Integritas ego dengan gejala perasan
cemas, takut marah, apatis, faktor-faktor stress multiple , misalnya finansial, hubungan gaya hidup ,
disertai dengan tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan peka rangsang, stimulai
simpatis, Makanan / cairan anoreksia , mual/muntah.
Terdapat 4 diagnosa keperawatan pada klien dengan apendiksitis diantaranya adalah
sebagai berikut : . Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, mobilitas fisik, hambatan
berhubungan dengan nyeri, defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif,
Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik ( nyeri ).
Perencanaan dibuat sesuai dengan diagnose yang telah ditentukan yang berdasarkan nic
dan noc
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien post operasi appendicitis mengacu pada
rencana keperawatan yang sesuai dengan teori Doenges , ME meliputi : mempertahankan istirahat,
mendorong ambulasi dini, memberikan intake cairan adekuat, mempertahankan keseimbangan
cairan, memberikan informasi tentang prosedur pembedahan/prognosis, kebutuhan pengobatan dan
potensial komplikasi, memberikan dukungan dan support, melakukan pencucian tangan yang baik,
melakukan perawatan luka secara aseptic dan antiseptik.
Pada tahap pelaksanaan yang dilakukan adalah melaksanakan tindakan tindakan
keperawatan yang telah direncanakan dan dianjurkan dengan pendokumentasian semua tindakan
yang telah dilakukan.
Evaluasi merupakan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi asuhan keperawatan adalah
tahap akhir dari keseluruhan tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Hasil akhir yang diharapkan
dari perawatan pasien post operasi appendisitis adalah komplikasi dapat dicegah / minimal, nyeri
terkontrol , prosedur bedah/prognosis, program terapi dapat dipahami, kecemasan pada pasien /
keluarga dapat berkurang /teratasi, tidak terjadi inekfsi/keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
dipertahankan

3.2 Saran saran


1. Penulisan makalah ini dapat menjadi acuan dalam meningkatkan IPTEK Khususnya dalam dalam
bidang keperawatan.
2. Diharapkan petugas pelayanan kesehatan dapat memberikan asuhan keperawatan sebaikbaiknya
kepada klien dan dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan sesuai dengan Standar Asuhan
Keperawatan.
3. Diharapkan klien maupun keluarga dapat menerapkan Asuhan keperawatan yang telah diberikan
sehingga dapat meningkatkan taraf hidup lebih sehat dan lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Wikinson, Judith M, 2012, Buku saku Diagnosa Keperawatan edisi


9, EGC, Jakarta

Linda Juan, 2000, Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta


.
Doenges, Marlynn, E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan Edisi
III, EGC, Jakarta.

Betz, Cecily L, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 3.


Jakarta: EGC

www. harnawatiarjwordpress.com diakses tanggal 15 November


2012
Syamsuhidayat. R & De Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2
.Jakarta : EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN APPENDICITIS
PENGERTIAN
Apendiksitis adalah peradangan dari apendiks dan merupakan penyebab abdomen akut yang
palingsering(Mansjoer,2000).
Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak berfungsi terletak pada bagian
inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah abstruksi lumen oleh feses yang
akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi(Wilson&Goldman,1989).
Apendiksitis merupakan penyakit prototip yang berlanjut melalui peradangan, obstruksi dan iskemia di dalam
jangka waktu bervariasi (Sabiston,1995) .
Apendiksitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen,
penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).
ETIOLOGI
Fekolit/massa fekal padat karena konsumsi diet rendah serat.
Tumor apendiks.
Cacing ascaris.
Erosi mukosa apendiks karena parasit E. Histolytica.
Hiperplasia jaringan limfe.
MANIFESTASI KLINIS
Sakit, kram di daerah periumbilikus menjalar ke kuadran kanan bawah
Anoreksia
Mual dan Muntah,(tanda awal yang umum, kuramg umum pada anak yang lebih besar).
Demam ringan di awal penyakit dapat naik tajam pada peritonotis.
Nyeri lepas.
Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali.
Konstipasi.
Diare.
Disuria.
Iritabilitas.
Gejala berkembang cepat, kondisi dapat didiagnosis dalam 4 sampai 6 jam setelah munculnya
gejala pertama.
PENATALAKSANAAN APPENDICITIS
Penatalaksanaan apendiksitis menurur Mansjoer, 2000 :
Sebelum operasi
Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi
Pemasangan kateter untuk control produksi urin.
Rehidrasi
Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena.
Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil untuk membuka
pembuluh pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai.
Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi.
Operasi
Apendiktomi.
Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas,maka abdomen dicuci dengan
garam fisiologis dan antibiotika.
Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV,massanya mungkin mengecil,atau abses
mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa hari. Apendiktomi dilakukan
bila abses dilakukan operasi elektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.
Pasca operasi
Observasi TTV.
Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan lambung dapat
dicegah.
Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.
Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama pasien dipuasakan.
Bila tindakan operasilebih besar, misalnya pada perforasi, puasa dilanjutkan sampai fungsi
usus kembali normal.
Berikan minum mulai15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam. Keesokan
harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya diberikan makanan lunak.
Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 230
menit.
Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar.
Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.

Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang masih aktif yang ditandai
dengan :
Keadaan umum klien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi
Pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah masih jelas terdapat tanda-tanda
peritonitis
Laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis terdapat pergeseran ke kiri.
Sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan segera setelah klien dipersiapkan, karena
dikuatirkan akan terjadi abses apendiks dan peritonitis umum. Persiapan dan pembedahan
harus dilakukan sebaik-baiknya mengingat penyulit infeksi luka lebih tiggi daripada
pembedahan pada apendisitis sederhana tanpa perforasi .
Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang telah mereda ditandai dengan :
Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh tidak tinggi lagi.
Pemeriksaan lokal abdomen tidak terdapat tanda-tanda peritonitis dan hanya teraba massa
dengan jelas dan nyeri tekan ringan.
Laboratorium hitung lekosit dan hitung jenis normal.

Tindakan yang dilakukan sebaiknya konservatif dengan pemberian antibiotik dan istirahat
di tempat tidur. Tindakan bedah apabila dilakukan lebih sulit dan perdarahan lebih
banyak, lebih-lebih bila massa apendiks telah terbentuk lebih dari satu minggu sejak
serangan sakit perut.Pembedahan dilakukan segera bila dalam perawatan terjadi abses
dengan atau tanpa peritonitis umum.
PROSES KEPERAWATAN KLIEN APPENDICITIS
PENGKAJIAN
WawancaraDapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya mengenai :
Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan
bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah
nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu.Sifatkeluhan nyeri
dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan
yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah. kesehatan klien
sekarang.

Diet,kebiasaan makan makanan rendah serat.

Kebiasaan eliminasi.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan/sedang/berat.
Sirkulasi : Takikardia.
Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
Aktivitas/istirahat : Malaise.
Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.
Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus.
Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat
dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas
dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk
tegak.
Demam lebih dari 38oC.
Data psikologis klien nampak gelisah.
Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.
Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada
daerah prolitotomi.
Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.
Pemeriksaan Penunjang
Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran perselubungan mungkin terlihat
ileal atau caecal ileus (gambaran garis permukaan cairan udara di sekum atau ileum).
Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat.
Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
Peningkatan leukosit, neutrofilia, tanpa eosinofil.
Pada enema barium apendiks tidak terisi.
Ultrasound: fekalit nonkalsifikasi, apendiks nonperforasi, abses apendiks.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data-data hasil pengkajian, diagnose keperawatan yang biasanya muncul pada
klien dengan appendicitis adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya continuitas jaringan/insisi bedah ; Trauma jaringan ;
Dstensi jaringan usus oleh inflamasi
2. Aktual / Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah ; Kehilangan volume
cairan secara aktif ; Kegagalan mekanisme pengaturan ; Pembatasan pasca operasi (puasa)
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan Ingesti
; Digesti ; Absorbsi
4. Cemas berhubungan dengan Perubahan status kesehatan ; Kemungkinan dilakukannya operasi
5. Resiko infeksi berhubungan dengan Tidak adekuatnya pertahanan tubuh ; Prosedur invasive
(insisi bedah)
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurang terpaparnya informasi ; Keterbatasan kognitif
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. Mengurangi nyeri
Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi lokasi, keparahan.
Observasi ketidaknyamanan non verbal
Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat pasien untuk memenuhi
kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase, perubahan posisi, berikan perawatan yang
tidak terburu-buru.
Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan.
Anjurkan pasien untuk istirahat dan menggunakan tenkik relaksai saat nyeri.
Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.
1. Mempertahankan keseimbangan cairan
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
Monitor vital sign dan status hidrasi.
Monitor status nutrisi
Awasi nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin dan waktu pembekuan.
Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi.
Atur kemungkinan transfusi darah.
1. Memenuhi kebutuhan nutrisi
Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.
Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.
Minimalkan faktor yang dapat menimbulkan mual dan muntah.
pertahankan higiene mulut sebelum dan sesudah makan.
1. Mengurangi kecemasan
Memberikan informasi kepada klien mengenai prosedur dan tujuan dilakukan tindakan
pembedahan
Brbincang dengan klien mengenai apa yang akan dikerjakan
Menggunakan pendekatan yang tenang untuk meyakinkan klien
Memotivasi keluarga untuk selalu menemani klien
1. Menghindari infeksi
Melakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptic
Mengobservasi tanda-tanda vital dan tanda-tanda infeksi
Memberikan antibiotic sesuai indikasi
1. Memberikan pendidikan kesehatan
Memberikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya
Memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang tindakan dan perkembangan kondisi
klien
EVALUASI
1. Melaporkan berkurangnya nyeri
Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol
Klien tampak rileks, mampu tidur/istirahat
1. Cairan tubuh seimbang
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT
normal.
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas, turgor kulit, membran mukosa lembab.
Tidak ada rasa haus yang berlebihan
1. Nutrisi terpenuhi
Mempertahankan berat badan.
Toleransi terhadap diet yang dianjurkan.
Menunjukan tingkat keadekuatan tingkat energi.
Turgor kulit baik.
1. Kecemasan berkurang
Klien tampak tenang
Klien mengatakan mengerti tentang penyakitnya dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan
1. Menunjukan tidak ada tanda infeksi
Luka sembuh tanpa tanda infeksi
Cairan yang keluar dari luka tidak purulen
1. Menyatakan pemahaman tentang penyakit dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Edisi 3. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.
Mansjoer. A. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius
Johnson, Marion,dkk. Nursing Outcome Classification (NOC). St. Louis, Missouri:
Mosby Yearbook,Inc.
Mc. Closkey, Joanne. 1996. Nursing Intervention Classsification (NIC). St. Louis,
Missouri: Mosby Yearbook,Inc.
Tentang iklan-iklan ini

Terkait

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TUMOR OTAKdalam "ASKEP"

Asuhan keperawatan pada klien dengan cedera kepaladalam "ASKEP"

ASUHAN KEPERAWATANdalam "ASKEP"

FILED UNDER ASKEP TAGGED WITH APPENDIK, INFEKSI USUS, USUS BUNTU
2 Responses to ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN APPENDICITIS

1. semaraputraadjoezt mengatakan:

1 November 2012 pukul 16:11

Reblogged this on I PUTU JUNIARTHA SEMARA PUTRA.

Balas

2. Yandi Herfianto mengatakan:

19 Januari 2014 pukul 21:43

sangat setuju dengan diagnosa keperawatan nya..

Balas

Tinggalkan Balasan
Pos-pos Terbaru

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN TRAUMA SPINAL


ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KELAINAN JANTUNG BAWAAN VENTRIKEL SEPTAL DEFEK (
VSD )
PENINGKATAN TEKANAN INTRA KRANIAL ( PTIK )
ASAM BASA
CHF (CONGESTIVE HEART FAILURE)
Arsip

Arsip

Kategori

Kategori

Awan Tag

acidosis alkalosis anafilaktik analisa data appendik asamasetilcolin askep Asuhan


keperawatan basa Cidera kepalacombustio cvd definisi askep demam demam berdarah Dengue

haemorhagic fever DHF diagnosa keperawatan electrical burnevaluasi fraktur gangguan imunologi gigitan
serangga globulerhot infark infeksi usus inflamasi vena iritasi vena jaringan panaskelemahan keracunan luka bakar metoda
askep miastenia gravis miastenia krisis myastenia neuromuscular nyamuk aedes

aegypty osserman otak panaspatah tulang


P3K PEMERIKSAAN PASIEN SAKIT

KERAS pemfis penanganan kegawatan pengertian askep penurunan kesadaran peradangan


vena perdarahan pHPlebitis praktik keperawatan prostigmin sakit keras sarkomaSepsis serangan mendadak stroke synovial.
trauma syok syok anafilaksis Syok septik Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) thermal burn tia tindakan
keperawatantransmisi trauma trauma pada otak traumatic usus buntuwanita 15 tahun

Pintu Belakang

Daftar
Masuk
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com

Anda mungkin juga menyukai