BAB I
Pendahuluan
BAB 2
Tinjuan Pustaka
Appendiks merupakan suatu bagian sepertoi kantong yang non fungsional dan terletak di
bagian inferior seikum (smeltzer, 2002).
Apendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat
sembuh tanpa perawatan, tapi banyak kasus memerlukan laparatomi dengan penyingkiran umbai
cacing yang terinfeksi bila tidak di terawat, angka kematian cukup tinggi, di karenakan oleh peritonitis
dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur (Anonim, Apendisitis,2007).
Apendiksitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu
bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal
usus besar atau sekum. Usus buntu besarnya sebesar kelingking tangan dan terletak di perut kanan
bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun lendirnya banyak mengandung kelenjar yang
senantiasa mengeluarkan lender (Anonim, apendisitis, 2007).
2. Anatomi dan fisiologi
Saluran pencernaan berfungsi sebagai penerima makanan dan mempersiapkan untuk
diasimilasi oleh tubuh . Saluran pencernaan terdiri atas: mulut, faring, oesofagus, lambung, dan usus
halus yang terdiri dari duedonum, yeyunum dan ileum, usus besar : seikum, appendiks, colon
desenden , colon tranversum, colon sigmoid, rectum, anus .
a. Anatomi Apendiks
Merupakan organ berbentuk tabing, kurang lebih 10 cm dan berpangkal diseikum lumennya
sempit dibagian proximal dan melebar dibagian distal apendiks dilapisi oleh lapisan sub mukosa yang
mengandung banyak jaringan limfe .
Apendiks diperdarahi oleh arteri apendikular . Pada posisinya yang normal apendiks terletak pada
dinding abdomen dibawah titik Mc Burney.
b. Fisiologi
Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam lumen
dan selanjutnya mengalir ke seikum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan
pada patogenesis appendisitis.
Immunoglobulin sekreator yang dihasilkan oleh GALT ( Gut Associated Lymphoid Tissue ) yang
terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks , ialah IgA immunoglobulin ini sangat efektif
sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun
tubuh sebab jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlah di saluran cerna
dan seluruh tubuh.
3. Etiologi
a. Fekalit
b. Streptococcus
c. Cacing ascariasis
d. Hyperplasia jaringan limfe
e. Trauma daerah abdomen
f. Adanya fekalit dalam lumen appendiks karena penyumbatan feces, lumen melebar dan mengadakan
perangsangan terhadap pembuluh darah.
5. Patofisiologi
- Fekalit
- Streptococcus
- Cacing ascariasis
- Hyperplasia jaringan limfe
Fekalit
Mual muntah
Merangsang RAS
Otak siaga
sadar
Bendungan mucus
Menstimulasi nosiseptor
Transmisi
Modulasi
Persepsi
Kelemahan fisik
Stress meningkat
7.Komplikasi
Komplikasi apendiksitis adalah sepsis yang dapat berkembang menjadi : perforasi, abses,
peritonitis. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah nyeri. Gejala nyeri antara lain demam suhu
37,50C38,50C atau lebih tinggi, penampilan toksik, meningkatnya nyeri, spasme otot dinding perut
kuadran kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi ileus,
demam, malaise, dan lekositosis. (Seymour, 2003).
8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah rutin akan menunjukan lekostosis ringan dan hitung jenis bergeser kekiri
pada perforasi terjadi lekositosis yang lebih tinggi.
Pemeriksaan urine penting untuk membedakan appendicitis dengan kelainan ginjal, kadang-
kadang ditemukan lekosit pada urine penderita appendicitis.
Pemeriksaan photo polos abdomen tidak menunjukan tanda pasti appendicitis tetapi mempunyai
arti penting dalam membedakan appendicitis dengan obstruksi usus halus atau batu ureter kanan.
Adanya fekolit merupakan hal ini sangat jarang ditemukan udara dibawah diafragma menunjukan
adanya perforaasi.
9.Penatalaksanaan
a. Appendisitis infiltrat.
Ukuran kurang dari 5 cm : operasi
Ukuran lebih dari 5 cm : konservatif (terapi obat obatan )
b. Appendisitis akut :Appendektomi.
c. Appendisitis perforasi :appendektomi perlaparatomi.
Penatalaksanaan Appendektomi.
1) Tindakan pre operative
Penderita dirawat, diberikan antibiotik dan kompres untuk menurunkan suhu badan penderita.
Bilas terlihat adanya gangguan keseimbangan cairan maka segera diberikan cairan parenteral Nacl
0,9 % sesuai dengan keadaan hidrasi, berikan sedatif intramuskular. Daerah perut bawah dan pubis
dibersihkan dan dicukur. Premedikasi diberikan 30 menit sebelum rencana dioperasi dilakukan
diberikan petidin, sulfas atropin dan DBP.
2) Tindakan operatif Appendektomi.
3) Tindakan post operatif.
Observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan didalam. Syok hyperemi dan
gangguan pernapasan angkat sonde lambung bila penderita telah sadar sehingga aspirasi cairan
lambung dapat dicegah. Kemudian baringkan penderita pada posisi fowler penderita dapat dikatakan
baik bila dalam 2 jam tidak terjadi gangguan dan selama itu pasien puasa bila tindakan operasi besar
yaitu perforasi atau peritonitis umum maka puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal,
kemudian berikan minum mulai 15 ml/ jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam. Keesokan
harinya diberikan makanan saring dan berikutnya makanan lunak. Satu hari pasca bedah penderita
dianjuran untuk duduk tegak ditempat selama 2 x 30 menit. Hari kedua pasca bedah dapat berdiri dan
duduk diluar kamar hari ketujuh pasca bedah luka operasi dapat di angka dan penderita boleh
pulang.
Merawat luka post appendektomi dengan tehnik aseptik dan anti septic untuk mencegah
terjadinya infeksi.
10. Prognosis
Apendiktomi yang dilakukan sebelum perforasi prognosisnya baik. Kematian dapat
terjadi pada beberapa kasus. Setelah operasi masih dapat terjadi infeksi pada 30%
kasus apendiks perforasi atau apendiks gangrenosa
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data baik subyek maupun
obyek, adapun tujuan pengkajian adalah memberikan gambaran yang terus menerus mengenai
kesehatan pasien.
Pada tahap pengkajian ini ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan antara lain :
a. Mengumpulkan tentang data pasien
Data dasar adalah data yang menyangkut semua aspek dari pasien yang terdiri dari data data
biografi, keluhan utama, riwayat sebelum sakit, riwayat penyakit sekarang, riwayat kesehatan
keluarga, riwayat kesehatan lingkungan keadaan psiksosisal dan aspek spiritual biasanya data dasar
ini diperoleh pada saat pertama kali perawat kontak dengan pasien. Sedangkan data yang
difokuskan kepada pasien masalah kesehatan pada saat itu adalah:
Aktivitas / istirahat dengan gejala malaise.
Sirkulasi darah memperlihatkan tanda takikardi.
3) Eliminasi dengan gejala konstipasi pada awitan awal, diare (kadang-kadang) serta tanda distensi
abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan/tidak ada bising usus.
4) Integritas ego dengan gejala perasan cemas, takut marah, apatis, faktor-faktor stress multiple ,
misalnya finansial, hubungan gaya hidup , disertai dengan tanda tidak dapat beristirahat,
peningkatan ketegangan peka rangsang, stimulai simpatis.
5) Makanan / cairan anoreksia , mual/muntah.
6) Nyeri / kenyamanan dengan gejala nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus yang meningkat
berat dan terlokalisasi pada titik Mc Burney ( setengah jarak antara umbilicus dengan tulang ileum
kanan ) meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam ( nyeri tiba-tiba diduga perforasi
atau infark pada appendisitis ). Kalau berbagai rasa nyeri / gejala tak jelas ( sehubungan dengan
lokasi appendiks, contoh retrosekal atau sebelah ureter ) dengan perilaku berhati-hati berbaring
kesamping atau terlentang dengan lutut ditekuk meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah
karena posisi ekstensi kaki kanan/ posisi duduk tegak, nyeri lepas pada sisi kiri di duga inflamasi
peritoneal.
7) Keamanan tandanya demam biasanya rendah. Pernafasan tandanya takipnea, pernapasan dangkal.
8) Penyuluhan atau pembelajaran riwayat kondisi lain yang berhubungan dengan nyeri abdomen contoh
pielitis acut batu uretra, salpingitis acut,ileitis regional.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan didapat setelah data-data yang terkumpul dianalisa, diagnosa
keperawatan pada dasarnya adalah kesimpulan dari masalah kesehatan yang dialami klien.
Diagnosa keperawatan merupakan uraian atau penafsiran tentang masalah kesehatan dimana
perawat dapat menanganinya dalam bentuk tindakan kepeawatan yang ditujukan untuk mencegah,
mengatasi atau mengurangi masalah tersebut.
Diagnosa keperawatan menurut NANDA, 2012-2014 yang mungkin muncul pada klien dengan
appendiksitis adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
b. mobilitas fisik, hambatan berhubungan dengan nyeri
c. defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif
d. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik ( nyeri )
diagnose yang muncul dengan ksus appendiks menurut rumusan diagnose NANDA antara lain :
a. Pre operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,muntah.
b. Post operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera.
2. Resiko kehilangan volume cairan berhubunmgan dengan asupan cairan yang tidak adekuat.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
4. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif
4. Perencanaan keperawatan
Pre Operasi
No Diagnosa Tujuan dan criteria hasil Intervensi
1. Nyeri akut Klien akan dapat 1. Minta klien untuk menilai
melaporkan nyeri nyeri atau ketidaknyamanan
berkurang dalam waktu 3 pada skala 0 10
jam dengan criteria hasil2. Gunakan bagan alir nyeri
: untuk memantau peredaan
- Klien mengeluh nyeri nyeri oleh analgesic dan
jarang kemungkinan efek
- Skala nyeri 4 sampingnya.
- Rileks 3. Kaji dampak agama, budaya,
- Selera makan normal kepercayaan, dan lingkungan
- Tidak ada bukti nyeri terhadap nyeri dan respon
yang diamati klien
- Dapat melakukan teknik4. Dalam mengkaji nyeri klien,
relaksasi nafas dalam gunakan kata-kata yang sesuai
dengan usia dan tingkat
perkembangan pasien.
5. Informasikan kepada pasien
tentang prosedur yang dapat
meningkatkan nyeri dan
tawarkan strategi koping yang
disarankan.
6. Pemberian analgesic :
menggunakan agen-agen
farmakologi untuk mengurangi
atau menghilangkan nyeri
Post Operasi
No. Diagnose Tujuan dan criteria hasil intervensi
keperawatan
1. Nyeri akut Klien akan dapat 7. Minta klien untuk menilai
melaporkan nyeri nyeri atau ketidaknyamanan
berkurang dalam waktu 3 pada skala 0 10
jam dengan criteria hasil8.: Gunakan bagan alir nyeri
- Klien mengeluh nyeri untuk memantau peredaan
jarang nyeri oleh analgesic dan
- Skala nyeri 4 kemungkinan efek
- Rileks sampingnya.
- Selera makan normal 9. Kaji dampak agama, budaya,
- Tidak ada bukti nyeri kepercayaan, dan lingkungan
yang diamati terhadap nyeri dan respon
- Dapat melakukan teknik klien
relaksasi nafas dalam 10. Dalam mengkaji nyeri klien,
gunakan kata-kata yang sesuai
dengan usia dan tingkat
perkembangan pasien.
11. Informasikan kepada pasien
tentang prosedur yang dapat
meningkatkan nyeri dan
tawarkan strategi koping yang
disarankan.
12. Pemberian analgesic :
menggunakan agen-agen
farmakologi untuk mengurangi
atau menghilangkan nyeri
5. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien post operasi appendicitis mengacu pada
rencana keperawatan yang sesuai dengan teori Doenges , ME meliputi : mempertahankan istirahat,
mendorong ambulasi dini, memberikan intake cairan adekuat, mempertahankan keseimbangan
cairan, memberikan informasi tentang prosedur pembedahan/prognosis, kebutuhan pengobatan dan
potensial komplikasi, memberikan dukungan dan support, melakukan pencucian tangan yang baik,
melakukan perawatan luka secara aseptic dan antiseptik.
Pada tahap pelaksanaan yang dilakukan adalah melaksanakan tindakan tindakan keperawatan
yang telah direncanakan dan dianjurkan dengan pendokumentasian semua tindakan yang telah
dilakukan.
5. Evaluasi
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan. Evaluasi asuhan keperawatan adalah tahap akhir dari keseluruhan tindakan keperawatan
yang telah dilakukan. Hasil akhir yang diharapkan dari perawatan pasien post operasi appendisitis
adalah komplikasi dapat dicegah / minimal, nyeri terkontrol , prosedur bedah/prognosis, program
terapi dapat dipahami, kecemasan pada pasien / keluarga dapat berkurang /teratasi, tidak terjadi
inekfsi/keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan
Evaluasi ini bersifat formatif, yaitu evaluasi yang dilakukan secara terus menerus untuk menilai
hasil tindakan yang dilakukan disebut juga evaluasi tujuan jangka pendek. Dapat pula bersifat sumatif
yaitu evaluasi yang dilakukan sekaligus pada akhir semua tindakan yang dilakukan sekaligus disebut
juga mengevaluasi tujuan jangka panjang
BAB 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini mengenai semua umur baik laki-laki maupun
perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10 sampai 30 tahun (Mansjoer, 2000).
Pengkajian pada klien dengan apendiksitis diantaranya adalah sebagai berikutAktivitas /
istirahat dengan gejala malaise, Sirkulasi darah memperlihatkan tanda takikardi, Eliminasi dengan
gejala konstipasi pada awitan awal, diare (kadang-kadang) serta tanda distensi abdomen, nyeri
tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan/tidak ada bising usus, Integritas ego dengan gejala perasan
cemas, takut marah, apatis, faktor-faktor stress multiple , misalnya finansial, hubungan gaya hidup ,
disertai dengan tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan peka rangsang, stimulai
simpatis, Makanan / cairan anoreksia , mual/muntah.
Terdapat 4 diagnosa keperawatan pada klien dengan apendiksitis diantaranya adalah
sebagai berikut : . Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, mobilitas fisik, hambatan
berhubungan dengan nyeri, defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif,
Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik ( nyeri ).
Perencanaan dibuat sesuai dengan diagnose yang telah ditentukan yang berdasarkan nic
dan noc
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien post operasi appendicitis mengacu pada
rencana keperawatan yang sesuai dengan teori Doenges , ME meliputi : mempertahankan istirahat,
mendorong ambulasi dini, memberikan intake cairan adekuat, mempertahankan keseimbangan
cairan, memberikan informasi tentang prosedur pembedahan/prognosis, kebutuhan pengobatan dan
potensial komplikasi, memberikan dukungan dan support, melakukan pencucian tangan yang baik,
melakukan perawatan luka secara aseptic dan antiseptik.
Pada tahap pelaksanaan yang dilakukan adalah melaksanakan tindakan tindakan
keperawatan yang telah direncanakan dan dianjurkan dengan pendokumentasian semua tindakan
yang telah dilakukan.
Evaluasi merupakan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi asuhan keperawatan adalah
tahap akhir dari keseluruhan tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Hasil akhir yang diharapkan
dari perawatan pasien post operasi appendisitis adalah komplikasi dapat dicegah / minimal, nyeri
terkontrol , prosedur bedah/prognosis, program terapi dapat dipahami, kecemasan pada pasien /
keluarga dapat berkurang /teratasi, tidak terjadi inekfsi/keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
dipertahankan
DAFTAR PUSTAKA
Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang masih aktif yang ditandai
dengan :
Keadaan umum klien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi
Pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah masih jelas terdapat tanda-tanda
peritonitis
Laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis terdapat pergeseran ke kiri.
Sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan segera setelah klien dipersiapkan, karena
dikuatirkan akan terjadi abses apendiks dan peritonitis umum. Persiapan dan pembedahan
harus dilakukan sebaik-baiknya mengingat penyulit infeksi luka lebih tiggi daripada
pembedahan pada apendisitis sederhana tanpa perforasi .
Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang telah mereda ditandai dengan :
Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh tidak tinggi lagi.
Pemeriksaan lokal abdomen tidak terdapat tanda-tanda peritonitis dan hanya teraba massa
dengan jelas dan nyeri tekan ringan.
Laboratorium hitung lekosit dan hitung jenis normal.
Tindakan yang dilakukan sebaiknya konservatif dengan pemberian antibiotik dan istirahat
di tempat tidur. Tindakan bedah apabila dilakukan lebih sulit dan perdarahan lebih
banyak, lebih-lebih bila massa apendiks telah terbentuk lebih dari satu minggu sejak
serangan sakit perut.Pembedahan dilakukan segera bila dalam perawatan terjadi abses
dengan atau tanpa peritonitis umum.
PROSES KEPERAWATAN KLIEN APPENDICITIS
PENGKAJIAN
WawancaraDapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya mengenai :
Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan
bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah
nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu.Sifatkeluhan nyeri
dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan
yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah. kesehatan klien
sekarang.
Diet,kebiasaan makan makanan rendah serat.
Kebiasaan eliminasi.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan/sedang/berat.
Sirkulasi : Takikardia.
Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
Aktivitas/istirahat : Malaise.
Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.
Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus.
Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat
dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas
dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk
tegak.
Demam lebih dari 38oC.
Data psikologis klien nampak gelisah.
Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.
Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada
daerah prolitotomi.
Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.
Pemeriksaan Penunjang
Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran perselubungan mungkin terlihat
ileal atau caecal ileus (gambaran garis permukaan cairan udara di sekum atau ileum).
Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat.
Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
Peningkatan leukosit, neutrofilia, tanpa eosinofil.
Pada enema barium apendiks tidak terisi.
Ultrasound: fekalit nonkalsifikasi, apendiks nonperforasi, abses apendiks.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data-data hasil pengkajian, diagnose keperawatan yang biasanya muncul pada
klien dengan appendicitis adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya continuitas jaringan/insisi bedah ; Trauma jaringan ;
Dstensi jaringan usus oleh inflamasi
2. Aktual / Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah ; Kehilangan volume
cairan secara aktif ; Kegagalan mekanisme pengaturan ; Pembatasan pasca operasi (puasa)
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan Ingesti
; Digesti ; Absorbsi
4. Cemas berhubungan dengan Perubahan status kesehatan ; Kemungkinan dilakukannya operasi
5. Resiko infeksi berhubungan dengan Tidak adekuatnya pertahanan tubuh ; Prosedur invasive
(insisi bedah)
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurang terpaparnya informasi ; Keterbatasan kognitif
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. Mengurangi nyeri
Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi lokasi, keparahan.
Observasi ketidaknyamanan non verbal
Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat pasien untuk memenuhi
kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase, perubahan posisi, berikan perawatan yang
tidak terburu-buru.
Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan.
Anjurkan pasien untuk istirahat dan menggunakan tenkik relaksai saat nyeri.
Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.
1. Mempertahankan keseimbangan cairan
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
Monitor vital sign dan status hidrasi.
Monitor status nutrisi
Awasi nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin dan waktu pembekuan.
Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi.
Atur kemungkinan transfusi darah.
1. Memenuhi kebutuhan nutrisi
Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.
Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.
Minimalkan faktor yang dapat menimbulkan mual dan muntah.
pertahankan higiene mulut sebelum dan sesudah makan.
1. Mengurangi kecemasan
Memberikan informasi kepada klien mengenai prosedur dan tujuan dilakukan tindakan
pembedahan
Brbincang dengan klien mengenai apa yang akan dikerjakan
Menggunakan pendekatan yang tenang untuk meyakinkan klien
Memotivasi keluarga untuk selalu menemani klien
1. Menghindari infeksi
Melakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptic
Mengobservasi tanda-tanda vital dan tanda-tanda infeksi
Memberikan antibiotic sesuai indikasi
1. Memberikan pendidikan kesehatan
Memberikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya
Memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang tindakan dan perkembangan kondisi
klien
EVALUASI
1. Melaporkan berkurangnya nyeri
Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol
Klien tampak rileks, mampu tidur/istirahat
1. Cairan tubuh seimbang
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT
normal.
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas, turgor kulit, membran mukosa lembab.
Tidak ada rasa haus yang berlebihan
1. Nutrisi terpenuhi
Mempertahankan berat badan.
Toleransi terhadap diet yang dianjurkan.
Menunjukan tingkat keadekuatan tingkat energi.
Turgor kulit baik.
1. Kecemasan berkurang
Klien tampak tenang
Klien mengatakan mengerti tentang penyakitnya dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan
1. Menunjukan tidak ada tanda infeksi
Luka sembuh tanpa tanda infeksi
Cairan yang keluar dari luka tidak purulen
1. Menyatakan pemahaman tentang penyakit dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Edisi 3. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.
Mansjoer. A. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius
Johnson, Marion,dkk. Nursing Outcome Classification (NOC). St. Louis, Missouri:
Mosby Yearbook,Inc.
Mc. Closkey, Joanne. 1996. Nursing Intervention Classsification (NIC). St. Louis,
Missouri: Mosby Yearbook,Inc.
Tentang iklan-iklan ini
Terkait
FILED UNDER ASKEP TAGGED WITH APPENDIK, INFEKSI USUS, USUS BUNTU
2 Responses to ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN APPENDICITIS
1. semaraputraadjoezt mengatakan:
Balas
Balas
Tinggalkan Balasan
Pos-pos Terbaru
Arsip
Kategori
Kategori
Awan Tag
haemorhagic fever DHF diagnosa keperawatan electrical burnevaluasi fraktur gangguan imunologi gigitan
serangga globulerhot infark infeksi usus inflamasi vena iritasi vena jaringan panaskelemahan keracunan luka bakar metoda
askep miastenia gravis miastenia krisis myastenia neuromuscular nyamuk aedes
Pintu Belakang
Daftar
Masuk
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com