Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI TANAH

KP A
PENENTUAN KADAR C ORGANIK

Kelompok 5 :
William Thamrin / 170115012
Satya Yudha Laksono / 170115064

Asisten Dosen :
Yosua Purnomo / 170114006
Catherine Stephanie / 170114072

Dosen :
Drs. Mangihot Tua Goeltom, M.Sc.

FAKULTAS TEKNOBIOLOGI
UNIVERSITAS SURABAYA
2017
PENENTUAN KADAR C ORGANIK

I. Tujuan
Menentukan konsentrasi organic carbon didalam sampel tanah.

II. Dasar Teori


Tanah sebagai media pertumbuhan tanaman berada dalam kondisi yang optimum jika
komposisinya terdiri dari : 25% udara, 25% air, 45% mineral dan 5% bahan organik. Atas
dasar perbandingan ini, nampak kebutuhan tanah terhadap bahan organik adalah paling
kecil.Namun demikian kehadiran bahan organik dalam tanah mutlak dibutuhkan karena
bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara
fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah (Lengkong dan Kawulusan, 2008). Bahan
organik adalah sekumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau
telah mengalami proses dekomposisi baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-
senyawa organik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterotrofik organik dan
ototrofik yang terlibat dan berada di dalamnya (Madjid, 2007).
Adapun sifat-sifat tanah yang menganudung organik, diantaranya : mempunyai bobot
isi (bulk density) yang rendah; mempunyai luas permukaan spesifik tinggi; mempunyai
kemampuan menyerap air yang tinggi (sampai 3 kali lipat dari bobot keringnya) ; bersifat
agak plastis tetapi tidak lekat ; mempunyai Kapasitas Tukar Kation (KTK) tinggi hingga 150-
200 me/100 g karena memiliki gugus fungsional yang banyak seperti Hidroksil (-OH),
Karboksil (-COOH), Fenolik dll ; bersifat amfotir (bertindak sebagai basa pada kondisi asam
dan bertindak sebagai asam pada kondisi alkalis) ; bersifat hesteriosis jika terjadi pembasahan
dan pengeringan ; memiliki titik muatan nol (pH) sangat rendah ; dan bermuatan variable
(Madjid, 2010).
Kandungan bahan organik di dalam tanah dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.
Salah satu faktor yang mempengaruhi bahan organik ialah proses terbentuknya yang terdiri
dari 2 sumber, yaitu:
Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting,
daun, bunga, dan buah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan
terangkut ke lapisan bawahserta di inkorporasikan dengan tanah. Tumbuhan tidak saja
sumber bahan organik tanah, tetapi sumber bahan organik dari seluruh makhluk hidup
(Hakim et al., 1986).
Sumber sekunder bahan organik adalah binatang. Fauna atau binatang terlebih dahulu
harus menggunakan bahan organik tanaman. Setelah itu barulah binatang
menyumbangkan pula bahan organiknya. Berbeda sumber bahan organik tanah
tersebut akan berbeda pula pengaruh yang disumbangkannya ke dalam tanah. Hal itu
berkaitan erat dengan komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut (Hakim et
al., 1986).
Kandungan organik tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan C-organik
kandungan karbon (C) bahan organik bervariasi antara 45 sampai 60% dan konversi C-
organik menjadi bahan = % C-organik x 1,724. Kandungan bahan organik dipengaruhi oleh
arus akumulasi bahan asli dan arus dekomposisi dan humifikasi yang sangat tergantung
kondisi lingkungan (vegetasi, iklim, batuan, timbunan, dan praktik pertanian). Arus
dekomposisi jauh lebih penting dari pada jumlah bahan organik yang ditambahkan.
Pengukuran kandung bahan organik tanah dengan metode walkey and black ditentukan
berdasarkan kandungan C-organik (Foth, 1984).
Terdapat beberapa pengertian mengenai C-organik yakni merupakan bagian dari
tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman
dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan
bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia. C-organik juga merupakan
bahan organik yang terkandung di dalam maupun pada permukaan tanah yang berasal dari
senyawa karbon di alam, dan semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah,
termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik
terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus (Supryono et al., 2009).
Data primer hasil analisis tanah di dicocokan dengan standar sifat kimia tanah
Hardjowigeno (2010) yang disajikan pada tabel dibawah ini. Data pertumbuhan sengon dan
nilam dianalisis secara deskriptif. Berikut merupakan tabel tingkat nilai sifat kimia tanah :
Sangat Sangat
Sifat kimia Rendah Sedang Tinggi
rendah tinggi
C-
<1 1-2 2,01-3 3,01-5 >5
organik(%)
N-total (%) < 0,1 0,1-0,2 0,21-0,5 0,51-0,75 >0,75
C/N <5 5-10 11-15 16-25 >25
P2O5 HCL
<10 10-20 21-40 41-60 >60
(me/100g)
P2O5 Bray
<10 10-20 21-40 41-60 >60
1 (ppm)
K2O HCL
<10 10-20 21-40 41-60 >60
25%
(me/100g)
KTK
<5 5-16 17-24 25-40 >40
(me/100g)
K
<0,1 0,1-0,2 0,3-0,5 0,6-1,0 >1,0
(me/100g)
Na
<0,1 0,1-0,3 0,44-0,7 0,8-1,0 >1,0
(me/100g)
Mg
<0,4 0,4-1,0 1,1-2,0 2,1-8,0 >8,0
(me/100g)
Ca
<2 2-5 6-10 11-20 >20
(me/100g)
KB (%) <20 20-35 36-50 51-70 >70
Kejenuhan
<10 10-20 21-30 31-60 >60
Al
Sangat Agak Agak
pH H2O Masam Netral
masam masam basa
Kuantitatif
<4,5 4,5-5,5 5,6-6,5 6,6-7,5 7,6-8,5
pH H2O

Kandungan bahan organik pada masing-masing horizon merupakan petunjuk besarnya


akumulasi bahan organik dalam keadaan lingkungan yang berbeda. Bahan organik biasanya
terdapat di permukaan. Komponen bahan organik yang penting adalah C dan N. C-Organik
dan N-Organik merupakan unsur dari bahan organik Kandungan bahan organik ditentukan
secara tidak langsung yaitu dengan mengalikan kadar C dengan suatu faktor yang umumnya
sebagai berikut: kandungan bahan organik = %C x 1,724. Bila jumlah C organik dalam tanah
dapat diketahui maka kandungan bahan organik tanah juga dapat dihitung. Kandungan bahan
organik merupakan salah satu indikator tingkat kesuburan tanah (Hardjowigeno dan
Sarwono, 2010).
III. Alat dan Bahan
Alat: Bahan:
-Pengaduk kaca -Sampel tanah
-Kaca arloji & sendok sungu -Larutan digesti
-Tabung digesti dan alat digesti -H2O
-Mikropipet 100-1000 l & tip
-Gelas Ukur 10, 50 ml
-Gelas beaker 50, 100 ml
-Tabung reaksi dan rak

IV. MSDS
1. Glukosa
A. Karakteristik
Nama Produk : Dextrose anhydrous, Rumus Molekul : C6H12O6, Keadaan fisik : solid, Bau :
tak ada, Rasa: manis, Berat molekul : 180.16 g/mole, Warna : putih, pH : tidak ada data, Titik
didih : dekomposisi, Titik leleh : 146C (294.8F).
B. Penanganan dan Penyimpanan
Penanganan:
Jauhkan dari panas. Jauhkan dari sumber api. Kosongkan kontainer yang mempunyai resiko
terbakar, evaporasikan residu dalam lemari penghisap. Bersikan semua peralatan
mengandung material.
Penyimpanan:
Jaga agar kontainer kering. Tutup kontainer rapat. Simpan ditempat dingin, berventilasi baik.
Materi mudah berbakar dijauhkan dari suhu ekstrim dan agen pengoksidasi kuat.
2. Akuadest
A. Karakteristik
Nama Produk : Water Rumus Molekul : H2O, Keadaan fisik : liquid, Bau : tak berbau, Rasa:
tak ada data, Berat molekul : 18.02 g/mole, Warna : bening, pH : 7, Titik didih : 100C
(212F), Titik leleh : tak ada data.
B. Penanganan dan Penyimpanan
Penanganan:
Jauhkan dari panas. Jauhkan dari sumber api. Kosongkan kontainer yang mempunyai resiko
terbakar, evaporasikan residu dalam lemari penghisap. Bersikan semua peralatan
mengandung material.
Penyimpanan:
Tutup kontainer dengan rapat, jaga agar kontainer kering. Simpan ditempat dingin,
berventilasi baik.
3. Tanah
A. Karakteristik
Nama Produk : Soil Rumus Molekul : tak ada data, Keadaan fisik : solid, Bau : tak berbau,
Rasa: tak ada data, Berat molekul : tak ada data, Warna : coklat tua, pH : 5,5-7, Titik didih :
tak ada data, Titik leleh : tak ada data.
B. Penanganan dan Penyimpanan
Penanganan:
Bersikan semua peralatan mengandung material. Material tidak berbahaya.
Penyimpanan:
Tutup kontainer dengan rapat, jaga agar kontainer kering. Simpan ditempat dingin,
berventilasi baik. Material tidak berbahaya.
4. K2Cr2O7
A. Karakteristik
Nama Produk : Potassium dichromate, Rumus Molekul : K2Cr2O7, Keadaan fisik : solid,
Bau : tak ada data, Rasa: pahit, Berat molekul : 294.2 g/mole, Warna : oranye-merah , pH : 4,
Titik didih : 500C (932F), Titik leleh : 398C (748.4F).
B. Penanganan dan Penyimpanan
Penanganan:
Jauhkan dari panas. Jauhkan dari sumber api. Kosongkan kontainer yang mempunyai resiko
terbakar, evaporasikan residu dalam lemari penghisap. Bersikan semua peralatan
mengandung material.
Penyimpanan:
Jaga agar kontainer kering. Simpan ditempat gelap, dingin, berventilasi baik.
5. Asam Klorida
A. Karakteristik
Nama Produk : Hydrochloric Acid, Rumus Molekul : HCl, Keadaan fisik : Liquid, Bau :
asam, Rasa: tak ada data, Berat molekul : 36,5 g/mole, Warna : bening hingga kuning terang,
pH : asam, Titik didih : 108.58 C, Titik leleh : 62.25C (-80F).
B. Penanganan dan Penyimpanan
Penanganan:
Jauhkan dari panas. Jauhkan dari sumber api. Kosongkan kontainer yang mempunyai resiko
terbakar, evaporasikan residu dalam lemari penghisap. Bersikan semua peralatan
mengandung material.
Penyimpanan:
Jaga agar kontainer kering. Simpan ditempat dingin, berventilasi baik.
6. Merkuri sulfat
A. Karakteristik
Nama Produk : Mercuric sulfate, Rumus Molekul : HgSO4, Keadaan fisik : Solid, Bau : tak
ada data, Rasa: tak ada data, Berat molekul : 296.65 g/mole, Warna : tak ada data terang, pH :
tak ada data, Titik didih : tak ada data, Titik leleh : tak ada data.
B. Penanganan dan Penyimpanan
Penanganan:
Jauhkan dari panas. Jauhkan dari sumber api. Kosongkan kontainer yang mempunyai resiko
terbakar, evaporasikan residu dalam lemari penghisap. Bersikan semua peralatan
mengandung material.
Penyimpanan:
Jaga agar kontainer kering. Simpan ditempat dingin, berventilasi baik.

V. Cara Kerja
1. Pembuatan larutan kurva standar glukosa

Glukosa

Ditimbang 3,996 gr glukosa dan


100ml H2O
dilarutkan dengan akuadest

Larutan Glukosa Stok 1000 mg\L

Dilakukan pengenceran dari larutan stok


menjadi larutan berkonsentrasi (800 mg\L,
500 mg\L, 250 mg\L, 125 mg\L, 62,5 mg\L.

Larutan Glukosa dengan konsentrasi 1000 mg\L, 800 mg\L, 500 mg\L, 250
mg\L, 125 mg\L, 62,5 mg\L

*Contoh perhitungan : 1 gr glukosa mengandung 0,3996 gr C6 sehingga pada larutan


konsentrasi 1000 mg\L dalam 100ml akuadest membutuhkan 3,996 gr glukosa.

2. Pembuatan larutan sampel tanah

Sampel Tanah

Ditimbang 10 gr sampel dan


25ml H2O
dilarutkan dengan akuadest.

Larutan Sampel Tanah


Dikocok selama 5 menit dan didiamkan
selama 2 menit. Kemudian dituang ke
tabung falcon dan di sentrifuge dengan Rpm
4000 selama 10 menit.

Supernatan Larutan Sampel Tanah

3. Persiapan untuk mengukur kurva standart dan larutan sampel

Supernatan sampel dan larutan kurva standar glukosa

Diambil 1 ml masing masing larutan (sampel


1 ml larutan digesti dan kurva standar) kemudian ditambahkan
larutan digesti pada tabung digesti dan
dihomogenkan.

Supernatan sampel dan larutan kurva standar + Lartuan digesti

Masing-masing tabung dipanaskan dengan


suhu 1480C selama 1 jam.

Larutan sampel, kurva standar yang siap untuk diukur

Diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 620 nm.

*Blanko dibuat dengan cara yang sama namun larutan sampel/kurva standar digantikan
dengan larutan akuadest.

VI. Hasil dan Perhitungan


Kurva Standar Glukosa dengan konsentrasi C6 pada sampel tanah
Konsentrasi C6 (mg\L) Absorbansi (nm) A = - 0,0101
1000 0,455 B = 0,0004
800 0,327 Y = A+BX
500 0,211 0,079 = 0,0004X 0,0101
250 0,113 X = 222,75
125 0,051
62,5 0,011
Larutan sampel tanah A620 = 0,079 Konsentrasi C6 = 222,75 mg/L
Penimbangan Glukosa Berdasarkan Jumlah Ion Carbon
Permisalan : Dalam 1 gram glukosa terdapat berapa ion C6?
Perhitungan : nC6H12O6 = gr/mr 1/180 = 5,55 x 10-3
: massa C6 = nC6H12O6 x mr C6 = 5,55 x 10-3 x 72 = 0,3996 gr
Sehingga 1 gr C6H12O6 memiliki 0,3996 gr C6.

VII. Pembahasan
Pada praktikum ini, praktikan melakukan uji penentuan kadar C organik (COD)
dengan metode reflux tertutup secara spektrofotometri. Chemical Oxygen Demand (COD)
dapat didefenisikan sebagai jumlah oksigen yang dibutuhkan (mg O2) untuk mengoksidasi zat
organik yang ada dalam satu liter sampel air (Greenberg, 1992). Bahan yang dipakai adalah
sampel tanah, akuadest, larutan digesti yang terdiri dari K2Cr2O7, asam sulfat dan merkuri
sulfat. Prinsip dari metode reflux tertutup secara spektrofotometri ini adalah senyawa organik
dan anorganik, terutama organik dioksidasi oleh Cr2O72- dalam refluks tertutup menghasilkan
Cr3+. Jumlah oksidan yang dibutuhkan dinyatakan dalam ekuivalen oksigen (O2 mg/L)
diukur secara spektrofotometri sinar tampak. Cr2O72- kuat mengabsorpsi pada panjang
gelombang 420 nm dan Cr3+ kuat mengabsorpsi pada panjang gelombang 600 nm. Untuk
nilai COD 100 mg/L sampai dengan 900 mg/L kenaikan Cr3+ ditentukan pada panjang
gelombang 600 nm. Untuk nilai COD lebih kecil atau sama dengan 90 mg/L penurunan
konsentrasi Cr2O72- ditentukan pada panjang gelombang 420 nm (Greenberg, 1992).
Tahap pertama adalah membuat kurva standar dengan konsentrasi 1000 mg\L, 800
mg\L, 500 mg\L, 250 mg\L, 125 mg\L, 62,5 mg\L. Hal ini dilakukan dengan menimbang
glukosa sebanyak 0,3996 gr untuk membuat larutan standar konsentrasi 1000 mg\L (massa
dari glukosa berdasarkan jumlah dari ion karbon) yang kemudian diencerkan sesuai
konsentrasi yang diinginkan.
Tahap kedua adalah penyiapan sampel tanah, dimana tanah dilarutkan dalam akudest.
Hal ini diharapkan agar ion-ion yang ada di tanah dapat terlarutkan kedalam air. Setelah itu
larutan sampel tanah disentrifugasi agar sisa-sisa pengotor dalam larutan dapat mengendap
menjadi pellet. Sentrifugasi adalah metode sedimentasi untuk memisahkan partikel-partikel
dari suatu fluida berdasarkan berat jenisnya dengan memberikan gaya sentripetal (Robinson,
1975). Lalu supernatan dari sampel dipisahkan dari pellet untuk diuji pada tahap berikutnya.
Tahap ketiga adalah pembuatan larutan sampel untuk diukur pada spektrofotometer
pada panjang gelombang 620 nm. Preparasi sampel dibuat dengan cara mengambil larutan
sampel tanah dan ditambahkan dengan larutan digesti yang berisi K2Cr2O7, asam sulfat dan
merkuri sulfat. K2Cr2O7 berfungsi sebagai oksidator (0xidizing agent) selama proses oksidasi
berlangsung. (Greenberg, 1992). Asam sulfat berfungsi sebagai katalisator (memepercepat
reaksi) (Greenberg, 1992). Dan merkuri sulfat yang berfungsi untuk menghilangkan
gangguan yang disebabkan oleh ion klorida selama proses analisis berlangsung, dimana akan
diikat oleh ion Hg+ sehingga membentuk HgCl (Greenberg, 1992). Kemudian campuran
larutan dihomogenkan dan dipanaskan pada suhu 1480C selama 1 jam. Pemanasan
ditujuankan agar reaksi dapat berjalan secara cepat, mengingat pada saat kenaikan temperatur
pergerakan dari molekul akan menjadi lebih besar sehingga reaksi kimia dapat berjalan lebih
cepat (Petrucci, 2011). Reaksi kimia yang dihasilkan selama pemanasan adalah :
CaHbOc + Cr2O72- + H+ CO2 + H2O + 2 Cr3+
Hg+ + Cl- HgCl
Setelah itu sampel diukur dengan spektrofotometer, menghasilkan absorbansi sebesar
0,079. Kurva standar yang diukur menghasilkan absorbansi sebesar 0,455; 0,327; 0,211;
0,113; 0,051; 0,011 (dari konsentrasi 1000 mg\L hingga 62,5 mg\L). Dimana didapatkan hasil
angka r2 = 0,9935, A = - 0,0101, B = 0,0004. Koefesien Determinasi (r2) adalah pengukuran
proporsi varian variabel tergantung tentang rata ratanya yang dapat dijelaskan oleh variabel
bebas / prediktornya. Jika nilai ini semakin besar (mendekati 1), maka prediksi yang dibuat
semakin akurat. (Sarwono, 2013). Hasil perhitungan sampel dengan kurva standar diatas
menunjukan bahwa konsentrasi C6 dalam sampel tanah sebesar 222,75 mg/L.

VIII. Kesimpulan
Konsentrasi dari organic carbon dalam 10 gr sampel tanah adalah 222,75 mg/L

IX. Daftar Pustaka

Foth, D Henry, 1984. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta : Gadjamada University.


Greenberg, A.E.,Clesceri, L.S., Eaton, A.D. 1992. Standard Method: for the Examination of
Water and Waste Water 18th Edition. Washington, DC: American Public Health
Association.
Hakim. N, Yusuf Nyakpa, A. M Lubis, S. G. Nugroho, Rusdi Saul, Amin Diha, Go Bang
Hong, H. H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung : Universitas Lampung
Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta : Penerbit Akademika Pressindo
Lengkong, J.E., dan Kawulusan R.I. 2008. Pengelolaan Bahan Organik Untuk Memelihara
Kesuburan Tanah. Soil Environment, Vol. 6, No. 2, Hal : 91-97.
Madjid, Abdul. 2007. Bahan Organik Tanah. Palembang: Universitas Sri Wijaya.
Madjid. 2010. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor : Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Petrucci, R. 2011. General Chemistry Pricipal and Modern Application 10th Edition.
Toronto : Pearson Canada Inc
Robinson J.R. 1975. Fundamental Of Acid-Base Regulation, 5th edition. Oxford: Blackwell
Scientific Publication
Sarwono, J. 2013. 12 Jurus Ampuh SPSS untuk Riset Skripsi. Jakarta : Penerbit Elexmedia
Komputindo.
Supryono, dkk. 2009. Kandungan C-Organik Dan N-Total Pada Seresah Dan Tanah Pada 3
Tipe Fisiognomi (Studi Kasus Di Wanagama I, Gunung Kidul, Diy). Jurnal Ilmu Tanah
dan Lingkungan Vol. 9 No. 1 p: 49-57

X. Lampiran

Gambar 10.1. Berikut merupakan


grafik kurva standar glukosa dengan
absorbansi. Didalamnya juga ada
konsentrasi C6 sampel tanah.

Gambar 10.2. Berikut merupakan


gambar sampel tanah. Bagian paling
tengah adalah sisa tanah yang sedikit
terlarut. Sebelah kiri dan kanan adalah
sampel larutan tanah yang sudah di
sentrifuge.
Gambar 10.3. Berikut merupakan
urutan dari larutan kurva standar.
Paling kiri adalah larutan blangko, dua
dari kiri hinga paling kanan adalah
larutan kurva standar dengan
konsentrasi (62,5 mg\L, 125 mg\L,
250 mg\L, 500 mg\L, 800 mg\L, 1000
mg\L)

Gambar 10.4. Berikut merupakan


gambar blangko dan sampel. Paling
kiri adalah blangko, tengah adalah
larutan sampel tanah, dan paling kanan
adalah larutan sampel tanah replikasi
1.

Anda mungkin juga menyukai