Oleh Kelompok 1
Nama Kelompok :
Andria Puji
Anik Retnosari
Benny Handika M.P
Buyung Kurnia R
Catur Suguharto
Cindy Mulyawati
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
LAMONGAN
TAHUN 2014
KATA PENGATAR
Penulis
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
Dosen Pembimbing
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
3. Bagaimana metode amputansi ?
4. Apa saja jenis jenis amputansi ?
5. Bagaimana menifestasi klinik amputansi ?
6. Bgaimana pemeriksaan fisik diagnostik amputansi?
7. Bagaimana pencegahan amputansi
8. Bagaimana penalatalaksanaan amputansi ?
9. Bagaimana komplikasi amputansi ?
10. Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien amputansi ?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui konsep dasar amputansi dan asuhan keperwatan pada
pasien amputasi
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi amputansi
2. Mengetahui faktor predisposisi amputansi
3. Mengetahui metode amputansi
4. Mengetahui jenis jenis amputansi
5. Mengetahui menifestasi klinik amputansi
6. Mengetahui pemeriksaan fisik diagnostik amputansi
7. Mengetahui pencegahan amputansi
8. Mengetahui Bagaimana penalatalaksanaan amputansi
9. Mengetahui komplikasi amputansi
10. Mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien amputansi
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Amputasi berasal dari kata amputare yang kurang lebih diartikan
pancung.Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh
sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang
dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi
pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan
teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh
klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan
komplikasi infeksi.(Daryadi,2012)
Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem
tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan
sisten cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan madsalah psikologis
bagi klien atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.
3
2.4 Jenis Amputasi
Berdasarkan pelaksanaan amputasi menurut (Brunner & Suddart 2001),
dibedakan menjadi :
1. Amputasi Elektif/Terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat
penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi
dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir
2. Amputasi Akibat Trauma
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak
direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi
amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.
3. Amputasi Darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya
merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma
dengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
4
1. Nyeri akut
2. Keterbatasan fisik
3. Pantom snydrom e
4. Pasien mengeluhkan adanya perasaan tidak nyaman
5. Adanya gangguan citra tubuh mudah marah , cepat tersinggung pasien
cenderung berdiam diri
2.7 Pencegahan
Ada beberapa pencegahan amputasi antara lain :
1. Mengajarkan klien tentang hidup sehat
2. Pemeriksaan teraratur untuk deteksi penyakit diabetes melitus dan
mengerjakan perawatan kaki
3. Memberitahu kebiasaan berkendara yang aman
4. Penggunaan mesin industri dengan prinsip k-3
2.8 Penatalaksanaan
Ada beberapa penatalaksanaan pada amputasi antara lain :
a. Tingkatan amputasi
Amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih dapat mencapai
penyembuhan dengan baik. Tempat amputasi ditentukan berdasarkan dua
faktor : peredaran darah pada bagian itu dan kegunaan fungsional misalnya
5
(sesuai kebutuhan protesis), status peredaran darah eksterimtas dievaluasi
melalui pemerikasaan fisik dan uji tertentu. Perfusi otot dan kulit sangat
penting untuk penyembuhan.Floemetri dopler penentuhan tekanan darah
segmental dan tekanan persial oksigen perkutan (pa02). Merupakan uji yang
sangat berguna angiografi dilakukan bila refaskulrisasi kemungkinan dapat
dilakukan
Tujuan pembedahan adalah memepertahankan sebanyak mungkin tujuan
ekstrmitas konsisten dengan pembasmian proses penyakit. Mempertahankan
lutut dan siku adalah pilihan yang diinginkan. Hampir pada semua tingkat
amputasi dapat dipasangi prostesis
Kebutuhan energi dan kebutuhan kardovaskuler yang ditimbulkan akan
menigktkan dan mengunaka kursi roda ke prostesis maka pemantauan
kardivaskuler dan nutrisi yang kuat sangat penting sehingga batas fisiologis
dan kebutuhan dapat seimbang.
b. Penatalaksanaan sisa tungkai
Tujuan bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka amputasi
menghasilkan sisa tungkai puntung yang tidak nyeri tekan dan kuli yang sehat
untuk pengunaan prostesis, lansia mungkin mengalami keterlambatan
penyembuhan luka karena nutrisi yang buruk dan masalah kesehatan lainnya.
Perawatan pasca amputasi
1. Pasang balut steril tonjolan-tonjolan hilang dibalut tekan pemasangan perban
elastis harus hati-hati jangan sampai konstraksi putung di proksimlnya
sehingga distalnya iskemik
2. Meningikan pungtung dengan mengangkat kaki jangan ditahn dengan bantal
sebab dapat menjadikan fleksi kontraktur pada paha dan lutut
3. Luka ditutup drain diangkat setelah 48-72 jam sedangkan putung tetap dibalut
tekan, angkta jahitan hari ke 10 sampai 11
4. Amputasi bawah lutut tidak boleh mengantung dipinggir tempat tidur atau
berbaring atau duduk lama dengan fleksi lutut
5. Amputasi diatas lutut jangan dipadang bantal diantara paha atau memberikan
abdukasi putung, mengatungnya waktu jalan dengan kruk untuk mencegah
kostruktur lutut dan paha.
6
2.9 Komplikasi
Komplikasi amputasi meliputi perdarahan infeksi dan kerusakan
kulit.Karena da pembuluh darah besar yang dipotong dapat terjadi perdarahan
masif. Infeksi merupakan infeksi pada semua pembedahan dengan peredaran
darah buruk atau kontaminasi luka setelah amputasi traomatika resiko infeksi
meningkat peyembuhan luka yang buruk dan iritasi akibat protesis dapat
menyebabkan kerusakan kronik.
7
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN AMPUTASI
3.1 Pengkajian
a) Biodata :
b) Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama : keterbatasan aktivitas, gangguan sirkulasi, rasa nyeri dan
gangguan neurosensori
2. Riwayat penyakit sekarang : kita kaji kapan timbul masalah, riwayat
trauma, penyebab, gejala (tiba-tiba/perlahan), lokasi, obatyang diminum,
dan cara penanggulangan
3. Riwayat penyaklit dahulu:Tanyakan apakah adanya keleinan
musculoskeletal (jatuh, infeksi, trauma dan fraktur), diabetes mellitus,
penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru
4. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan apakah ada riwayat penggunaan rokok dan obat-obatan.
c) Pemerikasaan fisik
Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi :
1. System integumen : secara umum lokasi amputasi
Mengkaji kondisi umum kulit untuk menijau tingkat hidrasi.lokasi
amputasi mungkin mengalami keradangan akut atau kondisi semakin
buruk, perdarahan atau kerusakn progesif. Kaji kondisi jaringan diatas
lokasi amputasi terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan venus
return.
2. System kardiovaskuler : cardiac reserve pembuluh darah
mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan pada klien sebelum
operasi sebagai salah satu indicator fungsi jantung. Mengkaji
kemungkinan atherodklerosis melalui penilaian terhadap elastilitas
pembuluh darah.
3. System respirasi
Adanya sianosis, riwayat gangguan pernafasan
4. System urinari
Mengkaji jumlah urine 24 jam, adanya perubahan warna, serta bj urine
8
5. System neurologis
Mengkaji tingkat kesdaran klien, serta system pernafasan khususnya
system motoric dan sensorik daerah yang diamputasi
6. System mukuloskeletal
Mengkaji kemampuan otot kontralateral, terjadi kelemahan secara umum,
keterbatasan rom dan masalah fungsi gerak lain.
9
dengan tim kecemasan pada klien
medis untuk agar pasien lebih
mengurangi tenang.
kecemasan.
2 Berduka yang Tujuan : Klien 1.Anjurkan klien 1. Mengurangi rasa
antisipasi mampu untuk tertekan dalam diri
(anticipated mendemontrasik mengekspresik klien,
griefing) an kesadaran an perasaan menghindarkan
berhubungan akan dampak tentang depresi,
dengan pembedahan dampak meningkatkan
kehilangan pada citra diri. pembedahan dukungan mental.
akibat Kriteria pada gaya
amputasi. evaluasi: hidup.
mengungkapkan 2.Berikan 2.Membantu klien
perasaan bebas, informasi yang mengapai
tidak takut. adekuat dan penerimaan terhadap
Menyatakan rasional kondisinya melalui
perlunya tentang alasan teknik rasionalisasi.
membuat pemilihan
penilaian akan tindakan
gaya hidup pemilihan
yangbaru. amputasi.
3.Berikan 3.Meningkatkan
informasi dukungan mental.
bahwa
amputasi
merupakan
tindakan untuk
memperbaiki
kondisi klien
dan
merupakan
langkah awal
untuk
menghindari
ketidakmampu
an atau
kondisi yang
lebih parah.
10
Post operasi
Diagnosa Tujuan dan kriteria
No Intervensi Rasional
keperawatan hasil
1 Gangguan Setelah dilakukan 1. Mengobervasi 1. memantau
rasa nyama tindakan tingkat nyeri, seberapa jauh
Nyeri keperwatan derajat nyeri, nyeri yang
berhubungan diharapkan nyeri klasifikasi nyeri. dirasakan klien
dengan insisi hilang / berkurang.
bedah Kriteria hasil :
sekunder -Menyatakan nyeri 2.Ajrkan klien 2. untuk
terhadap hilang. teknik relakasai mengurangi rasa
amputasi -Ekspresi wajah nafas dalam nyeri yang
rileks dirasakan klien
3 berikan HE 3.Mengurangi
kepada klien nyeri akibat
untuk nyeri panthom
memberikan limb
tekanan lembut
dengan
menempatkan
puntung pada
handuk dan
menarik handuk
dengan berlahan.
4. kolaborasi 4. Untuk
dengan tim medis menghilangkan
dalam pemberian nyeri
analgesik
(kolaboratif ).
11
4. berikan motivasi menerima
atau dukungan kenyataan dan
pada pasien realitas hidup
yang baru.
3. memberi
kesempatan
untuk
menayakan dan
memberikan
informasi dan
mulai
menerima
perubahan
gambaran diri
dan fungsi yang
dapat
membantu
penyembuhan
4. dukungan yang
cukup dapat
membantu
proses
rehabilitasi
12
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami amputasi merupakan
bentuk asuhan kompleks yang melibatkan aspek biologis, spiritual dan sosial
dalam proporsi yang cukup besar ke seluruh aspek tersebut perlu benar-benar
diperhatikan sebaik-baiknya.
Tindakan amputasi merupakan bentuk operasi dengan resiko yang cukup
besar bagi klien sehingga asuhan keperawatan perioperatif harus benar-benar
adekuat untuk memcapai tingkat homeostatis maksimal tubuh. Manajemen
keperawatan harus benar-benar ditegagkkan untuk membantu klien mencapai
tingkat optimal dalam menghadapi perubahan fisik dan psikologis akibat
amputasi.(anas)
13
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Sunddart. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
29 oktober 2014
Suratun, dkk (2008). Seri Asuahan keperawatan klien dengan gangguan sistem
Muttaqin Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatn Klien Gangguan Sistem
14