Anda di halaman 1dari 9

Menggagas Pemikiran Kritis Pemuda terhadap Korupsi

dari Perspektif Sosial-Politik

KETIKA HARGA DIRI TERJUAL

Nama Anggota: Amalyara Putri Riana


Annisa Latifa
Nada Melinda

Grup 3

Alamat Sekolah: Jl. Pangeran Ratu, Jakabaring, Seberang Ulu I,


SumateraSelatan

Guru Pembimbing: Ziko Febriansyah S.Pd, M. Hum


PENDAHULUAN
Indonesia negara yang telah berusia 70 tahun ini kembali berhasil menorehkan tinta
hitam dalam pelaksanaan pemerintahannya. Indonesia menjadi negara terkorup ketiga di
dunia. Sudah sejak lama masalah korupsi di negara kita sering terjadi. Bahkan sejak masa
penjajahan Belanda, masalah korupsi menjadi hal yang utama (salah satu sebab bubarnya
VOC dikarenakan pegawai yang korupsi). Sekali lagi, korupsi, korupsi, dan korupsi.
Pengenalan dan pemberantasaannya sering sekali di dengar oleh masyarakat.
Pemerintahan Indonesia saat ini masih terlibat dalam kasus korupsi, sebagaimana kita
tahu bahwa akar masalah ini muncul dari zaman kolonial Belanda. Potensi keadaan alam dan
keadaan manusia di Indonesia yang memupuk Belanda untuk melakukan tindak korupsi di
Nusantara (Indonesia). Melalui politik Devide et Impera dan politik monopoli, Belanda dapat
menaklukkan Nusantara. Tersimpan dalam sejarah Indonesia bahwa dengan adanya campur
tangan bangsa Barat tidak jauh lebih buruk dan penuh kecurangan bila dibandingkan dengan
masa kini, seperti contoh adanya perebutan kekuasaan,suap menyuap, nepotisme yang tiada
berakhir dan sebagainya yang selalu didominasi oleh kalangan pejabat, penguasa, bangsawan,
sultan dan raja. Sedangkan rakyat kecil hanya menjadi pion atau pagar depan bagi tindak
korupsi yang dilakukan oleh para koruptor.
Salah satu faktor penyebab terjadinya korupsi dikarenakan adanya kesempatan bagi
para pelaku korupsi untuk melakukan tindakan tersebut dan melahirkan sebuah pandangan
bahwa:yang berkuasa adalah yang memegang hukum menjadikan masalah korupsi semakin
merajalela terutama dikalangan politikus dan pejabat.
Dengan diberlakukannya Undang-undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-undang No.
20 Tahun 2001 dimaksudkan untuk menanggulangi dan memberantas korupsi. Politik
kriminal merupakan strategi penanggulangan korupsi yang melekat pada Undang-undang
tersebut. Mengapa dimensi politik kriminal tidak berfungsi, hal ini terkait dengan sistem
penegakkan hukum di negara Indonesia yang tidak egaliter. Sistem penegakkan hukum yang
berlaku dapat menempatkan koruptor tingkat tinggi diatas hukum. Sistem penegakkan hukum
yang tidak kondusif bagi iklim demokrasi ini diperparah dengan adanya lembaga
pengampunan bagi konglomerat korup hanya dengan pertimbangan selera, bukan dengan
pertimbangan hukum . (Evi Hartanti, Opcit, hal. 4)
Sistem hukum di indonesia memungkinkan para koruptor lebih leluasa mementingkan
hak pribadi. Belum lagi institusi yang bertanggung jawab dikenal tidak tegas dalam
menangani hal ini sehingga menambah daftar alasan koruptor untuk bersantai-santai saat
melakukan tindakan tersebut. Ditambah sistematika hukum yang tidak transparan
memperlancar otak mereka berbuat lebih dalam.

Berikut laporan hasil korupsi di indonesia pada semester 1 dan semester 2 tahun 2014:
TREN PEMBERANTASAN KORUPSI
SEPANJANG TAHUN 2014

Semester I Semester II
Jumlah kasus 308 kasus 321 kasus
Jumlah tersangka 659 orang 669 orang
kerugian negara Rp 3,7 triliun Rp 1,59 triliun

TOTAL TAHUN 2014


Jumlah kasus 629 kasus
Jumlah Tersangka 1328 orang
Jumlah Tersangka Rp 5,29 triliun
Sumber:bpk.go.id

Dari sumber diatas kita dapat simpulkan bahwa kasus korupsi di indonesia telah
merugikan triliunan uang rakyat. Penimbunan dan penggelapan salah satu tindakan korupsi
yang sering dilakukan oleh oknum oknum politik. Peningkatan kasus dan jumlah tersangka
tiap semesternya menunjukan bobroknya sistem hukum yang ada di pemerintahan saat ini.
Selain itu, jumlah kerugian negara yang tertera diatas tidaklah sedikit jika kita hitung
satuannya dalam periode satu tahun. Apabila kita telaah,satu tahun merupakan waktu yang
singkat tapi kerugian yang dialami negara tidaklah sedikit dalam waktu sekejap itu. Berpacu
pada data diatas,sektor apa saja yang terkait dalam kasus korupsi di Indonesia?dan
bagaiamana pengaruhnya?
ISI
Apabila seseorang mendapatkan sesuatu yang dia inginkan dengan cara
mempengaruhi orang lain dan memberi hadiah kepada orang tersebut, maka hal tersebut
sudah termasuk korupsi. Kadang-kadang orang yang menawarkan hadiah dalam bentuk balas
jasa juga termasuk dalam korupsi begitu lah yang di kemukakan oleh Wertheim (dalam
Lubis, 1970). Tindakan korupsi bukan hanya berbentuk suap menyuap, mementingkan
keuntungan pribadi dengan menggunakan kepentingan orang banyak juga bisa disebut
sebagai tindakan korupsi. Contohnya, seseorang yang menggunakan uang masyarakat untuk
memenuhi kepuasannya pribadi.

Bicara soal korupsi, masalah korupsi dianggap sebagai suatu masalah etika. Mau tidak
mau perlu diakui, korupsi menyangkut moral bangsa dan moral pribadi dari oknum yang
terlibat dalam praktik tersebut. Dilihat dari kondisi sosial, faktor lingkungan pergaulan
masyarakat yang memandang bahwa korupsi menjadi hal yang lazim akan dapat mengubah
cara pandang seseorang terhadap tindakan korupsi. Lingkungan pergaulan adalah salah satu
faktor utama perubahan cara pandang atau perilaku seseorang terhadap sebuah masalah.
Kebiasaan masyarakat yang melazimkan korupsi ini dan akhirnya dapat menjadi sebuah
"budaya", dan cenderung dilegalkan. Contohnya adalah budaya memberikan uang pelicin
kepada petugas kelurahan agar proses pengurusan surat-surat berjalan dengan
lancar,memberikan sejumlah uang kepada petugas kepolisian ketika hendak ditilang dan hal
yang paling sederhana adalah datang terlambat pada saat ke sekolah(belajar) atau menghadiri
pertemuan- pertemuan tertentu (korupsi waktu). Hal hal tersebut akhirnya berimbas besar
pada sistem sosial budaya Indonesia, dari budaya yang beretika menjadi budaya tanpa etika
atau sering disebut: uang adalah segalanya.

Teori Ramirez Torres:


Rc > Pty x Prob

Rc = Reward
Pty=Penalty
Prob=Probability (kemungkinan tertangkap)
Muncul suatu teori dari ramirez torres. Teori ini menjelaskan bahwa kejahatan korupsi
bukan hanya sekedar keinginan. Seseorang akan melakukan korupsi dengan melihat
kondisinya terlebih dahulu.Hasil yang didapat lebih besar dari hukuman dengan
kemungkinan tertangkap merupakan suatu gagasan yang berarti seseorang akan melakukan
perbuatan tersebut apabila kemungkinan tertangkap dan hukuman yang mengatur lebih kecil
perbandingannya daripada hasil yang kita sebut disini sebagai uang. Mengapa
demikian?karena menurut rumus teori tersebut dapat dianalogikan seperti ini. kita
diamanatkan untuk mengalokasikan dana sebesar 500 juta dari negara tetapi uang tersebut
kita alokasikan hanya sebesar 300 juta setelah kita berpikir bahwa hukuman dan
kemungkinan kemungkinan untuk tertangkap kecil karena tidak transparan. Apalagi kalau
kita benar benar membutuhkan uang,maka tambah kuat alasan kita untuk mengkorupsikan
uang tersebut.

Setelah melihat teori yang tercantum diatas mengingatkan kita akan hukum yang ada
di indonesia. Coba kita bandingkan antara hukum negara china dengan negara indonesia.
Hukuman korupsi untuk negara china yang paling berat yaitu hukum mati,bukankah kita
harus berpikir dua kali untuk melakukan perbuatan korupsi.Bagaimana dengan
indonesia?hukuman indonesia yang paling berat yaitu hukum denda 1 miliar dengan penjara
seumur hidup dalam UU no. 20 pasal 2 tahun 2001 dan itupun jarang sekali terjadi.

Keadaan di penjara pun mendukung pelaku untuk melakukan perbuatan korupsi


karena selama ini yang telah terkuak dimedia bahwa beberapa mereka yang divonis korupsi
mendapat fasilitas seperti hotel dengan menyuap. Namun harus kita sadari tindakan tersebut
tidak akan terjadi apabila pihak yang bertanggung jawab bertindak tegas untuk menolak suap
yang diberikan. Sama seperti mekanisme pasar ,suatu transaksi terjadi ketika adanya timbal
balik antara penjual dan pembeli. Maka dari hal itulah tindakan korupsi mengait banyak
pihak.

Dalam pemerintahan Indonesia yang katanya beretika, korupsi menjadi hal yang
sangat lumrah. Hal ini dikarenakan adanya kesempatan bagi para pelaku korupsi untuk
melakukan tindakan tersebut dan adanya pandangan :yang berkuasa adalah yang memegang
hukum menjadikan masalah korupsi semakin merajalela terutama dikalangan politikus dan
pejabat.
Sistem politik Indonesia yang banyak memberikan stigma negatif terhadap percaturan
politik itu sendiri membuat masyarakat semakin paham bahwa hukum yang berlaku di
masyarakat tidak ditegakkan. Seperti contoh, hukuman bagi orang yang mencuri sandal
dengan yang hukuman orang yang mencuri uang negara justru berbanding terbalik seperti
langit dan bumi. Pencuri sandal bisa dihukum maksimal 5 tahun penjara sedangkan pencuri
uang negara tidak lebih dari 5 tahun dan kadang kurang dari 5 tahun serta bisa dapat remisi
hari raya dari pemerintah (bila koruptor berkelakuan baik).
Tanpa kita sadari berapa banyak dampak yang akan timbul dari masalah korupsi.
Uang-uang negara dihabiskan untuk kepentingan pribadi. Meskipun mereka memperoleh,
mempertahankan, dan melanggengkan kekuasaan untuk mencapai kemakmuran adalah
beberapa hal yag biasa dalam tindak korupsi selama ini. Bahkan istilah rekening gendut
sebagai simbol kemakmuran dan kesejahteraan mereka telah memberikan kita kesadaran
betapa lemahnya hukum di negara kita saat ini. Istilah yang mencuat ke permukaan yaitu
kaya semakin kaya,miskin semakin miskin telah berlaku nyata adanya di negeri ini.
Namun di sisi lain kita tidak bisa menyalahkan oknum-oknum di atas ,walaupun
mereka yang disimbolkan sebagai pelaku korupsi tetapi rakyat atau masyarakat juga
bertindak sebagai pendukung terjadinya tindak korupsi tersebut, hal ini dikarenakan korupsi
tidak bisa disebutkan hanya sebatas uang, waktu, dan benda, tetapi korupsi lebih dari itu.
Korupsi adalah masyarakat terutama yang mendukung korupsi itu sendiri baik sebagai pelaku
maupun sebagai korban.Ujung tombak terjadinya korupsi di Indonesia kebanyakan bukan
hanya karena nafsu pejabat yang haus akan kekuasaan maupun kekayaan. Tetapi,masyarakat
lah yang terkadang menghibahkan uang ataupun hadiah sebagai balas jasa dari tugas yag
mereka lakukan.Contohnya seperti,sebagian orang tua siswa yang menginginkan putra-putri
nya bersekolah di sekolah yang mereka inginkan biasanya uang menjadi jalan jitu agar putra-
putri mereka diterima di sekolah tersebut tanpa melewati test dan ribuan pesaing.
Masalah lain yag mendasari tindakan korupsi adalah hilangnya kesadaran akan moral
yang beretika, baik pribadi maupun bangsa. Budaya yang terganti makna sebenarnya karena
biasanya arti budaya memperlihatkan keindahan dan estetika kini berganti makna dalam
korupsi. Korupsi yang biasa dalam kehidupan sehari-hari efeknya langsung terasa walaupun
tidak disadari.
Berikut beberapa pendapat yang disarankan Kartono (1983) mengenangi penanggulangan
korupsi antara lain:
1. Adanya kesadaran rakyat untuk ikut memikul tanggung jawab guna melakukan
partisipasi politik dan kontrol sosial, dengan bersifat acuh tak acuh.
2. Menanamkan aspirasi nasional yang positif, yaitu mengutamakan kepentingan
nasional
3. Para pemimpin dan pejabat memberikan teladan, memberantas dan menindak
korupsi.
4. Adanya sanksi dan kekuatan untuk menindak, memberantas dan menghukum tindak
korupsi.
5. Reorganisasi dan rasionalisasi dari organisasi pemerintah, melalui penyederhanaan
jumlah departemen,besertajawatan dibawahnya.
6. Adanya sistem penerimaan pegawai yang berdasarkan achievement dan bukan
berdasarkan sistem ascription.
7. Adanya kebutuhan pegawai negeri yang non-politik demi kelancaran administrasi
pemerintah.
8. Menciptakan aparatur pemerintah yang jujur.
9. Sistem budget dikelola oleh pejabat-pejabat yang mempunyai tanggung jawab etis
tinggi, dibarengi sistem kontrol yang efisien.
10. Herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan perorangan yang mencolok
dengan pengenaan pajak yang tinggi.

Dari sumber yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. Kesadaran dan Tanggung jawab, setiap individu harus mempunyai kesadaran akan
bahayanya korupsi karena korupsi dapat mengakibatkan jutaan manusia merasa
dirugikan dan bahwa korupsi itu beribukali kejam karena menyengsarakan rakyat.
Selain itu, masyarakat harus berkomitmen bahwa semua sisi di negeri ini adalah milik
dan tanggung jawab kita bersama sebagai warga negara yang baik.
2. Sistem Hukum Nasional, pembenahan peraturan peraturan dan mempertegas sanksi
di depan masyarakat bagi yang melakukan tindak korupsi untuk memberikan efek jera
serta mengubah pandangan masyarakat mengenai ringannya hukuman akan tindak
korupsi.
3. Susunan pemerintahan, dengan memilih pemimpin yang berintegritas dan berkualitas
serta konsisten dalam melakukan pekerjaan.
4. Memperbaiki pendidikan, dengan berpacu pada proses pengajaran dan pengenalan
bahwa bangsa yang besar merupakan bangsa yang memiliki kualitas pendidikan yang
baik mengenai betapa jahatnya tindak korupsi melalui lembaga pendidikan baik
formal maupun informal.
5. Perbaikan Moral, dengan mengikuti penanaman nilai nilai luhur baik dalam
keagamaan atau kehidupan sehari hari.

PENUTUP
Sejarah telah mengatakan bahwa tindakan korupsi sudah menjadi benalu dinegara ini
mulai dari jaman kerajaan, penjajahan, orde lama, orde baru, reformasi hingga saat ini. Jaman
penjajahan Belanda yang paling dikenal karena sistem politik dan sosialnya, sebagaimana
kita tahu negara Belanda yang telah menjajah Indonesia selama kurang lebih 3,5 abad
meninggalkan jejak yang mendalam bagi negara ini. Hukum hukum yang sedang/muncul
banyak diprakarsai dari pemerintahan jaman belanda dimasa lalu sebagai pedoman hukum
negara ini. Taktik taktik dan strategi politik yang di jadikan warisan memang memberikan
pengaruh positif untuk negeri ini sayangnya peraturan bagi pelanggaran hukum di negeri ini
sangat lemah dikarenakan hukum lama masih berlaku.
Peraturan hukum yang belum tegas mengenai pencurian uang negara (korupsi). Ini
menambah daftar alasan masyarakat untuk melakukan tindakan korupsi. Kami sebagai
pemuda merasakan keadilan disini belum ditegakkan dan kami berharap apa yang dicita-
citakan pahlawan terdahulu dapat terlaksana dengan baik, setidaknya meminimalisasi tindak
korupsi itu sendiri. Hal lain yang harus kita ingat, bukan hanya peraturan saja yang harus
dikencangkan tetapi akhlak dan kesadaran diri kita masing masing yang juga harus kita
tingkatkan.
Jadi menurut anda apa tujuan korupsi sebenarnya?apakah untuk melanggengkan
kekuasaan ataupun untuk hal lainnya? yang jelas tindakan korupsi pada hakikatnya tidak
dapat dibenarkan karena korupsi berhubungan dengan masyarakat dan merugikan masyarakat
banyak.
DAFTAR PUSTAKA

Kartono, Kartini. 1983. Pathologi Sosial. Jakarta. Edisi Baru: CV. Rajawali Press.
Syam,Firdaus. 2009.Renungan Bacharuddin Jusuf Habibie Membangun Peradaban
Indonesia. Jakarta :Gema Insani.
Susan,Novri M.A. 2006. Sosiologi Konflik dan Isu Isu Konflik Kontemporer. Jakarta.
Edisi Pertama: Kencana Prenada Media Group.
Pinangkaaan, Nelly. 2009. Kajian Terhadap Hakekat da Peran Pembagian Beban
Pembuktian Dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Manado.
UNSRAT.
Gaffar, Afan. 1999. Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Kompas, 31 Agustus 2015
Tempo, 31 Agustus 2015
Hartati, Evi. 2007. Tindak Pidana Korupsi. Semarang:Sinar Grafika
Bpk.go.id

Anda mungkin juga menyukai