Anda di halaman 1dari 3

BAB I

TEORI PAJAK PROGRESIF

1. Pengertian Pajak Progresif

Pajak progresif merupakan pajak yang persentasinya tergantung daripada

besarnya pendapatan yang diterima oleh wajib pajak. Semakin tinggi pendapatan

seseorang atau perusahaan, maka semakin tinggi pula persentasi pajak yang harus

dibayarkan.

Pajak progresif juga dapat diartikan sebagai tarif pemungutan pajak dengan

persentasi yang didasarkan pada jumlah atau kuantitas objek pajak dan

berdasarkan pula harga atau nilai objek pajak. Hal tersebut menyebabkan tarif

pemungutan pajak akan semakin meningkat apabila jumlah atau kuantitas objek

pajak semakin banyak dan jika nilai objek pajak mengalami kenaikan.

Di sejumlah Negara, sistem pajak progresif diterapkan untuk memungut

pajak pendapatan orang-orang yang berpenghasilan tinggi. Dari sistem pajak ini,

pemerintah akan memperoleh pendapatan pajak menjadi lebih tinggi, dan akan

lebih leluasa dalam melakukan pemerataan pendapatan.

2. Jenis Pajak Progresif

Ada dua jenis pajak progresif, yakni Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak

Kendaraan Bermotor (PKB).

1
2.1. Pajak Progresif terhadap PPh

Pengenaan tarif pajak progresif ini sekaligus merupakan wujud dari teori

daya pikul dimana pajak dibebankan kepada masyarakat sesuai dengan

kemampuan ekonominya. Tarif pajak penghasilan orang pribadi yang

berlaku saat ini di Indonesia sesuai dengan Pasal 17 ayat (1) huruf a UU

PPh, yaitu. (Resmi, 125:2014)

Tarif Pajak
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

5% (lima persen)
Sampai dengan Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah)

15% (lima belas


Di atas Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) sampai
persen)
dengan Rp 250.000.000 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

25% (dua puluh lima


Di atas Rp 250.000.000 (dua ratus lima puluh juta rupiah)
persen)
sampai dengan Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah)
30% (tiga puluh
Di atas Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) persen)

2.2. Pajak Progresif atas Pajak Kendaraan Bermotor

Perhitungan dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dinyatakan

dalam suatu tabel yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Dalam

Negeri setelah mendapat pertimbangan dari Menteri Keuangan.

Perhitungan dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor ditinjau kembali

setiap tahun.

2
Tarif pajak kendaraan bermotor pribadi sesuai dengan UU No. 28 Tahun

2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ditetapkan sebagai

berikut.

a. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling rendah 1%

(satu persen) dan palin tinggi sebesar 2% (dua persen)

b. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya tarif

dapat ditetapkan secara progresif paling rendah sebesar 2% (dua

persen) dan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). (Zuraida,

37:2013)

Sebagai contoh penerapan pajak progresif atas Pajak Kendaraan Bermotor

di Provinsi Sumatera Barat Pasal 7 ayat (1) Perda Provinsi Sumatera

Barat No. 4 Tahun 2011 ditetapkan sebagai berikut.

i. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama sebesar 1,5%

(satu koma lima persen)

ii. Kendaraan kepemilikan kedua sebesar 2% (dua persen)

iii. Kendaraan kepemilikan ketiga sebesar 2,5% (dua koma lima

persen)

iv. Kendaraan kepemilikan keempat sebesar 3% (tiga persen)

v. Kendaraan kepemilikan kelima dan seterusnya sebesar 3,5% (tiga

koma lima persen)

Anda mungkin juga menyukai