Hepatitis Neonatal
Hepatitis Neonatal
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pediatri dan terjadi dengan frekuensi 4-6 kasus/1000 anak. Kejang ini merupakan
penyebab yang paling sering untuk rujukan pada praktek neurologi anak.
Penyakit ini juga menjadi salah satu masalah sistem saraf pusat yang banyak
terdapat pada neonatus. Kejadiannya meliputi 0,5% dari semua neonatus baik
karena kejang dapat mengakibatkan hipoksia otak yang cukup berbahaya bagi
2
kelangsungan hidup bayi atau dapat mengakibatkan sekuele di kemudian hari,
disamping itu kejang dapat merupakan tanda atau gejala dari satu masalah atau
lebih. Kejang halus/subtle seizure adalah jenis yang paling umum kejang yang
terjadi dalam periode neonatal. Jenis lain termasuk serangan klonic, tonik dan
Angka kejadian kejang pada neonatus terjadi lebih tinggi pada bayi kurang
bulan (3,9%) pada bayi dengan usia kehamilan < 30 minggu. Di Amerika
1
Serikat, angka kejadian kejang pada neonatus belum jelas terdeteksi,
pada neonatus di Indonesia menduduki angka 57% dari angka kematian bayi
(AKB) sedangkan kematian neonatus yang diakibatkan oleh kejang sekitar 10%.5
metabolik, toksik, struktural, dan infeksi lebih mungkin menjadi nampak selama
waktu ini daripada pada periode kehidupan lain kapanpun. Kejang neonatus tidak
sama dengan kejang pada anak atau orang dewasa karena konvulsi tonik klonik
cenderung tidak terjadi selama umur bulan pertama. Proses pertumbuhan akson
dan tonjolan dendrit juga mielinisasi tidak sempurna pada otak neonatus.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hepatitis neonatal merupakan peradangan hati yang terjadi pada awal masa
bayi, biasanya satu sampai dua bulan setelah lahir. Sekitar 20 persen dari bayi
peradangan hati baik sebelum lahir dari ibunya, atau segera setelah lahir.1
B. Etiologi
Hepatitis biasanya tidak ditularkan selama bayi berada dalam kandungan karena
virusnya tidak mudah melewati plasenta. Risiko transmisi 70-90% dari ibu yang
memiliki seropositif HbsAg dan HbeAg saat persalinan normal, sedangkan pada
B. Epidemiologi
3
Angka kejadian kejang pada neonatus umumnya berkisar antara 1,5-14
per 100 kelahiran hidup. Kejadiannya lebih tinggi pada bayi kurang bulan (3,9%)
yaitu pada bayi dengan usia kehamilan < 30 minggu. Di Amerika Serikat, angka
kejadian kejang pada neonatus belum jelas terdeteksi, diperkirakan sekitar 80-
120 per 100.000 neonatus per tahun. Perbandingannya antara 1-5:1000 angka
menduduki angka 57% dari angka kematian bayi (AKB) sedangkan kematian
Di India angka insiden 5 per 1000 kelahiran hidup antara 1959 dan 1962.
informasi dari 18 pusat dari di seluruh negeri pada tahun 2002-03 telah
C. Klasifikasi
Klasifikasi kejang pada neonatal dibagi menjadi 2 yaitu clinical seizure dan
electroenchepalographic seizure. 9
-tonik
-klonik
-myoklonik
D. Patogenesis
4
Kejang pada neonatus berbeda dengan kejang pada bayi atau anak yang
lebih besar. Karena perkembangan otak neonatus yang belum sempurna. Korteks
pada neonatus belum matur dibandingkan batang otaknya. Myelinisasi dan sinaps
yang menyebabkan kejang pada neonatus tidak pernah bersifat kejang tonik
klonik umum. 11
berlebihan dan sinkron pada otak atau depolarisasi otak yang mengakibatkan
Natrium dan repolarisasi terjadi karena keluarnya Kalium melalui membrane sel.
dari ATP dan tergantung pada mekanisme pompa yaitu keluarnya Natrium dan
masuknya Kalium.
Depolarisasi yang berlebihan dapat terjadi paling tidak akibat beberapa hal :
5
2. Peningkatan eksitasi dibanding inhibisi neurotransmiter dapat mengakibatkan
glukosa otak dibanding kadar glukosa darah yang tetap normal atau meningkat
pada otak tidak dapat mengimbangi peningkatan kebutuhan yang ada. Kebutuhan
oksigen dan aliran darah otak juga meningkat untuk mencukupi kebutuhan
oksigen dan glukosa. Laktat terakumulasi selama terjadi kejang, dan pH arteri
sangat menurun. Tekanan darah sistemik meningkat dan aliran darah otak naik.
Efek dramatis jangka pendek ini diikuti oleh perubahan struktur sel dan
hubungan sinaptik. 4
penurunan ATP
6
berlebihan
mengakibatkan kenaikan
permiabilitas Natrium
E. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda kejang yang sering ditemui pada neonatus adalah:
Kejang Tonik (Kejang tonik dapat berbentuk umum atau fokal) 2,9
(< 2500 gram). Fleksi atau ekstensi tonik pada ekstremitas bagian atas, leher
atau batang tubuh dan berkaitan dengan ekstensi tonus pada ekstremitas
bagian bawah.
-Kejang tonik fokal: Terlihat dari postur asimetris dari salah satu ekstremitas
atau batang tubuh atau deviasi tonik kepala atau mata. Sebagian besar kejang
tonik terjadi bersamaan dengan penyakit sistem syaraf pusat yang difus dan
perdarahan intraventrikular.
7
Kejang Klonik
Terdiri dari gerakan kejut pada ekstremitas yang perlahan & berirama
dari satu fase gerakan yang cepat dan diikuti oleh fase yang lambat.
gangguan metabolik.
Dikenal 2 bentuk :
a. Fokal : terdiri dari gerakan bergetar dari satu atau dua ekstremitas pada sisi
unilateral dengan atau tanpa adanya gerakan wajah. Gerakan ini pelan dan
b. Multifokal : Kejang klonik pada BBL dapat mempunyai lebih dari satu
focus atau migrasi terdiri dari gerakan dari satu ekstremitas yang kemudian
klonik salah satu atau lebih anggota gerak yang berpindah-pindah atau
terpisah secara teratur, misalnya kejang klonik lengan kiri diikuti dengan
kejang klonik tungkai bawah kanan. Kadang-kadang karena kejang yang satu
sebagai kejang umum. Bentuk kejang ini biasanya terdapat pada gangguan
8
metabolik. Kejang ini lebih sering dijumpai pada BCB dengan berat lebih
Kejang Mioklonik
-Kejang mioklonik umum terlihat sangat jelas berupa fleksi masif pada
kepala dan batang tubuh dengan ekstensi atau fleksi pada ekstremitas. Kejang
Kejang subtle
Bentuk kejang ini lebih sering terjadi dibanding tipe kejang yang lain,
hampir 50% dari kejang BBL baik pada BKB maupun cukup bulan.
gerakan alis (lebih sering pada BKB) yang bergetar berulang-ulang, mata
yang tiba-tiba terbuka dengan bola mata terfiksasi ke satu arah (lebih sering
9
yang lambat terhadap ventilasi dengan balon dan sungkup khususnya pada
1. Apneu
berhentinya pernapasan 3-6 detik dan sering diikuti hiperpnea selam 10-50
2. Jitterness
Jitterness adalah fenomena yang sering terjadi pada BBL normal dan
harus dibedakan dengan kejang. Jitterness lebih sering pada bayi yang lahir
dari ibu yang menggunakan mariyuana, dapat menjadi tanda dari sindroma
yang cepat 5-6 kali per detik. Jitterness tidak termasuk wajah (tidak seperti
3.Hiperekpleksia
ini dapat terlihat seperti kejang mioklonik dan keluarnya suara dengan nada
10
sebelumnya disebut dengan sindroma stiff baby herediter. Meslkipun
gambaran EEG normal, spasme tonik dapat berbahaya dan terapi sangat
diperlukan 7
4. Spasme
Spasme pada tetanus neonatorum hampir mirip dengan kejang, tetapi kedua
F. Diagnosis
1. Anamnesis
Faktor resiko :
Riwayat yang menyatakan adanya kejang pada masa BBL pada anak
penyebabnya.
11
Imunisasi anti tetanus, Rubela
- Riwayat persalinan
Trauma persalinan
- Riwayat pascanatal
Perawatan tali pusat tidak bersih dan kering, infeksi tali pusat
2. Pemeriksaan fisik
hebat
12
Pemeriksaan kulit : petekie, sianosis, ikterus, dsb
moro, dsb
Kultur darah.
4. Pemeriksaan lainnya
Titer TORCH
kadar amonia
G. Diagnosis Banding
- Hipoglikemia
- Tetanus neonatorum
- Meningitis
13
- Asfiksia neonatorum
- Perdarahan intraventrikuler 2
H. Komplikasi
- Retardasi mental
- Serebral palsy
I. Penatalaksanaan
harus mulai, IV akses harus diamankan, dan darah harus dikumpulkan untuk gula
dan penyelidikan lain. Sejarah relevan harus diperoleh dan cepat klinis
akuades sama banyak diberikan secara intra vena dalam 5 menit (bila
diduga hipokalsemia)
14
- Piridoksin 50 mg IV sebagai terapeutik trial pada defisiensi piridoksin,
intramuskuler atau peroral dalam dosis terbagi tiap 12 jam, dimulai 12 jam
dosis terbagi tiap 12 jam. Penghentian obat anti kejang dapat dilakukan 2
minggu setelah bebas kejang dan penghentian obat anti kejang sebaiknya
USG atau CT Scan kepala atau adanya tanda neurologi abnormal saat akan
pulang. 1,3,5
Obat lain :
Golongan Benzodiazepin
- Kelompok ini obat mungkin diperlukan dalam 15% dari neonatal kejang.
15
midazolam, dan clonazepam. Diazepam umumnya dihindari karena untuk
diazepam karena memiliki durasi yang lebih lama dari tindakan dan hasil
pernapasan, apnea dan bradycardia. Dosis obat ini diberikan di bawah ini:
- 2 kali.
diulang
- Midazolam: 0,15 mg/kg IV bolus diikuti oleh infus 0.1 s.d. 0,4
mg/kg/jam. 2,13
J. Prognosis
Ini terutama tergantung pada penyebab primer gangguan ini atau beratnya
serangan. Pada kasus bayi hipoglikemia dari ibu diabetes atau hipokalsemia
sitoarkitektural otak biasanya tidak akan berespon dengan anti konvulsan dan
16
rentan terhadap status epileptikus dan kematian awal. Tantangan pada dokter
adalah untuk mengenali penderita yang akan sembuh dengan pengpbatan segera
subarachnoid
17
BAB III
KESIMPULAN
1. Kejang merupakan gangguan neurologis yang lazim pada kelompok umur pediatri
2. Kejang ini merupakan penyebab yang paling lazim untuk rujukan pada praktek
neurologi anak.
toksik, struktural, dan infeksi lebih mungkin menjadi nampak selama waktu
4. Kejang neonatus tidak sama dengan kejang pada anak atau orang dewasa karena
konvulsi tonik klonik cenderung tidak terjadi selama umur bulan pertama. Proses
pertumbuhan akson dan tonjolan dendrit juga mielinisasi tidak sempurna pada otak
yang baik dan benar diharapkan akan memperkecil angka kejadian kejang pada
neonatus.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
REFARAT April 2017
KEJANG NEONATUS
20