Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

CEDERA KEPALA

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Emergency

OLEH : KELOMPOK 19

AHMAD KHOIRUL RIZAL 160070301111037


LINA MARLIYANA 160070301111019
RIYAN AJI ANGGANA 160070301111029
DEWI YULIA RAHMAYANTI 160070301111008
DYAH SOTYAMARTANI 160070301111012
CELINE ROSALIA ISHAQ 160070301111007
UMI NUR AFIFAH 160070301111033
SORAYA DWI KUSMIANI 160070301111031

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Cedera kepala


Sasaran : Keluarga pasien dan pasien IGD RSUD Pasuruan
Tempat : Ruang tunggu Keluarga pasien dan pasien IGD RSUD
Pasuruan
Hari/Tanggal : Kamis, 22 September 2017
Waktu : 1 x 30 menit

I. LATAR BELAKANG
Cedera kepala adalah kerusakan neurologi yang terjadi akibat
adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun
efek sekunder dari trauma yang terjadi. Menurut Brain Injury Assosiation
of America cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan
bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh
serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah
kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan
fungsi fisik. Cedera kepala bisa dikelompokkan sebagai cedera kepala
tertutup atau terbuka (penetrasi, luka tembus). Pada cedera kepala
tertutup, kepala menerima suatu dorongan tumpul karena membentur
suatu benda. Pada cedera kepala terbuka, suatu benda berkecepatan
tinggi menembus tulang tengkorak dan masuk ke dalam otak.
Trauma kepala atau cedera kepala merupakan kasus yang sangat
sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Cedera kepala yang
sering terjadi pada orang dewasa karena kecelakaan lalu lintas. Terjatuh
dari sepeda motor, tabrakan, kepala terbentur bagian dari mobil karena
mobil yang dinaiki menabarak atau terjungkal dan lain sebagainya.
Karena seringnya terjadi trauma kepala pada orang yang mengendarai
sepeda motor ketika kecelakaan, maka akhirnya diwajibkan siapa saja
yang mengendarai sepeda untuk menggunakan helm sebagai pelindung
kepala. Namun masih banyak yang menggunakan helm hanya sekedar
sebagai syarat untuk mentaati peraturan lalu lintas yaitu dengan memakai
helm yang kurang memenuhi syarat maupun tali helm yang tidak terikat
ketika dipakai sehingga ketika terjadi kecelakaan lalu lintas masih terjadi
cedera kepala yang berat.
Di Amerika Serikat, kejadian cedera kepala setiap tahunnya
diperkirakan mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah tersebut, 10%
meninggal sebelum tiba di rumah sakit. Yang sampai di rumah sakit, 80%
dikelompokkan sebagai cedera kepala ringan (CKR), 10% termasuk
cedera kepala sedang (CKS), dan 10% sisanya adalah cedera kepala
berat (CKB). Insiden cedera kepala terutama terjadi pada kelompok usia
produktif antara 15-44 tahun. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab
48%-53% dari insiden cedera kepala, 20%-28% lainnya karena jatuh dan
3%-9% lainnya disebabkan tindak kekerasan, kegiatan olahraga dan
rekreasi

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Pada akhir proses penyuluhan, klien dan keluarga dapat mengetahui
tentang cedera kepala, penyebab, tanda gejala serta penangananya.

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah diberikan penyuluhan keluarga dan klien dapat :
1. Menyebutkan pengertian dari cedera kepala
2. Menyebutkan penyebab cedera kepala
3. Menyebutkan tanda dan gejala cedera kepala
4. Mengerti penangananpertama cedera kepala.
5. Menyebutkan komplikasi cedera kepala
6. Mengerti himbauan untuk mencegah cedera kepala

IV. SASARAN
Pasien dan keluarga di Ruang 13 RS. Saiful Anwar Malang.

V. MATERI
1. Pengertian dari cedera kepala
2. Penyebab cedera kepala
3. Tanda dan gejala cedera kepala
4. Penanganan pertama cedera kepala
5. Komplikasi cedera kepala
6. Himbauan untuk mencegahcedera kepala.

I. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
II. MEDIA
PPT dan Leaflet

III. KRITERIA EVALUASI


1. Evaluasi Struktur
Peserta hadir ditempat penyuluhan
Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang tunggu
keluarga pasien Ruang 13 RSSA Malang.
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelumnya
2. Evaluasi Proses
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan
secara benar
3. Evaluasi Hasil
Klien dan keluarga mengetahui tentang cedera kepala, jenis
cedera kepala, penyebab, tanda dan gejala, serta penanganan
pada cedera kepala.

IV. KEGIATAN PENYULUHAN

No. WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA

1. 2 Pembukaan :
menit Membuka kegiatan dengan Menjawab salam
mengucapkan salam.
Memperkenalkan diri Mendengarkan
Menjelaskan tujuan dari Memperhatikan
penyuluhan
Menyebutkan materi yang akan Memperhatikan
diberikan
2. 15 Pelaksanaan :
menit Menjelaskan tentang pengertian Memperhatikan
cedera kepala
Menjelaskan pengertian dari Memperhatikan
cedera kepala
Menjelaskan penyebab cedera Bertanya dan
kepala menjawab
Menjelaskan jenis-jenis cedera pertanyaan yang
kepala diajukan
Menjelaskan tanda dan gejala Bertanya dan
cedera kepala menjawab
Menjelaskan Penanganan dan pertanyaan yang
kebutuhan nutrisi pada cedera diajukan
kepala.
Memberi kesempatan kepada
peserta untuk bertanya.

3. 7 Evaluasi :
menit Menanyakan kepada peserta Menjawab
tentang materi yang telah pertanyaan
diberikan.
4. 2 Terminasi :
menit Mengucapkan terimakasih Mendengarkan
Mengucapkan salam penutup Menjawab salam

V. DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi ed.3. Jakarta : EGC.
American College of Surgeon Committe on Trauma. Cedera kepala. Dalam:
Advanced Trauma Life Support for Doctors. Ikatan Ahli Bedah Indonesia,
penerjemah. Edisi 7. Komisi trauma IKABI, 2004; 168-193.
Mansjoer dkk. 2000. Kapita Selelkta Kedokteran; jilid2. Media Aesculapius: FK
UI. Jakarta
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian
Cedera kepala (Head Injury) adalah jejas atau trauma yang terjadi pada kepala
yang dikarenakan suatu sebab secara mekanik maupun non-mekanik.
Cedera kepala adalah penyakit neurologis yang paling sering terjadi diantara
penyakit neurologis lainnya yang biasa disebabkan oleh kecelakaan, meliputi:
otak, tengkorak ataupun kulit kepala saja. (Brunner & Suddart, 1987: 2210).
Jadi, cedera kepala (head Injury) atau trauma atau jejas yang terjadi pada
kepala bisa oleh mekanik ataupun non-mekanik yang meliputi kulit kepala, otak
ataupun tengkorak saja dan merupakan penyakit neurologis yang paling sering
terjadi, biasanya dikarenakan oleh kecelakaan (lalu lintas).

B. Penyebab
Cedera kepala dapat disebabkan oleh dua hal antara lain :
1. Benda Tajam. Trauma benda tajam dapat menyebabkan cedera setempat.
Contohnya : trauma tembus (luka tembus peluru dan cedera tembus lainnya)
2. Benda Tumpul, dapat menyebabkan cedera seluruh kerusakan terjadi ketika
energi/ kekuatan diteruskan kepada otak. Contohnya : biasanya berkaitan
dengan kecelakaan lalu lintas, jatuh atau pukulanbenda tumpul. Pada
cedera tumpul terjadi akselerasi dan deselerasiyang cepat menyebabkan
otak bergerak di dalam rongga cranial danmelakukan kontak pada
protuberans tulang tengkorak.

Kerusakan jaringan otak karena benda tumpul tergantung pada :


1. Lokasi, Kekuatan, Fraktur infeksi/ kompresi
2. Rotasi, Delarasi dan deselarasi

Mekanisme cedera kepala :


1. Akselerasi, ketika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang
diam. Contoh : akibat pukulan lemparan.
2. Deselerasi. Contoh : kepala membentur aspal.
3. Deformitas. Dihubungkan dengan perubahan bentuk atau gangguan
integritas bagan tubuh yang dipengaruhi oleh kekuatan pada tengkorak.
C. Tanda dan Gejala Umum
Tanda dan gejala cedera kepala dapat dikelompokkan dalam 3 kategori utama
(Hoffman, dkk, 1996):
1. Tanda dan gejala fisik : nyeri kepala, pusing, mual, muntah
2. Tanda dan gejala kognitif: gangguan memori, gangguan perhatian dan
berfikir kompleks
3. Tanda dan gejala emosional/kepribadian: kecemasan

Gambaran klinis secara umum pada trauma kepala :


1. Penurunan kesadaran.
2. Jejas di kepala
3. Mudah mengantuk
4. Mual, muntah
5. Tidak bisa menggerakkan salah satu atau kedua lengan dan/atau kaki,
kesulitan berbicara, atau pandangan kabur.
6. Hilang ingatan jangka pendek.
7. Tingkah laku tidak seperti biasanya.
8. Mengeluh nyeri kepala berat atau kaku leher.
9. Pupil (bagian hitam di tengah bola mata) tidak sama ukurannya.
10. Perdarahan di telinga, perdarahan di hidung

D. Penanganan Pertama
Berikut adalah hal-hal yang bisa dilakukan untuk penatalaksanaan :
Bila ditemukan tanda-tanda cedera kepala tersebut, segera bawa korban ke
rumah sakit terdekat atau hubungi unit gawat darurat terdekat. Sambil
menunggu bantuan atau ambulans, dapat dilakukan hal-hal berikut :
1. Periksa jalan napas (airway), pernapasan (breathing), dan sirkulasi jantung
(circulation) pada orang tersebut. Bila perlu, lakukan bantuan napas dan
resusitasi (CPR).
2. Jika orang tersebut masih bernapas dan denyut jantungnya normal, tetapi
tidak sadarkan diri, stabilkan posisi kepala dan leher dengan tangan atau
collar neck (bila ada). Pastikan kepala dan leher tetap lurus dan sebisa
mungkin hindari menggerakkan kepala dan leher.
3. Jangan memberikan korban air minum
4. Bila ada perdarahan, hentikan perdarahan tersebut dengan menekan luka
dengan kuat menggunakan kain bersih. Pastikan untuk tidak menggerakkan
kepala orang yeng mengalami cedera kepala tersebut. Jika darah merembes
pada kain yang ditutupkan tersebut, jangan melepaskan kain tersebut, tetapi
langsung merangkapnya dengan kain yang lain.
5. Jika dicuriga ada patah tulang tengkorak, jangan menekan luka dan jangan
mencoba membersihkan luka, tetapi langsung tutup luka dengan pembalut
luka steril.
6. Jika orang dengan cedera kepala tersebut muntah, miringkan posisinya agar
tidak tersedak oleh muntahannya. Pastikan posisi kepala dan leher tetap
lurus.
7. Boleh juga dilakukan kompres dingin pada area yang bengkak.
8. Jangan mencoba mencabut benda apapun yang tertancap di kepala.
Langsung bawa ke unit gawat darurat terdekat.

E. Komplikasi
1. Perubahan tingkat kesadaran, contohnya koma.
2. Infeksi. Fraktur tengkorak atau luka tusukan bisa menyobek lapisan jaringan
pelindung otak (selaput otak) sehingga bakteri bisa memasuki otak dan
menyebabkan infeksi.
3. Peningkatan cairan serebrospinal. Kondisi ini akan meningkatkan tekanan di
dalam rongga kepala dan pembengkakan otak.
4. Kejang-kejang. Pengidap trauma kepala umumnya mengalami kejang dalam
minggu pertama setelah cedera. Komplikasi ini juga bisa terjadi berulang kali
yang disebut epilepsi pasca trauma.
5. Kerusakan pembuluh darah. Komplikasi ini bisa memicu stroke serta
penggumpalan darah.
6. Kerusakan saraf, seperti kelumpuhan otot wajah atau kerusakan saraf mata.
7. Gangguan intelektual, misalnya pada kemampuan mengingat,
menyelesaikan masalah, berorganisasi, serta konsentrasi.
8. Gangguan komunikasi, seperti kesulitan bicara serta sulit memahami tulisan.
9. Perubahan tingkah laku serta emosi. Contohnya, tidak bisa mengendalikan
diri, depresi, insomnia, dan uring-uringan.
10. Perubahan fungsi indera, misalnya kehilangan indera penciuman atau
perasa.
F. Himbauan
Untuk mencegah terjadinya cedera kepala, sangat dibutuhkan kesadaran dari diri
sendiri untuk menjaga kesehatan terutama keselamatan kita dalam melakukan
suatu aktivitas. Selain itu perlu diperhatikan keselamatan kita saat di jalan raya,
karena kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab 48%-53% dari insiden
cedera kepala, 20%-28% lainnya karena jatuh dan 3%-9% lainnya disebabkan
tindak kekerasan, kegiatan olahraga dan rekreasi. Maka dari itu dihimbau untuk :
1. Menurunkan kecepatan saat berkendaraan.
2. Menggunakan sabuk keselamatan dan pelindung bahu saat mengemudi
mobil.
3. Menggunakan helm untuk pengendara motor dan sepeda maupun saat
melakukan aktivitas yang berisiko seperti mengendarai skateboard atau
olahraga ski
4. Menghindari aktivitas lain seperti menggunakan handphone pada saat
sedang berkendara
5. Jangan mengemudikan mobil atau kendaraan apapun dalam keadaan tidak
sadar penuh, baik karena pengaruh alkohol maupun obat-obatan
6. Mengecek kondisi kendaraan sebelum berkendara
7. Jatuh juga merupakan salah satu penyebab utama cedera kepala, terutama
pada anak-anak dan lansia. Jadi diperlukan untuk meminimalisir kejadian
jatuh yaitu dengan cara memastikan lantai tidak licin, menggunakan alat
bantu jalan, dan melakukan pengawasan pada saat anak atau lansia berada
di kamar mandi atau berjalan di tangga.

DAFTAR PUSTAKA
Budiono.2010.Asuhan Keperawatan Pasien dengan gangguan system
persarafan.Instalasi Rawat Inap II. RSSA Malang
TIM IRD RSU dr Syaiful Anwar Malang.2008.Basic Trauma Life Support.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi ed.3. Jakarta : EGC.
American College of Surgeon Committe on Trauma. Cedera kepala.
Dalam:Advanced Trauma Life Support for Doctors. Ikatan Ahli Bedah
Indonesia,penerjemah. Edisi 7. Komisi trauma IKABI, 2004; 168-193.
Mansjoer dkk. 2000. Kapita Selelkta Kedokteran; jilid2. Media Aesculapius: FKUI.
Jakarta
Iskandar.J.SpBS.2004.Cedera Kepala.Jakarta:BIP
Batticaca,Fransisca B.2008.Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Persarafan.Jakarta:Salemba Medika
Muttaqin Arif.2008.Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan.Jakarta:Salemba Medika
Judha Mohamad dan Hamdani Rahil Nazwar.2011.Sistem Persarafan Dalam
Asuhan Keperawatan.Yogyakarta:Gosyen Publishing
Musliha,S.Kep.,Ns.2010.Keperawatan Gawat Darurat.Yogyakarta:Nuha Medika
Syaifuddin.2009.Anatomi Tubuh Manusia E/2.Jakarta.Salemba Medika
Brunner & suddarth.1997.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah E/3
Vol.3.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai