Eko Dewantoro
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis human chorionic gonadotrophin(hCG) yang tepat pada
pematangan gonad ikan tengadak melalui injeksi secara berkala. Sebanyak 72 ekor calon induk betina ikan
tengadak yang ditangkap dari alam (Sungai Melawi) dengan berat 1508 g/ekor dipelihara dalam karamba di
Sungai Kapuas untuk dijadikan calon induk. Ikan tengadak tersebut diberi perlakuan hormon hCG yang
diinjeksikan secara berkala (setiap 15 hari sekali) dengan dosis masing-masing 0, 50, 100, 150, 200 dan 250
IU/kg bobot tubuh. Peubah yang diamati adalah tingkat kematangan gonad (TKG), indeks kematangan gonad
(GSI), indeks perkembangan hati (HSI), fekunditas, dan sebaran diameter telur. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penyuntikan hCG 200 dan 250 IU/kg dapat merangsang semua ovari calon induk ikan tengadak matang
(TKG IV). Dosis hCG 200 dan 250 IU/kg juga dapat menghasilkan GSI dan HSI tertinggi, masing-masing 4,56
dan 1,60. Fekunditas tertinggi dicapai pada injeksi berkala dengan dosis hormon 200 IU/kg, yaitu 19.021 butir.
Sebaran diameter telur cenderung meningkat dengan meningkatnnya dosis hCG, telur ukuran yang lebih besar
(antara 0,71 dan 0,78 mm) lebih sering dijumpai pada injeksi hCG dengan dosis 200 dan 250 IU/kg bobot tubuh.
Abstract
The aimed of this study was to determine the human chorionic gonadotrophin(hCG) dose on maturation of
tengadak ovarium through regular injections. About 72 Broadstock candidates of tinfoil barb from wild
population (Melawi River, West Borneo) that had an average weight of 1508 g/fishtreated with hCG hormone
sare injected at regular intervals (every 15 days) with each dose of0,50,100,150, 200 and 250IU/kg body weight
(bw).The variables measured were the level of maturity of the gonads (TKG), gonadosomatic index(GSI),
hepatosomatic index (HSI), fecundity, and distribution of eggs diameter. The results showed that the injection of
hCG200 and 250IU/kg can make all ovarian of prospective brood fish of tinfoil barb mature (TKG IV). hCG
dose 200 and 250IU/kg also can produce the highest GSI and HSIe.i.4,56 dan 1,60 respectifly.The highest
fecundity was achieved periodic injection of the hormone dose of 200 IU/kg. The distribution of egg diameter
tends to increase with dose hCG, more large eggs (between 0.71 and 0.78 mm) more common in the hCG
injectionat a dose of 200 and 250 IU/kg body weight.
1
Eko Dewantoro : Keragaan Gonad Ikan Tengadak
4
Jurnal Akuatika Vol.VI No.1/Maret 2015 (1-10)
ISSN 0853-2532
penggunaan hormon ini belum diketahui. tinggi. Penyuntikan berkala ini dilakukan 4
kali atau selama dua bulan pemeliharaan,
Bahan dan Metode sesuai periode pematangan gonad ikan
tengadak.
Proses pematangan gonad calon induk ikan Calon induk ikan tengadak ini
tengadak dilakukan pada musim kemarau dipelihara dalam 3 unit keramba dengan
(bulan Agustus sampai Oktober) dalam kepadatan 24 ekor/unit. Jadi pada setiap unit
keramba jaring apung di Sungai keramba (kelompok) dipelihara ikan uji dari
Kapuas,Kelurahan Parit Mayor Kota seluruh perlakuan. Untuk membedakan
Pontianak.Pengamatan variabelpenelitian antara perlakukan yang satu dengan lainnya,
dilaksanakan di Laboratorium Terpadu ikan diberi tanda dengan mengikatkan
Universitas Muhammadiyah Pontianak. benang berwarna pada jari-jari pertama sirip
Desain atau rancanganpercobaan pada punggungnya. Selama pemeliharaan ikan
penelitian ini adalah acak kelompok (RAK) diberi pakan pelet komersial berkadar
satu faktor, dengan 6 perlakuan dan 3 protein tinggi 35%. Pakan diberikan sampai
ulangan. Keramba yang digunakan kenyang (ad satiasi) dengan frekuensi tiga
sebanyak 3 unit yang letaknya terpisah, kali sehari, pagi, siang dan sore hari.
sehingga tidak homogen terutama dalam hal Pemeliharaan dilakukan selama 2
arus.Sebagaiperlakuan adalah dosis hormon bulan sehingga ikan tersebut mencapai
hCG yang diinjeksikan secara berkala ukuran yang cukup untuk proses
(setiap 15 hari sekali) ke setiap calon induk pematangan gonad. Selama masa
ikan, yaitu 0, 50, 100, 150, 200 dan 250 pemeliharaan ikan dipantau terus menerus.
IU/kg bobot tubuh. Setelah masa pemeliharaan berakhir, ikan
dipanen dengan menggunakan serok lalu
Prosedur Penelitian dibawa ke laboratorium, dan diamati
variabel pematangan gonadnya.
Ikan uji yang digunakan pada penelitian ini
adalah ikan tengadak betina dengan tingkat Analisis Data
kematangan gonad yang belum berkembang
(TKG I) dengan ukuran berat 1508 g/ekor. Peubah yang diamati pada penelitian ini
Ikan tersebut berasal dari habitat alami adalah tingkat kematangan gonad (TKG),
perairan umum Kalimantan Barat indeks kematangan gonad (gonadosomatic
(Kabupaten Melawi). Sebanyak 72 ekor index / GSI), indeks perkembangan hati
calon induk ikan tengadak betina dipelihara (hepatosomatic index/ HSI), fekunditas, dan
dalam 3 unit keramba jaring apung (KJA) sebaran diameter telur. Peubah pengamatan
berukuran 2 x 3 m2 dan ditempatkan secara tersebut disajikan dalam bentuk tabulasi dan
terpisah di Sungai Kapuas (Kelurahan Parit gambar. Untuk TKG dan diameter telur
Mayor, Pontianak). dibahas secara deskriptif, sedangkan GSI,
Sebelum penelitian dimulai, ikan HSI, dan fekunditas dianalisis dengan
diadaptasikan terlebih dahulu terhadap menggunakan analisis ragam (uji-F) dan uji
kondisi pakan dan lingkungan selama 15 lanjut menggunakan uji beda nyata terkecil
hari. Setelah proses adaptasi, ikan diperiksa (BNT).
tingkat kematangan gonadnya. Ikan yang
berada pada TKG I dipisahkan dan Hasil dan Pembahasan
digunakan sebagai ikan uji. Ikan uji ini
selanjutnya diinjeksi hormon hCG dengan Hasil penelitian menunjukkan terjadi
dosis sesuai perlakuan. Selanjutnya setiap perkembangan gonad calon induk ikan
15 hari dilakukan penyuntikan hormon tengadak setelah dua bulan pemeliharaan,
hCG, agar kandungan hormon yang tercermin dari tingkat kematangan
gonadotrophin dalam serum darah ikan tetap gonad (TKG), gonado somatik index (GSI),
3
Eko Dewantoro : Keragaan Gonad Ikan Tengadak
hepato somatik index (HSI), fekunditas dan IV) (Tabel 1). Berdasarkan pengamatan
diameter telur. secara visual morfologi gonad ikan
tengadak pada tingkat ini terlihat berwarna
Tingkat Kematangan Gonad (TKG) kuning kehijauan hingga hijau kecoklatan
dan butiran telur terlihat lebih kasar.
Pada awal penelitian gonad ikan tengadak Peningkatan nilai TKG pada penyuntikan
betina berada pada tingkat kematangan hCG dengan dosis yang lebih tinggi (200
gonad (TKG) I, dengan morfologi ovari dan 250 IU/kg) dibandingkan perlakuan
seperti sepasang benang yang memanjang lainnya disebabkan tingginya dosis pada
dan berwarna bening sampai putih kedua perlakuan ini sehingga
kekuningan. Pada akhir penelitian, terjadi memungkinkan gonadotrofin yang
peningkatan kematangan gonad pada semua dibutuhkan untuk pematangan gonad
perlakuan, namun penyuntikan hormon terpenuhi. Di sisi lain, pada dosis injeksi
hingga 150 IU/kg belum berhasil 150 IU/kg atau dosis di bawahnya,
mematangkan ovari calon induk ikan gonadotrofin yang dibutuhkan untuk
tengadak seluruhnya. Penyuntikan 200 dan pematangan gonad tidak mencukupi,
250 IU/kg dapat menyebabkan semua ovari sehingga gonadnya tidak berkembang
calon induk ikan tengadak matang (TKG sempurna.
Tabel 1. Jumlah calon induk ikan tengadak (ekor) sesuai tingkat kematangan gonad (TKG) setelah pemberian
hCG.
Table 1. The number of brood fish tinfoil barb (tail) according to the level of maturity of gonads (TKG) after
hCG injection
Tingkat
Pemberian Hormon hCG (IU/kg bobot tubuh)
Kematangan
Gonad 0 50 100 150 200 250
Jumlah ikan (ekor)
II 8 0 0 0 0 0
III 4 12 7 4 0 0
IV 0 0 5 8 12 12
Gonado Somatik Indek (GSI) dan mepunyai nilai GSI yang tergolong tinggi
Hepatosomatik Indek (HSI) apabila dibandingkan dengan ikan white
croaker (Micropogonias furnieri) yang telah
Hasil pengamatan terhadap nilai ovari ikan diteliti perkembangan gonadnya dengan
tengadak terdapat peningkatan nilai GSI penyuntikan hCG dosis 100 dan 300 IU/kg
dari sekitar 0,8% menjadi 0,84 sampai memberikan hasil tertinggi pada GSI
5,02%. Penyuntikan hormon hCG 50 IU/kg sebesar 4,11,4 (Gracia-Alonso and
ikan menghasilkan peningkatan GSI yang Vizziano, 2004). Namun demikian, nilai
paling kecil, sedangkan pemberian hormon indeks ini masih lebih rendah bila
250 IU/kg menghasilkan pertambahan GSI dibandingkan dengan GSI ikan tengadak
yang paling besar (Gambar 1.a.). Nilai GSI yang tertangkap dari alam. Ikan tengadak
pada kedua perlakuan tersebut berturut-turut yang tertangkap dari Danau Mawan
adalah 1,670,83 dan 4,560,36%. Nilai (Kabupaten Kapuas Hulu) pada musim
GSI yang tertinggi pada penelitian hujan dengan kematangan gonad pada
merupakan gonad yang telah berada pada tingkat IV (TKG IV) memiliki GSI rata-rata
TKG IV, yaitu 4,560,36%. Nilai GSI ikan 7,04%, sedangkan dari Sungai Melawi
tengadak pada penelitian ini (Kabupaten Melawi) dengan musim dan
mengindikasikan bahwa ikan tersebut TKG yang sama memiliki GSI rata-rata 9,36
4
Jurnal Akuatika Vol.VI No.1/Maret 2015 (1-10)
ISSN 0853-2532
dan GSI ikan tengadak dari S. Kapuas musim. Penelitian ini dilaksanakan antara
(Kabupaten Sanggau) adalah 10,80% akhir musim kemarau sampai awal musim
(Dewantoro dkk., 2011). Fenomena lebih pancaroba (peralihan), sehingga pemberian
tingginya nilai GSI pada ikan yang hCG hanya dapat mematangkan gonad
ditangkap dari alam bila dibandingkan secara parsial. Jadi tidak semua sel germinal
pematangan dengan penyuntikan hCG (bakal telur) dalam gonad dapat
secara berkala, karena adanya perbedaan berkembang dan matang.
2,00
6,0
1,80 1.60e 1.54de
3.42bc 4.44cd 4.56d
5,0 3.26b 1,60 1.31bc 1.39cd
1,40 1.10a 1.20ab
4,0
2.08a 1,20
HSI (%)
GSI (%)
Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji BNT
(P>0,05)
Gambar 1. Grafik perkembangan reproduksi ikan tengadak betina pada akhir percobaan
(a). Indek kematangan gonad (Gonado Somatic Index);
(b). perkembangan hati (Hepato Somatic Index).
Figure 1. Reproductive development of female tinfoil barb fish at the end of the experiment
(a). Gonado Somatic Index;(b). Hepato Somatic Index.
Berdasarkan analisis statistik, injeksi dosis hormon yang diberikan (Gambar 1.b.).
hCG 250 IU/kg ikan menghasilkan GSI Nilai HSI antara perlakuan hCG 200 dan
tertinggi namun tidak berbeda nyata 250 IU/kg ikan yaitu masing-masing 1,60
(p>0,05) dengan pemberian hCG 200 IU/kg. dan 1,54, berdasarkan analisis statistik tidak
Selanjutnya diikuti penyuntikan hormon menunjukkan perbedaan yang nyata (P>
hCG 100 IU/kg yang tidak berbeda nyata 0,05). Hal ini berarti respon perkembangan
(p>0,05) dengan pemberian hormon hCG reproduktif atau aktivitas hepatik yang
150 IU/kg. Perlakuan yang menghasilkan dihasilkan dari injeksi yang menggunakan
GSI paling rendah adalah tanpa pemberian dosis hormon yang lebih rendah (hCG 200
hormon dan pemberian hormon hCG 50 IU/kg) melebihi respon yang dihasilkan dari
IU/kg. Nilai GSI yang tidak berbeda antara dosis 250 IU/kg. Fenomena tersebut bisa
penyuntikan dengan dosis hCG 200 dan 250 saja terjadi bila ikan yang dimatangkan
IU/kg menunjukkan bahwa dosis hCG 200 gonadnya telah mencapai umur atau ukuran
IU/kg sudah cukup untuk merangsang yang tepat untuk mijah. Siregar (1999)
proses vitelogenesis yang menyebabkan melaporkan bahwa injeksi secara berkala
bobot gonad meningkat, sehingga nilai GSI dengan hormon hCG dosis rendah (50 IU/kg
juga bertambah (Nagahama, 1994; Effendie, bobot tubuh) sudah dapat mematangkan
1997). gonad calon induk ikan jambal siam yang
Nilai hepato somatik indeks (HSI) berukuran berat 1000 gram. Selanjutnya
semakin tinggi dengan meningkatnya dosis Gracia-Alonso dan Vizziano (2004)
hormon dan mencapai puncaknya pada menyatakan bahwa dosis hCG untuk
perlakuan pemberian hCG 200 IU/kg, pematangan gonad ikan white croaker yang
kemudian menurun dengan meningkatnya ditangkap dari perairan umum kemudian
5
Eko Dewantoro : Keragaan Gonad Ikan Tengadak
6
Jurnal Akuatika Vol.VI No.1/Maret 2015 (1-10)
ISSN 0853-2532
Tabel 2. Fekunditas ikan tengadak setelah diinjeksi hormon hCG secara berkala
Table 2. Tinfoil barb fish fecundity after hCG hormone injected periodically
7
Eko Dewantoro : Keragaan Gonad Ikan Tengadak
100
80 66 64
80 64
55 60
60
40 29
40 28 19
20
20 10
20 6 0 0 0 0
0 0
0.55-0.58 0.59-0.62 0.63-0.66 0.67-0.70 0.71-0.74 0.75-0.78 0.79-0.82 0.83-0.85 0.55-0.58 0.59-0.62 0.63-0.66 0.67-0.70 0.71-0.74 0.75-0.78 0.79-0.82 0.83-0.85
(a) Dosis hCG 0 IU/kg bobot tubuh (b) Dosis hCG 50 IU/kg bobot tubuh
100
120 107 86
90
100 80 70
Jumlah telur (butir)
Jumlah telur (butir)
70 62
80 70
60
55 50
60 37
40
40
34
26 30 21 22
20
20 6 2 0 10 1 1
0 0
0.55-0.58 0.59-0.62 0.63-0.66 0.67-0.70 0.71-0.74 0.75-0.78 0.79-0.82 0.83-0.85 0.55-0.58 0.59-0.62 0.63-0.66 0.67-0.70 0.71-0.74 0.75-0.78 0.79-0.82 0.83-0.85
(c) Dosis hCG 100 IU/kg bobot tubuh (d) Dosis hCG 150 IU/kg bobot tubuh
90 82 85
90
80 70 80
70 66
Jumlah telur (butir)
70
60 51
47 60 50
50 50 43 42
40 34
40
30 30
20 20 10
8 8
10 10 4
0 0
0 0
0.55-0.58 0.59-0.62 0.63-0.66 0.67-0.70 0.71-0.74 0.75-0.78 0.79-0.82 0.83-0.85 0.55-0.58 0.59-0.62 0.63-0.66 0.67-0.70 0.71-0.74 0.75-0.78 0.79-0.82 0.83-0.85
(e) Dosis hCG 200 IU/kg bobot tubuh (f) Dosis hCG 250 IU/kg bobot tubuh
Gambar 2. Grafik jumlah telur berdasarkan sebaran diameter telur ikan tengadak pada
akhir penelitian (jumlah telur sampel tiap perlakuan 300 butir telur)
Figure 2. Graph the number of eggs based on the egg diameter of tin foil barb at the end of the study (number of
eggs per treatment is 300 eggs)
Peningkatan ukuran telur pada dosis ukurannya sehingga volume oosit juga
tinggi dikarenakan akumulalsi penimbunan membesar. Hal ini terjadi karena adanya
vitelogenin dalam sel telur. Ketika proses penambahan kadar GtH I melalaui
vitelogenesis berlangsung, granula kuning penyuntikan hormon hCG ke tubuh ikan.
telur berkembang, baik jumlah maupun Hormon ini selanjutnya merangsang sel
8
Jurnal Akuatika Vol.VI No.1/Maret 2015 (1-10)
ISSN 0853-2532
9
Eko Dewantoro : Keragaan Gonad Ikan Tengadak
10