TINGKAT I 3. SUMATERA
BARAT
I. PENDAHULUAN
122
Pada tahun 1990 penduduk usia kerja (10 tahun ke atas) di
propinsi ini berjumlah 2.885.137 orang (72,1 persen). Dari jumlah
tersebut, yang masuk ke dalam angkatan kerja sebanyak 1.563.744
orang dan angkatan kerja yang bekerja berjumlah 1.525.601 orang.
Dari seluruh angkatan kerja yang bekerja tersebut, sebagian besar
terserap di sektor pertanian (60,33 persen). Sisanya terserap di
berbagai sektor lain, yaitu sektor industri (9,32 persen) dan jasa
(30,35 persen).
123
penduduk di wilayah Sumatera dan di tingkat nasional yang
masing-masing sebesar 2,68 persen per tahun dan 1,97 persen per
tahun dalam periode 1980-1990, laju pertumbuhan penduduk
propinsi ini termasuk cukup rendah.
PDRB nonmigas per kapita pada tahun 1990 atas dasar harga
konstan tahun 1983 mencapai Rp458 ribu. Dibandingkan dengan
angka tahun 1983 yang besarnya Rp340 ribu, terjadi peningkatan
dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 4,37 persen per tahun.
124
Pembangunan di bidang kesejahteraan sosial, telah menghasil-
kan tingkat kesejahteraan sosial yang lebih baik yang ditunjukkan
oleh berbagai indikator. Jumlah penduduk melek huruf meningkat
dari 75,49 persen pada tahun 1971 menjadi 91,34 persen pada
tahun 1990, angka kematian bayi per seribu kelahiran turun dari
138 pada tahun 1971 menjadi 64 pada tahun 1990. Demikian pula,
usia harapan hidup penduduk meningkat dari 61,4 tahun pada
tahun 1971 menjadi 61,4 tahun pada tahun 1990.
125
Meningkatnya kesejahteraan masyarakat tercermin pula dari
makin berkurangnya jumlah penduduk miskin. Pada tahun 1990,
penduduk miskin di Propinsi Sumatera Barat berjumlah 600.212
orang atau kurang lebih 15,0 persen dari seluruh penduduk. Pada
tahun 1984, penduduk miskin masih berjumlah 809.240 orang atau
kurang lebih 21,3 persen dari jumlah penduduk.
126
Penyediaan prasarana ketenagalistrikan di propinsi ini dilayani
oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) Wilayah III yang
meliputi Propinsi Riau dan Jambi yang sampai dengan tahun 1991
telah menghasilkan daya terpasang sebesar 307,5 megawatt.
127
Rencana tata ruang wilayah (RTRW) propinsi daerah tingkat I
yang berupa rencana struktur tata ruang propinsi (RSTRP) dan
RTRW kabupaten/kotamadya tingkat II yang berupa rencana umum
tata ruang kabupaten (RUTRK) telah selesai disusun, meskipun
pada akhir PJP I sedang dalam proses ditetapkan sebagai peraturan
daerah.
1. Tantangan
128
dan meningkatkan serta memperluas landasan ekonomi daerah
yang memungkinkan peningkatan ekspor nonmigas, dan perluasan
lapangan kerja sehingga mempercepat peningkatan kesejahteraan
ekonomi dan sosial masyarakat.
129
menampung kegiatan ekonomi, memperluas lapangan kerja, dan
sekaligus memenuhi fungsi sebagai pusat pelayanan.
130
Hasil pembangunan di bidang kesejahteraan sosial di Sumatera
Barat telah menunjukkan kemajuan, dan lebih baik dibandingkan
dengan tingkat kemajuan rata-rata nasional. Meskipun demikian, di
propinsi Sumatera Barat masih terdapat kesenjangan kesejahteraan
antargolongan ekonomi dan antardaerah, antara lain karena masih
terbatasnya jangkauan prasarana dan sarana sosial. Kondisi di atas
menghadapkan Propinsi Sumatera Barat pada tantangan untuk
meningkatkan, memeratakan, dan memperluas jangkauan dan mutu
pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pelayanan sosial lainnya,
serta jangkauan informasi sampai ke seluruh pelosok daerah.
131
pembangunan merupakan tantangan yang dihadapi dalam rangka
memperkuat kemampuan manajemen dan kelembagaan di daerah.
2. Kendala
3. Peluang
132
dikembangkan, antara lain adalah pertanian, pertambangan,
industri, dan pariwisata.
133
wisata sejarah. Wisata alam meliputi panorama Ngarai Sianok di
Bukittinggi; pantai di Pantai Padang dan Pantai Bumpus; danau
antara lain Danau Diatas, Danau Dibawah, Danau Maninjau dan
Danau Singkarak; cagar alam seperti Taman Nasional Kerinci Seblat
(TNKS); gunung seperti Gunung Merapi Singgalang; air terjun di
Lembah Anai. Wisata budaya meliputi antara lain Pusat Kebudayaan
Minang di Padang Panjang; serta wisata sejarah yang meliputi
antara lain Gua Jepang di Kabupaten Agam dan Istana Kerajaan
Pagaruyung di Batusangkar.
134
pertumbuhan ekspor nonmigas; peningkatan jumlah dan kualitas
investasi swasta; peningkatan kesejahteraan sosial dan percepatan
penanggulangan kemiskinan; pengembangan sistem transportasi
terpadu yang akan meningkatkan aksesibilitas daerah terpencil dan
terbelakang; penguatan kelembagaan dan aparatur pemerintah di
daerah dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektivitas
pelaksanaan pembangunan di daerah; pengembangan sumber daya
alam yang memiliki potensi dan keunggulan komparatif dengan
memperhatikan pelestarian fungsi lingkungan hidup untuk
pembangunan yang berkelanjutan; dan pengembangan kawasan
andalan dengan menciptakan keterkaitan dengan wilayah
sekitarnya.
2. Sasaran
a. Sasaran PJP II
135
indikator kesejahteraan sosial, yaitu bertambahnya usia harapan
hidup menjadi 72,3 tahun dan menurunnya angka kematian bayi
menjadi 21 per seribu kelahiran hidup; menurunnya laju pertum -
buhan penduduk; dan telah mantapnya pemerataan dan peningkatan
kualitas pendidikan dasar dan kejuruan; serta terselesaikannya
pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.
b. Sasaran Repelita VI
136
2,7 persen per tahun sehingga tercipta tambahan kesempatan kerja
baru bagi 219,2 ribu orang.
137
3. Kebijaksanaan
138
kemampuan lembaga dan organisasi masyarakat, dan peningkatan
peran serta masyarakat dalam pembangunan daerah.
139
menarik bagi pengembangan kegiatan industri, diperlukan investasi
yang cukup besar yang tidak dapat dipenuhi oleh Pemerintah
sepenuhnya. Oleh karena itu, usaha swasta didorong untuk ikut
serta membangun prasarana dan sarana yang dibutuhkan.
140
memanfaatkan keindahan dan kekayaan alam, termasuk kekayaan
alam bahari, keanekaragaman seni budaya, serta peninggalan
sejarah; dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama, citra
kepribadian bangsa, serta harkat dan martabat bangsa.
141
mantap dan berperan makin besar dalam perekonomian nasional.
Dalam rangka itu dikembangkan bidang kegiatan ekonomi yang
diprioritaskan bagi usaha ekonomi rakyat, yaitu koperasi dan usaha
kecil termasuk usaha informal dan tradisional, dan jika perlu
ditetapkan wilayah usaha yang menyangkut perekonomian rakyat
terutama yang telah berhasil diusahakan oleh koperasi dan usaha
kecil untuk tidak dimasuki oleh usaha lainnya. Kebijaksanaan
pemberian prioritas dapat pula diberikan kepada usaha ekonomi
rakyat untuk turut berperan secara efektif dalam pengadaan barang
dan jasa yang dibiayai oleh Pemerintah disertai upaya penyediaan
tempat usaha yang terjamin khususnya bagi koperasi dan usaha
kecil, dan peningkatan peran serta masyarakat antara lain dalam
pemilikan saham perusahaan besar melalui koperasi.
142
d. Pengembangan Sumber Daya Manusia
e. Kependudukan
143
Pertumbuhan penduduk dikendalikan, antara lain dengan
upaya peningkatan keluarga berencana mandiri. Bersamaan dengan
itu, upaya peningkatan kualitas penduduk dilakukan dengan
meningkatkan keluarga sejahtera, termasuk ibu dan anak, remaja,
serta penduduk lanjut usia. Peranan wanita yang dalam pem-
bangunan di Propinsi Sumatera Barat telah meningkat diupayakan
untuk dilanjutkan dan ditingkatkan pembinaannya.
144
mengurangi kesenjangan, baik dalam tingkat kemajuan antardaerah
maupun antara perkotaan dan perdesaan. Pembangunan desa dan
masyarakat perdesaan ditingkatkan melalui koordinasi dan
keterpaduan yang makin serasi dalam pembangunan sektoral,
pengembangan kemampuan sumber daya manusia, pemanfaatan
sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup, serta
penumbuhan iklim yang mendorong tumbuhnya prakarsa dan
swadaya masyarakat. Di perkotaan, penataan penggunaan tanah
ditingkatkan dengan lebih memperhatikan hak-hak rakyat atas
tanah, fungsi sosial hak atas tanah, batas maksimum pemilikan
tanah, serta pencegahan penelantaran tanah termasuk upaya
mencegah pemusatan penguasaan tanah yang merugikan
kepentingan rakyat.
145
g. Penanggulangan Kemiskinan
146
Untuk mendukung kegiatan ekonomi yang meningkat, upaya
pembangunan prasarana dan sarana ekonomi lainnya, seperti
tenaga listrik dan pelayanan jasa telekomunikasi, serta prasarana
pengairan, akan dilanjutkan dan ditingkatkan .
147
perluasan jangkauan pelayanan prasarana dan sarana perkotaan,
termasuk peningkatan pengelolaannya.
V. PROGRAM PEMBANGUNAN
1. Program Pokok
148
antarinstansi pemerintah di daerah maupun antara lembaga
pemerintah pusat dan daerah;
149
c. Program Peningkatan Prasarana dan Sarana Daerah
150
c) pengembangan transportasi laut yang meliputi kegiatan
pembangunan fasilitas pelabuhan Teluk Bayur, Simatalu,
Sirilogu, Sinakak, dan Singapokna; pembangunan fasilitas
keselamatan pelayaran di perairan Sumatera Barat, dan
pengoperasian 1 kapal perintis; dan
151
3) meningkatkan penyediaan bahan bakar minyak (BBM) yang
meliputi kegiatan pembangunan terminal transit BBM di Teluk
Bungus (Padang) yang dimaksudkan untuk memasok kebutuh-
an BBM di Pantai Barat Sumatera termasuk Meulaboh
(Daerah Istimewa Aceh);
152
Lasi, Tiku; dan pembangunan prasarana pengaman Pantai
Padang sepanjang sekitar 5 kilometer;
153
ekonomi, termasuk investasi dalam agroindustri dan agrobisnis
di perdesaan, serta berbagai sektor jasa pendukung;
154
8) mengembangkan sistem informasi usaha terutama untuk usaha
menengah dan kecil, tentang potensi pembangunan daerah,
melalui penyediaan data dan informasi yang mencakup tenaga
kerja, prasarana dan sarana, sumber daya alam, kelembagaan,
permodalan, kemitraan, penanaman modal, dan potensi pasar;
serta meningkatkan kegiatan promosi tentang potensi daerah;
155
pemagangan untuk membentuk tenaga kerja mandiri dan
profesional; melalui pendayagunaan tenaga kerja terdidik,
yang pelaksanaannya mengikutsertakan masyarakat dan dunia
usaha;
156
sumber daya alam dengan memanfaatkan teknologi yang maju,
dan industri padat karya yang makin padat keterampilan, yang
meliputi kegiatan:
157
b) pengembangan usaha pertanian rakyat antara lain ikan
hias, hortikultura, dan usaha peternakan unggas dan
ternak kecil;
158
kegiatan meningkatkan tambang batu bara dan marmer; pe-
ningkatan peran serta masyarakat dalam usaha pertambangan
skala kecil (PSK) melalui wadah koperasi, dan bimbingan usaha
pertambangan golongan C; di samping itu, dilaksanakan kegiatan
pemetaan geologi dan geofisika, penyelidikan bahan galian,
mitigasi bencana alam geologis, dan eksplorasi air tanah.
159
4) merehabilitasi lahan kritis yang meliputi:
161
e) pembangunan dan rehabilitasi loka bina karya sebanyak 9
gedung;
162
keluarga; selain itu transmigrasi swakarsa mandiri sekitar
8.500 kepala keluarga; dan
163
yang dapat menambah penghasilan keluarga, antara lain
melalui pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK);
164
3) mendukung dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas
program khusus seperti Inpres Desa Tertinggal dan program
sektoral dan regional lainnya yang ditujukan untuk menanggu-
langi masalah kemiskinan.
165
kawasan; serta peningkatan pengelolaan administrasi dan
tertib hukum pertanahan di daerah perkotaan ;
2. Program Penunjang
166
TABEL 47 03
WILAYAH, SATUAN PEMERINTAHAN DAN JUMLAH PENDUDUK
DAERAH TINGKAT I SUMATRA BARAT
1990, 1993, DAN 1998
Catatan : Jumlah penduduk tahun 1990, 1993 dan 1998: Angka perkiraan (Sumber:BPS, 1994)
167
168