Anda di halaman 1dari 16

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN

PADA SMA NEGERI 8 SEMARANG

Agus Purwanto1), Abdul Rouf2)


1)
Program Studi Sistem Informasi, Stmik Himsya
2)
Program Studi Teknik Informatika, Stmik Himsya

Jalan Raya Karanganyar Tugu Km 12 No 8 Telp 024-8665420 Semarang


E-mail : mas_aguspurwanto@yahoo.co.id, roufclass@gmail.com

Abstrak

Perkembangan teknologi yang semakin canggih yang sekarang telah membuat banyak
organisasi atau lembaga menggunakannya sebagai media yang pengolahan data,
mendukung kemampuan Komputer dalam pengolahan data telah sangat mendukung dalam
menghadirkan information bahwa mudah, akurat dan berkualitas. Seperti dengan organisasi
atau lembaga lain, SMA Negeri 8 Semaranga Jl. Raya Tugu Kecamatan Ngaliyan Semarang
membutuhkan sistem yang dapat meningkatkan kualitas siswanya. peningkatan kualitas
dapat dilakukan dengan banyak cara, salah yang menempatkan siswa di kelas di mana ada
beberapa siswa yang memiliki kinerja yang baik. Untuk itu diperlukan suatu kelas sistem
pendukung keputusan acak untuk membantu sekolah dalam membuat keputusan. Proses
randomi lisasi kelas ini didasarkan pada tiga aspek, yaitu berdasarkan jumlah Mahasiswa
Induk, Nilai, Dan Psikologis Nilai masing-masing siswa. Ketiga aspek akan acak sesuai
dengan kebutuhan sekolah, dalam hal pemilihan penjurusan siswa.

Keywod : Sistem Pendukung Keputusan, Metode AHP, Penjurusan

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era teknologi komputer dan informasi ini, berbagai instansi termasuk instansi
pemerintah yang bergerak dalam bidang apapun sangat membutuhkan alat bantu dalam
pengolahan data. Alat bantu tersebut adalah komputer yang salah satu fungsinya adalah
pendukung dalam mengambil keputusan seorang manager tingkat atas, teknologi informasi
merupakan suatu usaha pengumpulan, penyimpanan, pengolahan, penyebaran dan
pemanfaatan informasi yang meliputi bidang IPTEK dan perekayasaan serta teknik-teknik
pengelolaannya.
SMA Negeri 8 Semaranga Jl. Raya Tugu Kecamatan Ngaliyan Semarang
merupakan salah satu lembaga pendidikan sekolah lanjutan tingkat atas yang ada dan tumbuh
berkembang di wilayah Kota Semarang. Berbagai upaya dan kebijakan dilakukan dengan
memberdayakan semua komponen yang ada terutama sekali adalah sumber daya manusia
untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Salah satu prosedur operasional rutin pada Sekolah Menengah Umum adalah
memberikan pilihan kepada para siswa untuk memilih jurusan baik IPA, IPS maupun Bahasa
dilihat dari hasil akademik dan keinginan mereka. Para siswa harus memberikan data untuk
diproses yang kemudian keputusannya adalah berdasarkan nilai akademik, tes psikologi,
kebutuhan siswa, dan harapan dari orang tua siswa. Data-data tersebut kemudian diproses
dengan beberapa kriteria. Akan tetapi, hasilnya tidak selalu sama dengan keinginan serta
harapan dari siswa dan orang tuanya. Penelitian ini mencoba untuk memberikan sebuah saran
atau masukan untuk masalah tersebut dengan menggunakan sistem penunjang keputusan
(SPK) yang dapat membantu kepala sekolah. Model yang dapat digunakan untuk
menganalisa permasalahan tersebut adalah proses analisa hirarki. Model ini dapat digunakan
untuk menganalisa alternatif pilihan dengan banyak kriteria yang mudah untuk dimengerti.
Sistem sederhana yang digunakan oleh SMA Negeri 8 Semaranga Jl. Raya Tugu
Kecamatan Ngaliyan Semarang saat ini tentunya akan membutuhkan waktu yang lama dan
rumit dalam membantu guru untuk memutuskan muridnya memilih jurusan sesuai dengan
nilai dan minat siswa tersebut.
Dengan adanya masalah tersebut diatas, maka diperlukan sarana yang dapat
mengatasi kekurangankekurangan tersebut. Salah satu alternatif yang dapat membantu
menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan menerapkan sistem pendukung keputusan
penjurusan siswa yang diharapkan dapat memperoleh keputusan secara tepat, cepat dan lebih
efisiensi waktu, tenaga dan biaya.

II. TINJAUAN TEORI


2.1 Sistem Pendukung Keputusan
Konsep Sistem Pendukung Keputusan/ Decision Support Sistem (DSS) pertama kali
diungkapkan pada awal tahun 1970-an oleh Michael S. Scott Morton dengan istilah
Management Decision Sistem. Sistem tersebut adalah suatu sistem yang berbasis komputer
yang ditujukan untuk membantu pengambil keputusan dengan memanfaatkan data dan model
tertentu untuk memecahkan berbagai persoalan yang tidak terstruktur. Istilah SPK mengacu
pada suatu sistem yang memanfaatkan dukungan komputer dalam proses pengambilan
keputusan.

1.2 Metode Sistem Pendukung Keputusan


Beberapa macam metode yang sering digunakan sebagai sistem pendukung
keputusan seperti; metode sistem pakar, regresi linier, B/C ratio, AHP, IRR, NPV, FMADM,
dan SAW.
2.3 Pengertian Metode AHP
Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode
ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang
kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan
dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau
variabel ini dalam suatu susunan hirarki, member nilai numerik pada pertimbangan subjektif
tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk
menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk
mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode AHP ini membantu memecahkan
persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang
berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan
bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang
bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang
beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang
dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat. (Saaty, 1993).
Proses hierarki adalah suatu model yang memberikan kesempatan bagi perorangan
atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan
cara membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan
darinya. Ada dua alasan utama untuk menyatakan suatu tindakan akan lebih baik dibanding
tindakan lain. Alasan yang pertama adalah pengaruh-pengaruh tindakan tersebut kadang-
kadang tidak dapat dibandingkan karena sutu ukuran atau bidang yang berbeda dan kedua,
menyatakan bahwa pengaruh tindakan tersebut kadang-kadang saling bentrok, artinya
perbaikan pengaruh tindakan tersebut yang satu dapat dicapai dengan pemburukan lainnya.
Kedua alasan tersebut akan menyulitkan dalam membuat ekuivalensi antar pengaruh
sehingga diperlukan suatu skala luwes yang disebut prioritas.

2.4 Tahapan Metode AHP


Tahapan metode Analisis Hierarki Proses (AHP) adalah sebagai berikut:
1. Memdefinisikan permasalahan dan penentuan tujuan. Jika AHP digunakan untuk
memilih alternatif atau menyusun prioriras alternatif, pada tahap ini dilakukan
pengembangan alternatif.
2. Menyusun masalah kedalam hierarki sehingga permasalahan yang kompleks dapat
ditinjau dari sisi yang detail dan terukur.
3. Penyusunan prioritas untuk tiap elemen masalah pada hierarki. Proses ini
menghasilkan bobot atau kontribusi elemen terhadap pencapaian tujuan sehingga
elemen dengan bobot tertinggi memiliki prioritas penanganan. Prioritas dihasilkan
dari suatu matriks perbandinagan berpasangan antara seluruh elemen pada tingkat
hierarki yang sama.
4. Melakukan pengujian konsitensi terhadap perbandingan antar elemen yang didapatan
pada tiap tingkat hierarki.
Sedangkan langkah-langkah pairwise comparison AHP adalah :
1. Pengambilan data dari obyek yang diteliti.
2. Menghitung data dari bobot perbandingan berpasangan responden dengan metode
pairwise comparison AHP berdasar hasil kuisioner.
3. Menghitung rata-rata rasio konsistensi dari masing-masing responden.
4. Pengolahan dengan metode pairwise comparison AHP.
5. Setelah dilakukan pengolahan tersebut, maka dapat disimpulkan adanya
konsitensi dengan tidak, bila data tidak konsisten maka diulangi lagi dengan
pengambilan data seperti semula, namun bila sebaliknya maka digolongkan data
terbobot yang selanjutnya dapat dicari nilai beta (b).

III. METODE PENELITIAN


Dalam penelitian ini Metode Penelitian yang digunakan adalah metode AHP
a. Prosedur AHP
Pada dasarnya, prosedur atau langkah-langkah dalam metode AHP meliputi :
1. Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu menyusun
hirarki dari permasalahan yang dihadapi.
2. Menentukan prioritas, meliputi menentukan prioritas elemen dan matriks
perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk mempresentasikan
kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen yang lainnya.
3. Sistesis, terdiri dari menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks,
membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk
memperoleh normalisasi matriks dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan
membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata.
4. Mengukur konsistensi, dengan cara mengalikan setiap nilai pada kolom pertama
dengan prioritas elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif
elemen kedua dan seterusnya.
5. Menghitung consistency index (CI) dengan rumus.
CI = ( maks-n ) / n
Dimana n adalah banyaknya elemen
6. Hitung Rasio Konsistensi/Consistency Ratio (CR) dengan rumus :
CR = CI/RC
Dimana CR = Consistency Ratio
CI = Consistency Index
IR = Index Random Consistency
7. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data
judgment harus diperbaiki. Namun jika rasio konsistensi (CI/IR) kurang atau sama
dengan 0,1, maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar.
Daftar Indeks Random Konsistensi (IR) bisa dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 1 Daftar Indeks Random Konsistensi
Ukuran Matriks Nilai IR
1,2 0,00
3 0,58
4 0,90
5 1,12
6 1,24
7 1,32
8 1,41
9 1,45
10 1,49
11 1,51
12 1,48
13 1,56
14 1,57
15 1,59
Sumber : Sistem Pendukung Keputusan, Kadarsyah,2000

b. Tahapan Pengembangan Sistem


Terdapat lima tahap dalam pengembangan sistem (System Life Cicle), Empat tahap
pertama disebut dengan siklus hidup pengembangan sistem (System Development Life Cicle).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan Metode SDLC, empat tahap dalam metode SDLC
meliputi :
1. Tahap perencanaan
Merupakan tahap awal dalam pengembangan sistem, dalam pengembangan suatu sistem
perlu adanya perencanaan agar tujuan dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Langkah-
langkah yang dilakukan dalam proses perencanaan, seperti; menyadari masalah,
mendefinisikan masalah, menentukan tujuan sistem, mengidentifikasi kendala-kendala
sistem, membuat studi kelayakan, mempersiapkan usulan penelitian sistem, menyetujui
atau menolak keputusan penjurusan siswa, menetapkan mekanisme pengendalian.
2. Analisis Sistem
Dalam analisis sistem prosedur pengolahan informasi yang ada dibedakan secara terinci
melalui proses identifikasi, adapun proses identifikasi yang dilakukan dalam proses
analisa sistem ini, seperti; identifikasi kebutuhan informasi, identifikasi sumber data dan
tujuan informasi, identifikasi sumber daya manusia (SDM).
3. Desain Sistem
Desain sistem adalah penentuan bagaimana sebuah sistem akan menyesuaikan apa yang
harus diselesaikan, meliputi konfigurasi komponen-komponen dari sistem sehingga
setelah instalasi dari sistem akan benar-benar memuaskan rancang bangun pada akhir
tahap analisa sistem. Tahapan yang peneliti lakukan dalam menganalisa sistem ini antara
lain :
a. Menyusun aliran data.
b. Menyusun flow of document.
c. Menyusun sistem secara global dengan penggambaran context diagram,
decompotition diagram, data flow diagram, levelled.
d. Merancang sistem secara rinci dengan penggambaran normalisasi, pembuatan
struktur database, penyusunan kamus data dan desain objek (database).
e. Menyusun formulir dan bentuk input data.
f. Merancang bentuk laporan.
4. Implementasi Sistem
Tahap implementasi sistem merupakan tahap meletakkan atau menerapkan sistem supaya
sistem tersebut siap untuk dioperasikan. Kegiatan dalam mengimplementasikan sistem
dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu:
a. Rencana Implementasi Sistem
Dalam tahap ini dimaksudkan untuk mengatur biaya dan waktu yang dibutuhkan
selama tahap implementasi supaya lebih optimal.
b. Pelaksanaan Implementasi Sistem
Dalam tahap ini dilakukan kegiatan, seperti; pemilihan dan pelatihan personil,
pemilihan tempat dan instalasi perangkat lunak, pengetesan program, konversi sistem
c. Tindak lanjut tahap implementasi
Pada tahap ini penulis akan melakukan uji sistem dengan jalan menggunakan data
yang sesungguhnya dalam jangka waktu waktu tertentu.

IV. PEMBAHASAN
4.1 Narasi Manual Prosedur Penjurusan Siswa
Bagian tata usaha menyerahkan data nilai siswa kepada rapat guru. Guru Bidang studi
menyerahkan data nilai kepada rapat guru. Bagian bimbingan penyuluhan juga menyerahkan
data kemampuan akademik siswa kepada rapat guru dan lembaga konseling juga
menyerahkan hasil pemeriksaan psikologis kepada rapat guru. Kemudian oleh rapat guru
dibuatkan hasil penjurusan program studi rangkap 6. selanjutnya data nilai siswa, data nilai
studi, data kemampuan akademik siswa diarsip oleh rapat guru dan ke 6 rangkap Hasil
Penjurusan Program Studi Siswa (HPPS) diserahkan kepada kepala sekolah untuk dilakukan
pengesahan.
Kemudian HPPS rangkap 1 diarsip oleh kepala sekolah, HPPS rangkap ke 2
diserahkan ke Tata usaha, HPPS rangkap ke 3 diberikan kepada guru bidang studi, HPPS
rangkap ke 4 diserahkap ke Badan Penyuluhan, HPPS rangkap ke 5 diserahkan ke lembaga
konsling dan HPPS rangkap ke 6 diserahkan kepada rapat guru, yang kesemuanya diberikan
untuk dijadikan arsip.
Flow Of Document Prosedur Penjurusan Siswa
TATA USAHA GURU BID STUDI BP LEMBAGA KONSELING RAPAT GURU KA SEKOLAH

Hasil C E
A
Dt Nilai siswa Dt Nilai studi DKAS pemeriksaan
psikologi

B D 6
DKAS
Dt Nilai siswa 5
A C D 4
B
3
Hasil 2
Dt Nilai studi pemeriksaan
psikologi 1
F HPPS
G
H
I

2
3
HPPS 4 Pengesahan
HPPS 5
HPPS
HPPS
Buat hasil penjurusan program studi

6
5
Dt Nilai siswa 4
Dt Nilai studi 3
2
DKAS
Hasil 1
pemeriksaan HPPS I
psikologi
6 H
5 J
4 G
3
2 F

1
HPPS

E
J

6
HPPS
Keterangan :

DKAS : Data Kemampuan Akademik Siswa

HPPS : Hasil Penjurusan Program Studi Siswa

Gambar 1 Flow Of Document Prosedur Penjurusan Siswa

4.2 Analisa AHP


a) Menentukan Prioritas Kriteria
Tabel 2 Matriks Perbandingan Berpasangan
Nilai T.Kecerdasan T. Minat T. Minat T. Minat
Akademik & Bakat IPA IPS Bahasa
Nilai Akademik 1.00 3.00 2.00 2.00 2.00
T.Kecerdasan &
0.33 1 2.00 2.00 2.00
Bakat
T. Minat IPA 0.50 0.5 1 2.00 2.00
T. Minat IPS 0.50 0.5 0.5 1 2.00
T. Minat Bahasa 0.50 0.5 0.5 0.5 1
Jumlah 2.83 5.50 6.00 7.50 9.00

Tabel 3 Matriks Nilai Kriteria


T. T. T.
Nilai T.Kecerdasan
Minat Minat Minat Jumlah Prioritas
Akademik & Bakat
IPA IPS Bahasa
Nilai
0.35 0.55 0.33 0.27 0.22 0.34
Akademik 1.72
T.Kecerdasan
0.12 0.18 0.33 0.27 0.22 0.22
& Bakat 1.12
T. Minat IPA 0.18 0.09 0.17 0.27 0.22 0.92 0.18
T. Minat IPS 0.18 0.09 0.08 0.13 0.22 0.71 0.14
T. Minat
0.18 0.09 0.08 0.07 0.11 0.11
Bahasa 0.53

Tabel 4 Matriks Penjumlahan Setiap Baris


T.
Nilai T.Kecerdasan T. Minat T. Minat
Minat Jumlah
Akademik & Bakat IPS Bahasa
IPA
Nilai
0.34 1.03 0.69 0.69 0.69
Akademik 3.44
T.Kecerdasan
0.07 0.22 0.45 0.45 0.45
& Bakat 1.65
T. Minat IPA 0.09 0.09 0.18 0.37 0.37 1.11
T. Minat IPS 0.07 0.07 0.07 0.14 0.28 0.64
T. Minat
0.05 0.05 0.05 0.05 0.11
Bahasa 0.32

Tabel 5 Perhitungan Rasio Konsistensi


Jumlah Prioritas Hasil
Nilai Akademik 3.44 0.34 3.79
T.Kecerdasan & Bakat 1.65 0.22 1.87
T. Minat IPA 1.11 0.18 1.29
T. Minat IPS 0.64 0.14 0.78
T. Minat Bahasa 0.32 0.11 0.42

Tabel 6 Nilai Akademik


Nilai Akademik IPA IPS Bahasa
Test
Baik Cukup Agak Kurang
Kecerdasan dan Baik Sedang Kurang
Sekali Baik Kurang Sekali
Bakat
Range >=130 120-129 11-119 90-109 80-89 70-79 <=69
Tabel 7 Test Minat
-Test Minat IPA Tinggi Sedang Rendah
-Test Minat IPS Tinggi Sedang Rendah
-Test Minat Bahasa Tinggi Sedang Rendah

b) Menentukan Prioritas Subkriteria


Perhitungan Subkriteria Akademik
Tabel 8 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Nilai Akademik
IPA IPS Bahasa
IPA 1 2.00 4.00
IPS 0.5 1 2.00
Bahasa 0.25 0.50 1
Jumlah 1.75 3.50 7.00

Tabel 9 Matriks Nilai Kriteria Nilai Akademik


Prioritas
IPA IPS Bahasa Jumlah Prioritas
subkriteria
IPA 0.57 0.57 0.57 1.71 0.57 1
IPS 0.29 0.29 0.29 0.86 0.29 0.50
Bahasa 0.14 0.14 0.14 0.43 0.14 0.25

Tabel 10 Matrik Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Nilai Akademik


IPA IPS Bahasa Jumlah
IPA 0.57 0.57 0.57 1.71
IPS 0.29 0.29 0.29 0.86
Bahasa 0.14 0.14 0.14 0.43

Tabel 11 Perhitungan Rasio Konsistensi


Jumlah Prioritas Hasil
IPA 1.71 0.57 2.29
IPS 0.86 0.29 1.14
Bahasa 0.43 0.14 0.57

Jumlah (penjumlahan dari nilai-nilai hasil) 4.00


n (jumlah kriteria) 3
maks (jumlah/n) 1.33
CI ( maks -n) / n-1)) -0.17
CR (CI/IR lihat tabel) -0.29
Perhitungan Subkriteria Tes Kecerdasan dan Bakat
Tabel 12 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Nilai Test Kecerdasan dan
Bakat
Baik Cukup Agak
Sekali Baik Baik Sedang Kurang Kurang Kurang Sekali
>=130 120-129 11-119 90-109 80-89 70-79 <=69
Baik Sekali 1 2 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00
Baik 0.5 1 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00
Cukup Baik 0.5 0.5 1 2.00 4.00 6.00 8.00
Sedang 0.5 0.5 0.5 1 2.00 4.00 6.00
Agak Kurang 0.5 0.5 0.5 0.5 1 2.00 4.00
Kurang 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 1 2.00
Kurang Sekali 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 1
Jumlah 4 5.50 9.00 14.50 22.00 31.50 43.00

Tabel 13 Matriks Nilai Kriteria Nilai Test Kecerdasan dan Bakat


Baik Cukup Agak Kurang Prioritas
Jumlah Prioritas
Sekali Baik Baik Sedang Kurang Kurang Sekali subkriteria
>=130 120-129 11-119 90-109 80-89 70-79 <=69
Baik
0.25 0.36 0.44 0.41 0.36 0.32 0.28 2.43 0.35 1
Sekali
Baik 0.13 0.18 0.22 0.28 0.27 0.25 0.23 1.56 0.22 0.64
Cukup
0.13 0.09 0.11 0.14 0.18 0.19 0.19 1.02 0.15 0.42
Baik
Sedang 0.13 0.09 0.06 0.07 0.09 0.13 0.14 0.70 0.10 0.29
Agak
0.13 0.09 0.06 0.03 0.05 0.06 0.09 0.51 0.07 0.21
Kurang
Kurang 0.13 0.09 0.06 0.03 0.02 0.03 0.05 0.41 0.06 0.17
Kurang
0.13 0.09 0.06 0.03 0.02 0.02 0.02 0.37 0.05 0.15
Sekali

Tabel 14 Matrik Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Nilai Test Kecerdasan dan Bakat
Baik Cukup Agak Kurang
Baik Sedang Kurang
Sekali Baik Kurang Sekali Jumlah
>=130 120-129 11-119 90-109 80-89 70-79 <=69
Baik Sekali 0.35 0.45 0.58 0.60 0.58 0.58 0.63 3.77
Baik 0.17 0.22 0.29 0.40 0.44 0.47 0.53 2.51
Cukup Baik 0.17 0.11 0.15 0.20 0.29 0.35 0.42 1.69
Sedang 0.17 0.11 0.07 0.10 0.15 0.23 0.32 1.15
Agak Kurang 0.17 0.11 0.07 0.05 0.07 0.12 0.21 0.81
Kurang 0.17 0.11 0.07 0.05 0.04 0.06 0.11 0.61
Kurang Sekali 0.17 0.11 0.07 0.05 0.04 0.03 0.05 0.53

Tabel 15 Perhitungan Rasio Konsistensi


Jumlah Prioritas Hasil
Baik Sekali 3.77 0.35 4.12
Baik 2.51 0.22 2.74
Cukup Baik 1.69 0.15 1.84
Sedang 1.15 0.10 1.25
Agak Kurang 0.81 0.07 0.88
Kurang 0.61 0.06 0.67
Kurang Sekali 0.53 0.05 0.58

Jumlah (penjumlahan dari nilai-nilai hasil) 12.07


n (jumlah kriteria) 7
maks (jumlah/n) 1.72
CI ( maks -n) / n-1)) -0.88
CR (CI/IR lihat tabel) -1.52

Perhitungan Subkriteria Nilai Tes Minat IPA


Tabel 16 Matriks Perbandingan berpasangan kriteria Nilai T. Minat IPA
Tinggi Sedang Rendah
Tinggi 1 2.00 4.00
Sedang 0.50 1 2.00
Rendah 0.25 0.50 1
Jumlah 1.75 3.50 7.00

Tabel 17 Matriks Nilai Kriteria Nilai T. Minat IPA


Prioritas
Tinggi Sedang Rendah Jumlah Prioritas
subkriteria
Tinggi 0.57 0.57 0.57 1.71 0.57 1
Sedang 0.29 0.29 0.29 0.86 0.29 0.50
Rendah 0.14 0.14 0.14 0.43 0.14 0.25

Tabel 18 Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Nilai T. Minat IPA


Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Tinggi 0.57 0.57 0.57 1.71
Sedang 0.29 0.29 0.29 0.86
Rendah 0.14 0.14 0.14 0.43

Tabel 19 Perhitungan Rasio Konsistensi


Jumlah Prioritas Hasil
Tinggi 1.71 0.57 2.29
Sedang 0.86 0.29 1.14
Rendah 0.43 0.14 0.57

Jumlah (penjumlahan dari nilai-nilai hasil) 4.00


n (jumlah kriteria) 3
maks (jumlah/n) 1.33
CI ( maks -n) / n-1)) -0.17
CR (CI/IR lihat tabel) -0.29

Perhitungan Subkriteria Nilai Tes Minat IPS


Tabel 20 Matriks Perbandingan berpasangan kriteria Nilai T. Minat IPS
Tinggi Sedang Rendah
Tinggi 1 2.00 6.00
Sedang 0.50 1 2.00
Rendah 0.17 0.33 1
Jumlah 1.67 3.33 9.00

Tabel 21 Matrik Nilai Kriteria Nilai T. Minat IPS


Prioritas
Tinggi Sedang Rendah Jumlah Prioritas
subkriteria
Tinggi 0.60 0.60 0.67 1.87 0.62 1
Sedang 0.30 0.30 0.22 0.82 0.27 0.44
Rendah 0.10 0.10 0.11 0.31 0.10 0.17

Tabel 22 Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Nilai T. Minat IPS


Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Tinggi 0.62 0.55 0.62 1.79
Sedang 0.31 0.27 0.21 0.79
Rendah 0.10 0.09 0.10 0.30
Tabel 23 Perhitungan Rasio Konsistensi
Jumlah Prioritas Hasil
Tinggi 1.79 0.62 2.41
Sedang 0.79 0.27 1.07
Rendah 0.30 0.10 0.40

Jumlah (penjumlahan dari nilai-nilai hasil) 3.88


n (jumlah kriteria) 3
maks (jumlah/n) 1.29
CI ( maks -n) / n-1)) -0.21
CR (CI/IR lihat tabel) -0.35

Perhitungan Subkriteria Nilai Tes Minat Bahasa


Tabel 24 Matriks Perbandingan berpasangan kriteria Nilai T. Minat Bahasa
Tinggi Sedang Rendah
Tinggi 1 2.00 6.00
Sedang 0.50 1 2.00
Rendah 0.17 0.33 1
Jumlah 1.67 3.33 9.00

Tabel 25 Matriks Nilai Kriteria Nilai T. Minat Bahasa


Priorita
Tinggi Sedang Rendah Jumlah Prioritas subkriteria
s
0.6 0.6 0.6
Tinggi 0 0 7 1.87 0.62 1
0.3 0.3 0.2
Sedang 0 0 2 0.82 0.27 0.44
0.1 0.1 0.1
Rendah 0 0 1 0.31 0.10 0.17

Tabel 26 Matrik Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Nilai T. Minat Bahasa


Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Tinggi 0.62 0.55 0.62 1.79
Sedang 0.31 0.27 0.21 0.79
Rendah 0.10 0.09 0.10 0.30

Tabel 27 Perhitungan Rasio Konsistensi


Jumlah Prioritas Hasil
Tinggi 1.79 0.62 2.41
Sedang 0.79 0.27 1.07
Rendah 0.30 0.10 0.40

Jumlah (penjumlahan dari nilai-nilai hasil) 3.88


n (jumlah kriteria) 3
maks (jumlah/n) 1.29
CI ( maks -n) / n-1)) -0.21
CR (CI/IR lihat tabel) -0.35
MENGHITUNG HASIL
Tabel 28 Matrik hasil
Nilai Akademik T.Kecerdasan & Bakat T. Minat IPA T. Minat IPS T. Minat Bahasa
0.34 0.22 0.18 0.14 0.11
IPA Baik Sekali Tinggi Tinggi Tinggi
1 1 1 1 1
IPS Baik Sedang Sedang Sedang
0.50 0.64 0.50 0.44 0.44
Bahasa Cukup Baik Rendah Rendah Rendah
0.25 0.42 0.25 0.17 0.17
Sedang
0.29
Agak Kurang
0.21
Kurang
0.17
Kurang Sekali
0.15

Perancangan Sistem Secara Umum


0

SPK
Penjurusan
Top Level

Level 0

1 2 3 4
Level
Hasil
0
Pendataan Pendataan
Analisa Laporan
Data Nilai Siswa
Penjurusan

1.1 1.2 1.3 1.4


Pendataan Pendataan Pendataan
Level 1
Pendataan
Mata Kriteria Nilai Kriteria
Penjurusan
Pelajaran Penjurusan Penjuruasan

4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6


Laporan Laporan Laporan
Laporan Laporan Data Niali Laporan
Data Mata Data Kriteria Hasil
Data Jurusan Data Nilai Siswa Kriteria
Pelajaran Penjurusan Penjurusan
Penjurusan

Gambar 2 Decomposisi

ERD (Entity Relationship Diagram)


Kd_kriteria Nm_nilai

Kd_kriteria Nm_nilai
1 N
KRITERIA MEMILIKI NILAI KRITERIA
Nm_kriteria Nilai

N
NIS
Nilai_mapel
HASIL Kd_kriteria

NIS Kd_mapel Nilai_hasil

Kd_mapel NIS
1 N
MAPEL NILAI SISWA
Nm_mapel Nm_siswa

Al_siswa

N Kt_siswa

N Tl_siswa
Kd_mapel
MEMILIKI Tmp_lhr

Kd_jurusan Tgl_lhr
Kd_jurusan Nm_jurusa

NIS
1 1
JURUSAN MEMPUNYAI
Kd_jurusan

Gambar 3 ERD
Tabel Relasi (Relationship Tabel)
KRITERIA NILAI KRITERIA
Keterangan :
Kd_kriteria * Kd_kriteria **
Nm_kriteria Nm_kriteria *
Nilai * : Primary Key

MAPEL
HASIL ** : Secondary Key
Kd_jurusan **
Kd_mapel * NIS **
Nm_mapel Kd_kriteria **
Nilai_hasil

NILAI

NIS **
Kd_mapel ** SISWA
Nilai_mapel
NIS *
Nm_siswa
JURUSAN Al_siswa
Kt_Siswa
Tl_siswa
Kd_jurusan * Tmp_lhr
Nm_jurusan Tgl_lhr
Kd_jurusan **

Gambar 4 Tabel Relasi


Flowchart Program Hasil penjurusan
Mulai

Open #Kriteria
Open #Hasil

Read
A
Data Hasi Penjurusan

y
Eof Hasil Selesai

V.NilaiSiswa=0

Read
Data Kriteria

y Write #Hasil
Eof Kriteria A
H.NilaiSiswa to V.NilaiSiswa

n
K.Kd_Kriteria K.Nm_Nilai y
y
= = V.NilaiSiswa=K.Nilai
H.Kd_Kriteria H.Nm_Nilai

Gambar 5 Flowchart Program Hasil penjurusan


V. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan mengenai Sistem Pendukung Keputusan Penjurusan pada SMA
Negeri 8 Semaranga Jl. Raya Tugu Kecamatan Ngaliyan Semarang maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pada saat ini sistem penjurusan yang masih diterapkan masih belum
menggunakan sistem komputerisasi, sehingga sering mengalami berbagai
hambatan-hambatan dalam hal :
a. Informasi yang disajikan menjadi kurang teliti, seperti penyajian data yang
kurang lengkap atau terjadi adanya duplikasi data.
b. Sulit untuk mengadakan proses penyediaan atau pengecekan sewaktu-waktu.
Proses pencarian data akan sulit dilakukan karena harus membuka atau
melihat banyak dokumen, sehingga resiko kehilangan data sangat besar.
2. Dengan adanya Sistem Pendukung Keputusan Penjurusan yang akan diterapkan,
maka akan diperoleh berbagai kemudahan dalam hal :
a. Lebih memudahkan dan membantu Pimpinan dalam mengambil keputusan
dalam hal ini penjurusan siswa.
b. Dapat mengetahui secara jelas dan lengkap serta cepat tentang keputusan yang
dihasilkan dari setiap kriteria yang mengacu pada penjurusan melalui
teknik AHP.
DAFTAR PUSTAKA
Agus M J Alam, Membuat Program Aplikasi Menggunakan Delphi 6 dan Delphi 7, Elex
Media Komputindo, Jakarta, 2003.
Dadan Umar Daihani, Komputerisasi Pengambilan Keputusan, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2001.
Fathansyah, Basis Data, Penerbit Informatika Bandung, 2001.
Gordon B. Davis, Sistem Informasi Manajemen, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2000.

Husni Iskandar dan Kusnasrianto, Pengantar Perancangan Sistem, Fiksi,ITB, Bandung,


2001
Jogiyanto HM, Analisis dan Desain Sistem Informasi, Edisi IV, Andi Offset, Yogyakarta,
2001.
Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Penerbit PT
Grasindo, Jakarta.
Martin, Merle P., Analisa dan Desain Sistem Informasi Bisnis, Macmiland Publishing
Company, 2000.
McLeod, Raymond. Jr., Sistem Informasi Manajemen, Edisi Bahasa Indonesia Jilid II,
PT.Prenhallindo, Jakarta, 2001
Permadi, B. 2002. AHP. Pusat Antar Universitas, Universitas Indonesia. Jakarta.
Saaty, T.L. 2001. Decision Making For Leaders. Forth edition, University of Pittsburgh,
RWS Publication.
Teddy, Pemrograman Delphi untuk Pemula: IDE dan Struktur Pemrograman, Kuliah
Umum Ilmu Komputer.Com, 2003
http://haniif.wordpress.com/2007/08/01/23-tinjauan-pustaka-sistem-pendukung-keputusan-
spk/
http://bangded.blogspot.com/2011/04/penerapan-metode-ahp.html
http://blog.uad.ac.id/sulisworo/2009/04/16/analisis-hierarki-proses/
http://piithaselaludisinii.blogspot.com/2011/04/macam-macam-metode-sistem-
penunjang.html

Anda mungkin juga menyukai