Panduan
Waspola
Bekerjasama dengan
vii + 33; 15 x 21 cm
ISBN : ...
Tim Pengarah:
Oswar M Mungkasa
Gary D Swisher
Tim Penulis:
Editor : Sofyan Iskandar
Koordinator Buku 1, 2 : Subari
Koordinator Buku 3 : Nugroho Tomo
Koordinator Buku 4 : Nur Apriatman
Desain dan Produksi : Dormaringan Saragih
Kontributor:
Bambang Purwanto, Zainal Nampira, Rheidda Pramudi, Togap Siagian, Helda Nusi,
Adelina Hutahuruk, Huseiyn Pasaribu, Bambang Pudjiatmoko, Dormaringan Saragih,
Agus Priatna, Purnomo, Nastain Gasba, Syarifuddin, Alma Arief, Wiwit Heris, Udi
Maadi, Ardi Adji, Ida Nuraida, Ratna Tunjung Luih, A Tenriola, Sriaty, H Ridwan Somad,
Haryono Moelyo, H Nuryanto, Triyatno, Budiono, Ishak Jon, Sugeng Hariyanto, Johanes
Robert, Rafid, Isman Uge, Rusman Zakaria, Rewang Budiyana, Iim Ibrahim, Meytri
Wilda Ayuantri.
Proyek Penyusunan Kebijakan dan Rencana Kegiatan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
Tahap Kedua (WASPOLA-2) dilaksanakan di bawah Koordinasi Pemerintah Indonesia, melalui
Kelompok Kerja lintas departemen yang diketuai oleh BAPPENAS, dengan mayoritas dana
hibah dari Pemerintah Australia melalui AusAID, dan dukungan langsung Water and Sanitation
Program for East Asia and the Pacific (WSP-EAP) atas nama AusAID dan Bank Dunia.
BUKU 2
Kata Pengantar
B
uku 2 ini merupakan bagian kedua dari lima buku panduan
pelaksanaan Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum
dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat (AMPL BM)
di daerah. Buku ini berisi tentang penjelasan Kebijakan Nasional
AMPL Berbasis Masyarakat, serta penjelasan umum tentang
operasionalisasinya.
Buku panduan ini dapat digunakan oleh berbagai pihak sesuai
kebutuhan, baik pemerintah kabupaten/kota yang menyeleng
garakan kegiatan operasionalisasi kebijakan, maupun pemerintah
propinsi yang menyelenggarakan operasionalisasi Kebijakan di
tingkat propinsi, dan dalam mendukung kegiatan operasionalisasi
kebijakan di kabupaten/kota. Buku ini juga dapat digunakan oleh
pemerintah pusat atau stakeholder lain dalam mendukung kegiatan
operasionalisasi Kebijakan AMPL BM.
Buku panduan ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama meliputi
penjelasan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis
Masyarakat, yang terdiri dari: pendahuluan, kebijakan, dan strategi.
Bagian kedua menguraikan tentang operasionalisasi Kebijakan di
daerah, yang terdiri dari: definisi dan alur operasionalisasi kebijakan.
Selamat membaca dan mempraktekkannya.
KATA PENGANTAR
BUKU 2
Daftar Isi
Kata Pengantar.............................................................. iii
Daftar Isi........................................................................ iv
Bagian I
Memahami Kebijakan Nasional Pembangunan
AMPL Berbasis Masyarakat........................................ 1
A. Pendahuluan............................................................... 1
1. Latar Belakang.................................................. 1
2. Pengalaman yang Menjadi Dasar Kebijakan...... 5
3. Perlunya Perubahan cara Pandang terhadap
Pembangunan AMPL ....................................... 9
4. Tujuan Penyusunan Kebijakan . ...................... 11
5. Ruang Lingkup .............................................. 11
Bagian II
Memahami Operasionalisasi Kebijakan Nasional
AMPL Berbasis Masyarakat di Daerah..................... 24
1. Gambaran Umum..................................................... 24
2. Alur Operasionalisasi Kebijakan................................. 25
3. Kegiatan Fasilitasi Operasionaisasi Kebijakan Nasional
iv
DAFTAR ISI
BUKU 2
DAFTAR ISI
BUKU 2
Daftar Singkatan
AMPL Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
AMPL BM Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis
Masyarakat
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
AusAID Australian Agency for International Development
BAPPENAS Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional
CLTS Community-Led Total Sanitation
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
FGD Focus Group Discussion
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
MDG Millennium Development Goals
MPA-PHAST Methodogy for Participatory Assessment
Participatory Hygiene and Sanitation
Transformation
NSPM Norma, Standard, Pedoman dan Manual
Pokja Kelompok Kerja
PDAM Perusahaan Daerah Air Minum
PTK Pendekatan Tanggap Kebutuhan
PRA Participatory Rural Apraisal
Renstra Rencana Strategis
RKM Rencana Kerja Masyarakat
SWOT Strenght Weakness Opportunity Threat
Tupoksi Tugas Pokok dan Fungsi
UU Undang Undang
WASPOLA Water Supply and Sanitation Policy and Action
Planning Project
WC Water Closet
WSLIC Water and Sanitation for Low Income Community
WSP-EAP Water and Sanitation Program East Asia and
The Pacific
vi
DAFTAR SINGKATAN
BUKU 2
Bagian I
Memahami Kebijakan
Nasional Pembangunan AMPL
Berbasis Masyarakat
Bagian ini merupakan ringkasan dari naskah Kebijakan
Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Perlunya pembaruan kebijakan pembangunan air minum
dan penyehatan lingkungan di Indonesia, didasarkan pa
da permasalahan yang dihadapi dan peluang yang ada
dalam sektor air minum dan penyehatan lingkungan, serta
pengalaman (lesson learned) pelaksanaan pembangunan
air minum dan penyehatan lingkungan. Permasalahan
pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan di
Indonesia selama ini antara lain:
a. Kurang efektif dan efisiennya investasi yang telah
dilakukan pada pembangunan prasarana dan
sarana air minum dan penyehatan lingkungan.
Hingga saat ini diperkirakan masih terdapat 100 juta
penduduk Indonesia yang belum memiliki kemudahan
Prinsip 3R mencakup reduce yang berarti mengurangi pemakaian, reuse berarti menggunakan kembali,
dan recycle berarti mendaur ulang.
Antara lain: WSSLIC I (Water Supply and Sanitation for Low Income Communities - I), FLOWS (Flores
Water Supply), program air minum dan penyehatan lingkungan yang mendapat bantuan UNICEF
Demand Responsive Approach diterjemahkan menjadi Pendekatan Tanggap Kebutuhan yang artinya:
suatu pendekatan yang menempatkan kebutuhan masyarakat sebagai faktor yang menentukan dalam
pengambilan keputusan termasuk di dalamnya pendanaan. Karakteristik utama pendekatan ini adalah (i)
tersedianya pilihan yang terinformasikan; (ii) pemerintah berperan sebagai fasilitator; (iii) terbukanya akses
seluas-luasnya bagi partisipasi dari seluruh pihak yang berkepentingan (stakeholders); (iv) aliran informasi yang
memadai bagi masyarakat.
Aspek Kebijakan:
Melembagakan PTK dalam mekanisme pemba
ngunan daerah dan pembangunan masyarakat, serta
meningkatkan kemampuan pemerintah kabupaten
dan kota dalam melaksanakan PTK.
Aspek Pendanaan:
Menyiapkan perangkat hukum yang mendorong
partisipasi masyarakat dalam pembiayaan pem
bangunan prasarana dan sarana air minum dan
penyehatan lingkungan, dan mengembangkan sis
tem pemberdayaan masyarakat untuk mengelola,
mengontrol, dan mengarahkan sumber-sumber ke
uangan yang mereka miliki sendiri.
2. Pengalaman Internasional
Penegasan prinsip-prinsip Dublin Rio mengandung arti
bahwa jika ingin berhasil dalam pembangunan perlu
mempertimbangkan berbagai aspek, seperti sosial,
teknis, keuangan, kelembagaan, jender, dan lingkungan
yang dikelola secara integratif; walaupun masing-masing
aspek berbeda karakteristiknya, namun kesemuanya
mempunyai tingkat kepentingan yang sama. Penjabaran
dari prinsip Dublin-Rio tersebut adalah:
Air merupakan benda langka dan tidak bisa dipan
dang sebagai benda yang tidak memiliki nilai. Pela
yanan yang berkelanjutan hanya bisa didapatkan jika
nilai yang dibayar oleh pengguna sama dengan nilai
air yang dimanfaatkan oleh pengguna.
Pengambilan keputusan akhir dalam pemanfaatan
air harus melibatkan semua anggota masyarakat
pengguna tanpa kecuali.
Pendekatan pembangunan pelayanan air minum bagi
masyarakat sasaran tidak lagi berdasarkan standar
normatif dari pemerintah (supply driven) akan tetapi
berdasarkan kebutuhan masyarakat (demand driven).
Pemerintah mempunyai kewajiban untuk menyebar
luaskan informasi dan teknologi air minum kepada
11
TIPE B
PENGELOLAAN BERSAMA
TIPE C
PENGELOLAAN BERBASIS MASYARAKAT
daRI BaWaH KE aTas
12
B. Kebijakan Pembangunan
Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
Berbasis Masyarakat
Bagian ini menguraikan tujuan umum4, tujuan khusus, dasar
hukum kebijakan, dan kebijakan umum pembangunan air
minum dan penyehatan lingkungan yang berbasis masyarakat.
Secara visual struktur Kebijakan ditampilkan dalam gambar 2.
KESEPAKATAN
INTERNATIONAL
PENGALAMAN
INTERNASIONAL
DAN NASIONAL
PRINSIP
DASAR
HUKUM
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pembangunan sektor air minum dan penye-
hatan lingkungan adalah terwujudnya kesejahteraan ma-
syarakat melalui pengelolaan pelayanan air minum dan
penyehatan lingkungan yang berkelanjutan.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus pembangunan air minum dan penyehatan
lingkungan bertujuan: (a) meningkatkan pembangunan,
penyediaan, pemeliharaan prasarana dan sarana air
minum dan penyehatan lingkungan, (b) meningkatkan
4 Tujuan umum diartikan sebagai kondisi yang ingin dicapai dalam kurun waktu relatif panjang, sehingga
lebih merupakan kondisi ideal yang ingin dicapai. Tujuan khusus merupakan kondisi yang ingin dicapai dalam
kurun waktu relatif singkat dan dapat dengan mudah diukur pencapaiannya. Kebijakan adalah rangkaian
konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana atas pelaksanaan suatu pembangunan
13
b. Penggunaan Efektif
Penggunaan prasarana dan sarana air minum dan penye
hatan lingkungan dikatakan efektif apabila prasarana
14
3. Kebijakan Umum
Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penye
hatan Lingkungan Berbasis Masyarakat mencakup sebelas
pokok-pokok kebijakan sebagai berikut:
a. Air Merupakan Benda Sosial dan Benda Ekonomi
Peranan air sebagai sumber kehidupan telah disadari
semua lapisan masyarakat, namun manifestasinya
menimbulkan berbagai pandangan. Hingga saat ini
sebagian anggota masyarakat masih berpandangan
15
Pilihan yang diinformasikan mencakup saat berpartisipasi, pilihan teknologi dan tingkat pelayanan
berdasar pada keinginan membayar (willingness to pay), bagaimana dan kapan diterimanya pelayanan,
bagaimana pengelolaan dana dan pertanggungjawabannya, dan bagaimana pengelolaan pelayanan
16
4. Strategi Pelaksanaan
Strategi pelaksanaan kebijakan pembangunan air minum
dan penyehatan lingkungan merupakan penjabaran dari
kebijakan umum sebagaimana uraian diatas. Strategi ini
merupakan kerangka umum untuk mewujudkan keberlan
jutan dan penggunaan prasarana dan sarana air minum
dan penyehatan lingkungan yang dibangun secara efektif
untuk mewujudkan kualitas hidup masyarakat yang lebih
baik. Strategi-strategi ini saling terkait satu dengan lainnya,
komprehesif, serta berorientasi kepada operasionalisasi
kebijakan dan pencapaian tujuan.
Kebijakan ini mencakup enam belas strategi yang pe
laksanaannya, khususnya di daerah, disesuaikan dengan
konteks dan permasalahannya. Enam belas (16) strategi
dimaksud adalah sebagai berikut:
Strategi 1 : Mengembangkan kerangka peraturan untuk
mendorong partisipasi aktif masyarakat da
lam perencanaan, pelaksanaan dan penge
lolaan prasarana dan sarana air minum dan
penyehatan lingkungan.
20
22
Pemerintah
Kampanye Kesadaran Masyarakat
Kerangka
Kebijakan Masyarakat
Komoditi
Strategi 1 Ekonomi
Daerah Kebutuhan
Pengembangan
Opsi lembaga/peningkatan
Pelayanan UPS, Koperasi air,
PDAM atau organisasi
Pelaksanaan masyarakat yang
Pendekatan keberadaan dan
Kemauan
Stake Holder Partisipatif kepemilikan asetnya
Untuk
Lain memiliki status
Membayar
Strategi 3,4,5,13 hukum yang jelas
Strategi 5,11
Pemenuhan O&P,
Penyediaan
Kebutuhan Pengembangan
Fasilisator
dan Replikasi
23
Bagian II
Memahami Operasionalisasi
Kebijakan Nasional AMPL
Berbasis Masyarakat di Daerah
1. Gambaran Umum
Operasionalisasi kebijakan merupakan istilah yang biasa
digunakan dalam lingkup Proyek WASPOLA. Dalam istilah
tersebut terdapat dua kegiatan besar, yaitu adopsi dan imple
mentasi kebijakan, yang satu dan lainnya sangat erat kaitannya.
Operasionalisasi Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat
dimaknai sebagai upaya adopsi dan implementasi kebijakan
oleh daerah.
Adopsi kebijakan ditunjukkan dengan adanya produk atau doku
men daerah yang mencantumkan pokok-pokok kebijakan di
dalamnya, untuk menuju sasaran pembangunan AMPL yang
berkelanjutan. Sedangkan implementasi kebijakan adalah upaya
mengaktualisasikan pokok-pokok kebijakan ke dalam kegiatan
nyata. Hal ini perlu ditunjukkan dengan adanya perangkat pen
dukung seperti penganggaran, kelembagaan, dan peraturan yang
memungkinkan pokok-pokok kebijakan dapat dilaksanakan.
Jalan yang harus ditempuh oleh daerah dalam adopsi dan
implementasi kebijakan, merupakan jalan panjang yang mene
kankan pada proses belajar dari semua stakeholder dalam mema
hami isu pembangunan AMPL. Secara ringkas, proses ini meliputi
24
Bagian II: Memahami Operasionalisasi Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat di Daerah
BUKU 2
Bagian II: Memahami Operasionalisasi Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat di Daerah
26
BUKU 2
Bagan alir Proses operasionalisasi Kebijakan nasional aMPl Berbasis Masyarakat di daerah
BAGIAN II: MEMAHAMI OPERASIONALISASI KEBIJAKAN NASIONAL AMPL BERBASIS MASYARAKAT DI DAERAH
BUKU 2
27
Bagian II: Memahami Operasionalisasi Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat di Daerah
BUKU 2
Bagian II: Memahami Operasionalisasi Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat di Daerah
BUKU 2
Bagian II: Memahami Operasionalisasi Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat di Daerah
BUKU 2
Bagian II: Memahami Operasionalisasi Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat di Daerah
BUKU 2
Bagian II: Memahami Operasionalisasi Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat di Daerah
BUKU 2
Bagian II: Memahami Operasionalisasi Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat di Daerah
BUKU 2
33
Bagian II: Memahami Operasionalisasi Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat di Daerah
Sekretariat : Jl. Cianjur No. 4, Jakarta 10310
Telp./Fax. : (62-21) 314 2046
E-mail : waspola1@cbn.net.id
Website : www.waspola.org, www.ampl.or.id