Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH PENGUNAAN TEPUNG GETAH PEPA YA KONSENTRASI BERBEDA

TERHADAP KARAKTERISTIK MUTU KECAP IKAN GABUS (Channa striata)

Cindytia Prastari1, Desmelati2, Rahman Karnila2


ABSTRAK
Email: cindytiaprastari@gmail.com

1)
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau
2)
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi tepung


getah pepaya berbeda sebagai katalisator pada fermentasi kecap ikan gabus (Channa striata).
Tepung getah pepaya sebagai katalisator diduga mengandung komponen-komponen enzim
papain yang dapat dimanfaatkan pada fermentasi kecap ikan gabus (Channa striata). Konsentrasi
tepung getah pepaya yang digunakan pada penelitian ini adalah 2.5%, 5% dan 7.5%. Hasil
penelitian kandungan gizi dari tepung getah pepaya didominasi oleh protein sebesar 59.53
(%bk). Konsentrasi tepung getah pepaya terbaik terhadap kecap ikan gabus yaitu kosentrasi 7.5%
menghasilkan volume hidrolisis 81.33ml dan kadar protein sebesar 88.80 (%bk). Nilai
organoleptik kecap ikan secara keseluruhan yang dibuat dengan penambahan tepung getah
pepaya kosentrasi 2.5% adalah kecap ikan yang paling diterima oleh konsumen dengan nilai
warna 4.52, nilai rasa 5.32, nilai tekstur 5.30 dan nilai bau 3.34.

Kata Kunci : Fermentasi, Ikan Gabus (Channa striata), Tepung getah pepaya, Kecap ikan

Abstract
THE EFFECT OF DIFFERENT CONCENTRATION OF PAPAYA SAP FLOUR FOR
QUALITY CHARACTERISTIC OF SNAKE HEAD (Channa striata) FISH SAUCE

This research was purposed to determine effect of papaya sap flour addition with
different concentration as catalyst to snake head (Channa striata) fish sauce fermentation. Flour
of papaya sap as catalyst was containing the papain enzym components that could used to sneak
head (Channa striata) fish fermentation. The concentration of papaya sap flour was used in this
research was 2.5%, 5% and 7.5%. The result was dominated with protein content 59.53 (%bk).
The best concentration of papaya sap flour for snake head fish sauce was 7.5% with hydrolysis
volume 81.33ml and protein amount 88.80 (%bk). Total oganoleptic value fish sauce which
made with 2.5% concentration papaya sap flour was most favorable by consumer acceptance
with value of color 4.52, taste 5.32,textur 5.30, and odor 3.34.

Keywords: Fermentation, Snake head (Channa striata), Papaya sap flour, Fish sauces
PENDAHULUAN
isoleusin, leusin, tirosin, fenilalanin,
Dewasa ini perkembangan sektor histidin, lisin, arginin, triptophan, dan
pengolahan hasil perikanan cukup pesat sistein. Papain merupakan satu dari enzim
terutama dalam bentuk diversifikasi hasil
paling kuat yang dihasilkan oleh seluruh
perikanan seperti bakso ikan, nugget, sosis,
kerupuk dan kecap ikan. Kecap ikan dibuat bagian tanaman pepaya. Pada pepaya, getah
secara tradisional dengan fermentasi termasuk enzim proteolitik. Protein dasar itu
menggunakan garam sebagai senyawa memecah senyawa protein menjadi pepton.
pengontrol mikroba. Proses fermentasi Contoh enzim proteolitik lainnya adalah
memerlukan kadar garam 20-30% dengan bromelin pada nanas, renin pada sapi dan
waktu fermentasi antara 6-12 bulan, waktu babi. Pemakaiannya masih jarang lantaran
proses fermentasi tersebut tergolong lama,
sulit diekstrak dan aktivitasnya lebih rendah
sehingga perlu di cari solusi untuk
mempercepat proses tersebut (Basmal, dibanding papain (Nurul, 2003).
2008). Kombinasi proses hidrolisis secara
Beberapa upaya telah dilakukan enzimatis dan fermentasi dapat digunakan
untuk mendapatkan kualitas kecap ikan yang untuk pembuatan kecap ikan dengan waktu
baik dan bermutu tinggi diantaranya yang relatif singkat dan menghasilkan kecap
memperbaiki proses pembuatannya seperti ikan dengan mutu yang cukup baik
memperhatikan kesegaran ikan sebagai (Purnomo, 2005).
bahan baku, kadar garam, dan Berbagai jenis ikan dapat dijadikan
memperpendek waktu fermentasi dengan sebagai bahan baku pembuatan kecap ikan
menggunakan starter yang sesuai. Salah satu seperti ikan gabus (Channa striata). Ikan
starter yang dapat dimanfaatkan pada gabus (Channa striata) memilki kandungan
pembuatan kecap ikan adalah enzim gizi yang tinggi yaitu kadar protein dalam
proteolitik (Savitri, 2011). 100 gram ikan gabus adalah sebesar 25,2
Pemanfaatan enzim proteolitik murni gram (Suprayitno, 2010). Kadar protein
pada proses pembuatan kecap ikan memiliki yang tinggi pada ikan gabus (Channa
kelemahan karena harga enzim yang cukup striata) dapat mempermudah kinerja enzim
mahal, sehingga pemanfaatan sumber- papain karena karakteristik dari enzim
sumber enzim yang berasal dari alam bisa papain sangat aktif dan memiliki
menjadi alternatif pengganti enzim kemampuan mempercepat proses
konvensional. Salah satu enzim yang bisa pencernaan protein (Budiarti, 2010).
dimanfaatkan adalah enzim papain yang
berasal dari getah buah pepaya dan enzim METODE PENELITIAN
bromelin dari buah nanas (Savitri, 2011).
Getah pepaya mengandung enzim- Bahan utama yang digunakan pada
enzim protease yaitu papain dan penelitian ini adalah getah buah pepaya
(Carica papaya L) dan ikan gabus sebagai
kimopapain. Kadar papain dan kimopapain
bahan baku pembuatan kecap ikan. Bahan
dalam buah pepaya muda berturut-turut 10% kimia yang digunakan untuk analisis
dan 45%. Lebih dari 50 jenis asam amino proksimat. Peralatan yang digunakan dalam
terkandung dalam getah pepaya kering penelitian ini meliputi timbangan analitik,
antara lain: asam aspartat, treonin, serin, blender merek philips, wadah, gelas kimia,
asam glutamat, prolin, glisin, alanin, valine, gelas ukur, oven, pisau, toples kaca, cawan
petri, pipet tetes, Erlemenyer, labu Kjedahl,
labu ukur, oven, desikator, destilasi, cawan
porselin, tanur pengabuan listrik, pisau,
talenan, kain saring, panci pengukus, Tahapan Penelitian
kompor, dan lain-lain. Jenis Carica papaya L
Buah pepaya dan berumur sekitar
2.5-3 bulan
Metode penelitian yang digunakan
adalah eksperimen, yaitu melakukan Penyadapan getah Penorehan alat sadap
pembuatan kecap ikan gabus dengan buah pepaya (pisau) pada kulit buah
penambahan konsentrasi tepung getah mulai dari pangkal
menuju ujung buah
pepaya berbeda. Rancangan yang digunakan
sedalam 1-2 mm dengan
yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) non Penimbangan berat dan
jarak antar torehan 1-2
faktorial, perlakuan yang diberikan adalah getah pepaya dioleskan
cm.
kedalam cawan petri
konsentrasi tepung getah pepaya berbeda
terdiri dari 4 taraf dengan 3 kali ulangan Tahap 1-----------------------------------------------------------------------
yaitu: P0 (tidak ada penambahan tepung Pengeringan getah pepaya
getah pepaya) P1 (2,5% tepung getah menggunakan oven selama
pepaya) P2 (5% tepung getah pepaya) P3 7 jam pada suhu 50
(7.5% tepung getah pepaya). Sehingga
jumlah satuan percobaan pada penelitian ini
Pengilingan dan penyaringan
adalah 12 unit. getah pepaya kering 1. Analisis proksimat
Model matematis yang - Kadar protein
digunakan untuk desain tersebut - Kadar lemak
adalah: - Kadar abu
Tepung getah pepaya - Kadar air
Yij = + i + ij (P0= 0%, P1= 2.5%, - Kadar karbohidrat
Dimana : P2=5%, P3= 7.5%) 2. Pengukuran rendemen
Yij = Nilai pengamatan dari ulangan Pemberian
Tahap 2 ------------------------------------------------------------------------
ke-j yang memperoleh perlakuan garam 5 %
ke-i Ikan gabus
= Nilai tengah umum Daging ikan gabus
(Channa striata)
i = Pengaruh perlakuan ke-i
ij = Pengaruh galat ke-j yang Fermentasi (inkubasi) pada suhu
memperoleh perlakuan ke-i 50C selama 6 hari - Pembuangan sisik, isi
perut dan kepala
Prosedur Penelitian - Pengukusan ikan
Pemisahan cairan hidrolisat gabus selama 15 menit
Penelitian ini dilakukan sebanyak 3 - Pengecilan daging ikan
dengan sisa padatan
tahap yaitu: 1) Penyadapan getah buah gabus
pepaya, 2) Pembuatan tepung getah pepaya
dari getah buah pepaya dan 3) Pembuatan Penambahan 1:2 aquades dan dimasak
kecap ikan gabus menggunakan tepung pada suhu 90C selama 10 menit
getah pepaya.
- Analisis proksimat
Kecap Ikan
- Uji Organoleptik

Tahap 3-----------------------------------------------------------
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2. Rata-rata volume kecap ikan gabus
Tepung getah pepaya Perlakuan Rata-rata (ml)
Proses pembuatan tepung getah P0 0.00
pepaya yang berasal dari penyadapan P1 39.33
getah buah pepaya menghasilkan P2 66.33
randemen 50.74%. Tepung getah P3 81.33
pepaya yang dihasilkan mengandung
komposisi kimia yaitu: protein, lemak, Rata-rata volume tertinggi dari kecap
air, abu dan karbohidrat dapat dilihat ikan gabus yang dihasilkan adalah P3
pada Tabel 1. (81.33ml) yaitu pemberian 7.5% tepung
getah pepaya. Berdasarkan pengukuran
Tabel 1. Kandungan gizi tepung getah volume hidrolisis dapat dilihat bahwa
pepaya semakin tinggi konsentrasi yang diberikan
Tepung getah pepaya semakin banyak volume hidrolisis yang
Kandungan gizi
(%bk) dihasilkan. Austamin (2009) menyimpulkan
Kadar Protein 59.53 bahwa penambahan konsentrasi enzim akan
Kadar Lemak 8.07 menaikkan kecepatan reaksi dan hidrolisis
Kadar Abu 11.35 substrat. Kinerja enzim dipengaruhi oleh
Kadar Air 9.47 konsentrasi enzim dan semakin tinggi
Kadar Karbohidrat 19.04 jumlah enzim akan semakin tinggi substrat
yang terhidrolisis (Nelson dan Cox, 2000).
Getah pepaya (Carica papaya L) Ini karena enzim papain merupakan
mengandung kimopapain, papain, lyzozim. enzim protease yang spesifik menguraikan
Papain 10% dan kimopapain 50%. Kedua protein pada kolagen dan serat otot ikan.
enzim ini mempunyai kemampuan mengurai Menurut Savitri (2011), selama proses
ikatan-ikatan dalam molekul protein fermentasi terjadi peningkatan kadar air. Hal
sehingga protein terurai menjadi polipeptida ini disebabkan oleh adanya perombakan
dan dipeptida (Koswara, 2009). Hal ini protein. Sehingga, semakin banyak enzim
dapat dilihat dari analisis proksimat tepung papain yang diberikan, semakin banyak
getah pepaya yang didominasi oleh kadar protein yang dapat terombak.
protein sebesar 59.53 (%bk). Hidayat (2006) menyatakan selama
hidrolisis terjadi pelepasan air dari jaringan
Fermentasi dan volume hidrolisis kecap daging ikan, dengan adanya garam, air akan
ikan membantu proses hidrolisis ikan, sehingga
Fermentasi kecap ikan menggunakan tepung mempercepat proses konversi protein
getah pepaya yang berfungsi sebagai jaringan daging ikan menjadi turunan-
katalisator dalam mempercepat proses turunan utamanya seperti peptida dan asam
fermentasi. Daging ikan gabus (substrat) amino.
yang diberi pelakuan penambahan tepung Semakin meningkat presentasi enzim
getah pepaya P1 (2.5%) P2 (5%) dan P3 yang diberikan, semakin meningkat volume
(7.5%) akan mengalami proses hidrolisis hidrolisis yang dihasilkan. Hal ini
Tabel 2. disebabkan oleh terjadinya peningkatan
kadar air oleh adanya perombakan
perombakan yang terjadi selama proses merupakan kualitas kecap ikan dengan
fermentasi (Eviyanti, 2012). kualitas nomor 1.
Kandungan gizi kecap ikan gabus
(Channa striata)
Kadar lemak
Kadar protein Hasil uji kadar lemak kecap ikan
Hasil uji kadar protein kecap ikan yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel
yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 3. 4.

Tabel 3. Analisis kadar protein kecap ikan Tabel 4. Analisis kadar lemak kecap ikan
Perlakuan Kadar Protein (%bk) Perlakuan Kadar lemak (%bk)
P1 72.87 P1 12.40
P2 81.42 P2 6.34
P3 88.80 P3 5.08

Dari hasil penelitian penambahan Kadar lemak tertinggi terdapat pada


konsentrasi tepung getah pepaya terhadap perlakuan P1 sebesar 12.40 (%bk). Lemak
kecap ikan gabus menunjukkan bahwa yang tinggi brasal dari lipoprotein yang
semakin tinggi konsentrasi tepung getah ikatan proteinnya terhidrolisis sehingga
pepaya yang diberikan akan semakin besar lemak bisa keluar. Menurut Wikipedia
kadar protein yang dihasilkan. Daya (2015) lipoprotein adalah struktur biokimia
memecahkan molekul protein yang dimiliki yang berisi protein dan lemak, yang terikat
papain dapat ditingkatkan lebih jauh pada protein memungkinkan lemak untuk
menjadi kegiatan hidrolisis protein. Hal ini bergerak melalui air pada bagian dalam dan
sering digunakan pada pembuatan kecap di luar sel. Enzim papain dapat memecah
ikan, pepton dan asam-asam amino. Proses- ikatan protein pada daging ikan gabus,
proses kimia yang dilakukan oleh enzim dengan terjadinya hidrolisis protein maka
papain menyebabkan perubahan-perubahan ikatan lipoprotein akan terputus dengan
dengan mengurai protein (Hidayat, 2006). sendirinya, lipid/lemak yang diikat oleh
Kadar protein yang dihasilkan dari ikatan tersebut akan keluar dan mengumpul
pembuatan kecap merupakan hal terpenting. menjadi satu (Winarni, 2007).
Salah satu tujuan memproduksi hidrolisat
adalah untuk memenuhi kebutuhan protein Kadar Abu
hewani, khususnya dari hasil perikanan. Hasil uji kadar abu kecap ikan
Berdasarkan hasil penelitian kadar protein yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel
yang dihasilkan dengan konsentrasi 2.5%, 5.
5% dan 7.5% secara berturut-turut dalam
berat basah adalah 11.34, 12.19 dan 12.21 Tabel 5. Analisis kadar abu kecap ikan
(%bb). Kualitas kecap ikan telah ditetapkan Perlakuan Kadar abu (%bk)
melalui Standar Industri Indonesia (SII) P1 9.70
berdasarkan jumlah protein yang terkandung P2 7.87
didalamnya. Kecap ikan nomor 1, 2 dan 3 P3 2.24
dengan standar ketentuan jumlah protein
masing-masing 6%, 4-5%, dan 2-4%. Kadar Kadar abu tertinggi terdapat pada
protein semua kecap ikan yang dihasilkan perlakuan P1 9.70 (%bk) Menurut
Harmayani (2000) pemberian garam
menyebabkan pertambahan jumlah mineral
sehingga kadar abu juga meningkat.
Menurut Suprayitno (2010) bahwa ikan
gabus sebagai bahan baku dalam pembuatan Penilaian organoleptik kecap ikan
kecap ikan selain sumber protein juga gabus dengan tepung getah pepaya
merupakan sumber mineral. berbeda
Penilaian organoleptik dilakukan
Kadar air terhadap warna, rasa, tekstur dan bau oleh
Hasil uji kadar air kecap ikan yang 25 panelis terlatih di Fakultas Perikanan dan
dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 6. Ilmu Kelautan, jurusan Teknologi Hasil
Perikanan. Pengujian dilakukan
Tabel 6. Analisis kadar air kecap ikan menggunakan score sheet organoleptik
Perlakuan Kadar air % kecap ikan menurut Setyaningsih (2010).
P1 86.43
P2 88.25 Nilai oganoleptik warna
P3 89.08 Hasil uji mutu organoleptik terhadap
nilai warna kecap ikan yang dihasilkan dapat
Menurut Hasnan (2000) kecap ikan dilihat pada Tabel 8.
adalah produk yang mempunyai kadar air
relatif tinggi yaitu antara 70-80 %, Tabel 8. Nilai organoleptik warna kecap ikan
kandungan tersebut yaitu senyawa-senyawa Perlakuan Nilai warna
terlarut hasil hidrolisis (protein, lemak dan P1 4.52
asam amino). P2 3.08
P3 3.53
Kadar karbohidrat
Hasil uji kadar air kecap ikan yang Secara keseluruhan nilai rata-rata
dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 7. organoleptik terhadap warna kecap ikan
yang terbaik yaitu kuning kecoklatan hingga
Tabel 7. Analisis kadar karbohidrat kecap kuning dihasilkan pada penambahan tepung
ikan getah pepaya konsentrasi (2.5%) yaitu
Perlakuan Kadar karbohidrat (%bk) sebesar 4.52. Menurut Yokotsuka (1998)
P1 5.01 warna coklat kecap disebabkan adanya
P2 4.34 reaksi browning antara asam amino dan gula
P3 3.84 reduksi yang terbentuk selama fermentasi
berlangsung.
. Hasil analisis menunjukkan bahwa
kadar kabohidrat terendah terdapat pada Nilai organoleptik rasa
perlakuan P3 3.84 (%bk) hal ini dikarenakan Hasil uji mutu organoleptik terhadap
komposisi gizi dari kecap ikan gabus nilai rasa kecap ikan yang dihasilkan dapat
didominasi oleh kadar protein . Pada produk dilihat pada Tabel 9.
kecap ikan karbohidrat berfungsi sebagai
pembentuk warna sebab menurut Tabel 9. Nilai organoleptik rasa kecap
Andarwulan et al (2011) karbohidrat dalam ikan
bahan pangan terlibat dalam reaksi Perlakuan Nilai rasa
pencoklatan yang umum terjadi dalam P1 5.32
proses pengolahan pangan. P2 4.04
P3 2.46 asam amino, asam nitrogen, gula dan zat
pemberi flavor lainnya.
Nilai rata-rata rasa tertinggi dengan
kriteria enak, spesifik kecap ikan dan asin
terdapat pada perlakuan P1 sebesar 5.32. KESIMPULAN DAN SARAN
Winarno (2002) timbulnya rasa dan bau
yang khas disebabkan oleh pemecahan Kesimpulan
asam-asam amino dan lemak dari bahan Hasil penelitian menunjukkan
baku yang digunakan. bahwa tepung getah pepaya dapat
dimanfaatkan sebagai katalisator dalam
Nilai organoleptik tekstur proses pembuatan kecap ikan gabus dengan
Hasil uji mutu organoleptik terhadap waktu fermentasi 6 hari. Komposisi kimia
nilai tekstur kecap ikan yang dihasilkan pemberian tepung getah pepaya terbaik
dapat dilihat pada Tabel 10. terhadap kecap ikan gabus yaitu konsentrasi
7.5% karena menghasilkan rata-rata volume
Tabel 10. Nilai organoleptik tekstur hidrolisat terbaik yaitu 81.33ml dan kadar
Perlakuan Nilai tekstur protein paling tinggi yaitu sebesar 88.80
P1 5.30 (%bk). Nilai organoleptik kecap ikan gabus
P2 3.21 yang terbaik ditunjukkan oleh kecap ikan
P3 3.10 yang dibuat dengan penambahan tepung
getah pepaya 2.5% dengan nilai warna 4.52,
Nilai tekstur tertinggi dengan kriteria Rasa 5.32, Tektur 4.52, dan Bau 5.98.
kental dari kecap ikan yang dihasilkan
Saran
terdapat pada perlakuan P1 dengan nilai 4.52.
Berdasarkan hasil penelitian yang
Menurut Fellows (2000), tekstur produk
telah dilakukan, penulis menyarankan
kebanyakan ditentukan oleh kandungan air
untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan
yang terdapat pada produk tersebut.
uji aktivitas tepung getah pepaya dan uji
asam-asam amino dari kecap ikan gabus
Nilai oganoleptik bau
yang dihasilkan.
Hasil uji mutu organoleptik terhadap
nilai bau kecap ikan yang dihasilkan dapat
dilihat pada Tabel 11. DAFTAR PUSTAKA

Tabel 11. Nilai organoleptik bau kecap ikan Austamin. 2009. Pengaruh Penggunaan
Kadar Garam NaCl Dalam Subtrat
Perlakuan Nilai bau
Terhadap Aktivitas Enzim Protease.
P1 3.34
Fakultas Teknologi Pertanian.
P2 2.41
Universitas Gajah Mada.
P3 1.90
Yogyakarta
Nilai rata-rata bau kecap ikan yang
Basmal. J. 2008. Pembuatan Kecap
dihasilkan yaitu spesifik kecap khas kecap
Ikan .Kumpulan Hasil-Hasil
ikan terdapat pada perlakuan P1 yaitu
Penelitian Pascapanen Perikanan.
sebesar 5.98. Presscott dan Dunn (1998)
Pusat Penelitian dan Pengembangan
menyatakan bahwa aroma kecap ikan
Perikanan. Jakarta
dipengaruhi oleh adanya sejumlah garam,
Budiarti. I. 2007. Kecap Lambung Ikan untuk uji kesegara ikan. Buletin
Kakap. Kumpulan Hasil-Hasil Teknologi Hasil Perikanan 9 (2)
Penelitian Pascapanen Perikanan.
Pusat Penelitian dan pengembangan Nelson. F. C. 2000. Fermented and Driet
Perikanan: Jakarta Seafood Product In South East Asia.
In: Borgstrom, G. (ed). Fish Food
Eviyanti. S. Nia K, Zahidah, dan Hasan. Vol. 2. Academia Press. London
2012. Pengaruh Penggunaan Enzim
Papain Dengan Konsentrasi yang Nurul. 2003. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu
Berbeda Terhadap Karakteristik Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi.
Kimia Kecap Tutut. Fakultas Universitas Gadjah Mada press.
Perikanan dan Ilmu Kelutan. Yogyakarta
Universitas Padjajaran
Presscott dan Dunn. 1998. The Chemical
Fellows. J. P. 2000. Food Processing Analysis Of Food and Food
Technology Principle and Pratice. Product. Pricenton. New York. Van
Second Edition. Woodhead Nostrand Company Inc
Publishing Limited and CRC Press,
Boca Raton, Cambridge Purnomo. D. dan Sirajuddin. F. 2005.
Produk Olahan Fermentasi Yang
Harmayani. E, Utami, T. Dan Khairina, R. Menyehatkan. Agromedia Pustaka:
2000. Pemanfaatan Asap Cair Pada Jakarta Hardjamulia, A. 1992.
Pengolahan Wadi Ikan Betok Informasi teknologi budidaya
(Anabas testudineus Bloch) ikan jelawat (Leptobarbus
Makanan Hasil Fermentasi. Jurnal hoevenii). Balai Penelitian
Makanan Tradisional Indonesia Vol. Perikanan Air Tawar. Bogor : 1-
2 No.3: 1-10 21

Hasnan. M. 2000. Pengaruh Penggunaan Savitri. D. R. 2011. Aplikasi Proses


Enzim Papain Selama Proses Hidrolisis Enzimatis dan Fermentasi
Hidrolisis Kecap Ikan. Teknologi Dalam Pengolahan Condiment
Hasil Perikanan. Fakultas Teknologi Kupang Putih Corbula Faba H.
Pertanian. Institut Pertanian Bogor Departemen Teknologi Hasil
Perairan Fakultas Perikanan dan
Hidayat. T. 2006. Pembuatan Hidrolisat Ilmu Kelautan Institut Pertanian
Protein Dari Ikan Selar Kuning Bogor
(Caranx Leptotelis) Dengan
Menggunakan Enzim Papain. Setyaningsih. D. Anton, dan Maya P. S.
Program Studi Teknologi Hasil 2010.Analisis Sensoris untuk
Perikanan. Fakultas Perikanan dan Industri Pangan dan Agro. Institut
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Pertanian Bogor Press. Bogor
Bogor. Bogor
Suprayitno. A. 2010. Pembuatan Kecap Ikan
Koswara. 2009. Potensi Pemanfaatan Dengan Cara Kombinasi Hidrolisa
Tepung Getah Pepaya. UNDIP. Enzimatis dan Fermentasi.
Bandung Indra, J. dan Dewi, K. R. Teknologi Hasil Perairan Fakultas
2006. Aplikasi metode akuistik
Perikanan dan Ilmu Kelautan Kasar. Jurnal Teknologi Pangan. 8:
Institut Pertanian Bogor 136-141

Wikipedia.2015.http://id.wikipedia.org/wiki/ Winarno. 2002. Enzim Pangan. Penerbit PT


Lipoprotein, diakses 23 Desember Gramedia. Jakarta
2015 pukul 15.30 WIB.
Yokotsuka. T. 1998. Aroma and Flavor of
Winarni. S. 2007. Proses Pembuatan VCO Japanese Soy Sauce. Steikaraus
(Virgin Coconut Oil) Secara
Enzimatis Menggunakan Papain

Anda mungkin juga menyukai