Erikson mengembangkan teori psikososial sebagai pengembangan teori psikoanalisis dari Freud.
Didalam teori psikososial disebutkan bahwa tahap perkembangan individu selama siklus
hidupnya, dibentuk oleh pengaruh social yang berinteraksi dengan individu yang menjadi matang
secara fisik dan psikologis.
Calvin S. Hall dan Gardner (2000) menyatakan bahwa Erik Erikson membagi
perkembangan kepribadian individu menjadi 8 tahap secara garis besar terbagi menjadi:
a. Empat tahap pertama terjadi pada fase bayi dan fase kanak-kanak.
b. Tahap kelima terjadi pada fase remaja, yang memiliki arti sangat penting dalam teori
Erikson. Pada fase ini terjadi peralihan dari fase kanak-kanak ke fase dewasa dan apa
yang terjadi pada fase remaja sangat menentukan terbentuknya keepribadian pada
fase dewasa, yaitu: identitas, krisis identitas, dan kekacauan identitas.
c. Tiga tahap terakhir terjadi pada fase dewasa dan fase tua.
Perlu ditambahkan disini bahwa :
a. Tiap tahap perkembangan individu tidak ditetapkan dengan jadwal kronologis
yang ketat.
b. Tiap tahap perkembangan individu memiliki jadwal waktunya sendiri sehingga
apabila ditentukan secara pasti akan menyesatkan.
c. Tiap tahap perkembangan individu sebagai kelanjutan tahap sebelumnya untuk
menuju tahap berikutnya.
d. Tiap tahap perkembangan individu tidak dilewati atau ditinggalkan karena seluruh
tahap perkembangan individu memiliki kontribusi dalam membentuk seluruh
kepribadian individu.
Timbulnya kepercayaan dasar diawali dari tahap sensorik-oral, ditandai bayi dengan tidur tenang
dan nyenyak, menyantap makan dengan nikmat, dan defekasi dengan mudah dan lancar.
Hal penting yang perlu dipaparkan pada fase ini, yaitu:
a. Timbulnya rasa aman pada diri anak yang terjadi akibat interaksi erat antara anak
dan ibu.
b. Dasar pengembangan rasa aman adalah pengaruh kualitas hubungan ibu dan anak
bukan kuantitas makanan atau bentuk kasih sayang yang berlebihan dari ibu
kepada anak.
c. Dari rasa aman, tumbuh kepercyaan dasar terhadap dunia luar.
d. Apabila hubungan ibu dan anak tidak berkualitas akan timbul rasa tidak aman
dan selanjutnya tidak percaya terhadap dunia luar ataupun sesama manusia
sehingga timbul kecurigaan dasar.
e. Apabila tidak memperoleh kepercayaan dasar akan timbul gangguan kepribadian
skizofrenia.
f. Apabila tidak memperoleh kepercyaan terhadap dunia luar akan mengalami
kepribadian skizoi, yaitu hanya melihat dirinya sendiri(introvert) dan akan terjadi
depresi apabila mendapatkan stress.
Fase ini kurang lebih sejajar dengan fase anal menurut Freud.
Pada fase ini, anak sangat aktif dan banyak bergerak serta mulai mengembangkan kemampuan
untuk hidup bermasyarakat.
a. Timbul inisiatif, yang ditandai anak sudah mulai merencanakan permainan bersama
teman sebaya yang dilakukan dengan gembira
b. Adanya kesimbangan perkembangan fisik dan psikologis.
c. Sudah tertanam norma masyarakat yang diajarkan oleh orang tua maupun lingkungan.
d. Timbul rasa bersalah karena terjadi persaingan dengan orang tua sejenis. Terjadi setelah
dipahaminya norma masyarakat.
e. Timbul kebencian pada orang tua karena orang tua melakukan hal-hal yang semula
dilarang dilakukan anak.
f. Sisa konflik yang dijumpai pada fase ini adalah reaksi histeris.
Fase in kurang lebih sejajar dengan fase laten menurut Freud. Anak mulai memasuki pendidikan
formal. Anak berusaha merebut perhatian dan penghargaan atas karyanya.
Hal penting yang perlu diketahui pada fase ini bahwa pada diri anak akan dijumpai:
Keintiman vs Isolasi
Dapat disejajarkan dengan fase dewasa awal, yaitu berakhirnya fase remaja.
Integritas vs Keputusan
Integritas adalah keberhasilan dalam menyesuaikan diri terhadap keberhasilan dan kegagalan
dalam hidup.
a. Apabila integritas tercapai, individu akan dapat menikmati, keuntungan dari ketujuh
tahap sebelumnya dan merasa bahwa kehidupan itu bermakna.
b. Individu menyadari gaya hidup lain, namun ia tetap memelihara dan mempertahankan
gaya hidupnya sendiri.
c. Gaya hidup dan integritas kebudayaan merupakan warisan jiwa.
d. Dapat timbul juga keputusan dalam menghadapi perubahan siklus kehiupan, kondisi
social dan historis, dan kefanaan hidup di hadapan kekekalan hidup(kematian) sehingga
kadang-kadang timbul perasaan bahwa hidup tidak berarti bahwa ajal sudah dekat,
ketakutan atau bahkan keinginan untuk mati.
e. Tugas perkembangan yang harus diselesaikan, seperti penyesuaian terhadap perubahan-
perubahan dalam siklus hidupnya dan menyiapkan diri untuk menuju alam
baka(kematian).