Anda di halaman 1dari 13

Banyak spekulasi muncul terkait becana paling besar di kota yang berjuluk Swiss Van Java ini.

Rusaknya ekosistem alam di daerah hulu sungai Cimanuk dinilai menjadi salah satu faktor penyebab
terjadinya banjir bandang yang merusak sekitar 594 bangunan terdiri dari sekolah, asrama TNI,
rumah sakit, pemukiman, PDAM dan menghanyutkan 57 bangunan lainnya .

Berdasarkan data yang dihimpun Mongabay, kondisi hulu untuk Daerah Resapan Sungai
(DAS) Cimanuk terdapat kawasan resapan air yang telah banyak dilakukan alih fungsi lahan
di Bayombong, Cikajang dan Pasir wangi.

Ditambah maraknya penebangan hutan di wilayah Gunung Guntur, Papandayan, Darajat dan
Cikuray. Kondisi tersebut memicu peningkatan lahan kritis mencapai 50 ribu hektar.

Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat, Anang Sudarna,
memprediksi penyebab banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Garut diakibatkan oleh hulu
Sungai Cimanuk yang rusak.

Berdasarkan data yang dihimpun Mongabay, kondisi hulu untuk Daerah Resapan Sungai
(DAS) Cimanuk terdapat kawasan resapan air yang telah banyak dilakukan alih fungsi lahan
di Bayombong, Cikajang dan Pasir wangi.

Ditambah maraknya penebangan hutan di wilayah Gunung Guntur, Papandayan, Darajat dan
Cikuray. Kondisi tersebut memicu peningkatan lahan kritis mencapai 50 ribu hektar.

Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat, Anang Sudarna,
memprediksi penyebab banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Garut diakibatkan oleh hulu
Sungai Cimanuk yang rusak.

Hal itu terbukti dengan tidak lama saat turun hujan, dua sampai tiga jam kemudian Sungai
Cimanuk sudah dipastikan akan meluap di Tarogong Kidul. Artinya, tidak ada tahanan air di
daerah hulu sungai.

Mestinya ketika hujan turun, kalau vegetasinya benar, air itu akan lama sampai ke sungai,
kata Anang saat ditemui di Kampung Cimacan.
Warga melintas di bangunan yang hancur di Kampung Cimacan, Kecamatan Tarogongkidul,
Kabupaten Garut, Jabar, Kamis,(22/09/2016). Banjir Bandang juga menghancurkan instalasi
PDAM sehingga warga banyak yang kesulitan mendapat air bersih. Foto : Donny Iqbal

Anang menjelaskan, jika air dari gunung memakan waktu lama untuk sampai ke sungai,
artinya hutan lindungnya berfungsi dengan baik. Lanjutnya, berdasarkan citra satelit, terlihat
kawasan Gunung Cikurai, Guntur dan Darajat berwarna merah atau sudah berkurang drastis
luasan kawasan hutan lindung.

Menurut dia, eksploitasi yang terjadi di kawasan konservasi yang dilindungi di Garut menjadi
penyebab utama dalam bencana alam kali ini. Eksploitasi lingkungan dilakukan pengembang
yang melanggar Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).
Dia menerangkan, warna merah menunjukan tanah gundul dan bukan vegetasi permanen.
Anang menyesalkan kawasan yang diperuntukan sebagai resapan air tanah, kerap digunakan
sebagai lahan pertanian, pembangunan kawasan wisata, hingga properti dengan tidak
memerhatikan kaidah lingkungan.

Dia merekomendasikan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat agar bertindak tegas
terhadap yang menyalahi aturan.

Kondisi sekolah pasca diterjang banjir bandang di Desa Sukakarya, Kecamatan Tarogong
Kidul, Garut, Kamis,(22/09/2016). akibat banguanan sekolah rusak seratus siswa diliburkan.
Foto : Donny Iqbal
Dikatakan Anang, memang secara geomorfologi dan topografi jarak antara daerah lereng dan
lembah di wilayah Garut dekat sekali. Beda dengan di Bandung, seperti di Gunung Wayang
dan Sungai Citarum. Saat terjadi hujan deras, air bah baru sampai ke Dayeuh Kolot setelah
lima sampai enam jam.

Di Cimanuk, hanya dua sampai tiga jam (air sampai ke Tarogong Kidul), topografi yang
curam, resapan air yang minim sehingga mengakibatkan percepatan air mengalir dengan
deras, Ungkap Anang.

Menurutnya, Sungai Cimanuk adalah sungai yang Koefisien Regim Sungai (KRS) paling
buruk se-Pulau Jawa, bahkan terburuk secara nasional. Ketika musim kemarau, KRS
Cimanuk nilainya 1, tapi saat musim hujan nilainya 771.

KRS adalah perbandingan debit air tertinggi dengan debit air terendah dalam satu periode.
Biasanya pada saat musim hujan tertinggi dan musim kemarau terendah. KRS yang baik
mempunyai nilai 50 ke bawah. KRS kategori sedang nilainya 50 120 dan KRS kategori
buruk nilainya 120 ke atas.
Menurut Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Jawa Barat, Sungai Cimanuk adalah
sungai yang Koefisien Regim Sungai (KRS) paling buruk secara nasional. Ketika musim
kemarau, KRS Cimanuk nilainya 1, tapi saat musim hujan nilainya 771. Ini menjadi
penyebab banjir bandang di Garut, Jabar pada Selasa (20/09/2016). Foto : Dony Iqbal

Anang menegaskan, fungsi hutan harus dikembalikan. Kawasan hutan lindung agar
dikembalikan menjadi hutan lindung, kawasan hutan konservasi juga dilindungi. Saya tidak
baru ngomong hari ini. Saya sudah ngomong sejak 2007. Sebelum jadi kepala dinas saya
kepala BP (badan pengelola) DAS Sungai Cimanuk dan Citarum, terangnya.

Banyak Hutan Rusak


Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Garut, Sutarman Darmita, saat dikonfirmsasi mengaku
tidak memungkiri salah satu faktor bencana diakibatkan rusaknya kawasan hutan. Disamping
faktor lain juga yang mempengaruhi seperti tingginya curah hujan. Dia juga menuturkan
fenomena banjir bandang memang rentan terjadi di Garut setiap tahunnya.

Banjir bandang ini sering terjadi sampai sekarang. Cuma intensitasnya besar dan kecil. Yang
besar terjadi 2011 di Pameungpeuk dulu, kemudian 2014 Cikajang dan sekarang yang paling
besar terjadi , kata dia saat ditemui Mongabay di kantornya, Jalan Patriot, Tarogong Kidul,
Garut, Kamis (22/09/2016).

Sutarman berujar, secara topografi memang kondisi tanah sudah banyak berubah dan
ditambah ada sebagian kawasan hutan yang rusak. Pengolahan secara berlebihan dan
perambahan hutan sering dilakukan masyarakat masuk ke kawasan hutan, entah itu illegal
logging dan illegal mining terjadi di Garut, papar dia.
Seorang anak membereskan buku sekolahnya yang rusak di Kampung Cimacan, Kecamatan
Tarogongkidul, Kabupaten Garut, Kamis,(22/09/2016). Banyak siswa yang tidak bersekolah
karena buku dan seragam mereka hanyut tersapu banjir bandang. Foto : Donny Iqbal

Sutarman menerangkan, sepanjang DAS Cimanuk terdapat kawasan hutan yang dikelola oleh
Perhutani dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Garut. Untuk pengawasanya
tidak bisa efektif bila dilakukan hanya satu pihak. Perlu sinergi dari beberapa elemen untuk
mengawasinya, ucapnya.

Dia mengungkapkan ada lebih 10 daerah yang rawan perambahan hutan. Kemudian 220 desa
juga berbatasan langsung dengan hutan. Lanjut Sutarman, biasanya di wilayah sekitar
perbatasan, masih sering terjadi perambahan hutan.
Di Garut, katanya, memiliki luasan hutan berjumlah 107 ribu hektar terdiri hutan lindung 84
ribu hektar, hutan suaka alam dan wisata 26 ribu hektar, hutan produksi terbatas 5 ribu hektar
dan hutan produksi tetap seluas 166,10 hektar. Diluar hutan konservasi ada hutan rakyat
sebanyak 44 ribu hekter.

Itu masih data tahun 2003, mengacu pada Kepmenhut No. 195/KPTS/ II/2003. Hampir 35
persen dari wilayah Garut adalah hutan yang diperuntukan untuk kawasan konservasi. Tapi
apakah 84 ribu hektar tersebut masih utuh? Belum ada data terbaru soal itu dan diperlukan
kajian mendalam, pungkas dia.

DAS Cimanuk

Menanggapi banyaknya permukiman di badan sungai sepanjang DAS Cimanuk, Bupati


Garut, Rudy Gunawan yang ditemui Mongabay mengatakan pemukiman itu melanggar
aturan. Dia mengatakan jarak pemukiman dari badan sungai, idealnya 100 meter.

Rudy menyangkal adanya praktik ilegal loging yang terjadi di hulu sungai. Dia berdalih ada 4
sungai, satu diantaranya mengalir ke Pantai Utara (Pantura) yaitu kali Cimanuk.

Itu tidak disana tidak ada hutan, yang ada hutan itu adanya di 3 sungai tadi tapi airnya
mengalir ke pantai selatan. Dari 50 tahun sebelumnya juga sudah ada tanaman holtikultura.
Kalau kasusnya alih fungsi lahan mungkin terjadi banjir dari dulu juga, imbuh Rudy.
Tumpukan sampah berserakan dibantaran sungai, diprediksikan sampah yang terbawa arus
Sungai Cimanuk, Garut, Jabar, tersebut mencapai puluhan ton. Foto : Donny Iqbal

Dia mengatakan tanah yang dihuni oleh warga tersebut merupakan tanah milik negara. Rudy
mengaku sudah menghimbau tentang bahaya tinggal di bantaran sungai. rencananya warga
akan direlokasi ke rusunawa agar lebih nyaman.

Penanganan Korban

Dari Kabupaten Garut sudah dikeluarkan uang senilai Rp500 juta untuk tahap evakuasi
korban bencana yang sakit. Bantuan dari Presiden Rp1,3 miliar dan santunan terhadap korban
meninggal dunia Rp15 juta per orang, kata Rudy.
Dia menuturkan korban luka luka biaya pengobatannya sepenuhnya ditanggung oleh
Pemkab. Dia melanjutkan sudah mengirimkan laporan kepada Gubernur Jabar terkait alat
kesehatan yang rusak senilai Rp20 miliar.

Kami usahakan pemulihan pelayan akan normal seperti semula pada Senin (26/09/2016)
mendatang. Itu untuk seluruh pelayanan, ujarnya.

Related

Cerita Duka dari Cimanuk yang Mengamuk

September 24, 2016

In "Sosial"

Banjir Bandang Garut, Puluhan Tewas, BNPB: DAS Cimanuk Rusak Parah

September 21, 2016

In "Sosial"
Banjir Bandang Terjang Jambi, Inikah Biangkeroknya?

May 1, 2016

In "Hutan"

Deforestasi
hak kelola
hutan indonesia
Hutan Rakyat
kerusakan hutan
komitmen jokowi
Konflik Sosial
pembalakan
Pertambangan

Previous

Susi Tolak Permintaan KADIN untuk Perbesar Tonase Kapal di ZEEI

Next

Pesona Si Imut Delilah di Way Kambas, Siapa Dia?

Terpopuler Minggu Ini

Kala Reforma Agraria Masih Jauh dari Harapan

September 28, 2017


Lagi, Pesut Ditemukan Mati di Pesisir Teluk Balikpapan

September 28, 2017

Begini Pesan Konservasi dari Lereng Timur Gunung Slamet

September 28, 2017

KLHS, Kewajiban Pemerintah Untuk Lingkungan

September 28, 2017

SKPT Sumba Timur, Pusat Ekonomi Baru di Kawasan Terluar NTT

September 28, 2017

Populer

Sorry. No data so far.

Berita Mongabay Terkini

DISKUSI

Kala Reforma Agraria Masih Jauh dari Harapan


Lagi, Pesut Ditemukan Mati di Pesisir Teluk Balikpapan
Begini Pesan Konservasi dari Lereng Timur Gunung Slamet
KLHS, Kewajiban Pemerintah Untuk Lingkungan
SKPT Sumba Timur, Pusat Ekonomi Baru di Kawasan Terluar NTT
Lawe Cimanok, Desa yang Tegas Menolak Tambang dan Perkebunan Sawit
Ajak Warga Merauke Beralih ke Pupuk Organik dari Bahan di Sekitar
Kala Harimau Benggala Sirkus Mati di Asahan
Rusak Terumbu Karang untuk Bangun Resor, Dirut Suwarnadwipa Terjerat Hukum
KKP Surati Gubernur Sulsel, Minta Tambang Pasir di Takalar Dihentikan
MONGABAY.CO.ID
TENTANG MONGABAY

Hak cipta
Tentang
Artikel Terdahulu

September 2016
M T W T F S S
Aug Oct
1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30

Komentar Terbaru

Hak cipta
Tentang

Anda mungkin juga menyukai